Kepada Yth.
Kepala Pusat Inovasi dan Standar Penerbangan dan Antariksa
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
di Jakarta
Iryana Margahayu
Tembusan:
1. Sekretaris Utama, BSN;
2. Deputi Bidang Pengembangan Standar, BSN;
3. Direktur Pengembangan Standar Infrastruktur, Penilaian Kesesuaian, Personal, dan Ekonomi
Kreatif, BSN;
4. Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Kerja Sama, dan Layanan Informasi, BSN; dan
5. Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi, BSN
-3-
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Jakarta
pada tan^^-^SJ;! Deseraber 2020
KEP ytoCD^Ns^^DAEPISASl NASIONAL,
'MAD
jndo
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
SNI 8938:2020
ICS 49.140
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
© BSN 2020
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan
dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN
BSN
Email: dokinfo@bsn.go.id
www.bsn.go.id
Diterbitkan di Jakarta
SNI 8938:2020
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Daftar isi
© BSN 2020 i
SNI 8938:2020
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran B (informatif) Daftar kesiapan sistem pendukung pengujian ................................. 22
Lampiran C (normatif) Data tabung ...................................................................................... 23
Lampiran D (normatif) Data cap ........................................................................................... 24
Lampiran E (normatif) Data nosel ........................................................................................ 25
Lampiran F (normatif) Data karakteristik sistem propelan .................................................... 26
Lampiran G (normatif) Data assembling motor roket ............................................................ 27
Lampiran H (informatif) Data spesifikasi sensor ................................................................... 28
Lampiran I (normatif) Data karakteristik igniter ..................................................................... 29
Lampiran J (informatif) Radiographic technical data report .................................................. 30
Lampiran K (informatif) Radiographic inspection data report ................................................ 31
Lampiran L (informatif) Data hasil uji statis........................................................................... 32
Bibliografi ............................................................................................................................. 33
© BSN 2020 ii
SNI 8938:2020
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) 8938: 2020 dengan judul Prosedur pengujian statis motor
roket padat merupakan Standar Nasional Indonesia (SNI) baru dengan metode
pengembangan sendiri. Standar ini dibuat dalam rangka standardisasi prosedur pengujian
statis motor roket padat dan merupakan pedoman bagi pengguna untuk melakukan pengujian
statis motor roket padat.
Standar ini disusun oleh Komite Teknis 49-01, Teknologi Penerbangan dan Antariksa. Standar
ini telah dikonsensuskan di Jakarta pada tanggal 02 Oktober 2020. Rapat konsensus ini
dihadiri oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait, yaitu perwakilan dari pelaku
usaha, konsumen, pakar dan pemerintah.
Standar ini telah melalui jajak pendapat pada tanggal 12 Oktober 2020 sampai dengan
10 Desember 2020 dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.
Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen Standar ini dapat
berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk
pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Pendahuluan
Kebutuhan standar ini timbul sebagai respon dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2013
tentang Keantariksaan yang mengamanatkan penyelenggaraan kegiatan keantariksaan
berupa peluncuran roket harus mengutamakan keselamatan dan keamanan bagi personel
pelaksana kegiatan, masyarakat dan lingkungan sekitar yang dilalui oleh lintasan roket.
Pengujian statis motor roket merupakan bagian dari tahapan kegiatan peluncuran roket yang
harus dilakukan. Pengujian ini berupa uji kualifikasi desain motor roket padat yang dilakukan
di darat dalam skala kecil maupun penuh yang bertujuan untuk dapat memprediksi perilaku
terbang roket. Perilaku terbang roket dapat diketahui dari efektifitas sistem pelindung panas,
profil gaya dorong terhadap waktu pembakaran, profil tekanan ruang bakar terhadap waktu
pembakaran, dan tingkat erosi yang terjadi pada throat nosel.
Untuk memperoleh hasil pengujian statis yang akurat diperlukan prosedur pengujian statis
yang benar dan aman. Hasil pengujian tersebut sangat penting artinya bagi keamanan
peluncuran roket karena akan digunakan sebagai acuan tahapan kegiatan peluncuran
berikutnya.
Saat ini, belum tersedia standar yang mengatur tentang prosedur pelaksanaan uji statis motor
roket padat kecuali dalam bentuk standar operasional dan prosedur (SOP) yang hanya berlaku
bagi para peneliti dan perekayasa teknologi roket. Oleh karena itu Pemerintah, dalam hal ini
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, memandang perlu mengajukan usulan
standar nasional yang mengatur tentang prosedur pengujian statis motor roket padat sebagai
acuan bagi penyelenggara keantariksaan di Indonesia.
Pengguna standar ini sebaiknya menyadari bahwa prosedur yang dinyatakan dalam standar
ini dapat tunduk pada peraturan perundang - undangan yang berlaku.
© BSN 2020 iv
SNI 8938:2020
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Prosedur pengujian statis motor roket padat
1 Ruang lingkup
Standar ini menetapkan prosedur pengujian statis motor roket padat yang mencakup verifikasi
persiapan umum atau administrasi uji statis, verifikasi kesiapan motor roket yang akan diuji,
verifikasi kesiapan fasilitas uji, prosedur pelaksanaan uji statis, dan pengolahan data hasil uji
statis (post-processing).
2 Acuan normatif
Dokumen acuan berikut sangat diperlukan untuk penerapan dokumen ini. Untuk acuan
bertanggal, hanya edisi yang disebutkan yang berlaku. Untuk acuan tidak bertanggal, berlaku
edisi terakhir dari dokumen acuan tersebut (termasuk seluruh perubahan/amandemennya).
Untuk tujuan penggunaan dokumen ini, istilah dan definisi berikut berlaku.
3.1
roket
roket adalah bagian wahana antariksa yang digunakan untuk mengantarkan muatan ke
antariksa dan/atau mengembalikan wahana antariksa, termasuk muatannya ke bumi
3.2
motor roket
subsistem roket yang berfungsi menghasilkan gaya dorong yang berasal dari bahan bakar dan
oksidator yang dibawa sendiri
3.3
motor roket padat
subsistem roket yang berfungsi menghasilkan gaya dorong roket dari pembakaran propelan
padat
3.4
propulsi roket
sistem rancang bangun yang dirancang untuk menghasilkan gaya dorong roket
3.5
propelan
campuran bahan-bahan kimia (bahan bakar dan oksidator) yang dibakar untuk menciptakan
gaya dorong motor roket
3.6
penyala (igniter)
merupakan komponen dari motor roket yang berfungsi sebagai penyala mula bahan bakar
propelan yang terdapat di dalam motor roket
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
3.7
uji statis
teknik pengujian yang dilakukan di darat untuk mengetahui kinerja motor roket sebelum
diterbangkan
3.8
gaya dorong
gaya yang dihasilkan oleh aliran gas berkecepatan tinggi yang mengalir melalui nosel yang
mampu untuk mendorong atau menggerakkan roket
3.9
tekanan ruang bakar
besarnya tekanan di dalam ruang bakar
3.10
waktu pembakaran
jangka waktu pembakaran propelan yang menghasilkan gaya dorong efektif motor roket
3.11
regangan (strain)
perbandingan antara pertambahan panjang benda terhadap panjang benda awal
3.12
impuls total
integrasi dari gaya dorong selama waktu pembakaran
3.13
cap
bagian motor roket yang berfungsi sebagai tutup
3.14
nosel
bagian dari motor roket yang dilalui aliran gas buang hasil pembakaran
3.15
test bed
fasilitas atau perlengkapan yang digunakan untuk uji statis motor roket
3.16
ruang kendali (control room)
ruangan atau tempat yang menjadi pusat pengendali operasi pengujian
Persyaratan minimal yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan pengujian statis motor roket
padat guna menjamin keamanan pelaksanaan kegiatan pengujian dan keselamatan para
personel yang berada di area pengujian.
Harus dibentuk tim pelaksana pengujian yang memiliki kompetensi dan bertanggung jawab
dalam fungsi – fungsi sebagai berikut:
a. Penanggung jawab kegiatan;
b. Pelaksana lapangan; dan
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
c. Penjamin keamanan dan keselamatan.
Tim pelaksana diharuskan memahami spesifikasi motor roket padat yang akan diuji,
menguasai peralatan pengujian yang digunakan, prosedur pengujian serta prosedur
keselamatan.
Identitas, peran, tugas dan tanggung jawab tim pelaksana lapangan serta penjamin keamanan
dan keselamatan pengujian harus terdokumentasi.
4.1.1.1 Identifikasi
Nama personel, peran, tugas, tanggung jawab dan pembatasan akses personel tim pelaksana
lapangan serta penjamin keamanan dan keselamatan harus terdokumentasi. Seluruh personel
yang tercantum dalam dokumentasi tersebut harus hadir pada saat hari pelaksanaan
pengujian. Apabila terdapat personel yang tidak hadir, fungsi personel tersebut tidak bisa
dirangkap oleh personel lain yang telah tercatat di dalam dokumentasi namun dapat diwakilkan
oleh personel baru yang belum tercatat. Penunjukan personel baru ini harus berdasarkan
persetujuan dari penanggung jawab kegiatan.
Pelaksana lapangan adalah tim yang dipimpin oleh seorang koordinator dengan tugas:
a. Menyiapkan sistem data akuisisi;
b. Memberikan aba - aba penyalaan igniter;
c. Memasang sensor uji pada spesimen motor roket;
d. Mendokumentasikan pelaksanaan pengujian baik itu berupa dokumentasi audio maupun
video; dan
e. Memasang roket ke test bed sesaat sebelum pengujian dan melepaskan roket dari test
bed setelah pengujian.
Penjamin keamanan dan keselamatan pengujian adalah tim yang dipimpin oleh seorang
koordinator dengan tugas:
a. Memeriksa kesiapan peralatan elektronik dan mekanik di area test bed;
b. Memeriksa kesiapan peralatan keselamatan personel;
c. Memeriksa kesiapan peralatan pengukur kebisingan dan kualitas udara serta
melaksanakan kedua pengukuran tersebut;
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
d. Memastikan area test bed dan area luar ruangan telah steril baik dari personel pengujian,
tamu undangan, maupun masyarakat sekitar;
e. Menjaga batas - batas area pengujian;
f. Memberikan dukungan medis apabila terdapat personel yang mengalami gangguan
kesehatan atau terluka pada saat menjalani tugasnya; dan
g. Memadamkan api apabila terjadi kebakaran pada saat pengujian sedang berlangsung.
Tim pelaksana pengujian, dalam hal ini diwakili oleh penanggung jawab kegiatan, harus
diberikan kewenangan khusus untuk menghentikan dan/atau membatalkan pengujian apabila
terdapat kejadian sebagai berikut:
a. Spesimen motor roket tidak memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan;
b. Kejadian abnormal non darurat yang menyebabkan peralatan pengujian tidak bekerja
dengan semestinya;
c. Kejadian abnormal darurat yang dapat membahayakan personel; dan
d. Kegagalan katastropik motor roket pada saat pengujian sedang berlangsung.
Untuk kejadian abnormal non darurat, penanggung jawab kegiatan dan anggota tim dapat
melanjutkan jalannya pengujian setelah kejadian abnormal non darurat tersebut telah dapat
ditanggulangi.
Tim pelaksana pengujian harus memeriksa kesiapan personel sebelum pelaksanaan kegiatan
uji statis motor roket.
Kegiatan uji statis motor roket padat dikategorikan dalam kegiatan dengan risiko bahaya tinggi,
maka jumlah personel yang berada di lingkungan bahaya harus dibatasi seminimal mungkin.
Personel yang memiliki akses dalam kegiatan pengujian statis motor roket padat harus
ditetapkan sebelum pengujian dilakukan. Ketentuan akses personel dalam kegiatan uji statis
ini harus terdokumentasi.
Batas daerah berbahaya dan daerah akses terbatas (access restricted area) harus dibatasi
dengan barikade atau tanda yang jelas seperti lampu peringatan, papan peringatan dan dijaga
oleh petugas keamanan.
Papan peringatan dilarang merokok atau menyalakan korek api, telepon genggam pada
tempat penyimpanan dan pemasangan motor roket serta produk piroteknik lainnya harus
disediakan.
Seluruh tim pelaksana pengujian harus menggunakan tanda pengenal dan akses untuk keluar
dan masuk daerah lokasi pengujian.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
4.2.4 Alat perlindungan diri
Alat perlindungan diri personel pengujian statis motor roket padat minimal yang harus
dilengkapi adalah:
a. Pakaian kerja personel;
b. Sepatu kerja personel;
c. Helm pengaman;
d. Alat penekan kebisingan;
e. Masker gas;
f. Kacamata pelindung;
g. Sarung tangan; dan
h. Alat komunikasi lapangan.
Seluruh tim pelaksana pengujian harus mematuhi semua peraturan dan tanda-tanda
peringatan yang berlaku selama melaksanakan tugasnya.
Orang yang tidak berkepentingan dilarang berada di dekat test bed area ketika motor roket
sudah diletakkan di atasnya.
Para tamu undangan yang akan melihat pelaksanaan uji statis harus mengenakan tanda
pengenal dan dikawal oleh petugas yang berwenang serta harus mematuhi peraturan yang
berlaku pada lokasi yang akan dikunjunginya.
Ketika prosedur uji statis akan dimulai, semua personel harus siap pada posisinya masing-
masing dan area test bed harus dikosongkan, kecuali para petugas yang berkepentingan.
Ketika motor roket akan dinyalakan, semua orang harus berada dan berlindung pada bunker
atau tempat perlindungan yang telah ditentukan.
Sirine peringatan harus dibunyikan minimal tiga kali untuk memberikan peringatan kepada
semua orang yang berada di sekitar area pengujian untuk berlindung, karena motor roket akan
dinyalakan.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
4.3 Area pengujian
Area pengujian harus berada di daerah yang tidak padat penduduk dan memiliki tempat
perlindungan yang aman bagi personel tim pelaksana dan pengunjung. Arus lalu lintas menuju
area pengujian harus dilengkapi dengan barikade, tanda petunjuk, papan peringatan, lampu
peringatan serta pengeras suara sirine sebagai tanda pengujian sedang berlangsung.
Tempat motor roket yang akan diuji statis, diletakkan. Hanya petugas yang diizinkan yang
boleh ada di area ini pada saat persiapan pengujian antara lain pemasangan motor roket pada
test bed, pemasangan igniter pada motor roket. Area ini harus dikosongkan setelah igniter
terpasang.
Tempat peralatan dan petugas observasi berada. Bangunan bunker ini harus terbuat dari
material kongkrit tebal yang bisa melindungi peralatan dan petugas dari bahaya ledakan dan
kebakaran.
Tempat peralatan sistem firing, perekam data dan gambar, ketua tim pelaksana, serta petugas
firing yang dibutuhkan berada, saat pengujian berlangsung.
Tempat untuk mengamati pelaksanaan pengujian statis motor roket padat melalui tayangan
langsung baik oleh pengunjung maupun petugas yang telah selesai menunaikan tugasnya.
Tempat proses perangkaian komponen motor roket berlangsung. Hanya petugas yang
mempersiapkan motor roket yang diizinkan berada di area ini.
Tempat penyimpanan motor roket dan hanya petugas tertentu yang diizinkan berada di area
ini.
Jika komponen igniter telah terpasang pada motor roket, maka jarak aman minimal personel
dari motor roket seperti pada Tabel 1.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel 1 – Jarak aman minimal personel
Impuls total motor roket Jarak aman minimal dari Jarak aman minimal dari
(N∙s) motor roket tunggal motor roket bertingkat
(meter) (meter)
0,00 sampai 40,00 7 15
40,01 sampai 160,00 10 20
160,01 sampai 320,00 15 30
320,01 sampai 640,00 45 60
640,01 sampai 2560,00 60 90
2.560,01 sampai 10.240,00 90 150
10.240,01 sampai 40.960,00 150 300
40.960,01 sampai 100.000,00 300 500
100.000,01 sampai 1.000.000,00 500 1.000
1.000.000,01 ke atas 500 ke atas 1.000 ke atas
CATATAN Roket tunggal adalah roket yang memiliki satu motor roket. Roket bertingkat adalah roket
yang memiliki dua atau lebih motor roket.
4.4.1 Umum
Peralatan yang digunakan dalam pengujian harus sesuai dan aman terhadap beban kerja
yang timbul selama persiapan dan pelaksanaan pengujian, serta terhadap parameter motor
roket padat yang akan diukur. Keakuratan pengukuran ditetapkan oleh tim pelaksana
pengujian. Kalibrasi peralatan yang digunakan harus dilakukan secara berkala dan ditetapkan
oleh institusi yang berwenang.
Peralatan yang digunakan, disimpan pada kondisi ruangan yang sesuai dan aman untuk
pengoperasian. Peralatan mempunyai sistem pengaman terhadap gangguan elektrostatis dan
elektromagnetik. Semua peralatan harus dipastikan mempunyai sistem grounding yang sesuai
dengan SNI 0225.
Peralatan yang digunakan untuk sistem firing dan akuisisi data serta video gambar harus
mampu dinyalakan dengan jarak jauh maupun manual.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
4.4.2 Peralatan elektronik
Sistem penyalaan mempunyai fungsi utama untuk memberikan suplai listrik dalam proses
penyalaan komponen igniter motor roket. Untuk itu, sistem penyalaan ini diharuskan
mempunyai sirkuit elektronika yang independen dan terpisah dari komponen elektrikal lainnya.
Besaran nilai arus listrik harus dipastikan sesuai dengan minimal tegangan picu igniter yang
digunakan.
Sirkuit sistem penyalaan harus diisolasi dari sirkuit perangkat elektrikal lainnya dengan
menempatkan perangkat penyalaan pada tempat atau rak yang tersusun jelas dan mudah
dikenali, jauh dari jalur daya listrik utama dan dilengkapi dengan sistem grounding yang sesuai
dengan SNI 0225.
Instrumen penyalaan harus mempunyai sistem anti listrik statis (ESD) dan terlindungi dari
interferensi gelombang elektromagnetik.
Proses kendali instrumen penyalaan harus mempunyai sistem kontrol dengan model logika
normally-open dan diharuskan mempunyai dua atau lebih blok pensaklaran.
Kabel keluaran instrumen penyalaan dalam keadaan normal diharuskan memiliki kondisi
grounding yang sesuai dengan SNI 0225.
Radiasi elektromagnetik yang dimaksud dalam prosedur keamanan uji statis ini adalah sinyal
elektromagnetik yang ditransmisikan oleh beberapa perangkat radio dalam rentang frekuensi
tertentu. Sebagai contoh, pada rentang frekuensi VHF (30 MHz sampai dengan 300 MHz)
terdapat beberapa perangkat radio Handy Talky (HT) yang bisa menimbulkan interferensi
pada instrumen pengkondisi sinyal.
Harus dipertimbangkan jarak antara posisi penempatan peralatan sistem penyalaan, peralatan
radio dan instrumen perekam data masing-masing, terletak pada jarak yang cukup aman dan
tidak saling mengganggu. Misalnya, harus dipastikan tidak adanya pengaruh noise pada
proses pembacaan sinyal data sensor di instrumen perekam data.
Komponen igniter harus dipastikan pada kondisi hubung singkat untuk mencegah terjadinya
pemicuan yang tidak disengaja.
Papan peringatan harus dipasang pada setiap pintu masuk area pengujian untuk
mengingatkan personel pengujian bahwa tidak diperkenankan menyalakan peralatan yang
dapat mentransmisikan gelombang radio.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
4.4.2.7 Grounding peralatan elektronik
Peralatan elektronik yang dimaksud adalah peralatan elektronik yang berada di sekitar
perangkat utama instrumen uji statis, area ruang kontrol dan area test bed.
Peralatan angkat seperti sling, rantai, derek dan sebagainya harus diperiksa kondisi fisik dan
fungsinya sebelum digunakan. Kemampuan peralatan pengangkat paling sedikit 1,5 kali lipat
berat motor roket yang akan diuji.
Peralatan penyelamatan, alat perlindungan diri sesuai pasal 4.2.4, pemadam kebakaran dan
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) harus ada pada tempat-tempat pelaksanaan
kegiatan yang berbahaya, berlangsung. Pintu darurat dan jalur evakuasi menuju tempat
berkumpul yang aman tidak boleh terhalangi.
CATATAN Standar peralatan pemadam kebakaran dapat mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor: Per.04/Men/1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
Tim pelaksana pengujian harus memeriksa kesiapan peralatan yang terkait dengan
keselamatan lingkungan sebelum pelaksanaan kegiatan uji statis motor roket.
Pelaksanaan pengujian statis motor roket padat harus memperhatikan aspek keselamatan
lingkungan terdampak sekitarnya. Untuk pengujian statis motor roket padat dengan impuls
total di bawah 625 N∙s harus melaksanakan kegiatan pada sub pasal 4.5.1, 4.5.2 dan 4.5.3.
Untuk motor roket dengan impuls total antara 625 N∙s dan 6000 N∙s minimal harus melakukan
kegiatan pada sub pasal 4.5.1, 4.5.2, dan 4.5.4. Untuk pengujian statis motor roket dengan
impuls spesifik lebih atau sama dengan 6000 N∙s harus melaksanakan kegiatan pada sub
pasal 4.5.1, 4.5.2, 4.5.3, dan 4.5.4.
Tim pelaksana pengujian harus membuat surat pemberitahuan kepada aparatur pemerintah
setempat tentang rencana kegiatan uji statis motor roket minimal lima hari kerja sebelum
pelaksanaan kegiatan.
4.5.2 Sosialisasi
Tim pelaksana pengujian harus menentukan dan membuat jalur evakuasi serta
mensosialisasikannya kepada personel pelaksana, penonton dan masyarakat di sekitar lokasi
pengujian.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
4.5.3 Pengukuran tingkat kebisingan
Tim kesehatan lingkungan harus memeriksa kualitas udara sebelum dan sesudah uji statis
motor roket padat pada daerah tempat tinggal masyarakat sekitarnya, nilai ambang batas zat
kimia di udara sekitar tempat kerja adalah sebagai berikut:
a. Partikel debu : lebih kecil dari atau sama dengan 0,2 mg/m3;
b. Ozone (O3) : lebih kecil dari atau sama dengan 0,2 mg/m3;
c. Nitrogen Oxide (NOX) : lebih kecil dari atau sama dengan 31 mg/m3;
e. Sulphur Dioxide (SO2) : lebih kecil dari atau sama dengan 5,2 mg/m3.
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi sebelum pelaksanaan uji statis motor roket padat
adalah terpenuhinya data motor roket, meliputi:
Data radiografi yang menyatakan tabung lulus uji tak rusak, uji hidrostatis dan beberapa data
lainnya sesuai dengan Lampiran C.
Data radiografi yang menyatakan cap lulus uji tak rusak dan beberapa data lainnya sesuai
dengan Lampiran D.
Data radiografi yang menyatakan nosel lulus uji tak rusak dan beberapa data lainnya sesuai
dengan Lampiran E.
Sistem propelan terdiri dari propelan, liner/inhibitor dan insulator. Pengujian karakteristik
material sistem propelan harus menunjukkan hasil yang sesuai dengan persyaratan desain.
Data yang disyaratkan harus sesuai dengan Lampiran F.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
5.6 Data sensor
Data yang disyaratkan adalah kapasitas sensor 150 % dari hasil simulasi terukur sesuai
dengan Lampiran H.
Uji radiografi merupakan kegiatan non destruction test yang harus dilakukan untuk melihat
antara lain kepadatan propelan, kekuatan sambungan, ketebalan insulator dan lain-lain yang
bersifat mikro dimensi.
Terdiri dari data hasil radiografi objek yang sesuai dengan Lampiran K.
Pengujian dapat dilaksanakan apabila persyaratan teknis fasilitas uji telah terpenuhi.
6.1 Sensor
Sensor yang digunakan harus sesuai dengan jenis respon dan besar beban kerja yang akan
diterima selama pengujian berlangsung. Sensor diharapkan memiliki noise yang kecil guna
mendapatkan hasil pengukuran yang baik. Sebelum digunakan, sensor harus terkalibrasi.
6.1.1 Umum
Pemilihan kapasitas ukur sensor harus memperhatikan nilai maksimum hasil simulasi, paling
sedikit sebesar 150 % dari nilai maksimum simulasi desain propulsi motor roket.
6.1.1.2 Dokumentasi
Rekam jejak pemakaian sensor sebelumnya harus terdokumentasi, yang mencakup merk dan
tipe sensor, nomor serial pabrikan, jumlah pemakaian, status kelayakan/kalibrasi dan narasi
pemakaian pada pengujian sebelumnya.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
6.1.2.3 Termokopel
Sensor ini digunakan untuk mengukur besarnya suhu pada permukaan luar motor roket
selama uji statis.
Sensor ini digunakan untuk mengukur besarnya regangan yang terjadi akibat beban kerja.
6.1.2.5 Accelerometer
Sensor ini digunakan untuk mengukur amplitudo getaran yang timbul akibat penyalaan motor
roket.
Sensor ini digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan yang terjadi akibat pengujian statis.
6.2.1 Spesifikasi
Spesifikasi mendasar yang harus dipenuhi dari perangkat ini adalah mampu untuk
mengkondisikan sinyal masukan dari sensor, mengukur, merekam serta menyimpan data hasil
pengujian statis motor roket.
Rekam jejak pemakaian instrumen perekam data sebelumnya harus terdokumentasi, yang
mencakup tipe instrumen perekam data, nomor seri pabrikan, daftar sambungan channel
masukan sensor dan kode uji statis dan data yang menunjukkan catatan pemakaian rutin
untuk pelaksanaan uji statis.
6.3.1 Spesifikasi
Sistem penyalaan pada dasarnya harus mempunyai kemampuan untuk mengalirkan listrik
dengan spesifikasi tegangan (voltage) tertentu untuk menyalakan komponen igniter pada
motor roket. Nilai tegangan ini harus disesuaikan dengan spesifikasi nilai resistansi internal
(R) komponen igniter yang dipakai.
Rekam jejak pemakaian sistem penyalaan sebelumnya harus terdokumentasi yang mencakup
catatan tentang status kelayakan, reliabilitas dan narasi pemakaian pada kegiatan uji statis.
6.4.1.1 Test bed minimal terdiri dari bulkhead yang terbuat dari tembok beton yang diperkuat
dengan lempengan bahan logam yang tebal, dudukan rel minimal sepanjang motor roket dan
cincin kerangka pemegang roket yang terdistribusi sepanjang motor roket. Test bed dapat
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
ditempatkan di udara terbuka atau di dalam bangunan beton tebal yang dilengkapi jalur keluar
asap dan lidah api.
6.4.1.2 Test bed bulkhead harus mampu menahan gaya dorong roket yang timbul akibat
penyalaan motor roket saat pengujian statis. Dudukan rel test bed harus mampu menahan
beban berat roket. Motor roket harus terpasang dengan aman selama pengujian dengan
menggunakan cincin kerangka pemegang roket.
6.4.1.3 Test bed yang memiliki peralatan pengangkat motor roket ke atas dudukan rel test
bed harus memperhatikan berat motor roket yang diangkat.
6.4.1.4 Untuk mencegah erosi akibat lidah api motor roket, test bed dapat dilengkapi dengan
pembelok lidah api atau flame deflector.
6.4.1.5 Test bed harus dilengkapi dengan penyemprot air dan alat pemadam kebakaran
dengan jenis dry chemical dan karbon dioksida. Persyaratan umum tentang peralatan
keamanan pemadam kebakaran mengacu pada pasal 4.4.4.
Rekam jejak pemakaian test bed sebelumnya harus terdokumentasi, yang mencakup catatan
status kelayakan, reliabilitas dan narasi pemakaian pada kegiatan uji statis.
6.5 Blockhouse
Untuk melaksanakan pengujian statis motor roket, test bed harus dilengkapi dengan
blockhouse yang terbuat dari beton tebal. Fungsi blockhouse adalah melokalisir ledakan.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
7.1 Pelaksanaan uji statis keadaan normal
7.1.1 Persiapan sistem perekam data uji statis dan dokumentasi audio/video
Prosedur berikut ini harus diikuti, dalam rangka persiapan sistem perekam data uji statis dan
sistem dokumentasi audio/video:
a. Siapkan sistem instrumen perekaman data dan instrumen pendukung data akuisisi,
misalnya instrumen signal conditioning;
b. Siapkan peralatan dokumentasi audio-video di area test bed dan di ruang kontrol; dan
c. Lakukan inspeksi akhir sistem kelistrikan instrumen perekam data yaitu sumber daya
listrik, fungsi grounding, fungsi anti listrik statis, konektor kabel data dan jalur transmisi
kabel data.
Prosedur berikut ini harus diikuti dalam rangka persiapan penyalaan motor roket:
a. Siapkan jalur kabel transmisi daya dari instrumen firing di ruang kontrol ke area test bed;
b. Lakukan setelan pengaturan sistem firing yaitu urutan prosedur penyalaan (sequencing),
durasi waktu hitung mundur dan nilai tegangan keluaran sistem firing (volt);
c. Pastikan fungsi penyalaan sistem firing berjalan normal, yaitu dengan melakukan uji coba
proses penyalaan sistem firing dengan mengukur nilai tegangan keluaran (volt) dan
resistansi (ohm) awal jalur kabel transmisi sistem firing di area test bed; dan
d. Lakukan inspeksi akhir keseluruhan sistem firing yaitu sumber daya listrik, fungsi
grounding, fungsi anti listrik statis (ESD), fungsi konektor dan kabel tranmisi.
Prosedur berikut ini harus diikuti dalam rangka pemasangan sensor dan transduser di test
bed:
a. Lakukan pemasangan sensor dan transduser di test bed;
b. Pastikan fungsi pembacaan sinyal data dari sensor berjalan normal yaitu dengan
melakukan uji coba pengukuran data sampel di test bed ke instrumen perekam data di
ruang kontrol; dan
c. Lakukan inspeksi akhir koneksi jalur transmisi data sensor.
Prosedur berikut ini harus diikuti dalam rangka pemasangan motor roket di test bed:
a. Lakukan setelan test bed untuk menyesuaikan test bed dengan dimensi motor roket uji;
b. Lakukan pemasangan motor roket uji di test bed;
c. Pastikan kelurusan dan kemiringan sumbu aksial motor roket terhadap test bed;
d. Sesuaikan tingkat gaya gesek motor roket dengan poligon cincin kerangka pemegang
roket test bed. Hal ini dilakukan supaya motor roket masih bisa bergerak bebas untuk
mendapatkan validitas pengukuran gaya dorong roket; dan
e. Lakukan inspeksi akhir kondisi motor roket di test bed.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
7.1.5 Pemasangan komponen igniter motor roket uji
Prosedur berikut ini harus diikuti dalam rangka pemasangan igniter ke motor roket uji.
a. Lakukan inspeksi awal kondisi igniter yang akan dipasang;
b. Pastikan kondisi kedua kabel, kabel positif (VCC) dan kabel negatif (ground) igniter
dihubung singkat (short circuit). Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya penyalaan
yang tidak diinginkan; dan
c. Lakukan pemasangan igniter ke dalam motor roket uji;
d. Lakukan inspeksi akhir kondisi igniter terpasang yaitu kondisi seal, kelurusan aksial
selongsong igniter.
Prosedur berikut ini harus diikuti dalam rangka penyalaan motor roket:
a. Pastikan instrumen firing dalam keadaan tidak terhubung (mati), tegangan keluaran
(voltage out) nol dan sistem anti listrik statis (ESD) berfungsi normal;
b. Lakukan prosedur clearing area test bed;
c. Lakukan inspeksi kondisi akhir motor roket oleh koordinator pelaksana lapangan;
d. Lakukan perekaman audio/video;
e. Lakukan perekaman data uji statis; dan
f. Lakukan observasi kondisi darurat dan berbahaya.
Tata urutan pelaksanaan penyalaan motor roket yang harus diikuti dengan dipimpin oleh
komandan uji statis adalah sebagai berikut:
1. Pengecekan kesiapan test bed, kedudukan roket pada test bed, peralatan data akuisisi,
dokumentasi foto-video, sistem firing dan alat pemadam kebakaran;
2. Pemasangan sensor gaya dorong, sensor tranduser tekanan, dan sensor penginderaan
lainnya;
3. Pemeriksaan terakhir kedudukan roket pada test bed;
4. Pengecekan informasi keamanan lokasi sekitar test bed;
5. Pemasangan sistem pendingin sensor transduser tekanan;
6. Penyambungan kabel igniter pada sistem firing;
7. Pengukuran tahanan filamen (ohm) igniter di test bed.
8. Pengukuran tahanan filamen (ohm) igniter di control room;
9. Pemberitahuan kepada umum bahwa di sekitar lokasi pengujian dalam keadaan bahaya
dan akan segera dilakukan pengujian;
10. Membunyikan sirine peringatan minimal tiga kali; dan
11. Melakukan hitung mundur penyalaan motor roket dimulai dari angka 30 atau yang
ditetapkan.
Prosedur berikut ini harus diikuti dalam rangka perekaman data uji statis:
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
a. Sesuaikan proses mulai dan berhenti perekaman dengan durasi waktu penyalaan motor
roket uji;
b. Lakukan perekaman data pengukuran sensor di instrumen perekam data yaitu gaya
dorong, tekanan ruang bakar, suhu luar tabung motor roket dan/atau parameter uji
lainnya; dan
c. Lakukan proses penyimpanan data uji statis.
Contoh format laporan data hasil uji statis dapat dilihat di Lampiran L.
Prosedur berikut ini harus diikuti dalam rangka pengambilan dokumentasi foto dan video
kondisi akhir motor roket uji di test bed:
a. Lakukan pengambilan dokumentasi foto kondisi akhir motor roket uji;
b. Lakukan penyimpanan data dokumentasi foto ke dalam pusat data penyimpanan.
Prosedur berikut ini harus diikuti dalam rangka pelepasan motor roket dari test bed:
a. Pastikan asap dan api pembakaran sudah tidak nampak secara kasat mata dari area test
bed dan temperatur tabung motor roket sudah aman untuk dilakukan pengangkatan dari
test bed;
b. Lepaskan sensor - sensor yang terpasang pada motor roket dan test bed;
c. Lepaskan motor roket dari cincin kerangka pemegang roket; dan
d. Angkat dan pindahkan motor roket ke lokasi pengukuran fisik.
Pengukuran ini dilakukan untuk keperluan interpretasi data hasil uji statis. Setiap peralatan
pengukuran yang digunakan harus dikalibrasi terlebih dahulu. Hasil pengukuran harus tercatat
atau terdokumentasi. Pengukuran meliputi:
a. Berat motor roket dalam satuan kilogram;
b. Titik center of gravity (CoG) motor roket uji dalam satuan milimeter (3 sumbu, axial lateral
vertikal); dan
c. Diameter throat nosel dalam satuan milimeter.
Prosedur keadaan abnormal ini harus dapat dikerjakan ketika terjadi suatu keadaan abnormal
non darurat dan abnormal darurat yang berlangsung pada saat pelaksanaan operasi uji statis
motor roket padat. Prosedur ini mencakup urutan kegiatan yang harus dapat dikerjakan
dengan taktis.
Keadaan abnormal non darurat merupakan keadaan abnormal yang menghambat jalannya
pengujian statis namun tidak membahayakan jiwa personel secara langsung.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
7.2.1.1 Keadaan ketika nyala igniter tidak normal
Prosedur berikut ini harus diikuti ketika nyala igniter tidak normal:
a. Menunggu keadaan aman selama 10 menit;
b. Melakukan pengecekan visual keamanan roket pada jarak aman menggunakan zooming
snake camera; dan
c. Penentuan kelanjutan pengujian statis oleh komandan uji statis. Jika dilanjutkan, maka
ganti igniter dan kemudian pengujian dilanjutkan. Jika tidak, maka pengujian statis
dihentikan.
7.2.1.2 Keadaan ketika sistem firing tidak normal dan/atau kabel putus
Prosedur berikut ini harus diikuti ketika sistem firing tidak normal dan/atau kabel putus:
a. Memeriksa keadaan sumber daya listrik;
b. Memeriksa dan ukur nilai resistansi (ohm) komponen igniter di control room dan di test
bed;
c. Memeriksa sekring sistem firing;
d. Memeriksa konektor-konektor sistem firing;
e. Memeriksa keadaan kabel transmisi antar sistem firing dari control room menuju test bed;
f. Memeriksa dan ukur nilai keluaran tegangan (voltage) sistem firing; dan
g. Penentuan kelanjutan pengujian oleh komandan uji statis.
Prosedur berikut ini harus diikuti ketika sumber daya listrik mati mendadak:
a. Memeriksa kesiapan sumber daya listrik cadangan;
b. Menyetel ulang peralatan pada kondisi siap pakai; dan
c. Penentuan kelanjutan pengujian statis oleh komandan uji statis.
7.2.2.1 Keadaan ketika terjadi hujan deras dan/atau angin kencang dan/atau petir
Prosedur berikut ini harus diikuti ketika terjadi hujan deras dan/atau angin kencang dan/atau
petir:
a. Mematikan sumber daya listrik;
b. Mengamankan peralatan kamera dan sistem akuisisi data, memasang payung besar
untuk melindungi alat-alat dari tetesan air hujan;
c. Mengamankan motor roket dari hujan dan angin kencang; dan
d. Penentuan kelanjutan pengujian statis oleh komandan uji statis.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
7.2.2.2 Keadaan ketika terjadi ledakan dan/atau kebakaran saat uji statis berlangsung
Prosedur berikut ini harus diikuti ketika terjadi ledakan dan/atau kebakaran saat uji statis
berlangsung:
a. Mengamankan dan melokalisasi area terdampak dari api;
b. Menyiapkan alat pemadam kebakaran;
c. Pemadaman api kebakaran oleh tim pemadam kebakaran;
d. Melakukan dokumentasi foto dan video oleh penanggung jawab dokumentasi, jika
memungkinkan; dan
e. Melakukan pengecekan keamanan lingkungan secara menyeluruh, baik itu personel
maupun peralatan pendukung uji statis oleh masing – masing personel pengujian statis.
Gaya dorong diukur dengan menggunakan sensor load cell. Gaya dorong hasil uji statis
digunakan untuk memverifikasi desain propulsi roket, menganalisis kualitas kinerja propulsi
roket, serta dapat digunakan sebagai input untuk perhitungan prestasi terbang roket. Hasil
gaya dorong ditampilkan dalam bentuk grafik x dan y, di mana:
Tekanan ruang bakar diukur dengan menggunakan pressure tranduser di satu atau beberapa
titik ruang bakar motor roket. Hasil pengukuran tekanan ruang bakar ditampilkan dalam bentuk
grafik x dan y, di mana:
Temperatur yang diukur adalah temperatur pada beberapa titik di permukaan luar motor roket.
Hasil pengukuran temperatur permukaan luar motor roket ditampilkan dalam bentuk grafik x
dan y, dimana:
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
8.2 Data hasil pengolahan
Impuls total proporsional dengan energi total yang dilepaskan oleh seluruh propelan dalam
sebuah sistem propulsi. Impuls total diperoleh dengan mengintegrasi gaya dorong terhadap
waktu pembakaran.
tb
I t Fdt (1)
t0
Keterangan:
It : impuls total (N∙s)
tb : waktu pembakaran (detik)
F : gaya dorong (N)
Keterangan :
A : titik waktu nol (t0).
B : titik saat tekanan ruang bakar (Pc) mencapai 5 % dari nilai Pa.
C&D : titik garis singgung dari bagian setimbang kurva tekanan terhadap waktu.
E : titik potong kurva dengan garis yang ditarik dari perpotongan dua garis
singgung kurva tekanan-waktu dengan sudut yang sama.
F : titik saat nilai tekanan ruang bakar (Pc) menurun di titik 5 % dari nilai Pa.
G : titik waktu akhir gaya dorong (tf).
Pa : tekanan rerata selama waktu aksi.
Waktu aksi : jangka waktu dari titik B sampai dengan F.
Waktu bakar : jangka waktu dari titik B sampai dengan E (tb).
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
8.2.2 Impuls spesifik
Impuls spesifik merupakan impuls total per unit berat propelan. Impuls spesifik digambarkan
dengan seberapa besar energi tiap satuan beratnya. Satuan impuls spesifik dinyatakan dalam
detik. Parameter ini sering digunakan sebagai tolok ukur kualitas sebuah sistem propulsi.
Semakin besar nilai impuls spesifik, maka sistem propulsinya semakin baik.
8.2.3 Regangan
Pengukuran regangan dilakukan dengan menggunakan sensor strain gauge. Satuan dari nilai
regangan yang didapatkan yaitu microstrain. Pengukuran regangan dapat dilakukan pada
beberapa titik, seperti di bagian nosel, tabung motor roket dan cap. Hasil pengukuran
regangan tersebut dapat digunakan untuk menentukan besar tegangan (stress) yang terjadi
di titik pengukuran.
Vo GF 1
(2)
VEX 4
1 GF
2
Keterangan:
Vo : tegangan listrik yang diukur (voltage)
VEX : tegangan listrik nilai eksitasi sensor (voltage)
GF : gauge factor
ε : regangan (microstrain)
Data visual adalah rekaman video yang memperlihatkan kondisi motor roket baik struktur
maupun bentuk nyala api yang keluar dari bagian nosel motor roket selama uji statis.
Perekaman video nyala api dapat dilakukan dari beberapa sisi menggunakan kamera video
kecepatan standar dan kecepatan tinggi.
Proses pengolahan data visual dilakukan dengan melakukan ekstraksi video ke dalam bentuk
data gambar tiap frame-nya, baik untuk hasil rekaman video kecepatan standar maupun video
kecepatan tinggi. Data waktu uji statis diperoleh dari menghitung urutan gambar yang
dihasilkan dan kecepatan videonya (frame per detik).
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran A
(informatif)
Daftar perlengkapan keselamatan tim pelaksana pengujian
Ketersediaan
No Alat perlindungan diri Tidak
Ada
ada
1. Pakaian kerja personel
2. Sepatu kerja personel
3. Helm pengaman
4. Alat penekan kebisingan
5. Masker gas
6. Kacamata pelindung
7. Sarung tangan
8. Alat komunikasi lapangan
................., ........................
(.......................) (.........................................)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran B
(informatif)
Daftar kesiapan sistem pendukung pengujian
Keterangan
No. Sistem pendukung Tidak
Siap
siap
Sistem keamanan personel di lokasi
1.
pengujian
2. Sistem test-bed di lokasi pengujian
3. Sistem data akuisisi uji statis motor roket
Sistem perolehan data ukur uji statis motor
4.
roket
Sistem perolehan data foto uji statis motor
5.
roket
Sistem perolehan data video uji statis motor
6.
roket
Sistem informasi lingkungan (sistem audio &
7.
komunikasi nirkabel)
8. Sistem keamanan lingkungan
9. Sistem pemadam kebakaran
.................., ........................
(.......................) (.........................................)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran C
(normatif)
Data tabung
1. Tanggal assembling
2. Pabrikan
3. Model
4. Nomor seri tabung (Serial Number)
5. Jenis bahan
6. Dimensi :
Tabung (mm)
Panjang Bagian masuk nosel (mm)
Bagian masuk cap (mm)
Bagian masuk nosel (mm)
Diameter
Bagian masuk cap (mm)
7. Bagian masuk nosel :
Jumlah lubang baut (Buah)
Diameter lubang baut (mm)
8. Bagian masuk cap :
Jumlah lubang baut (Buah)
Diameter lubang baut (mm)
9. Berat tabung (kg)
10. Berat motor roket :
Berat sebelum uji statis (kg)
Berat sesudah uji statis (kg)
11. Non destruction test : Dilakukan / Tidak dilakukan
Visual Baik/ Ada cacat
Kehalusan bagian yang dibubut Baik / Cukup / Ada cacat
X – Ray Baik / Ada cacat
12. Uji hidrostatis (SMC Standard SMC-S-006) Dilakukan / Tidak dilakukan
13. Keterangan
......................, ........................
(.......................) (.........................................)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran D
(normatif)
Data cap
1. Tanggal assembling
2. Pabrikan
3. Model
4. Nomor seri cap (Serial number)
5. Jenis bahan
6. Dimensi
Total cap (mm)
Panjang
Bagian masuk tabung (mm)
Bagian masuk tabung (mm)
Diameter Bagian dalam yang masuk tabung
(mm)
7. Baut :
Jumlah baut (Buah)
Diameter lubang baut (mm)
Jumlah baris (Buah)
8. Jumlah alur seal : (Buah)
9. Berat cap (kg)
Dilakukan / Tidak
10. Non destruction test :
dilakukan
Visual Baik / Ada cacat
Baik /Cukup / Ada
Kehalusan bagian yang dibubut
cacat
X – Ray Baik / Ada cacat
11. Keterangan :
....................., ........................
(.......................) (.........................................)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran E
(normatif)
Data nosel
1. Tanggal assembling
2. Pabrikan
3. Model
4. Nomor seri nosel (Serial number)
5. Jenis bahan
6. Dimensi :
Panjang Nosel (mm)
Bagian masuk tabung (mm)
Diameter Luar yang masuk tabung
(mm)
Dalam bagian konvergen
(mm)
Throat (mm)
Dalam bagian divergen (mm)
Luar bagian divergen (mm)
Sudut Konvergen ( 0 )
Divergen bagian dalam ( 0 )
Divergen bagian luar ( 0 )
7. Jumlah lubang baut
8. Seal :
Jumlah alur (buah)
Lebar alur (mm)
Dalam alur (mm)
8. Jumlah baris baut (Buah)
10. Berat nosel (kg)
11. Non destruction test : Dilakukan / Tidak
dilakukan
Visual Baik / Ada cacat
Kehalusan bagian yang dibubut Baik / Cukup / Ada
cacat
X – Ray (LPN090 /MIL STD 453C)* Baik / Ada cacat
12. Keterangan :
....................., ........................
(.......................) (.........................................)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran F
(normatif)
Data karakteristik sistem propelan
1. Tanggal produksi
2. Service life
3. Pabrikan
4. Model
Data karakteristik propelan
5. Nomor seri propelan (Serial number)
6. Jenis bahan penyusun propelan 1.
2.
3.
4.
7. Konfigurasi propelan
8. Dimensi Panjang (mm)
Diameter (mm)
9. Berat (kg)
10. Laju bakar pada tekanan 1000 psi (mm/detik)
11. Flash point (oC)
12. Kekerasan (shore A)
13. Kuat tarik (kg/cm2)
14. Elongasi (%)
15. Densitas (g/cm3)
Data liner dan insulasi termal
16. Bahan penyusun liner dan insulasi termal 1.
2.
17. Kekerasan (shore A)
18. Kuat tarik (kg/cm2)
19. Elongasi (%)
20. Densitas (g/cm3)
21. Konduktivitas termal (W/m.K)
22 Non destruction test : Dilakukan / Tidak
dilakukan
Visual Baik / Discontinue
X – Ray (LPN090 /MIL STD 453C)* Baik / Discontinue
23. Keterangan :
..................., ........................
(.......................) (.........................................)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran G
(normatif)
Data assembling motor roket
1. Tanggal assembling
2. Kode motor roket
3. Keadaan tabung dan propelan Baik/Tidak baik
4. Kekuatan sambungan nosel :
Jumlah baut (buah)
Diameter lubang baut (mm)
Jenis seal
Jenis perekat
Tebal inhibitor (mm)
5. Kekuatan sambungan cap:
Jumlah baut (kg)
Diameter lubang baut (mm)
Jenis seal
Jenis perekat
Tebal inhibitor (mm)
6. Tebal inhibitor (mm)
7. Berat total motor roket (kg)
8 Non destruction test: Dilakukan / Tidak dilakukan
Visual Baik / Discontinue
X – Ray (LPN090 /MIL STD 453C)* Baik / Discontinue
9. Keterangan :
....................., ........................
(.......................) (.........................................)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran H
(informatif)
Data spesifikasi sensor
....................., ........................
(.......................) (.........................................)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran I
(normatif)
Data karakteristik igniter
1. Tanggal assembling
2. Pabrikan
3. Tipe
4. Nomor seri igniter (Serial number)
5. Jenis bahan struktur igniter
6. Dimensi Panjang (mm)
Diameter (mm)
7. Bahan isian
8. Berat total (kg)
9. Non destruction test struktur igniter : Dilakukan / Tidak dilakukan
Visual Baik / Discontinue
Kehalusan bagian yang dibubut Baik / Cukup / Discontinue
X – Ray (LPN090 /MIL STD 453C)* Baik / Discontinue
10. Keterangan :
................., ........................
(.......................) (.........................................)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran J
(informatif)
Radiographic technical data report
(.......................) (.........................................)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran K
(informatif)
Radiographic inspection data report
Acceptance Criteria
RADIOGRAPHIC INSPECTION ASME BPV CODE/ASTM E-446/
REPORT ASME V Sec VIII Div 1 UWS 1/R2/R3
JUDGEMENT
Radiographic data.
Object : …….…………………………………
Material : …….…………………………………
Outside diameter : …….…………………………………
Inside diameter : …….…………………………………
Material/Grain thickness : …….…………………………………
Exposure data.
KV/MV, mA/Curie : …….…………………………………
IQI Type/IQI No. : …….…………………………………
Exposure Time : …….…………………………………
Film type/size : …….…………………………………
Radiographic technique : …….…………………………………
SFD/FFD : …….…………………………………
I. Crack (C)
Incomplete fusion (IF)
Incomplete penetration (IP)
II. Elongated indication:
Slag line (SL)
Under cut (UC)
III. Rounded indication:
Porosity (P)
Clustered porosity (CP)
Distributed porosity (DP)
Internal concavity (IC)
Tungsten inclusion (TI)
Slag inclusion (SI)
.................., ........................
Diperiksa oleh Disetujui oleh
Penanggung jawab kegiatan
(.......................) (.........................................)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran L
(informatif)
Data hasil uji statis
(.......................) (.........................................)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk KT 49-01 Teknologi penerbangan dan antariksa, dan tidak untuk dikomersialkan”
Bibliografi
[1] SNI 03-7166-2006, Manajemen tanggap siaga untuk keadaan darurat di kegiatan usaha
pertambangan.
[2] SNI 19-0232-2005, Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja.
[4] ASTM D2508-93, Standard Test Method for Solid Rocket Propellant Specific Impulse
Measurements.
[7] SMC Standard SMC-S-006, Solid Rocket Motor Case Design and Test.
[8] AD 718571, White Sands Missile Range, 1967, Tests of Solid Propellant Systems.
[10] Application Note 078, National Instruments, Strain Gauge Measurement - A Tutorial.
---