Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk, kekuatan
dan semangat, sehingga penyusunan Modul Pelatihan Kebakaran Kelas D Sertifikasi
Kemanaket di HSP Academy dapat terselesaikan dengan baik.
Modul pelatihan kebakaran ini diharapkan dapat digunakan oleh para peserta training selama
training kebakaran level D. Modul pelatihan ini disusun berdasarkan kurikulum yang
ditetapkan oleh Kementrian Tenaga Kerja untuk pelatihan kebakaran kelas D. Tujuan
disusunnya modul pelatihan ini adalah untuk memudahkan peserta memahami materi training
yang disampaikan oleh para instruktur selama pelatihan berlangsung, dan dapat juga
digunakan sebagai referensi bagi peserta dalam mengaplikasikan ilmunya di tempat kerja
masing-masing.
Kami mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya modul pelatihan
kebakaran kelas D Sertifikasi Kemnaker di HSP Academy.
Tim Penyusun
HSP Academy
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang perlu menghabiskan banyak biaya (cost)suatu instansi terkait,
melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan
yang berlimpah pada masa yang akan datang.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam
faktor ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Penerapan K3 tidak semata – mata hanya
menguntungkan pihak karyawan namun juga dapat menghasilkan kinerja karyawan yang lebih
produktif sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan atau instansi. Oleh sebab itu,
penerapan K3 tidak hanya menjadi tanggung jawab karyawan semata, akan tetapi juga
merupakan tanggung jawab pihak instansi untuk menjamin kesehatan dan keselamatan
bersama.
Masalah kebakaran menjadi persoalan besar juga bisa dikatakan telah menjadi salah
satu ancaman yang menakutkan bagi umat manusia. Oleh karena itu berbagai langkah dan
upaya penanggulangan bahaya kebakaran merupakan hal yang penting yang perlu diterapkan
dan dilaksanakan guna mencegah terjadinya bahaya kebakaran. Upaya pencegahan bahaya
kebakaran haruslah menjadi program dalam kebijaksanaan manajemen perusahaan dan juga
harus didukung oleh segenap pekerja (Depnakertrans, 2007).
Selain bencana tersebut, hampir setiap jenis bangunan dan hampir setiap negara di
dunia telah mengalami sejarah kebakaran yang dahsyat, baik di hotel, klub malam, hostel,
pertanian, pertokoan atau depot bahan bakar. Pertanyaan yang harus kita ajukan kepada diri
kita sendiri adalah ‘mengapa tragedi ini terjadi berulang kali dan apa yang telah kita pelajari
dari bencana selama 100 tahun terakhir untuk memperkuat langkah pencegahan secara
global?’
Manajemen Keselamatan Kebakaran atau yang dikenal dengan Fire Safety Management
harus dilaksanakan dari mulai proses desain, commisioning dan operasional. Penyusunan Fire
Safety Management memang tidak mudah karena terdiri dari beberapa rangkaian system yang
harus dijelaskan secara terinci dan dapat diaplikasikan. Berikut ini adalah model / elemen Fire
Safety Management System yang banyak digunakan, secara garis besar dapat dibagi menjadi
3 bagian program manajemen keselamatan kebakaran, yaitu:
Pre fire control adalah program keselamatan kebakaran sebelum terjadinya kebakaran yang
meliputi program pencegahan dan kesiapan menghadapi atau menanggulangi kebakaran. In
case fire control adalah program keselamatan kebakaran saat terjadinya kebakaran yang
meliputi sistem deteksi kebakaran, pengendalian dan pemadaman kebakaran, evakuasi dan
penyemalatan. Post fire control adalah program keselamatan kebakaran yang dilakukan setelah
terjadinya kebakaran yang meliputi investigasi penyebab kebakaran, pemulihan kondisi
tempat kebakaran dan rehabilitasi.
Inventarisasi sarana proteksi dan jalan keluar perlu dilakukan untuk memastikan bahwa
semua sistem proteksi yang tersedia sudah sesuai dengan standar atau peraturan terkait
sistem proteksi kebakaran. Perusahaan harus mengiventarisir semua sistem proteksi
kebakaran terpasang seperti APAR, Hidran beserta perankat hidran seperti pompa
hidran, selang hidran dan nozel, sistem alarm, sistem sprinkle dan sistem detector
10
Perusahaan harus membuat sistem dan melakukan inspeksi dan uji coba berkala
terhadap semua sarana proteksi dan jalan keluar kebakaran. Tujuan dari inspeksi adalah
untuk verifikasi secara visual bahwa sistem proteksi kebakaran dan perlengkapannya
tampak dalam kondisi operasi dan bebas dari kerusakan fisik. Tujuan dari pengetesan
adalah untuk menjamin operasi otomatik atau manual atas kebutuhan dan pengiriman
kontinyu dari output sistem proteksi kebakaran yang dipersyaratkan, dan untuk
mendeteksi ketidaksempurnaan sistem proteksi kebakaran yang tidak tampak pada saat
inspeksi. Sedangkan tujuan dari pemeliharaan sistem proteksi kebakaran adalah
perawatan pencegahan (preventive maintenance) dan perbaikan (corrective
maintenance) untuk mempertahankan fungsi optimum dari peralatannya. Tabel
dibawah ini adalah contoh jadual inspeksi dan pengujian alat-alat pemadam kebakaran.
11
Perusahaan juga harus membuat sistem dan melakukan pemeliharaan dan perawatan
terhadap semua sarana peralatan kebakaran, seperti pompa hidran, sprinkle, sistem
alarm, dan lain sebagainya. Tujuannya adalah agar semua sistem proteksi kebakaran
berada kondisi siap digunakan. Perawatan peralatan sistem proteksi kebakaran
dilakukan sesuai dengan instruksi perawatan dari pabrik pembuat. Misalnya
pembersihan, pengantian isi APAR, pemberian gemuk pada pompa hidran, dan lain
sebagainya. Jangka waktu perawatan dilakukan bisa bulanan, triwulan atau sesuai
dengan instruksi pabrikan.
12
Perusahaan harus melakukan edukasi dan penyuluhan kepada semua pekerja tentang
sistem proteksi dan pencegahan kebakaran di tempat kerja secara berkelanjutan.
Melakukan edukasi dan pengawasan bagaimana melakukan pekerjaan secara aman
sehingga tidak terjadi kebakaran, seperti penerapan ijin kerja panas bagi setiap
pekerjaan yang berpotensi menimbulkan kebakaran dan ledakan, mematuhi peraturan
larangan merokok ditempat kerja, dan memasang rambu-rambu larangan merokok
diarea pabrik.
13
Prosedur keadaan darurat harus tertulis, resmi, diaplikasikan pada setiap situasi
emergency, disusun berbasis pada setiap scenario, diberdayakan, terintegrasi dengan
model manajemen, bahasa yang digunakan Action Oriented, disosialisasikan kepada
key personnel emergency response dan dimutakhirkan sesuai dengan perubahan yang
terjadi.
14
a. Investigasi
Setelah kebakaran berhasil ditanggulangi, maka harus segera dilakukan investigasi
kebakaran untuk mencari dan menyelidiki penyebab kebakaran. Manajemen
perusahaan harus segera membentuk tim investigasi kebakaran dan tim yang
dibentuk harus segera bekerja untuk mengumpulkan bukti-bukti yang dapat
mendukung penyelidikan kebakaran. Bukti dapat berupa keterangan dari para
saksi, laporan proses pekerjaan yang sedang berlangsung, data material yang
digunakan, data peralatan yang digunakan, data instalasi listrik, dan bukti-bukti
15
b. Analisa
Setelah semua data dan bukti terkumpul, kemudian data dan bukti tersebut diolah
dan dianalisa untuk menentukan penyebab langsung dan akar penyebab dengan
menggunakan metodologi analisa akar masalah seperti 5 Why, Fish Bone, FMEA,
SCAT, Apollo RCA, dan lain-lain.
c. Rekomendasi
Setelah semua data diolah dan dianalisa dan ditentukan akar penyebab kebakaran,
maka selanjutnya tim investigasi membuat rekomendasi untuk pencegahan agar
kejadian kebakaran serupa tidak terjadi lagi baik ditempat yang sama atau ditempat
yang lain. Rekomendasi juga dapat berupa saran perbaikan dari kerusakan yang
terjadi akibat kebakaran tersebut. Hasil investigasi dilaporkan kepada pihak
manajemen untuk ditindak lanjuti.
d. Rehabilitasi
Salah satu program penting setelah terjadinya kebakaran adalah program
rehabilitasi atau pemulihan. Rehabilitasi sebaiknya dilakukan secepatnya agar
kondisi perusahaan bisa berjalan kembali secara normal untuk menghindari
kerugian yang berlanjut akibat terhentinya proses bisnis perusahaan. Program
rehabilitasi berupa perbaikan fasilitas akibat kebakaran, penggantian alat yang
rusak, pengantian material yang rusak dan pelatihan ulang bagi personel kerja
diarea yang terkena dampak karena adanya perubahan akibat rehabilitasi dan
perbaikan.
16
Secara tradisional pada konsep Segitiga Api (Fire Triangle), yang secara visual mewakili
Bahan bakar (Fuel), Panas (Heat) dan Oksigen, digunakan untuk melambangkan kondisi yang
diperlukan untuk terciptanya api. Api tidak dapat tercipta jika ada bagian dari segitiga yang
hilang.
Setelah api telah tercipta, komponen keempat kemudian muncul yaitu reaksi berantai
kimia berurutan kompleks (Chemical Chain Reaction). Untuk tujuan pemahaman praktis saja,
maka dapat dibayangkan bahwa reaksi keempat ini adalah ‘lem’ yang mencegah tiga
komponen lain menjadi berantakan. Jadi ilustrasi yang sekarang digunakan adalah tetrahedron
(empat piramida sisi).
Api tidak akan tercipta apabila salah satu komponen segitiga api (oxygen/bahan
bakar/panas) hilang. Api tidak akan dapat terus berkobar apabila salah satu komponen
tetrahedron (oxygen/bahan bakar/panas/ reaksi kimia berantai) hilang.
a. BAHAN BAKAR bisa berbentuk padat, cair atau gas yang bila dipanaskan
mengeluarkan uap mudah terbakar. Contohnya termasuk kertas, kayu, kardus,
cat, minyak, asetilena, dll
c. PANAS temperatur kritis harus dicapai untuk pengapian terjadi , tetapi setelah
api telah terbentuk, biasanya api tersebut akan mempertahankan panasnya
17
Pemadaman api dapat berhasil dengan cara menghilangkan satu atau lebih elemen
dari tetrahedron api.
18
Gas inert, seperti Nitrogen, yang terdapat dalam gas hidrokarbon atau udara dapat
memperbesar batas bawah (LEL) dan memperkecil batas atas (UEL).
Karakter lain yang mempengaruhi bahaya kebakaran dari bahan-bahan yang dapat terbakar
adalah:
Tekanan uap (vapour pressure) - tekanan yang diberikan oleh uap pada kondisi
setimbang di suatu campuran. Semakin besar tekanan uap berarti semakin
banyak uap yang dapat terbakar di campuran dan hal ini akan meningkatkan
bahaya kebakaran.
19
Titik pengapian otomatis (auto ignition point) - temperatur terendah dari suatu
bahan untuk terpantik tanpa adanya api.
Densitas uap (vapour density) - perbandingan relatif unit berat dari campuran
yang dapat terbakar dengan unit berat dari udara. Jika densitas uap lebih besar
dari 1, berarti uap lebih berat dari udara dan akan bergerak di permukaan tanah.
Jika nilai perbandingannya kurang dari 1, maka uap lebih ringan dari udara dan
akan melayang di udara.
Biasanya sumber dari campuran yang dapat meledak di industri adalah ruangan
tertutup, bejana kosong, dasar tangki, tabung gas, relief valve, vent, drain, pipa terbuka,
thermal relief valve, tumpahan, dan debu.
20
Kemampuan menyala auto ignition (atau kemampuan terbakar) adalah sumber bahaya
fisik yang paling umum yang terkait dengan bahan kimia di pabrik. Pemahaman atas Titik
Nyala, yaitu karakteristik unik dari cairan yang dapat menyala, dan perbedaannya dari Titik
Penyalaan, yaitu karakteristik unik lain, sangat penting bagi kesadaran akan resiko
kemampuan menyala dari bahan kimia ( Gambar 1.3). Titik Nyala dan Titik Penyalaan
keduanya adalah temperatur dan keduanya terkait dengan kemungkinan penyalaan. Pada
temperatur Titik Nyala, terdapat uap yang cukup di udara tepat di ataswadah terbuka cairan
sehingga pembakaran akan terjadi dengan adanya sumber penyalaan. Pada temperatur Titik
Penyalaan (jauh lebih tinggi dari Titik Nyala), panas dari lingkungan setempat sudahcukup
untuk menyalakan bahan. Untuk praktisnya, cairan kimia dengan Titik Nyala lebih rendah dari
21
3.2.2 Panas
Sumber pengapian dengan energi yang cukup dibutuhkan untuk dapat memulai suatu
kebakaran, kecuali untuk bahan dan logam yang terpantik secara spontan. Ada empat sumber
utama energi panas, yaitu:
a. Kimia – beberapa reaksi kimia bersifat eksotermis (melepaskan panas). Energi
panas dapat menimbulkan kebakaran. Yang termasuk dalam kategori ini adalah
bahan yang dapat terpantik secara spontan, logam, asetilida, dan lain-lain.
c. Mekanik – energi mekanik secara normal ditimbulkan oleh friksi atau pengaruh
dari suatu aksi. Contoh untuk sumber api jenis ini adalah perkakas tangan,
gerinda, gas buang dari kendaraan, mesin yang berputar, permukaan yang
panas, dan udara tekan.
d. Nuklir – energi nuklir adalah energi panas yang dilepaskan dari inti atom
melalui proses fisi nuklir. Pada beberapa elemen, energi ini sangat intens.
Energi nuklir dapat jutaan kali lebih besar dari energi yang dilepaskan dari
reaksi kimia biasa.
3.2.3 Oksigen
Oksigen harus ada di setiap bentuk pembakaran. Pada kebakaran yang umumnya
terjadi, kandungan oksigen didalam udara, umumnya berkisar 21% dari volum udara
sedangkan, batas minimum oksigen di atmosfer yang dapat menimbulkan pembakaran adalah
15-16%. Jika jumlah oksigen meningkat, intensitas dari kebakaran juga akan meningkat.
Oksigen yang berlebih dapat menghasilkan pembakaran sempurna yang lebih banyak dari
bahan bakar sehingga mengurangi jumlah asap, gas, dan arang yang dihasilkan. Oksigen tidak
selalu berasal dari udara. Senyawa kimia tertentu yang dikategorikan sebagai oksidator
22
23
24
26
27
Membuat pendataan.
Menganalisa tindakan-tindakan yang telah dilakukan (kegagalan- kegagalan).
Menyelidiki faktor-faktor penyebab kebakaran sebagai bahan pengusutan.
3 Tindakan rehabilitasi, yaitu tindakan pemulihan yang dilakukan setelah terjadinya
kebakaran yang dilakukan terhadap suatu kelompok bangunan setelah dilakukan
pemeriksaandan penelitian mengenai tingkat kehandalan bangunan gedung tersebut
setelah kejadian kebakaran sesuai dengan pedoman teknis yang berlaku.
a. Program engineering; yaitu program yang meliputi perencanaan bangunan yang yang
aman dari kebakaran dan perencanaan proses yang aman dari kebakaran, misalnya instalasi
fire detection system (aktif) dan instalasi fire protection system(pasif).
28
Hal lain yang sangat penting dalam program pencegahan kebakaran adalah pemahaman
terhadap fire code atau standar baku kebakaran. Personel pencegah kebakaran harus
mengetahui dan memahami fire code dan regulasi yang harus diterapkan untuk jenis industri
mereka. Fire code dan regulasi yang harus dipahami misalnya adalah NFPA, OSHA, regulasi
pemerintah, kebijakan perusahaan, perusahaan asuransi yang digunakan dan fire code atau
regulasi yang spesifik terhadap proses atau bahan kimia tertentu.
Penegakan sistem adalah merupakan program penting lainnya dalam mencegah terjadi
kebakaran. Untuk menjamin bahwa sistem kebakaran yang sudah dibuat berjalan dan alat-alat
pemadam selalu dalam kondisi baik maka perlu dilakukan inspeksi secara rutin. Setiap temuan
dalam inspeksi sistem kebakaran harus dilaporkan kepada pihak manajemen untuk difollow
up agar tidak terjadi kebakaran.
29
Bahan dan cairan yang mudah terbakar ini harus diberi label sedemikian rupa secara memadai
dan disimpan di wadah yang sesuai dan tahan api.
Asap kimia atau asap beracun dapat dihasilkan melalui pembakaran bahan tertentu.
Langkah pencegahan yang diperlukan adalah pemilihan ‘bahan tahan api’ untuk unit
akomodasi. Namun, pabrik tempat memproduksi bahan tersebut bisa menghasilkan asap
beracun selama dekomposisi termal sehingga harus mempertimbangkan potensi peningkatan
risiko dan, oleh karenanya, peningkatan tingkat kendali untuk semua faktor yang dijelaskan
dalam panduan ini.
Pelaksanaan praktik perawatan rumah yang baik dan inspeksi tempat kerja rutin bisa
membantu pengurangan bahan mudah terbakar di tempat kerja. Bagian luar bangunan harus
dijaga kebersihannya dari bahan apapun yang mungkin mudah terbakar di musim panas. Bila
beberapa lokasi ditetapkan untuk tempat pekerja merokok, lokasi tersebut harus bebas dari
bahan mudah terbakar.
30
Peralatan dan perangkat ini perlu diperiksa dan diuji secara rutin. Lokasi dan
distribusinya sangat penting. Keberadaan perangkat tersebut sangat penting terutama di semua
area bangunan tempat bahan-bahan mudah terbakar disimpan.
31
Semua rute penyelamatan diri dari kebakaran harus ditandai, sebaiknya dengan cat
lantai kuning dan harus memiliki lebar minimal 70 cm dan bebas dari hambatan. Lantai atas
di bangunan harus dibangun dengan dua tangga terpisah, sebaiknya di ujung berbeda dalam
bangunan tersebut.
Bila memungkinkan, tangga ini harus tertutup dalam bangunan yang terlindungi untuk
menghambat masuknya api. Bila memungkinkan, rute penyelamatan diri dari kebakaran harus
diterangi dengan lampu darurat. Semua rute penyelamatan diri harus membawa ke arah keluar
dari bangunan dan menuju ke tempat yang aman
Semua rute penyelamatan diri dari kebakaran harus diperiksa setiap minggu untuk
memastikan bahwa rute tersebut tidak terhambat dan pintu penyelamatan diri dapat dibuka
dengan mudah. Jika pengusaha merasa perlu untuk mengunci pintu penyelamatan diri karena
alasan keamanan, maka pintu tersebut harus dilengkapi dengan kunci pemecah kaca, pelepas
tuas dorong atau dikunci dengan kunci yang anak kunci atau mekanismenya mudah diakses di
bagian dalam pintu. Semua pekerja harus diberi instruksi dan pelatihan tentang prosedur
penyelamatan diri dari kebakaran .
Prosedur penyelamatan diri dari kebakaran harus menjadi unsur utama K3 dalam
pelatihan induksi pekerja. Secara rutin, semua pekerja harus mengikuti latihan penyelamatan
diri dari kebakaran. Latihan ini harus diawasi oleh Manajer Kebakaran dan perbaikan atau
tindakan koreksi selanjutnya dilakukan jika perlu. Pekerja harus diberi instruksi dan informasi
mengenai metode alternatif untuk mengevakuasi sebuah bangunan jika rute penyelamatan diri
tidak dapat diakses. Ini mungkin melibatkan penggunaan kapak untuk memecah dinding atau
penghalang. Pekerja juga harus diberi instruksi tentang praktik merayap bila bangunan
dipenuhi asap.
32
Pelaporan tepat waktu kepada atasan dan departemen pemadam kebakaran sangat
penting untuk pengendalian kebakaran dan penyelamatan pekerja yang terjebak dalam
kebakaran. Nomor kontak darurat harus ditampilkan dengan jelas di tempat kerja dan sarana
untuk melakukan kontak tersebut harus tersedia!
Penyebaran api harus dibatasi dengan pemasangan ‘Pintu Api’ di koridor dan di antara
area bangunan yang luas. Pintu api akan memperlambat laju penyebaran api sehingga
memungkinkan pekerja memiliki lebih banyak waktu untuk mengevakuasi bangunan.
33
Orang yang dievakuasi harus tetap berada di lokasi yang aman hingga Manajer
Kebakaran mengetahui keberadaannya dan dalam situasi apapun mereka tidak diperbolehkan
masuk kembali ke bangunan tersebut.
Setiap kendaraan yang memiliki cairan yang mudah terbakar, atau botol gas, harus
dipindahkan ke jarak yang aman dari bangunan. Rute pendekatan harus dibersihkan agar
Layanan Darurat mudah mengakses ke lokasi.
34
Penggunaan “hot work shelter” yakni selimut api yang menutupi pekerjaan las tanpa
adanya sistim tekanan positif di dalamnya hanya mencegah partikel menyala (spark) hasil las
atau pemotongan dengan api berterbangan tak terkendali. Penggunaan shelter ini mencegah
spark yang berterbangan tersebut berkontak dengan bahan mudah terbakar termasuk (jika ada)
gas yang bocor ketika pekerjaan las berlangsung. Penurunan risiko dengan shelter ini tidak
sebaik habitat seperti yang disebutkan di atas. Namun, penggunaan hot work shelter di daerah
yang tidak mengandung titik kebocoran bahan bakar yang tinggi dapat dipertimbangkan.
35
36
a. Pendinginan (Cooling)
Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan mendinginkan permukaan dan
bahan terbakar dengan menggunakan bahan semprotan air sampai mencapai
suhu di bawah titiknya. Pendinginan permukaan dan minyak yang terbakar
akan menghentikan proses terbentuknya uap. Bila penguapan dapat dihentikan,
kebakaran akan berakhir.
b. Penyelimutan (Smothering)
Suatu kebakaran dibatasi dengan memutus hubungannya dengan oksigen atau
udara yang diperlukan dalam terjadinya proses kebakaran. Menyelimuti bagian
yang terbakar dengan CO2 atau busa akan menghentikan suplai udara.
37
38
a). Mengosongkan tangki atau perpipaan yang mengandung bahan bakar pada
waktu dilakukan pekerjaan yang dapat menimbulkan api (disebut pekerjaan panas
/ Hot Work) pada tangki atau pipa tersebut. Sebelum melakukan pekerjaan hot
work, terlebih dahulu dilakukan pengetesan gas bahan bakar (combustible gas test)
untuk mengetahui campuran LEL di udara. Jika LEL nol maka pekerjaan panas
tersebut baru boleh dilaksanakan.
Program integritas sistem proses meliputi inspeksi, pengujian / testing, dan pemeliharan
terhadap kehandalan integritas proses tersebut seperti ketebalan, korosi, sambungan perpipaan
(flange to flange), dan lain sebagainya. Usaha pencegahan kebocoran di pabrik menjadi bagian
terpenting belakangan ini mengingat sudah banyak aset yang dioperasikan melebihi umur
rancangannya (design life) sehingga diperlukan suatu program integritas proses yang handal.
39
Metode pemadaman kebakaran media jenis air dilakukan dengan mengarahkan aliran
air (dari jarak yang aman) secara langsung ke api. Selama air digunakan untuk
pemadaman, air akan menurunkan suhu bahan yang terbakar sehingga tidak
melepaskan/mengeluarkan gas yang siap terbakar.
Dengan mendinginkan permukaan tidak selamanya efektif untuk menghentikan
penguapan gas dan cairan mudah menyala yang mempunyai flash point (titik nyala)
dibawah suhu air yang digunakan, dan air umumnya tidak disarankan untuk
memadamkan bahan cair yang titik nyalanya dibawah 100 °F. Kebutuhan air untuk
memadamkan api tergantung dari berapa besarnya/panasnya api. Karena air yang
terkena panas akan berubah menjadi uap (steam), dan uap air tersebut yang akan
mengurangi (dilution) oksigen di udara (Soehatman Ramli, 2005).
42
Buih/busa ini dibuat dengan cara air bertekanan dicampurkan dengan cairan busa
sehingga membentuk larutan busa (foam solution), kemudian udara diinjeksi pada
larutan tersebut dan dengan proses mekanis yaitu pengadukan atau peniupan udara
akan terbentuklah busa mekanik. Bahan baku cairan busa antara lain: protein (baik
protein hewani maupun nabati), fluoro protein (dasar protein ditambah flour, misal FP
70), fluorocarbon surfactant atau fluoro chemical (misalnya AFFF, light water),
hydrocarbon surfactant (detergen) atau loury alkohol. Untuk melakukan proses
pembentukan busa ini dipergunakan alat-alat pembentukan busa.
Metode pemadaman media jenis busa dilakukan dengan menutupi (smothering), yaitu
dengan membuat selimut busa di atas bahan yang terbakar dan dengan mendinginkan
(cooling), yaitu menyerap panas kalori dari benda yang terbakar sehingga suhunya
turun (Pusdiklatkar, 2006).
c) Asam Soda
Asam soda atau acid adalah media pemadam api jenis cairan yang kegunaannya sama
dengan air yaitu untuk memadamkan kebakaran kelas A. Bahan baku asam soda ini
adalah sodium bikarbonat dan larutan asam sulfat dengan reaksi sebagai berikut :
Gambar 2.3
Reaksi Pembentukan Asam Soda
Keunggulan asam soda adalah cocok untuk temperatur dingin karena tahan beku,
sedangkan kelemahannya adalah sangat korosif.
43
Gas N2 lebih banyak dipergunakan sebagai tenaga dorong kimia pada instalasi pemadam
tetap dan alat pemadam api ringan (APAR) ataupun dilarutkan (sebagai pendorong) dalam
halon. Karbondioksida sangat efektif sebagai bahan pemadam api karena dapat memisahkan
kadar oksigen di udara dan mencairkan udara disekitarnya. Keunggulan CO2 adalah bersih,
murah, mudah didapat dipasaran, tidak beracun dan menyemprot dengan tekanan
penguapannya sendiri (self expelling). Sedangkan kerugiannya adalah wadahnya yang berat,
tidak efektif untuk area terbuka, tidak cocok untuk kelas A atau bahan penyimpanan panas
yang tinggi dan pada konsentrasi tinggi berbahaya bagi pernapasan karena bisa terjadi
defisiensi oksigen di area gas tersebut disemprotkan.
Metode pemadaman media jenis CO2 ini dilakukan dengan prinsip pendinginan, yaitu
salju atau gas CO2 yang dingin efektif untuk menurunkan temperatur penyalaan pada materi
yang terbakar; penyelimutan, yaitu CO2 dalam jumlah yang besar akan membuat selimut dan
menutupi materi yang terbakar sehingga terpisah dengan oksigen; dan memutuskan rantai
reaksi kimia, yaitu CO2 akan mengikat radikal hidroksil sebanding dengan CO2 yang ada.
Halon terutama memadamkan dengan sangat cepat pada kebakaran kelas B dan C. Dalam
kebakaran kelas A, halon dapat digunakan tetapi kurang efisien. Metode pemadaman media
44
45
Proteksi kebakaran (fire protection) adalah merupakan aspek paling utama dalam
program perlindungan kebakaran. Perencanaan yang baik dalam aktifitas pencegahan
kebakaran akan dapat menyelamatkan miliaran rupiah dan juga nyawa manusia akibat kebaran.
Salah satu penyebab utama terjadinya kebakaran pada berbagai industri adalah tindakan tidak
aman atau kondisi lingkungan yang kurang baik. Dengan memperbaiki tindakan tidak aman
(unsafe act) dan kondisi lingkungan kerja maka penyebab terjadinya kebakaran dapat
dikurangi.
Secara garis besar sistem proteksi kebakaran dalam dibagi dalam dua klasifikasi yaitu
sistem proteksi pasif dan sistem proteksi aktif. Kedua sistem harus dipenuhi untuk
mendapatkan proteksi maksimal untuk meminimalkan kerugian jika terjadi kebakaran.
Menurut Health and Safety Executive Inggris, sistem proteksi pasif umumnya terdiri dari
pelapisan material tahan api kepada permukaan tembok, mesin, atau bagian lain. Sistem
proteksi kebakaran pasif sering digunakan ketika air atau sistem proteksi aktif tidak mencukupi
seperti pada area yang terpencil atau ketika ada kesulitan untuk menangani limpasan air dari
46
Suatu teknik desain tempat kerja untuk membatasi / menghambat penyebaran api, panas
& gas baik secara vertikal maupun horizontal dengan mengatur jarak antar bangunan,
memasang dinding pembatas tahan api, menutup setiap bukaan dengan media tahan api dengan
suatu mekanisme tertentu.
Means Of Escape
Kompartemen
Smoke Control (Pengendali Asap)
Fire Damper (Bahan Tahan Api)
Fire Retardant (Pelapisan Bahan Tahan Api)
Beberapa contoh sistem proteksi pasif menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26
Tahun 2008 adalah:
Pintu dan jendela tahan api, yaitu pintu dan jendela yang berfungsi untuk
menahan kebakaran
Bahan pelapis interior, yatiu pelapis yang meningkatkan kemampuan
permukaan yang dilapis untuk menahan api
Penghalang api, yaitu penghalang yang digunakan untuk membentuk
ruangan tertutup, pemisah ruangan atau proteksi sesuai persyaratan teknis
dan memiliki ketahanan api dari 30 menit hingga 3 jam
Partisi penghalang asap, yaitu alat yang berfungsi untuk membagi-bagi
ruangan dalam rangka membatasi gerakan asap
47
Penyelamatan jiwa manusia merupakan hal yang paling penting karena jiwa manusia
tidak dapat ternilai dengan uang. Implikasi dari penyelamatan jiwa adalah menghindarkan
orang dari keterpaparan produk pembakaran seperti panas, asap dan gas. Tujuan tersebut dapat
dicapai dengan memisahkan individu yang terancam dari produk yang membahayakan tersebut
(ILO, 1989). Untuk upaya penyelamatan jiwa manusia dari implikasi produk pembakaran,
maka akses menuju jalan keluar darurat sebaiknya diberikan jalan akses langsung, tidak
terganggu, cukup penerangan dan pemberian tanda yang jelas (Siswoyo, 2007; Egan, 1978).
Sarana jalan keluar yang digunakan pada saat kebakaran harus bebas dari halangan
apapun juga karena untuk memperlancar jalannya evakuasi penghuni gedung menuju tempat
aman. Selain itu, sarana jalan keluar harus tidak licin, mempunyai lebar minimum 1,8m dan
dilengkapi tanda-tanda petunjuk yang menunjukkan arah ke pintu darurat (Perda DKI Jakarta
No. 3 Tahun 1992).
48
Tanda petunjuk arah harus berbentuk tanda gambar atau tulisan yang ditempatkan di
lokasi-lokasi strategis, misalnya di persimpangan koridor atau di lorong-lorong dalam areal
gedung atau bangunan. Menurut Perda DKI Jakarta No. 3 Tahun 1992, tanda petunjuk arah
jalan keluar harus memiliki tulisan “KELUAR” atau “EXIT” dengan tinggi minimum 10
sentimeter (cm) dan lebar minimum 1 cm dan terlihat jelas dari jarak 20 m serta harus
dilengkapi dengan sumber daya darurat sejenis baterai. Tanda jalan keluar dan penunjuk arah
harus berwarna dasar putih dengan tulisan hijau atau berwarna dasar hijau dengan tulisan putih.
49
Adapun persyaratan penerangan darurat menurut NFPA 101 antara lain sebagai berikut:
1. Sinar lampu berwarna kuning, sehingga dapat menembus asap serta tidak
menyilaukan.
3. Sumber tenaga didapat dari baterai atau listrik dengan instalasi kabel yang
khusus, sehingga saat ada api lampu tidak perlu dimatikan.
Tempat berkumpul merupakan suatu tempat di area luar gedung atau bangunan yang
diperuntukan sebagai tempat berhimpun setelah proses evakuasi dan dilakukan penghitungan
personil, pada saat terjadi kebakaran. Tempat berkumpul darurat harus aman dari bahaya
kebakaran lainnya (NFPA 101).
Sistem Proteksi Kebakaran Aktif menuntut peran aktif dari manusia untuk
mengoperasikan sistem tersebut. Kondisi sistem proteksi aktif ini berbeda ketika dalam kondisi
50
6.2.1 Detektor
Detektor adalah sistem proteksi aktif untuk mendeteksi kebakaran secara otomatik, yang
dapat dipilih tipe yang sesuai dengan karakteristik ruangan, diharapkan dapat mendeteksi
secara cepat akurat dan tidak memberikan informasi palsu (Depnakertrans, 2008). Detektor
kebakaran ini dipasang di tempat yang tepat sehingga memiliki jarak jangkauan penginderaan
yang efektif sesuai spesifikasinya. Ada berapa jenis sistem detector yang saat ini banyak
digunakan:
a. Detektor Panas
Detektor ini berisikan sebuah elemen yang dapat meleleh dengan segera pada
temperatur yang telah ditentukan dan akan menyebabkan terjadinya kontak
listrik sehingga mengaktifkan alarm kebakaran.
Yaitu detektor yang bekerja apabila temperatur di suatu ruang naik (rate of rise
heat detector) dan pada temperatur yang telah ditentukan (fixed temperature
detector).
e. Detektor Asap
51
f. Detektor Nyala
Detektor sinar ultra ungu (ultraviolet detector), yaitu detektor nyala api
yang disiapkan untuk melindungi benda-benda yang bila terbakar
banyak memancarkan cahaya putih kebiruan.
Detektor infra merah (infrared detector), yaitu detektor nyala api yang
disiapkan untuk melindungi benda- benda terbakar yang memancarkan
cahaya kemerah- merahan.
Flame flicker detector.
Photo electric flame detector.
g. Detektor Gas
Adalah sebuah sistem yang dirancang untuk mendeteksi adanya gas yang
berbahaya. Tingkat bahaya yang dimaksud adalah mudah terbakar seperti LPG dan
52
Beberapa hal berikut ini perlu Anda perhatikan saat akan memasang sistem deteksi
gas :
Alarm Kebakaran merupakan alat yang dirancang untuk mendeteksi terjadi kebakaran
pada area yang dipasang. Alarm kebakaran didisain khusus untuk mengeluarkan bunyi yang
bising dan flash camp / lampu indicator dipanel control dan bunyi. Bunyi dan lampu indicator
sebagai signal untuk memberitahu kepada operator / penghuni bangunan jika sedang terjadi
kebakaran pada lokasi ruang yang telah di instalasi dengan sistem alarm kebakaran ini. bunyi
alarm di hasilkan oleh alarm bell atau motor sirine, sedangkan flash / lampu bahaya di hasilkan
oleh indicating lamp/strobo fire alarm.
Alarm kebakaran dimanfaatkan oleh dunia industri dan komersial untuk solusi
pencegahan kebakaran yang mampu mendeteksi tanda yang dapat menyebabkan kebakaran
53
Peralatan utama yang menjadi pengendali sistem alarm kebakaran ini disebut main
control fire alarm (MCFA) atau Fire Alarm Control Panel (FACP) yang berfungsi menerima
sinyal masukan (input signal) semua detektor dan komponen pendeteksi lainnya, cara kerja
MCFA yaitu jika detektor mendeteksi adanya kebakaran ataupun sprinkler, automatic fire
extinguisher, dan hydrant bekerja maka sinyal itu akan dikirimkan ke control panel MCFA
sebagai data masukan (input data). Kemudian control panel akan mengolah, menyeleksi, dan
mengevaluasi data tersebut yang hasilnya merupakan data keluaran (output data) yang berisi
informasi tentang lokasi zona kebakaran yang ditampilkan pada announciator dan secara
otomatis akan mengaktifkan alarm kebakaran. Master control fire alarm terbagi menjadi 2 jenis
konvensional dan addressable, seri addresable saat ini menjadi produk yang paling diminati
karena banyaknya fitur yang dimiliki di bandingkan dengan master kontrol yang konventional.
6.2.3 Sprinkler
Menurut Kepmen PU No. 10/KPTS/2000, sprinkler adalah alat pemancar air untuk
pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflektor pada ujung mulut
pancarnya, sehingga air dapat memancar ke semua arah secara merat. Sprinkler atau sistem
pemancar air otomatis bertujuan untuk mencegah meluasnya peristiwa kebakaran. Sistem
sprinkler harus dirancang untuk memadamkan kebakaran atau sekurang-kurangnya mampu
mempertahankan kebakaran untuk tetap, tidak berkembang, untuk sekurang-kurangnya 30
menit sejak kepala sprinkler pecah.
54
55
APAR yaitu alat pemadam api yang dapat dipindahkan (portable) dan berisi berbagai
macam zat yang dapat memadamkan api seperti bubuk, CO2, atau foam. APAR dirancang
khusus agar mudah dijinjing untuk memadamkan api awal yang masih kecil agar tidak
berkembang menjadi bencana kebakaran. APAR berbentuk tabung silinder, mudah dijinjing
dan berat antara 1 - 16 Kg.
56
Tipe APAR dibagi atau diklasifikan berdasarkan sistem kerjanya, medianya, dan kapasitasnya.
Berikut penjabaran lebih lanjut mengenai tipe-tipe APAR:
Tabung pemadam menggunakan tekanan langsung, pada system stored pressure tekanan
bercampur dengan media tanpa adanya cartridge. Cara kerja sistem ini menggunakan katup
buka tutup. Sistem ini dilengkapi dengan alat pengukur tekanan yang berfungsi untuk
memudahkan kita dalam melakukan pengecekan (kondisi jarum pada pressure gauge harus
berada pada warna hijau ).Kelemahan pada sistem ini anda tidak dapat melakukan pengisian
ulang sendiri.
Alat pemadam kebakaran (APAR = Alat Pemadam Api Ringan ) yang memiliki tekanan tidak
langsung, artinya system pada tabung pemadam api ini tekanan tidak dicampur menjadi satu
dengan media, meskipun tekanan pada system cartridge diletakkan pada satu tabung. APAR
ini tidak dilengkapi dengan alat pengukur tekanan sehingga membuat kita agak sedikit
kesulitan dalam melakukan pengecekan. Untuk melakukan pengecekan pada sistem ini kita
harus mengeluarkan cartridge dan menimbangnya. Untuk pengisian ulang pada system
cartridge lebih mudah bahkan dapat dikerjakan sendiri tanpa tenaga ahli sekalipun.
APAR jenis air (water) adalah Jenis APAR yang menggunakan media air dengan tekanan tinggi.
APAR jenis ini merupakan APAR dengan harga yang paling terjangkau dan cocok untuk
memadamkan api yang dikarenakan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti Kertas, Kain, Karet,
57
APAR Jenis Busa ini adalah Jenis APAR yang terdiri dari bahan kimia yang dapat membentuk busa.
Busa AFFF (Aqueous Film Forming Foam) yang disembur keluar akan menutupi bahan yang
terbakar sehingga Oksigen tidak dapat masuk untuk proses kebakaran. APAR Jenis Busa AFFF ini
efektif untuk memadamkan api yang ditimbulkan oleh bahan-bahan padat non-logam seperti Kertas,
Kain, Karet dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas A) serta kebakaran yang dikarenakan oleh bahan-
bahan cair yang mudah terbakar seperti Minyak, Alkohol, Solvent dan lain sebagainya (Kebakaran
Jenis B).
APAR Jenis Serbuk Kimia atau Dry Chemical Powder Fire Extinguisher terdiri dari serbuk kering
kimia yang merupakan kombinasi dari Mono-amonium dan ammonium sulphate. Serbuk kering
Kimia yang dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang terbakar sehingga memisahkan Oksigen yang
merupakan unsur penting terjadinya kebakaran. APAR Jenis Dry Chemical Powder ini merupakan
Alat pemadam api yang serbaguna karena efektif untuk memadamkan kebakaran di hampir semua
kelas kebakaran seperti Kelas A, B dan C.
APAR Jenis Dry Chemical Powder tidak disarankan untuk digunakan dalam Industri karena
akan mengotori dan merusak peralatan produksi di sekitarnya. APAR Dry Chemical Powder
umumnya digunakan pada mobil.
APAR Jenis Karbon Dioksida (CO2) adalah Jenis APAR yang menggunakan bahan Karbon
Dioksida (Carbon Dioxide / CO2) sebagai bahan pemadamnya. APAR Karbon Dioksida sangat
cocok untuk Kebakaran Kelas B (bahan cair yang mudah terbakar) dan Kelas C (Instalasi Listrik
yang bertegangan).
5. Gas Pengganti Halon HCFC Bland (Halotron ) = Untuk klas Kebakaran ABC
6. Gas Pengganti Halon HFC 236 (FE 36) ) =Untuk klas Kebakaran ABC
58
• FireDeTec tidak tergantung pendeteksian api pada satu titik saja tetapi disepanjang
selang fleksibel.
59
2) Untuk jenis cartridge tekan tuas penusuk agar alat pemadam siap
digunakan.
3) Dekati api dari arah angin berhembus.
4) Arahkan nozzle ke sumber kebakaran dari jarak yang aman.
5) Tekan tuas operasi. Beberapa alat pemadam kebakaran menyemprot
pada kecepatan tinggi. Hindari semprotan langsung ke arah bahan bakar
cair karena dapat menimbulkan percikan yang dapat menyebarkan dan
memperbesar kebakaran.
6) Arahkan semprotan dari nozzle dari satu ke sisi lain secara horizontal
hingga semua area tertangani dengan menggunakan lengan (bukan
pergelangan tangan).
60
6.2.5 Hydrant
Pengertian hydrant dalam sebuah sistem proteksi kebakaran harus Anda ketahui sebagai
pengguna maupun calon pengguna sistem ini. Hal tersebut merupakan upaya agar pengadaan
sistem proteksi kebakaran tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin.
Pengertian hydrant dalam dunia fire fighting adalah sistem proteksi kebakaran yang
menggunakan air bertekanan sebagai medianya dalam memadamkan api. Sistem ini
menggunakan sistem manual, yakni proses pemadaman apinya dilakukan oleh manusia dan
tidak otomatis.
61
Sebuah sistem hydrant harus memiliki tandon air (reservoir) yang merupakan tempat
penyimpanan pasokan air yang dapat memadamkan api selama 30 menit. Air dari reservoir ini
nantinya akan dialirkan menuju jaringan output, yakni hydrant pillar.
Lalu bagaimana cara memasok air dari tandon menuju hydrant pillar? Di sinilah kita mengenal
hydrant pump, yakni pompa yang akan mengalirkan media menuju jaringan hydrant. Dalam
sistem hydrant terdapat tiga jenis pompa yang berkerja secara bersamaan, yakni jockey,
electric, dan diesel pump. Ketiganya memiliki fungsi yang berbeda-beda. Bila electric dan
diesel pump berfungsi mendistribusikan air dari reservoir menuju jaringan hydrant, maka
jockey pump bertujuan untuk mengatur stabilitas tekanan air yang dikeluarkan. Hal tersebut
betujuan agar tekanan air tidak akan merusak jaringan hydrant.
62
63
Kesiapan tanggap darurat (emergency plan) harus berdasarkan analisa risiko yang
berdampak pada kelangsungan usaha.
Peralatan, fasilitas, tenaga terampil harus terindentitas, teruji dan tersedia secara
memadai.
Semua orang (karyawan, tamu, tetangga) mengerti tentang kesiapan tanggap
darurat perusahaan.
Periodik latihan dilaksanakan dan selalu membuat perubahan perbaikan (continual
improvement)
Mencegah timbulnya sumber bahaya
Mencegah membesarnya menjalarnya bahaya
64
Secara ringkas dapat dijelaskan tanggung jawab masing-masing personal dalam struktur
keadaan darurat tersebut diatas.
• Tetap siaga untuk menerima status laporan dan memperkirakan harus evakuasi bertahap
atau evakuasi total.
65
• Memeriksa sub-sub panel alarm kebakaran untuk menentukan sumber alarm tersebut .
• Apabila kebakaran tidak berada pada lantainya yakinkan bahwa lantainya siap untuk
evakuasi .
- Namanya .
- Lokasinya .
- Situasi terakhir .
66
- Seorang anggota regu mengatur lift kebakaran dan menunggu kedatangan petugas
pemadam .
67
• Selalu mengingatkan kepada ibu-ibu yang memakai sepatu berhak tinggi harap dilepas
.
• Menyelamatkan barang berharga atau dokumen penting ketempat lain yang aman yang
telah ditentukan .
• Selalu berprinsip bahwa keselamatan jiwa lebih penting dari harta benda .
68
• Tertulis
• Resmi
• Diberdayakan
Berikut adalah Tindakan yang harus dilakukan jika tanda peringatan keadaan darurat terdengar
diantaranya :
- Pengecekan ke lokasi
Jika tidak terdapat tombol tersebut atau tidak berfungsi, orang tersebut
harus berteriak untuk menarik perhatian yang lainnya.
70
Tutup semua pintu kantor yang anda tinggalkan (tapi jangan sekali-
sekali mengunci pintu-pintu tersebut) Untuk mencegah meluasnya api
dan asap.
Janganlah membawa barang yang lebih besar dari tas kantor / tas tangan
71
Bila terjebak kepulan asap kebakaran, maka tetap menuju tangga darurat
dengan ambil napas pendek - pendek, upayakan merayap atau
merangkak untuk menghindari asap, jangan berbalik arah karena akan
bertabrakan dengan orang-orang dibelakang anda
Bila terpaksa harus menerobos kepulan asap maka tahanlah napas anda
dan cepat menuju pintu darurat kebakaran.
Apabila ada karyawan yang terluka, harap segara melpor kepada petugas
P3K untuk mendapatkan pertolongan dan pengobatan
72
k) Petugas Evakuasi
Mencari penghuni atau siapa saja, dimana pada saat terjadi kebakaran
ada di lantai tersebut, terutama diruang-ruang tertutup dan memberitahu
agar segera menyelamatkan diri
73
Matikan peralatan pengendali listrik dan aliran gas yang bisa dikenai
akibat kebakaran
m) Petugas Keamanan
75
76