Jakarta, Desember2019
&
Jiyana Margahayu
Tembusan:
1. Sekretaris Utama, BSN;
2. Deputi Bidang Pengembangan Standar, BSN;
3. Deputi Bidang Akreditasi, BSN;
4. Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Kerja Sama,dan Layanan Informasi, BSN; dan
5. Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi, BSN
BADAN
STANDARDISASI
NASIONAL
NOMOR 709/KEP/BSN/12/2019
TENTANG
a. bahwa untuk
untuk memenuhi
memenuhi kepentingan
perlindungan terhadap konsumen, pelaku usaha,
tenaga kerja, masyarakat lainnya,
mengembangkan tumbuhnya persaingan yang
sehat, keselamatan, keamanan, kesehatan, dan
kelestarian fungsi Ungkungan hidup, Rancangan
Akhir Standar Nasional Indonesia yang disusun
oleh Komite Teknis perlu ditetapkan menjadi
Standar Nasional Indonesia;
- 3-
MEMUTUSKAN:
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal r 2019
MtSAs,
KEPALA DISASI NASIONAL,
r '
SETYA
ICS 45.080
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
© BSN 2019
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau
seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan
dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN
BSN
Email: dokinfo@bsn.go.id
www.bsn.go.id
Diterbitkan di Jakarta
SNI 8833:2019
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Daftar isi
© BSN 2019 i
SNI 8833:2019
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel G.5 - Dimensi minimum dari konduktor yang menghubungkan instalasi logam internal
ke batang pengikatan ............................................................................................................. 36
Tabel G.6 Luas penampang minimum komponen pengikatan .............................................. 36
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Prakata
Standar Nasional Indonesia (SNI) 8833:2019, dengan judul Sistem proteksi petir prasarana
perkeretaapian merupakan SNI baru. Standar yang menjadi acuan utama adalah IEC 62305:
2010 Protection against lightning.
Standar Nasional Indonesia (SNI) ini dirumuskan dengan tujuan sebagai berikut:
‐ Melindungi keselamatan prasarana perkeretaapian.
‐ Persyaratan teknis sistem proteksi petir prasarana perkeretaapian.
‐ Azas yang sama pada sistem proteksi petir prasarana perkeretaapian.
Standar ini disusun oleh Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian. Standar telah
dibahas dalam rapat teknis serta disepakati pada rapat konsensus di Jakarta, pada tanggal 11
September 2019 yang dihadiri oleh Komite Teknis, produsen, konsumen, pemerintah,
asosiasi, perguruan tinggi, dan instansi pemerintah terkait lainnya.
Standar ini telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 19 September 2019 sampai
dengan 19 November 2019, dengan hasil akhir disetujui menjadi SNI.
Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan beberapa unsur dari dokumen standar ini dapat
berupa hak paten. Badan Standardisasi Nasional tidak bertanggung jawab untuk
pengidentifikasian salah satu atau seluruh hak paten yang ada.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Pendahuluan
Standardisasi perlu dilakukan untuk memperoleh mutu yang terjamin dari segala pengadaan
barang dan jasa tersebut, baik dalam proses pembuatan maupun ukuran yang terdapat pada
barang tersebut. Standardisasi juga dilakukan untuk menyesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Proses standardisasi dilakukan oleh suatu instansi yang
berwenang dengan standar skala nasional maupun internasional sehingga dapat digunakan
sebagai pedoman dalam proses pengadaan baik produksi, alat maupun barang.
Standar ini berkaitan dengan proteksi petir di struktur pada fasilitas pengoperasian kereta api
maupun sekitarnya, terhadap kerusakan fisik dan bahaya pada manusia akibat tegangan
sentuh maupun tegangan langkah. Pembuatan standar ini bertujuan untuk:
1. Mendukung keselamatan perjalanan kereta api.
2. Menjamin keselamatan konsumen.
3. Sebagai landasan atau acuan dalam menerapkan sistem proteksi petir yang tepat sesuai
dengan standar serta kondisi Indonesia.
4. Sebagai landasan atau acuan dalam proses pengadaan barang.
5. Mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam pengadaan barang dan jasa.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Sistem proteksi petir prasarana perkeretaapian
1 Ruang lingkup
Standar ini menentukan persyaratan teknis, perencanaan, pemasangan, pemeriksaan, dan
perawatan pada sistem proteksi petir/Lightning Protection System (LPS) prasarana
perkeretaapian.
2 Acuan normatif
Dokumen acuan berikut sangat diperlukan untuk penerapan dokumen ini. Untuk acuan
bertanggal, hanya edisi yang disebutkan yang belaku. Untuk acuan tidak bertanggal, berlaku
edisi terakhir dari dokumen acuan tersebut (termasuk seluruh perubahan/amandemennya).
IEC 62305-2: 2010 Protection against lightning - Part 2: Risk management
IEC 62305-3:2010 Protection against lightning - Part 3: Physical damage to structures and life
hazard
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
3.9
struktur yang diproteksi
struktur yang perlu diproteksi terhadap pengaruh petir sesuai dengan standar ini.
CATATAN Struktur yang diproteksi dapat berupa satu bagian dari struktur yang lebih besar.
3.10
proteksi petir / lightning protection (LP)
sistem lengkap untuk proteksi struktur terhadap petir, termasuk sistem internal dan isinya,
seperti orang.
3.11
sistem proteksi petir/ lightning protection system (LPS)
sistem lengkap yang digunakan untuk mengurangi kerusakan fisik akibat sambaran petir ke
struktur.
CATATAN Hal ini terdiri dari sistem proteksi petir eksternal dan internal.
3.12
sistem proteksi petir eksternal
bagian dari sistem proteksi petir terdiri atas Sistem Terminasi udara, Sistem Penghantar Turun
dan Sistem terminasi pembumian.
3.13
sistem proteksi petir internal
bagian dari sistem proteksi petir terdiri atas ikatan batang penyama tegangan petir dan/atau
isolasi elektrikal sistem proteksi petir eksternal.
3.14
sistem terminasi udara
bagian dari sistem proteksi petir eksternal yang menggunakan elemen logam seperti
batangan, konduktor jaring atau bentangan kawat yang bertujuan untuk mencegah sambaran
petir ke struktur.
3.15
sistem penghantar turun
bagian dari sistem proteksi petir eksternal yang bertujuan untuk mengalirkan arus petir dari
sistem terminasi udara menuju sistem terminasi pembumian.
3.16
sistem terminasi pembumian
bagian dari sistem proteksi petir eksternal yang bertujuan untuk mengalirkan dan
menyebarkan arus petir ke bumi.
3.17
batang penyama tegangan
sistem pengamanan yang digunakan untuk menyamakan referensi tegangan sehingga tidak
terjadi busur listrik berbahaya antar komponen atau peralatan yang berdekatan.
3.18
busur listrik berbahaya
peluahan listrik dikarenakan petir yang dapat menyebabkan kerusakan fisik pada struktur yang
ingin diproteksi.
3.19
kerusakan fisik
kerusakan pada struktur (atau pada isinya) atau pada pelayanan karena pengaruh mekanik,
termal, kimia atau ledakan dari petir.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
3.20
kecelakaan pada makhluk hidup
kecelakaan termasuk kehilangan nyawa pada manusia atau pada binatang karena tegangan
sentuh atau tegangan langkah yang disebabkan oleh petir.
3.21
impuls elektromagnetik petir/lightning electromagnetic pulse (LEMP)
semua pengaruh elektromagnetik pada arus petir melalui kopling resistif, induktif, dan kapasitif
yang menimbulkan surja dan radiasi medan elektromagnetik.
3.22
kegagalan sistem listrik dan elektronika
kerusakan permanen pada sistem listrik dan elektronika karena LEMP.
3.23
zona proteksi petir/ lightning protection zone (LPZ)
daerah dengan lingkungan elektromagnetik petirnya didefinisikan.
CATATAN batasan zona dari LPZ tidak selalu batasan fisik (misalnya dinding, lantai dan atap).
3.24
tingkat proteksi petir
angka yang berhubungan dengan satu set nilai parameter arus petir yang terkait pada
probabilitas bahwa nilai rancang maksimum dan minimumnya tidak akan dilampaui dalam
terjadinya petir secara alami.
CATATAN tingkat proteksi petir yang digunakan untuk merancang tindakan proteksi sesuai dengan set
parameter arus yang terkait.
3.25
gawai proteksi surja/ surge protective device (SPD)
gawai untuk mengurangi tegangan lebih transien dan arus yang dialirkan pada saluran,
misalnya supresor surja, termasuk juga celah, varistor, dioda, filter dan sebagainya.
3.26
ikatan batang penyama tegangan petir
ikatan bagian logam yang terpisah ke LPS, dengan cara sambungan konduktif langsung atau
melalui gawai proteksi surja untuk mengurangi beda potensial yang disebabkan arus petir.
3.27
batang penyama tegangan petir
batang untuk menyatukan sistem pembumian dari berbagai peralatan, LPS dan bagian logam
lainnya.
3.28
perisai magnetik
tapis tertutup dari logam seperti kisi-kisi atau yang tertutup seluruhnya menutupi struktur yang
diproteksi atau bagiannya, digunakan untuk mengurangi kegagalan sistem elektrikal dan
elektronik.
3.29
risiko
nilai rugi (manusia atau harta benda) tahunan rerata yang mungkin karena petir, relatif
terhadap nilai total (manusia atau harta benda) pada struktur yang diproteksi.
3.30
surja
transien yang ditimbulkan oleh LEMP tersebut muncul sebagai tegangan lebih dan/atau arus
lebih.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
3.31
sambaran langsung
proses peluahan petir, yang terdiri atas satu atau lebih sambaran, yang menyambar struktur
atau LPS secara langsung.
3.32
sambaran tidak langsung
proses peluahan petir, yang terdiri atas satu atau lebih sambaran, yang menyambar saluran
pelayanan, permukaan tanah, permukaan tanah di dekat struktur, atau saluran pelayanan
yang memasuki struktur.
5 Prinsip umum
5.1 Kerusakan akibat petir
Petir yang menyambar struktur dapat menyebabkan bahaya pada struktur tersebut, makhluk
hidup serta objek di sekitarnya termasuk kegagalan sistem internal. Kerusakan yang
ditimbulkan oleh petir dapat disebabkan oleh sambaran langsung dan sambaran tidak
langsung. Kerusakan dan kegagalan dapat meluas ke sekeliling struktur dan bahkan meliputi
lingkungan sekitar. Skala perluasan ini tergantung pada karakteristik struktur dan karakteristik
sambaran petir.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Sambaran langsung dapat menyebabkan efek hancur, mati, meledak dan terbakar pada objek
yang disambar. Sementara itu, sambaran tidak langsung dapat berupa konduksi, induksi dan
elevasi tegangan.
Konduksi terjadi akibat kenaikan tegangan pada struktur di sekelilingnya yang menyebabkan
arus mengalir ke instalasi melalui komponen seperti kulit kabel dan pipa metal. Induksi
disebabkan oleh adanya sambaran pada struktur tinggi dan struktur lain di sekitarnya. Elevasi
tegangan terjadi akibat sambaran petir pada struktur yang terdekat yang menyebabkan sistem
pembumian mempunyai tegangan lebih tinggi dari peralatan, kulit kabel, sistem pembumian
instrumen.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
5.3.2 Tingkat proteksi petir
Nilai parameter petir yang telah diukur di gunung tangkuban perahu (lokal), dapat digunakan
sebagai dasar tingkat proteksi petir di Indonesia.
Nilai parameter petir lokal dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 - Nilai parameter petir lokal
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Keterangan:
1 Struktur S1 Sambaran ke struktur
2 Sistem terminasi udara S2 Sambaran ke dekat struktur
S3 Sambaran ke saluran yang dihubungkan ke
3 Sistem Penghantar Turun
struktur
S4 Sambaran di dekat saluran yang dihubungkan
4 Sistem terminasi pembumian
ke struktur
5 ruangan (pelindung dari LPZ 2) r Radius bola gelinding
6 ds Jarak aman terhadap medan magnetik yang
Saluran yang dihubungkan ke struktur
terlalu tinggi
𝛻 Level tanah
O Ikatan batang penyama tegangan petir dengan cara SPD
LPZ 0A Sambaran langsung, arus petir penuh, medan magnetik penuh
LPZ 0B Tidak ada sambaran langsung, arus petir atau induksi parsial, medan magnetik
penuh
LPZ 1 Tidak ada sambaran langsung, arus petir atau induksi dibatasi, medan magnetik
diredam
LPZ 2 Tidak ada sambaran langsung, arus di induksi, medan magnetik diredam lebih
jauh
ruang proteksi di dalam LPZ 1 dan LPZ 2 harus mengikuti jarak aman ds
Gambar 1 - zona proteksi petir (LPZ)
Secara umum, semakin tinggi tingkatan zona maka kekuatan medan elektromagnetik menjadi
semakin rendah.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Fungsi dari sistem proteksi petir internal yaitu untuk mencegah busur api di dalam struktur,
dengan menggunakan batang penyama tegangan atau jarak pemisahan antar komponen LPS
dan elemen konduksi elektris internal lainnya di struktur.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Keterangan:
1. Terminasi Udara Emisi Aliran Awal dan Fiber Reinforced Plastic (FRP)
2. Sistem Penghantar Turun Isolasi Ganda
3. Sistem Pembumian Terintegrasi
4. Sistem Pemantauan Petir
Gambar 2 - Komponen dari Emisi Aliran Awal
7.1.1.2 Penyambungan Emisi Aliran Awal ke penghantar turun isolasi ganda melalui terminasi
ujung kabel yang diletakkan di dalam FRP.
Keterangan:
1. Sistem Terminasi Udara Emisi Aliran Awal
2. Fiber Reinforced Plastic (FRP)
3. Penghantar Turun Isolasi Ganda
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
7.1.1.3 Untuk penentuan daerah lindung dari terminasi udara Emisi Aliran Awal, digunakan
Metode Bola Gelinding sesuai standar IEC 62305-3: 2010 5.2.2 dan ditambahkan dengan
jarak lindung tambahan Emisi Aliran Awal (∆l).
Gambar 4 - Daerah lindung terminasi udara Emisi Aliran Awal (garis hijau) dan
konvensional (garis merah)
7.1.3.5 Radius sambar dari suatu Emisi Aliran Awal merupakan tingkat efisiensi ∆T dan
kecepatan sambar dari Emisi Aliran Awal, mengikuti persamaan berikut:
𝑟 𝑚 𝑟 ∆L
dan
∆L = v x ∆T
dimana:
rESE : Radius jarak sambar Emisi Aliran Awal (m)
r : Radius petir (m) (menggunakan persamaan r = 6.7 i0.8)
∆L : Penambahan jarak sambar ESE terhadap konvensional
v : Kecepatan sambar (m/μs) (nilai berkisar antara 1,2 m/μs hingga 1,6 m/μs)
∆T : waktu ESE (μs) (dengan nilai berkisar antara 10 μs hingga 60 μs)
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
7.2 Sistem penghantar turun
Untuk mengurangi kemungkinan kerusakan akibat arus petir yang mengalir di dalam LPS,
sistem penghantar turun harus dipersiapkan sedemikian rupa dari titik sambar ke bumi:
a. Menggunakan penghantar turun dengan isolasi ganda;
b. Panjang dari lintasan arus harus dibuat sependek mungkin;
7.2.1 Luas penampang penghantar turun isolasi ganda
Penghantar turun isolasi ganda memiliki nilai induktansi dipilih lebih kecil atau sama dengan
0,03 µH/m dengan penampang minimal 50 mm2 (lihat gambar 5).
Keterangan:
1. Bagian terdalam kabel berbahan dasar plastik untuk meningkatkan diameter efektif konduktor
inti
2. Konduktor inti kabel
3. Lapisan isolasi primer
4. Lapisan pelindung berbahan tembaga
5. Pembungkus kabel
Gambar 5 - Tipikal kabel penghantar turun isolasi ganda
7.2.2 Pemasangan sistem penghantar turun isolasi ganda
7.2.2.1 Lokasi pemasangan penghantar turun isolasi ganda harus berdasarkan pertimbangan
berikut:
a. Penetapan lokasi perangkat terminasi udara Emisi Aliran Awal;
b. Jalur penghantar turun isolasi ganda;
c. Lokasi pemasangan panel kontrol dekat dengan tanah atau di dalam bak kontrol;
d. Keamanan terhadap vandalisme;
e. Pemasangan penghantar turun dari sistem pemantauan petir (panel yang berisi LEC
dan APM) ke sistem pembumian.
7.2.2.2 Rute yang akan dilalui oleh sistem penghantar turun isolasi ganda harus mengikuti
ketentuan berikut:
a. Penghantar turun isolasi ganda harus dipasang di sekitar dinding luar dari struktur;
b. Jika jalur eksternal tidak dapat dilakukan, penghantar turun isolasi ganda dapat dipasang
di dalam ruangan melalui jalur yang aman.
7.2.2.3 Penghantar turun isolasi ganda yang terletak dekat dengan jalan lintas kendaraan
bermotor, pejalan kaki, atau lokasi lainnya yang dapat mengakibatkan kerusakan fisik atau
vandalisme harus dijaga dan dilindungi.
7.2.2.4 Sistem penghantar turun harus dipasang sedemikian rupa sehingga membentuk jalur
yang berkesinambungan dengan konduktor sistem terminasi udara emisi aliran awal.
7.2.2.5 Sistem penghantar turun harus dipasang lurus dan vertikal sedemikian rupa sehingga
dapat memberikan jalur yang lebih singkat dan langsung ke tanah.
7.2.2.6 Penghantar Turun sebaiknya tidak diletakkan sepanjang atau melintasi saluran listrik.
7.2.2.7 Meskipun dilapisi oleh bahan isolasi ganda, sistem penghantar turun tidak boleh
dipasang di saluran air.
7.2.2.8 Pembengkokan penghantar turun isolasi ganda tidak boleh membentuk sudut kurang
dari 90o dan juga tidak boleh memiliki radius pembengkokan kurang dari 30 x radius (R)
penghantar turun isolasi ganda.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Gambar 6 - Pembengkokan penghantar turun isolasi ganda
7.2.2.9 Emisi Aliran Awal harus diisolasi dari struktur dan dihubungkan ke penghantar turun
isolasi ganda.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Keterangan:
1. Sistem Terminasi Udara
2. Sistem Penghantar Turun
3. Sistem Pemantauan Petir
4. Sistem Pembumian
5. Integrasi Sistem Pembumian LPS dan Struktur
Gambar 7 - Sistem Proteksi Petir EMT
7.4.2.2 Sistem terminasi udara Emisi Aliran Awal ditinggikan minimal 5 m dari struktur.
7.4.2.3 Penghantar turun isolasi ganda yang digunakan memiliki induktansi bernilai sama
atau lebih kecil dari 0,03 µH / m.
7.4.2.4 Perangkat penghitung kejadian petir / Lightning Event Counter (LEC) dipasangkan
pada bagian bawah kabel yang tidak pakai pelindung dan disambungkan ke sistem terminasi
pembumian.
7.4.2.5 Sistem terminasi pembumian yang digunakan adalah pembumian fondasi. (lihat IEC
62305-3: 2010 5.4.4)
7.4.2.6 Spesifikasi teknis dari peralatan sistem proteksi petir yang digunakan mengikuti
standar internasional yang berlaku.
7.4.3 Penghitung kejadian petir / Lightning Event Counter (LEC) dan pengukur besar
arus petir
7.4.3.1 Sistem pemantauan petir dapat dilakukan dengan memasang Penghitung Kejadian
Petir (Lightning Event Counter) untuk menghitung jumlah sambaran petir dan alat ukur pita
magnetik (APM) untuk menghitung besar arus puncak petir.
7.4.3.2 Jika terjadi kenaikan angka pada penghitung kejadian petir, alat ukur pita magnetik
lama dianalisis dan diganti dengan alat ukur pita magnetik yang baru.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
8.1 Instalasi arrester
8.1.1 Setiap perencanaan awal, arrester harus disertakan data kurva v-t, kurva lifetime, dan
arus bocor. Arrester harus memiliki ketahanan terhadap petir tropis.
8.1.2 Arrester harus dapat diukur untuk tujuan pemeriksaan dan perawatan.
8.1.3 Arrester dipasang pada jalur masuk sinyal dan saluran kelistrikan.
8.1.4 Arrester dipasang sedekat mungkin ke peralatan yang dilindungi dan dapat dijangkau
ketika dilakukan pemeriksaan.
8.1.5 Arrester dipasang pada jalur masuk sinyal, data, layanan komunikasi, dan semua jalur
masuk saluran kelistrikan.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
9.1.1.1 Perlindungan eksternal
Perlindungan eksternal harus terdiri dari komponen sistem proteksi sesuai dengan 7.4.
(A) Instalasi sistem terminasi udara
Sistem terminasi udara harus dipasang di atas struktur emplasemen sesuai dengan
7.4.
(B) Instalasi sistem penghantar turun
Emplasemen yang dilalui oleh sistem penghantar turun, maka penghantar turun
yang digunakan adalah jenis isolasi ganda sesuai dengan 7.4.
(C) Instalasi sistem terminasi pembumian
- Sistem terminasi pembumian untuk instalasi baru menggunakan sistem
pembumian fondasi dan terintegrasi dengan sistem terminasi pembumian
peralatan dan struktur lainnya pada stasiun.
- Penerapan sistem pembumian fondasi harus dilakukan sejak tahap awal
pembangunan struktur emplasemen. Tipikal sistem pembumian fondasi
diperlihatkan pada gambar 8.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Gambar 10 - Terminasi Ujung Kabel pada bagian bawah
9.1.1.2 Perlindungan internal
Sistem proteksi petir internal pada Emplasemen mengikuti pasal 8.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
diterapkan sangkar faraday dengan rangka logam yang dibumikan ke sistem pembumian
fondasi. (lihat gambar 11)
Keterangan:
a : Peralatan sinyal di luar ruangan berbasis elektronik dan mikroprosesor
b : Sangkar Faraday
c : Pembumian fondasi
d : Penyatuan sangkar Faraday dengan pembumian fondasi
Gambar 11 - Tipikal pemasangan sistem perisai untuk peralatan persinyalan di luar
ruangan
9.3 Peralatan telekomunikasi
9.3.1 Peralatan elektronik telekomunikasi
9.3.1.1 Perlindungan eksternal
Sistem proteksi petir eksternal tidak diterapkan pada peralatan elektronik telekomunikasi.
9.3.1.2 Perlindungan internal
Sistem proteksi petir internal pada peralatan elektronik telekomunikasi mengikuti ketentuan
yang sama pada 8.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
9.4.1.2 Perlindungan internal
Sistem proteksi petir internal mengikuti ketentuan yang sama pada 8.
Gambar 12 - Tipikal instalasi kawat tanah pada sistem listrik aliran atas
(b) Instalasi sistem penghantar turun
Dalam penyaluran arus petir dari kawat tanah ke sistem terminasi pembumian,
digunakan penghantar turun isolasi ganda.
(c) Instalasi sistem terminasi pembumian
Sistem terminasi pembumian pada listrik aliran atas mengikuti ketentuan 9.1.1.1(C).
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Gambar 13 - Pengikatan yang dilakukan ke Sistem Penghantar Turun
9.4.2.2 Rel Ketiga (Third Rail)
(A) Perlindungan Eksternal
Sistem proteksi petir eksternal tidak diterapkan pada Rel Ketiga (Third Rail).
(B) Perlindungan Internal
Sistem proteksi internal pada Rel Ketiga (Third Rail) mengikuti ketentuan yang sama
pada 9.4.2.1(B).
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
2. Seluruh komponen dari sistem proteksi petir berada dalam kondisi baik dan mampu untuk
berfungsi sesuai dengan rancangannya, dan tidak ada ditemukannya korosi.
3. Setiap adanya penambahan layanan atau konstruksi terbaru, perlu dilakukan evaluasi
kembali terhadap sistem proteksi petir yang sudah ada.
10.3 Perawatan
Perawatan sistem proteksi petir dapat dilakukan setelah pemeriksaan terjadwal. Pemilik
prasarana harus diberitahu tentang semua ketidaksesuaian berdasarkan hasil pemeriksaan
untuk segera diperbaiki tanpa penundaan.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran A
(Informatif)
Parameter petir tropis
Gambar A.1 - Hasil penelitian dari Prof. Karl Berger di Swiss (1) petir total pertama, (2)
petir negatif, (3) petir positif dan Prof. Reynaldo Zoro di Indonesia (4) petir negatif, (5)
petir positif dalam menentukan parameter arus puncak petir di sub-tropis dan tropis
Gambar A.2 - Hasil penelitian dari Prof. Karl Berger di Swiss (warna hitam) dan Prof.
Reynaldo Zoro di Indonesia (warna merah) dalam menentukan parameter kecuraman
arus impuls petir di sub-tropis dan tropis
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel A.1 - Parameter petir tropis
Parameter Petir Polaritas negatif Polaritas positif
Tangkuban Perahu 280 kA 298 kA
Arus Maksimum
Jawa Barat 335 kA 392 kA
Puncak
Probabilitas 50% 40 kA 18 kA
(i)
Rata-rata 41 kA 30 kA
Steepness Maksimum 119 kA/µs 120 kA/µs
(di/dt) Probabilitas 30 kA/µs 20 kA/µs
Kerapatan sambaran (Strikes/km2/year) 4.1 hingga 12.4 1.5 hingga 3.8
Kerapatan sambaran total (Strikes/km2/year) 7.9 hingga 15.5
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran B
(Informatif)
Metode bola gelinding
Metode bola gelinding (Rolling Sphere Method; RSM) merupakan metode yang digunakan
dalam menentukan daerah lindung terhadap sambaran petir langsung dan penentuan titik-titik
pemasangan sistem terminasi udara. Metode ini mengasumsikan suatu bola dengan jari-jari rs
yang bergelinding pada suatu daerah tertentu. Daerah yang dapat dilalui oleh bola tersebut
adalah daerah yang memiliki ancaman sambaran petir langsung.
Langkah-langkah dalam menggunakan metode bola gelinding sebagai berikut:
1. Tentukan jarak sambar petir (rs) yang didefinisikan dengan persamaan berikut:
.
𝑟 6.7 𝑖
dimana,
rs : Jarak sambar petir (m)
i : Arus puncak petir (kA)
Jarak sambar merupakan titik pertemuan upward leader yang berasal dari struktur dan
downward leader yang berasal dari awan cumulonimbus berupa petir.
2. Gambarkan suatu lingkaran dengan jari-jari rs dengan pusat lingkaran pada bagian
tertinggi dari struktur. Hal tersebut diberikan pada Gambar B.1
Gambar B.1 - Lingkaran awal dengan pusat lingkaran di titik teratas struktur
3. Gambarkan garis khayal di permukaan tanah setinggi rs pada sisi kiri dan kanan struktur.
Hubungkan kedua ujung garis khayal tersebut dengan sebuah garis lurus seperti yang
diperlihatkan pada gambar B.2
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Gambar B.2 - Garis khayal rs dari permukaan tanah dan memotong lingkaran
4. Garis lurus yang memotong busur lingkaran awal adalah titik pusat lingkaran berikutnya
seperti yang diperlihatkan pada gambar B.3
Gambar B.3 - Lingkaran baru dari hasil pemotongan garis lingkaran awal
5. Daerah yang berada di luar lingkaran baru yang terletak di sekeliling struktur
merupakan daerah lindung seperti yang diperlihatkan pada Gambar B.4
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran C
(Informatif)
Emisi aliran awal (early streamer emission)
Emisi Aliran Awal merupakan suatu alat terminasi udara yang membangkitkan upward leader
lebih awal dibandingkan dengan terminasi udara konvensional ketika dibandingkan dalam
kondisi yang sama.
Gambar C.2 - Detail pemasangan dari Terminasi Ujung Kabel bagian Atas (Upper
Termination Kit) Emisi Aliran Awal
Gambar C.3 - Detail pemasangan dari Terminasi Ujung Kabel (Lower Termination Kit)
Emisi Aliran Awal
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran D
(Informatif)
Alat ukur pita magnetik (APM)
Pita magnetik yang digunakan pada pengukuran arus puncak petir adalah bahan pita magnetik
kaset yang tersedia secara komersial di pasaran. Alat ukur dengan pita magnetik ini disebut
juga Alat Ukur Pita Magnetik (APM). Kelebihan utama alat ukur ini terletak pada harganya
yang murah, mudah dibuat dengan material yang tersedia di pasaran, mempunyai ketelitian
±5%, dan mempunyai batas atas pengukuran yang besar.
Prinsip dasar pengukuran ini adalah prinsip fisika sederhana, yaitu jika adanya aliran arus
pada konduktor maka akan timbul medan magnetik di sekeliling konduktor tersebut. Medan
magnetik ini dapat menyebabkan perubahan susunan magnetik terhadap bahan magnetik
yang berada di dedekatnya.
Untuk memperoleh informasi besarnya perubahan yang terjadi pada pita magnetik, salah satu
caranya adalah dengan terlebih dahulu merekam sinyal referensi dengan frekuensi tertentu
pada bahan magnetik tersebut. Standar sinyal referensi yang digunakan adalah sinyal
sinusoidal dengan frekuensi 300-1000Hz yang merupakan daerah respon yang baik untuk
memperoleh pembacaan penghapusan sinyal yang optimal pada osiloskop atau alat perekam.
Kalibrasi APM dilakukan dengan menginjeksikan arus impuls standard 8/20 s pada sebuah
konduktor yang dilengkapi denga pita magnetik. Rentang arus impuls tersebut adalah 2 kA
sampai dengan 100 kA.
Tiga tipe dari pita magnetik digunakan adalah IEC type I; Normal, IEC type II; Chrom, and IEC
type IV; Metal (Ferro).Tiap jenis pita ini memberikan respon yang berbeda terhadap impuls
tersebut. Gambar E.1 menunjukkan signal sinusoid 315 Hz yang telah direkam sebelumnya
pada pita tersebut akan terhapus akibat induksi dari arus impuls.
Jenis Chrom menunjukkan respons yang paling sensitif terhadap arus petir yang masih dapat
merekam arus impuls yang kecil hingga 2 kA. Jenis Ferro dapat mengukur arus petir yang
lebih besar dibandingkan dua lainnya. Jenis Normal memberikan hasil yang moderat untuk
aplikasi pengukuran petir natural.
Lampiran E
(Informatif)
Rating arrester
Virtual Steepness
10.000 Ampere and 5.000 Ampere
Minimum of Front of Wave 2.500 Ampere Arresters Minimum Residual Voltage for
Arresters
Dry or Wet Sparkover
Arester
Power
Voltage
Frequency
Rating Max 100% Max Front
Sparkover Max Front of
Voltage Max 100% 1,2/50 1,2/50 of Wave 10.000 and 5.000 2.500 Ampere
Rate of Rise in kV Wave Sparkover
Sparkover Voltage Sparkover Sparkover Ampere Arresters Arresters
per Micro Second Voltage
Voltage Voltage
Virtual Steepness
Minimum 10.000 Ampere and 5.000 Ampere
of Front of Wave 2.500 Ampere Arresters Minimum Residual Voltage for
Dry or Wet Arresters
Arester Sparkover
Power
Voltage
Frequency
Rating Max 100% Max Front
Sparkover Max Front of
Voltage Max 100% 1,2/50 1,2/50 of Wave 10.000 and 5.000 2.500 Ampere
Rate of Rise in kV Wave Sparkover
Sparkover Voltage Sparkover Sparkover Ampere Arresters Arresters
per Micro Second Voltage
Voltage Voltage
kV (rms) kV (rms) kV (Peak) kV (Peak) kV (Peak) kV (Peak) kV (Peak) kV (Peak)
30 250 108 125 108 125 108
33 274 119 137 119 137 119
36 300 130 150 130 150 130
60 500 216 250 ‐ ‐ 216
75 620 270 310 ‐ ‐ 270
96 1,5 times the 740 324 371 ‐ ‐ 324
102 rated voltage 790 343 394 ‐ ‐ 343
108 of the 840 363 418 ‐ ‐ 363
120 arresters 930 400 463 ‐ ‐ 400
138 1030 454 522 ‐ ‐ 454
186 1170 610 702 ‐ ‐ 610
198 1200 649 746 ‐ ‐ 649
318 1200 1040 1200 ‐ ‐ 1040
336 1200 1100 1260 ‐ ‐ 2100
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel E.2 - Rating SPD per fasa untuk sistem daya AC*
Lokasi SPD Rating Imax
Service entrance, building in a high lightning area, or fitted with a LPS 100 kA
Service entrance, building fed by long overhead service lines, or is a
40 kA to 100 kA
large industrial or commercial premises
Service entrance, other than previous 40 kA
Major submains, short final subcircuits and load centres 10 kA to 40 kA
Long final subcircuit and electricity supply outlets 3 kA to 10 kA
CATATAN (*)Menggunakan bentuk gelombang 8/20 µs
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran F
(Informatif)
Panduan untuk perawatan dan inspeksi sistem proteksi petir
F.1 Inspeksi
F.1.1 Ruang Lingkup Inspeksi
Inspeksi harus dilakukan oleh ahli proteksi petir. Owner harus memberikan kepada inspektor
laporan desain sistem proteksi petir yang mencangkup dokumentasi yang diperlukan seperti
kriteria desain, gambaran desain dan gambar teknik.
Table E.1 Selang waktu maksimum antar inspeksi sistem proteksi petir
Situasi kritis*
Inspeksi tahunan Inspeksi lengkap
Tingkat Proteksi Inspeksi lengkap
(tahun) (tahun)
(tahun)
I dan II 1 2 1
III dan IV 2 4 1
CATATAN (*) Situasi kritis dapat termasuk struktur yang memiliki sistem internal sensitif, komplek
perkantoran, bangunan komersial, atau tempat dimana banyak orang beraktivitas
Sistem proteksi petir harus diinspeksi secara visual minimal sekali setahun. Di daerah yang
cuacanya ekstrim, sangat disarankan untuk melakukan inspeksi lebih sering dari yang diatur
dalam tabel E.1.
Selang waktu antar inspeksi sistem proteksi petir dapat ditentukan dengan pertimbangan
faktor berikut.
- Klasifikasi struktur yang diproteksi;
- Kelas sistem proteksi petir;
- Kondisi lingkungan;
- Material dari komponen sistem proteksi petir;
- Tipe permukaan dimana komponen sistem proteksi petir terpasang;
- Kondisi tanah dan tingkat korosi.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
- Batang penyama tegangan yang baru ditambahkan sudah lulus tes kontinuitas.
- Konduktor penyama tegangan dan sambungan di dalam struktur ada dan secara operasional
berfungsi.
- Jarak pemisahan dipertahankan.
- Konduktor penyama tegangan, sambungan, perisai, rute kabel dan SPD sudah diperiksa dan
diuji.
F.1.2.4 Pengujian
Inspeksi dan pengujian dari sistem proteksi petir mencangkup inspeksi visual dan harus
dilengkapi dengan tindakan berikut.
- Melakukan pengujian kontinuitas, khususnya untuk bagian sistem proteksi petir yang tidak
tampak saat inspeksi pada pemasangan awal.
- Melakukan pengujian tahanan tanah dari sistem pembumian.
F.1.2.5 Dokumentasi Inspeksi
Panduan inspeksi sistem proteksi harus disiapkan untuk memfasilitasi inspeksi sistem proteksi
petir. Inspekstor harus menyusun laporan inspeksi sistem proteksi petir, jenis dan kondisi
komponen sistem proteksi petir, metode pengujian dan rekaman data pengujian.
Laporan inspeksi harus memuat informasi berikut:
- Kondisi umum dari konduktor sistem terminasi udara, dan komponen lainnya;
- Tingkat umum dari korosi dan kondisi proteksi korosi;
- Keamanan dari konduktor dan komponen sistem proteksi petir;
- Pengukuran tahanan dari sistem pembumian;
- Deviasi dari persyaratan standar;
- Dokumentasi perubahan dan penambahan dari sistem proteksi petir dan struktur;
- Hasil pengujian.
F.2 Perawatan
F.2.1 Umum
Efektifitas komponen sistem proteksi petir cenderung berkurang dalam setahun dikarenakan
masalah korosi, kerusakan terkait cuaca, kerusakan mekanik dan kerusakan akibat sambaran
petir.
Program inspeksi dan perawatan harus ditentukan oleh otoritas, desainer atau pemasang
sistem proteksi petir.
Karakteristik mekanik dan elektrikal dari sistem proteksi petir harus dipelihara secara kontinu
untuk menjaga kesesuaian dengan persyaratan standar.
F.2.2 Prosedur Perawatan
Program perawatan periodik harus dilakukan untuk seluruh sistem proteksi petir. Frekuensi
prosedur perawatan tergantung dengan faktor berikut.
- Cuaca dan lingkungan;
- Ancaman kerusakan petir;
- Tingkat proteksi yang ditetapkan pada struktur.
Program perawatan harus memuat daftar item rutin yang harus diceklis sehingga prosedur
perawatan diikuti secara teratur dan dapat dibandingkan dengan hasil perawatan sebelumnya.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Lampiran G
(Informatif)
Bahan dan dimensi proteksi lps konvensional
G.1. Umum
Tembaga merupakan bahan yang direkomendasikan karena sifat konduktivitas dan
ketahanannya. Namun, bahan alternatif seperti aluminium dan besi dapat digunakan jika
bahan tersebut lebih cocok diterapkan pada kondisi lingkungan di tempat bahan tersebut
digunakan.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel G.1 - Bahan LPS dan kondisi penggunaan
Penggunaan Korosi
Dapat hancur
Bahan dengan
Di udara Di Di dalam Meningkat
Ketahanan kopling
terbuka bumikan konkrit dengan
galvanis
dengan
padat padat padat senyawa
sulfur
serabut serabut bagus di setiap
tembaga -
serabut lingkungan
sebagai sebagai bahan
pelapis pelapis organik
Tabel G.1 hanya memberikan informasi umum. Untuk kondisi khusus perlu untuk
dipertimbangkan lebih hati-hati dalam hal ketahanan terhadap korosi.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel G.2 - Bahan, konfigurasi, dan luas penampang minimum dari konduktor
terminasi udara, batangan terminasi udara, dan Penghantar Turun
Bahan Konfigurasi Luas penampang
(mm2)
Pita padat 50
Tembaga
Bundar padat 50
Tembaga berlapis Serabut 50
timah
Bundar padat 176
Pita padat 70
Aluminium Bundar padat 50
Serabut 50
Pita padat 50
Bundar padat 50
Paduan Aluminium
Serabut 50
Bundar padat 176
Paduan Aluminium
Bundar padat 50
berlapis tembaga
Pita padat 50
Konfigurasi dan dimensi minimum untuk elektroda pembumian diberikan pada tabel G.3.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel G.3 - Bahan, konfigurasi, dan dimensi minimum elektroda pembumian
Dimensi
Nilai minimum luas penampang dari konduktor pengikatan yang menghubungkan batang
pengikatan yang berbeda dan konduktor yang menghubungkan batang ke sistem terminasi
pembumian diberikan pada tabel G.4.
Tabel F.4 - Dimensi minimum dari konduktor yang menghubungkan batang pengikatan
yang berbeda atau penghubung batang pengikatan ke sistem terminasi pembumian
Bahan Luas penampang mm2
Tembaga 16
Aluminium 25
Baja 50
Nilai minimum luas penampang dari konduktor pengikatan yang menghubungkan instalasi
logam internal ke batang pengikatan diberikan pada tabel G.5.
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Tabel G.5 - Dimensi minimum dari konduktor yang menghubungkan instalasi logam
internal ke batang pengikatan
Bahan Luas penampang mm2
Tembaga 6
Aluminium 10
Baja 16
Luas penampang minimum untuk komponen Pengikatan harus sesuai dengan ketentuan pada
Tabel G.6.
Tabel G.6 Luas penampang minimum komponen pengikatan
Luas Penampangb
Komponen Pengikatan Bahana
(mm2)
Batang Pengikatan (Tembaga, baja berlapis tembaga atau baja
Cu, Fe 50
galvanis)
Konduktor penghubung dari instalasi logam internal ke batang Cu 16
Pengikatan Al 25
Fe 50
Konduktor pembumian ke Kelas I 16
arrester (Membawa arus Kelas II 6
Cu
petir secara keseluruhan Kelas III 1
atau sebagian) Arrester lainnyac 1
a
Bahan lain yang digunakan harus memiliki luas penampang dengan resistansi setara
b
Di beberapa negara, ukuran konduktor yang lebih kecil dapat digunakan, yang memenuhi
persyaratan thermal dan menanis
c
Arrester lainnya termasuk yang digunakan pada sistem telekomunikasi dan persinyalan
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Bibliografi
© BSN 2019
SNI 8833:2019
“Hak cipta Badan Standardisasi Nasional, copy standar ini dibuat untuk Komite Teknis 45-02, Prasarana Perkeretaapian, dan tidak untuk dikomersialkan”
Informasi pendukung terkait perumus standar
© BSN 2019