Anda di halaman 1dari 85

MODUL AJAR

SISTEM TATA KERJA KEREKAYASAAN

JABATAN FUNGSIONAL PEREKAYASA

TINGKAT DASAR

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI


KATA PENGANTAR

Modul pelatihan “Sistem Tata Kerja Perekayasaan” ini


disusun untuk memenuhi kompetensi seorang perekayasa
pada tingkat dasar.

Ruang Lingkup Modul :

1. Menjelaskan definisi dan pengertian tentang Sistem


Tata Kerja Perekayasaan

2. Menjelaskan rekayasa dan teknologi

3. Menjelaskan kegiatan perekayasaan

4. Menjelaskan organisasi fungsional perekayasaan

5. Menjelaskan peran dan jenjang perekayasa

Kaitan antar kompetensi yang ingin dicapai adalah peserta


program pelatihan dapat menjelaskan dan melaksanakan
kegiatan perekayasaan sesuai dengan kaidah-kaidah
umum yang dipedomani sebagai seorang
“perekayasa/engineer” serta peraturan Permenpan Nomor:
PER/219/M.PAN/7/ 2008 tentang Jabatan Fungsional
Perekayasa dan Angka Kreditnya dan Peraturan Kepala
BPPT Nomor 015 Tahun 2016, tentang Petunjuk Teknis
Jabatan Fungsional Perekayasa dan Angka Kreditnya.

1
Ucapan terima kasih, disampaikan kepada segenap
kontributor hingga tersusunnya modul ini. Guna
memperkaya pengertian dan pemahaman pada modul ini,
saran dan kritik membangun dari para stakeholder sangat
diharapkan.

Jakarta, Desember 2018

Badan Pengkajian dan Penerapan


Teknologi
Kepala Pusat Pembinaan, Pendidikan
dan Pelatihan,

Prof. Dr. Ir. Suhendar I. Sachoemar,


M.Si

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ....................................................................... 1
BAB I ............................................................................................... 5
PENDAHULUAN ............................................................................. 5
A. Latar Belakang ........................................................................... 5
B. Deskripsi Singkat ................................................................... 8
C. Tujuan Pembelajaran ........................................................... 11
D. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan ........................... 11
BAB II ............................................................................................ 13
REKAYASA DAN TEKNOLOGI .................................................... 13
Rekayasa .................................................................................. 13
Teknologi .................................................................................. 15
Gambar 2BAB III ........................................................................... 19
PROFESI PEREKAYASA ............................................................. 20
Bidang Keilmuan ...................................................................... 22
Bidang Keahlian ....................................................................... 24
Gambar 3BAB IV .......................................................................... 25
KEGIATAN PEREKAYASAAN ..................................................... 26
Tahap Kegiatan Perekayasaan ................................................ 26
Kategori Kegiatan Perekayasaan ............................................. 32
Tugas Pokok Perekayasa......................................................... 36
BAB V............................................................................................ 38
SISTEM TATA KERJA PEREKAYASAAN ................................... 38
BAB VI........................................................................................... 46
ORGANISASI FUNGSIONAL PEREKAYASAAN ......................... 46
Tujuan ....................................................................................... 46
Manfaat ..................................................................................... 48
Karakteristik .............................................................................. 49
Tipe Organisasi Fungsional Perekayasaan.............................. 50
2. Tipe B ............................................................................... 52

3
3. Tipe C ............................................................................... 54
Pola Matriks Organisasi fungsional perekayasaan .................. 56
Legalitas dan Ekivalensi ........................................................... 57
BAB VII.......................................................................................... 61
PERAN DAN JENJANG PEREKAYASA ...................................... 61
Peran Perekayasa .................................................................... 61
1) Enjinir/ES (Engineering Staff) ................................... 61
2) Ketua Sub Kelompok/L (Leader) .............................. 61
3) Ketua Kelompok/GL (Group Leader) ........................ 61
4) Manajer Program/PM (Program Manager) ............... 62
5) Insinyur Kepala/CE (Chief Engineer) ........................ 62
6) Kepala Program/KP (Program Director) ................... 62
Jenjang Perekayasa ................................................................. 63
Jenjang dan Peran Perekayasa ............................................... 65
Rangkap Peran ......................................................................... 67
BAB VIII......................................................................................... 69
SISTEM INFORMASI DAN PELAPORAN .................................... 69
Sistem Informasi ....................................................................... 69
Sistem Pelaporan ..................................................................... 70
BAB IX........................................................................................... 74
PENUTUP ..................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 76
GLOSARI ...................................................................................... 78

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara yang masih berkembang, Indonesia


dianggap belum terlalu maju dalam penguasaan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ada
beberapa indikator yang membuktikan rendahnya tingkat
teknologi di Indonesia, seperti kurangnya kontribusi ilmu
pengetahuan dan teknologi di sektor industri, sinergi
kebijakan masih lemah, dan sedikitnya jumlah ilmuwan di
Indonesia. Berdasarkan data United Nation for
Development Program (UNDP) pada tahun 2013, indeks
pencapaian teknologi Indonesia berada pada urutan ke-60
dari 72 negara. Ukurannya berdasarkan pada penciptaan
teknologi yang dilihat dari perolehan hak paten dan royalti
atas karya dan penemuan teknologi, difusi inovasi
teknologi mutakhir yang diukur dari jumlah pengguna
internet dan besaran sumbangan ekspor teknologi
terhadap barang ekspor, difusi inovasi teknologi lama yang
dilihat dari jumlah pengguna telepon dan pemakai listrik,
tingkat pendidikan penduduk berdasarkan rata-rata lama
sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas, dan angka
partisipasi kasar penduduk yang menempuh pendidikan
tinggi di bidang iptek.

5
Dalam Keppres Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun
Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil Republik
Indonesia, disebutkan bahwa Jabatan Fungsional Peneliti
dan Perekayasa adalah satu rumpun. Rumpun yang
dimaksud adalah salah satu perangkat dari pemerintah
yang diberikan tugas dan tanggung jawab dalam bidang
perkembangan iptek. Peneliti yang akan menghasilkan
penemuan-penemuan baru menuangkannya dalam bentuk
Karya Tulis Ilmiah. Perekayasa mengimplementasikan
penemuan-penemuan baru menjadi sebuah inovasi
teknologi. Keduanya tidak bisa dipisahkan dalam
mengembangkan iptek untuk mendorong kemandirian,
nilai tambah dan daya saing bangsa, yang bertujuan
meningkatkan perekonomian nasional.

Jabatan Fungsional Perekayasa sebagai salah satu


jabatan fungsional di lingkungan Pegawai Negeri Sipil
mengalami penyempurnaan dengan rangkaian sejarahnya
sebagai berikut:
1) Tahun 1991, melalui Keputusan Menteri Negara PAN
Nomor 89 Tahun 1991 dengan Kementerian Negara
Riset dan Teknologi sebagai Instansi Pembina;
2) Tahun 2004, melalui Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 193 Tahun

6
2004 dengan Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi sebagai Instansi Pembina;
3) Tahun 2005, BPPT dan BAKN menerbitkan Peraturan
Bersama Nomor 161/KA/BPPT/X/2005 dan Nomor 19B
Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Perekayasa dan Angka Kreditnya;
4) Tahun 2007, BPPT mengeluarkan Keputusan Nomor
150/Kp/BPPT/V/2007 tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Fungsional Perekayasa dan Angka Kreditnya;
5) Tahun 2008, melalui PerMenpan Nomor 219 Tahun
2008, Jabatan Fungsional Perekayasa dan Angka
Kreditnya disempurnakan dengan menggunakan
Sistem tata kerja perekayasaan (STKP);
6) Tahun 2016, melalui PermenpanRB Nomor 2 Tahun
2016, Jabatan Fungsional Perekayasa dan Angka
Kreditnya disempurnakan kembali dengan
menggunakan maintenance pada setiap jenjang
jabatan dengan meniadakan Bebas Sementara (BS)
karena kurang angka kredit.

Sebagai implementasi Reformasi Birokrasi dalam Jabatan


Fungsional Perekayasa, maka pola kerja teamwork
berdasar pada Sistem tata kerja perekayasaan (STKP)
yang terstruktur dalam Organisasi fungsional
perekayasaan (OFP) telah dilaksanakan sejak tahun 2008,
7
untuk membentuk profesionalisme PNS, kejelasan peran
yang harus dijalankan, dan produk yang harus dicapai
oleh setiap PNS, kejelasan dan kepastian karier melalui
jenjang yang ada, serta memberikan ukuran yang jelas
terhadap kinerja dengan penetapan bobot angka
kreditnya.

Sistem tata kerja perekayasaan (STKP) merupakan sistem


kerja yang dibentuk agar kegiatan perekayasa
dilaksanakan secara teamwork yang diwadahi dalam
kelompok kerja fungsional kerekayasaan berbentuk
organisasi fungsional perekayasaan. STKP menjadikan
sistem kerja fungsional perekayasa, sekaligus sebagai
dasar penilaian kinerja program serta penilaian kinerja
individu perekayasa dapat dilakukan secara ‘fair’.
Penilaian perekayasa dilakukan secara individual
mengacu pada peran dan kinerjanya dalam organisasi
fungsional perekayasaan tersebut yang mengacu pada
Peraturan Kepala BKN Nomor 13 Tahun 2016.

B. Deskripsi Singkat

Perekayasa adalah jabatan yang mempunyai ruang


lingkup, tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk
melakukan kegiatan kerekayasaan dalam suatu kelompok

8
kerja fungsional pada bidang Penelitian Terapan,
Pengembangan, Perekayasaan dan Pengoperasian yang
diduduki oleh PNS dengan hak dan kewajiban yang
diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang
(Peraturan MenPAN&RB Nomor 2 Tahun 2016).

Kegiatan kerekayasaan adalah pentahapan kegiatan yang


berkaitan dengan teknologi yang secara runtun meliputi
penelitian, pengembangan, perekayasaan, dan
pengoperasian. Beberapa definisi sistem rekayasa, antara
lain:

Systems engineering is an interdisciplinary field of


engineering that focuses on how complex engineering
projects should be designed and managed.

Systems engineering deals with work-processes and tools


to handle such projects, and it overlaps with both technical
and human-centered disciplines such as control
engineering and project management.

The definition of systems engineering by the International


Council of Systems Engineering (INCOSE):
• is an interdisciplinary approach

9
• addresses the total lifecycle of a system
• considers the definition of requirements early, followed
by design, analysis, manufacturing, test & verification,
system support, and disposal
• Employs a team approach

Baik Peneliti maupun Perekayasa sama-sama melakukan


kegiatan teknologi namun dalam sifat yang berbeda.
Perekayasa bekerja dalam suatu kelompok berdasarkan
tata kerja terstruktur dalam wadah organisasi fungsional
perekayasaan.

Organisasi fungsional perekayasaan merupakan


organisasi kerja yang memiliki hierarki untuk mewadahi
pelaksanaan pekerjaan perkayasa yang bersifat
Teamwork dengan pola matriks berdasarkan bidang
keilmuan/keahlian. Organisasi ini mendeskripsikan secara
jelas peran dan tugas seorang pejabat perekayasa yang
didefinisikan dalam struktur pekerjaan yang terbagi dalam
beberapa bagian menurut bidang keilmuan atau kegiatan
yang berbeda. Hasil dan sekaligus bukti kerja
kerekayasaan dikomunikasikan dan direkam di dalam
sistem teknis dokumentasi yang mencakup sistem
informasi (decision, instruction, dan worksheets) dan
sistem pelaporan (program manual, technical note,
10
technical report, technical document dan program
document). Selain produk akhir kerekayasaan, maka
berdasarkan dokumen-dokumen tersebut kinerja
perekayasa dihitung secara fair dan akuntabel.

C. Tujuan Pembelajaran

Mampu memahami dan melaksanakan sistem tata kerja


perekayasaan sesuai dengan kaidah dan persyaratan
yang ditetapkan dalam peraturan- peraturan yang berlaku.

D. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan


Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Desklripsi Singkat
C. Tujuan Pembelajaran
D. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

Bab II Rekayasa dan Teknologi


A. Rekayasa
B. Teknologi

Bab III Profesi Perekayasa


A. Bidang Keilmuan
B. Bidang Keahlian

11
Bab IV Kegiatan Kerekayasaan
A. Tahap Kegiatan Kerekayasaan
B. Kategori Kegiatan Kerekayasaan
C. Tugas Pokok Perekayasa

Bab V Sistem Tata Kerja Kerekayasaan

Bab VI Organisasi Fungsional Kerekayasaan


A. Tujuan
B. Manfaat
C. Karakteristik
D. Tipe Organisasi fungsional perekayasaan
E. Pola Matriks Organisasi fungsional perekayasaan
F. Legalitas dan Ekivalensi

Bab VII Peran dan Jenjang Perekayasa


A. Peran Perekayasa
B. Jenjang Perekayasa
C. Jenjang dan Peran Perekayasa
D. Rangkap Peran

Bab VIII Pengantar Sistem Informasi dan Pelaporan


A. Sistem Informasi
B. Sistem Pelaporan

12
BAB II
REKAYASA DAN TEKNOLOGI

Rekayasa
Rekayasa adalah pasangan kata dari engineering yang
selama ini kita kenal dengan kata teknik. Arti kata teknik
itu sendiri adalah penerapan sains untuk kesejahteraan
umat manusia (Zen, 1981: 10).

Martin & Schinzinger (1994: 17) mempersempit definisi itu,


sehingga rekayasa adalah penerapan ilmu pengetahuan
dalam penggunaan sumber daya alam demi manfaat bagi
masyarakat dan umat manusia.

Systems engineering is an interdisciplinary field of


engineering that focuses on how complex engineering
projects should be designed and managed.

Systems engineering deals with work-processes and tools


to handle such projects, and it overlaps with both technical
and human-centered disciplines such as control
engineering and project management.

The definition systems engineering: by the International


Council of Systems Engineering (INCOSE).

13
• is an interdisciplinary approach
• addresses the total lifecycle of a system
• considers the definition of requirements early, followed
by design, analysis, manufacturing, test & verification,
system support, and disposal
• employs a team approach

Engineering dalam Oxford Advanced Learner Dictionary


diartikan sebagai:
"The activity of applying scientific knowledge to the
design, building and control of machines, roads,
bridges, electrical equipment, etc: The bridge is a
triumph of modern engineering".

Berdasarkan definisi tersebut maka rekayasawan adalah


mereka yang menciptakan produk dan proses-proses
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia (pangan,
papan dan sandang), dengan akibat tambahan,
meningkatkan kemudahan, kekuatan dan keindahan di
dalam kehidupan manusia sehari-hari (Pramumijoyo,
2004)

Sedangkan di dalam jabatan fungsional disebutkan bahwa


Perekayasa merupakan jabatan yang mempunyai ruang
lingkup, tugas, tanggungjawab dan wewenang untuk
melakukan kegiatan kerekayasaan dalam suatu kelompok

14
kerja fungsional pada bidang Penelitian Terapan,
Pengembangan, Perekayasaan dan Pengoperasian yang
diduduki oleh PNS dengan hak dan kewajiban yang
diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.

Teknologi
Teknologi berasal dari kata “techne” yang bermakna
wacana seni, sedangkan menurut Djoyohadikusumo
(1994: 222), teknologi merupakan satu ciri yang
mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari
sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah, dan berkaitan
erat dengan sains (science) dan perekayasaan
(engineering).

Menurut Heidegger dalam buku besarnya Being and Time


(1927) dan The Question Concerning Technology (1977),
hakikat teknologi telah dipelajari sejak jaman Yunani kuno
dengan tema “techne” dan “poiesis.” “Techne” adalah
pengetahuan tentang cara memproduksi atau
mentransformasikan, sedangkan “poiesis” adalah sebuah
penyingkapan yang dengannya sesuatu yang baru hadir di
muka bumi.

Teknologi adalah cara atau metode serta proses atau


produk yang dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan

15
dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang
menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan,
kelangsungan dan peningkatan mutu kehidupan manusia.
(UU Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sisnas Iptek).

Selain itu, the Massachusset Institute of Technology (MIT),


USA mendefinisikan teknologi berdasarkan unsur-unsur
pembentuknya, yaitu fusi (kesenyawaan) yang sempurna
dari seni rupa (arts), ilmu pengetahuan (science), teknik
(engineering), ekonomi (economics) dan bisnis (business).
Sementara The American Engineers' Council for
Professional Development (ECPD, the predecessor of
ABET) mendefinisikan perekayasaan (Engineering) dan
Perekayasa (Engineer) sebagai berikut:

The creative application of scientific principles to design or


develop structures, machines, apparatus, or
manufacturing processes, or works utilizing them singly or
in combination; or to construct or operate the same with
full cognizance of their design; or to forecast their behavior
under specific operating conditions; all as respects an
intended function, economics of operation and safety to
life and property

One who practices engineering is called an engineer, and


those licensed to do so may have more formal
designations such as Professional Engineer, Chartered
Engineer, Incorporated Engineer, or European Engineer.
The broad discipline of engineering encompasses a range
of more specialized subdisciplines, each with a more
16
specific emphasis on certain fields of application and
particular areas of technology.

Batasan teknologi sangatlah bervariasi, sebagaimana


disampaikan oleh Ogburn (1971; di dalam The Liang Gie,
1996) bahwa teknologi bagaikan sebuah puncak gunung
es. Sedikit di antara kita mampu melihat dari semua
sisinya; dengan demikian masing-masing dari kita
mungkin mempunyai suatu pengertian yang terbatas
tentang sifat dasarnya. Oleh karena itu, teknologi perlu
sekali dipandang dari berbagai titik pandang agar
diperoleh gambaran yang lebih luas. Namun, secara
umum dari waktu ke waktu, batasan teknologi dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Teknologi sebagai barang buatan,
2. Teknologi sebagai kegiatan manusia, dan
3. Teknologi sebagai kumpulan pengetahuan.

Dari sekian banyak batasan tentang teknologi, batasan


yang dikemukakan oleh McGinn (1985; di dalam The
Liang Gie, 1996) adalah sebagai berikut:

Technology: a form of human activity like science, art,


religion, or sport. This activity is fabricative; material
product-making or object transforming; purposive with the
general purpose of expanding realm of the humanly
possible knowledge-based, resources-employing,
methodological, embedded in sociocultural-environmental
17
influence field, and informed by its practicioners mental
set.

Batasan teknologi yang lain diambil dari UNESCO (1970; di


dalam The Liang Gie, 1996), yaitu:

Technology denotes the whole - or an organic part- of


knowledge about:
• scientific principles or discoveries
• industrial processes
• material and energy resources
• methods of transport and communication, so far as
it relates directly to the production or improvement
of goods and services.

Adapun Massachuset Institute of Technology (MIT)


mengemukakan bahwa berbagai disiplin ilmu pengetahuan
ini diwujudkan dalam lima unsur Teknologi, yaitu:

Gambar 1

Secara umum dapat digambarkan Proses Penciptaan Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) sebagai berikut:

18
PROSES • Science (Ilmu
• Pengetahuan Pengetahuan)
(Knowledge ) • Observasi
• Pengumpulan/
Pengolahan

INPUT
Data
OUTPUT

PROSES
• Ilmu • Teknologi
• Perekayasaan
Pengetahuan • Software/
• Desain
/Rancang
Hardware
bangun
INPUT OUTPUT

Gambar 2

19
BAB III
PROFESI PEREKAYASA

Perkembangan ilmu pengetahuan tidak berlangsung


secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap
dimana para ilmuwan memberikan sumbangan menurut
kemampuannya. Penemuan yang dilakukan oleh manusia
tidak terpusat melainkan menyebar dari Babylonia, Mesir,
China, India, Irak, dan Yunani, hingga ke daratan Eropa.
Hal ini membuktikan bahwa manusia dihadapkan pada
tantangan yang memacu daya kreatifitas.

Kerekayasaan (Engineering) dipandang sebagai seni dan


sekaligus juga sebagai sains. Kerekayasaan dipandang
sebagai suatu sistem yang beranggotakan prinsip-prinsip,
metode-metode dan keahlian-keahlian yang tidak dapat
dikuasai melalui pendidikan semata. Kemampuan
kerekayasaan harus diperoleh, setidaknya sebagian,
melalui pengalaman dan praktik lapangan.

Abad kedua puluh adalah abad di mana kemajuan dan


perubahan teknologi berlangsung paling pesat. Kemajuan
paling pesat ini mungkin terlihat paling kentara di bidang
elektronika. Pada abad ini, transmisi sinyal model lama
telah digantikan dengan jaringan komunikasi modern yang

20
disertai dengan sistem switching besar menggunakan
komponen-komponen elektronik. Sejak ditemukannya
transistor pada 1947, peranti-peranti semikonduktor telah
banyak digunakan untuk menggantikan tabung vakum
sebagai alat untuk memperkuat sinyal elektronik.
Transistor dan dioda jauh lebih kecil. Kehadiran rangkaian
terpadu (integrated circuit) yang murah, diproduksi secara
masal di atas kepingan-kepingan (chip) silicon, telah
mengakbatkan terjadinya revolusi dalam desain peralatan
elektronik. Seiring dengan ukurannya yang dapat
diperkecil, peranti-peranti semacam ini membuat transmisi
sinyal ke seluruh bagian rangkaian dapat berlangsung
lebih cepat dan andal dan ini berujung pada dibuatnya
rangkaian switching yang lebih cepat dan komputer digital.
Dewan Akreditasi untuk Engineering dan Teknologi
(ABET), salah satu lembaga akreditasi di Amerika Serikat,
mendefinisikan engineering sebagai “profesi di mana di
dalamnya pengetahuan matematika dan ilmu alam yang
diperoleh melalui pendidikan, pengalaman dan praktik
diaplikasikan dengan semestinya untuk menemukan cara-
cara yang ekonomis dalam memanfaatkan bahan-bahan
dan kemampuan alam demi kemaslahatan umat
manusia”.

21
Di dalam definisi ini terkadang elemen-elemen
fundamental tertentu yang menggambarkan esensi dari
disiplin ilmu engineering. Engineering adalah sebuah
profesi. Sebagaimana layaknya hukum, kedokteran,
arsitektur, pendidikan dan manajemen/administrasi,
profesi engineering menuntut standard sikap yang tinggi
serta memiliki tanggung-jawab kepada klien, mitra, dan
masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh. Proses ini
membutuhkan bidang pengetahuan yang spesifik, dan
para anggotanya mendapatkan status professional setelah
melalui jalur-jalur pendidikan dan pelatihan yang jelas.

Bidang Keilmuan
Kegiatan kerekayasaan dapat dilakukan oleh personel
yang memiliki latar belakang keilmuan (academic
background) di bidang yang diklasifikasikan berdasarkan
unsur teknologi yaitu, antara lain:

1. Ilmu Seni Rupa (Arts)


• Seni Kriya
• Desain Interior
• Desain Produk
• Desain Komunikasi visual.

22
2. Ilmu Pengetahuan (Science)
• Sains Matematika dan Alam
• Sains Hayati
• Sains Kemanusiaan
• Sains Kebumian

3. Teknik (Engineering)
• Teknologi Agro, Proses dan Pertambangan
• Teknologi Farmasi, Medika dan Hayati
• Teknologi Kebumian dan Atmosfer
• Teknologi Infrastruktur
• Teknologi Manufaktur dan Transportasi
• Teknologi Komunikasi dan Informatika
• Teknologi Energi
• Manajemen Keindustrian dan Faktor Manusia

4. Ekonomi (Economics)
• Ekonometrik
• Financial Engineering
• Akuntansi
• Engineering Economics

23
5. Bisnis (Business)
• Operation Research
• Management
• Marketing

Dan bidang keilmuan lain yang merupakan derivatif dari


keilmuan di atas serta terkait dengan kegiatan
kerekayasaan dapat dipertimbangkan dengan
rekomendasi dari Instansi Pembina Perekayasa.

Bidang Keahlian
Di samping bidang keilmuan yang menjadi dasar akademik,
para perekayasa dalam kegiatannya dapat diklasifikasikan
dalam bidang keahlian (professional background) sebagai
berikut:
1. Desain: Sintesa, desain konseptual, desain awal &
desain rinci;
2. Analisis: Analisa desain, Kebijakan Sistem teknologi,
Strategi Bisnis, Audit & Standardisasi, Sales &
Distribution, Marketing;
3. Experimental: Pengujian Komponen, Subskala (sub-
scale), Skala Penuh (fullscale), serta Survei,
Observasi, dan Eksplorasi;
4. Komputasional: Penurunan, Pengembangan,
Diskritisasi & Simulasi Model Numerik;
24
5. Produksi & Konstruksi: Pembuatan, Perakitan
komponen (Sub-assembly) & Integrasinya menjadi
produk teknologi lengkap (general assembly);
6. Maintenance & Operation: Perawatan, Perbaikan &
Modifikasi serta pengoperasian Produk Teknologi.

Latar belakang keilmuan (academic background) dan latar


belakang keahlian (professional background) membentuk
matriks kemampuan seorang perekayasa, sebagai contoh
adalah tabel di bawah ini:

Gambar 3

25
BAB IV
KEGIATAN KEREKAYASAAN

Tahap Kegiatan Kerekayasaan


Kegiatan kerekayasaan adalah pentahapan kegiatan yang
berkaitan dengan teknologi yang secara runtun meliputi
Penelitian, Pengembangan, Perekayasaan, dan
Pengoperasian.

26
Gambar 4
Tahap Kegiatan Kerekayasaan

27
Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah
dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh
informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan
pemahaman dan pembuktian kebenaran atau
ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan
ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (UU 11/2019 tentang Sistem Nasional Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi).

Penelitian dapat dilaksanakan secara teoritik melalui


model matematika dan eksperimental melalui percobaan
laboratorium, eksplorasi, observasi, survey. Penelitian
dilaksanakan secara bertahap, mulai dengan
pengumpulan data, pengolahan data, interpretasi hasil
pengolahan data dan penarikan kesimpulan. Penelitian
terapan merupakan kegiatan penelitian dimana subjek
yang diteliti bisa dikembangkan menjadi produk teknologi
yang bermanfaat.

Penelitian Terapan (Research/R) adalah kegiatan


penelitian multi disiplin ilmu pengetahuan yang dapat
dilanjutkan melalui kegiatan pengembangan dan
perekayasaan.

28
Pengembangan (Development/D) adalah kegiatan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan
kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti
kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat dan
aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada
atau menghasilkan teknologi baru (UU 11/2019 tentang
Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).

Kegiatan pengembangan suatu hasil penelitian, secara


eksperimental maupun teoritik, untuk menarik manfaat
yang bisa diterapkan melalui proses:
o Desain konseptual suatu produk perekayasaan
(Engineering Product) yang berkaitan dengan hasil
penelitian sebelumnya, dan
o Desain konseptual suatu sistem perekayasaan
(Engineering Systems) dari gejala alami yang
berkaitan dengan subjek hasil penelitian sebelumnya

Pengembangan dilaksanakan secara bertahap, mulai dari


desain konseptual, desain awal, uji simulasi sub-skala
serta komponen-komponennya di laboratorium hingga
penetapan hasil desain.

Perekayasaan (Engineering/E) adalah kegiatan


penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bentuk

29
desain dan rancang bangun untuk menghasilkan nilai,
produk, dan/atau proses produksi dengan
mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang, dan atau
konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial budaya, dan
estetika (UU 11/2019 tentang Sistem Nasional Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan


perekayasaan adalah sebagi berikut:
• Produk Desain adalah produk perekayasaan ataupun
sistem perekayasaan yang dapat berupa perangkat
keras ataupun perangkat lunak.
• Uji Standardisasi dari suatu produk desain adalah uji
persyaratan keselamatan dan keandalannya menurut
standard minimal yang ditetapkan oleh lembaga
negara yang berwenang.
• Uji Sertifikasi dari suatu produk Desain adalah uji
kinerja dengan penekanan pada terpenuhinya
standard sertifikasi yang telah ditentukan, yang
dilaksanakan oleh lembaga resmi pemerintah atau
lembaga di luar negeri yang berwenang dalam bidang
produk desain tersebut. Uji sertifikasi dapat dilengkapi
dengan hasil uji sertifikasi lainnya yang relevan.

30
Pengoperasian (Operation/O) suatu produk
perekayasaan adalah kegiatan yang meliputi uji
operasional & evaluasi, produksi, pemasaran, penjualan
serta pelayanan purna jual, modifikasi & perawatan untuk
tujuan non komersial maupun komersial.

Produk Perekayasaan yang dioperasikan dapat berupa


produk yang diadakan dari luar institusi yang
bersangkutan atau produk sebagai hasil Perekayasaan
sendiri.

Pengoperasian dilaksanakan secara bersama-sama


antara lembaga Perekayasaan dengan Industri dalam arti
luas, untuk mengevaluasi hasil produk perekayasaan
tersebut.

Kegiatan kerekayasaan secara beruntun ini dikenal


dengan singkatan R, D, E & O atau dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan singkatan Litbangyasa dan
Operasi.

Pada umumnya Perekayasa yang bekerja di Perguruan


Tinggi serta di badan-badan litbangyasa melakukan
kegiatannya terutama pada R, D, E dan sedikit pada tahap

31
O. Sedangkan Perekayasa yang bekerja di industri lebih
menekankan kegiatannya pada D, E dan O.

Rangkaian kegiatan lengkap yang beruntun R, D, E dan O


dapat mendorong terciptanya kemampuan inovasi dari
suatu badan litbangyasa, perguruan tinggi maupun
industri.

Kategori Kegiatan Perekayasaan


Sesuai dengan pentahapan kegiatan kerekayasaan, maka
kegiatan perekayasa dikategorikan sebagai berikut:

Gambar 5

a. Penelitian Terapan, meliputi:


o Eksplorasi, Survey, Observasi
o Penelitian lanjut teoritikal, eksperimental
o Studi Kelayakan Sistem Teknologi
32
o Studi Banding Sistem Teknologi
b. Pengembangan, meliputi:
o Pengembangan Kebijakan Teknologi
o Pengembangan Parametrik Kajian Teknologi
o Desain Konseptual Software (SW)/Hardware (HW)
o Desain Awal SW/HW
o Uji laboratorium (sub-scale) & Simulasi
c. Perekayasaan, meliputi:
o Desain Rinci SW/HW
o Produksi, Perakitan & Integrasi Prototip
SW/HW
o Uji Kinerja Prototip atau Produk Tersertifikasi
SW/HW
o Audit Teknologi SW/HW
o Uji Standardisasi SW/HW
o Uji Sertifikasi SW/HW
d. Pengoperasian, meliputi:
o Uji Operasional & Evaluasi Produk SW/HW
o Produksi, Perakitan & Integrasi Produk tersertifikasi
SW/HW
o Engineering Services SW/HW
o Marketing/Sales SW/HW
o Routine Operation SW/HW
o Modifikasi & Perawatan SW/HW

33
Yang dimaksud dengan Desain adalah suatu proses
perencanaan dengan memperhitungkan aspek fungsi,
estetika, dan berbagai macam aspek lainnya dengan
sumber data yang didapatkan dari riset, pemikiran,
brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada
sebelumnya dimana hasil akhirnya dapat berupa rencana,
proposal atau benda nyata.

Yang dimaksud dengan Desain awal adalah dasar


pemikiran perekayasa dalam usahanya memenuhi
tuntutan desain atau memecahkan problem desain.
Desain awal menjembatani kesenjangan antara konsep
desain dan tahap desain rinci.

Yang dimaksud dengan Desain enjiniring adalah


perumusan rencana untuk membantu seorang perekayasa
membangun produk dengan tujuan kinerja tertentu.
Proses ini melibatkan sejumlah langkah dan bagian dari
proses mungkin perlu diulang berkali-kali sebelum
produksi produk akhir dapat dimulai.

Yang dimaksud dengan Desain rinci adalah suatu tahapan


desain untuk membantu seorang perekayasa membangun
produk dengan tujuan kinerja tertentu, dengan membuat
sebuah rencana teknis secara detail, serta persyaratan-

34
persyaratan teknis (rencana kerja dan syarat teknis) yang
harus dilakukan dalam pembuatan/pembangunan suatu
produk.

Yang dimaksud dengan Produksi adalah aktivitas industri


yang menghasilkan produk-produk jadi dari bahan-bahan
mentah melalui proses manufaktur.

Konstruksi atau pembangunan adalah proses merubah


desain dan bahan-bahan menjadi bangunan-bangunan
fasilitas-fasilitas semisal gedung, jalan raya, dan fasilitas-
fasilitas telekomunikasi dan daya listrik.

Yang dimaksud dengan Operasi di dalam engineering


diartikan sebagai penerapan prinsip-prinsip engineering
atau pelaksanaan kerja di lapangan.

Penjualan (sales) di dalam industri berbasis teknologi


kerap kali melibatkan jasa para insinyur terlatih untuk
merekomendasikan mesin-mesin peralatan, suku cadang,
atau layanan-layanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan.

Yang dimaksud dengan produk software (S/W) adalah


produk teknologi yang berwujud maya dan diwujudkan

35
dalam bentuk dokumen, seperti: model/perumusan
matematik, konsepsi teknologi/kebijakan teknologi,
perangkat lunak (algorithm), konsepsi strategi bisnis,
pendidikan dan pelatihan; konsepsi perencanaan program.

Yang dimaksud dengan produk hardware (H/W) adalah


produk teknologi yang berwujud benda fisik, seperti: unsur
(article), komponen, benda kerja lengkap terpadu, model,
prototipe, produk tersertifikasi serta produk komersial.

Tugas Pokok Perekayasa


Perekayasa adalah jabatan yang mempunyai ruang
lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk
melakukan kegiatan kerekayasaan dalam suatu kelompok
kerja fungsional pada bidang penelitian terapan,
pengembangan, perekayasaan, dan pengoperasian yang
diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan
kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang
berwenang. Dengan bahasa lain bahwa output seorang
perekayasa adalah desain dan rancang bangun dengan
dasar-dasar kajian ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Kebijakan pemeritah saat ini telah tertuang pada Nawa


Cita. Nawa Cita adalah sembilan (9) program yang

36
diharapkan agar bangsa Indonesia lebih mandiri. Mandiri
dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial dan
budaya. Menjadi bangsa yang tak bisa didikte oleh negara
lain. Setidaknya ada 3 program Nawa Cita yang terkait
secara langsung dengan tugas pokok perekayasa:

Program 3: Membangun Indonesia dari pinggiran dengan


memperkuat daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan.
Program 6: Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya
saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia
bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia
lainnya.
Program 7: Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya,


maka dapat disimpulkan bahwa tugas pokok Perekayasa
adalah melakukan kegiatan kerekayasaan:
• meliputi tahap R, D, E, O;
• memanfaatkan berbagai disiplin ilmu untuk
menghasilkan INOVASI TEKNOLOGI;
• berorientasi pada PROBLEM SOLVING;
• harus dilakukan dalam TEAMWORK.

37
BAB V
SISTEM TATA KERJA KEREKAYASAAN

Secara umum terdapat pengertian tentang sistem kerja


yang meliputi tiga hal, yaitu tata kerja, prosedur kerja dan
sistem kerja agar fungsi manajemen dan kebijaksanaan
pimpinan menjadi lebih terarah, terkoodinir dan terkontrol.
Tata kerja merupakan cara melaksanakan suatu pekerjaan
dengan benar dan berhasil atau bisa mencapai tingkat
efisien yang maksimal. Prosedur kerja merupakan tahapan
dalam tata kerja yang harus dilalui suatu pekerjaan baik
mengenai dari mana asalnya dan mau menuju kemana,
kapan pekerjaan tersebut harus diselesaikan maupun alat
apa yang harus digunakan agar pekerjaan tersebut dapat
diselesaikan. Sistem kerja merupakan susunan antara tata
kerja dengan prosedur yang menjadi satu dan membentuk
suatu pola tertentu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
sebagai tindak lanjut dalam rangka pelaksanaan suatu
bidang pekerjaan tertentu.

Tata kerja, prosedur kerja, dan sistem kerja:


1. Menjelaskan tentang tujuan pokok, skema, klasifikasi
jabatan, unsur kegiatan organisasi;
2. Membuat dan menjelaskan detail pekerjaan yang
harus dilakukan berikut lamanya waktu yang

38
diperlukan untuk melaksanakan bidang tugas yang
dimaksud;
3. Menetapkan skill atau kecakapan dan keterampilan
sdm yang diperlukan untuk penyelesaian bidang tugas
dimaksud;
4. Dalam penetapan tahap demi tahap dalam rangkaian
pekerjaan maka antara tahap yang satu dengan tahap
berikutnya harus benar-benar terdapat saling
hubungan yang sangat erat yang keseluruhannya
menuju ke arah satu tujuan, dan tiap-tiap tahap itu
harus benar-benar merupakan suatu kerja yang nyata
dan perlu untuk pelaksanaan dan penyelesaian
seluruh tugas atau pekerjaan yang dimaksud.

Pengertian System Engineering menurut Wikipedia, yaitu:

“Systems engineering is an Interdiciplinary field of


engineering that focuses on how to design and manage
complex engineering projects over their life cycles. Issues
such as reliability, logistics, coordination of different teams
(requirements management), evaluation measurements,
and other disciplines become more difficult when dealing
with large, complex projects”.

“Systems engineering deals with work-processes,


optimization methods, and risk management tools in such
projects. It overlaps technical and human-centered
disciplines such as control engineering, industrial

39
engineering, organizational studies, and project
management”.

Sedangkan menurut INCOSE, dalam handbook 2014,

"An interdisciplinary approach and means to enable the


realization of successful systems", adapun berdasarkan
Derek Hitchins, Prof. of Systems Engineering, former
president of INCOSE (UK), 2007, "The Art and Science of
creating effective systems, using whole system, whole life
principles" OR "The Art and Science of creating optimal
solution systems to complex issues and problems."

Sedangkan sesuai dengan INCOSE, dalam buku


pegangan 2014:

"Pendekatan interdisipliner/ multidisiplin dan cara-cara


untuk memungkinkan terwujudnya sistem yang sukses."

Adapun berdasarkan Derek Hitchins, Prof. System


Engineering, mantan presiden INCOSE (Inggris), 2007:

"Seni dan ilmu menciptakan sistem yang efektif,


menggunakan seluruh sistem, prinsip-prinsip kehidupan"
ATAU "Seni dan ilmu menciptakan solusi sistem yang
optimal untuk isu dan masalah yang kompleks."

Kronologi Pengembangan Sistem Tata Kerja


Kerekayasaan (STKK), dimulai sejak tahun 2000, yang
mempertanyakan bagaimana seharusnya kegiatan

40
pengkajian dan penerapan teknologi harus dilakukan,
mengingat beban kerja yang harus dilakukan seorang
perekayasa agar dapat diukur dan dinilai tidak hanya
secara kuantitatif namun juga kualitatif.

Atas pertanyaan mendasar tersebut, kemudian dilakukan


benchmarking tentang sistem kerja dan sebagainya ke
industri, dalam hal ini adalah PT. DI, dan Boeing, selain ke
Perguruan Tinggi Teknologi tertua di Indonesia, yaitu ITB,
dan tentunya juga dengan jabatan fungsional tertentu
yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan hasil benchmarking disusunlah beberapa


konsep, yaitu:
• JEGS (Job Establishment and Grading System)
• Manpower planning
• Haypoint System

Konsep tersebut sejak 2006 telah diterapkan di


Kedeputian Teknologi Industri Rancang Bangun dan
Rekayasa di BPPT, yang mengatur tentang beban kerja
seorang perekayasa dikaitkan dengan tingkatan/grading
yang harus ditetapkan dikaitkan dengan perencanaan
karirnya serta besaran yang dapat diterima seseorang

41
perekayasa yang ikut dan berperan dalam suatu kegiatan
atau program.

Pada tahun 2008, STKK dirilis dan dilaksanakan melalui


Peraturan Menpan No. 219/2008 tentang Jabatan
Fungsional Perekayasa dan Angka kreditnya.

Sistem tata kerja Kerekayasaan adalah tata kerja yang


mengatur interaksi antar individu yang ada dalam
Organisasi fungsional Kerekayasaan sebagai prasarana
atau alat untuk mencapai tujuan kegiatan/program.
• WADAH: Sekelompok manusia untuk saling bekerja
sama (statis)
• PROSES: Pengelompokan manusia dalam kerjasama
yang efisien (dinamis)

Pengaturan yang dilakukan, antara lain:


• Peran tugas (Job desc) setiap individu dalam Tim;
• Penjadwalan kegiatan/program;
• Penggunaan sumber daya;
• Sistem monev/review kegiatan/program;
• Sistem finansial;
• Sistem dokumentasi informasi & pelaporan.

42
Sebagai implementasi Reformasi Birokrasi dalam Jabatan
Fungsional Perekayasa, maka pola kerja teamwork
berdasar STKK yang terstruktur dalam Organisasi
Fungsional Kerekayasaan (OFK) telah dilaksanakan sejak
tahun 2008, untuk membentuk profesionalisme PNS,
kejelasan peran yang harus dijalankan dan produk yang
harus dicapai oleh setiap PNS, kejelasan dan kepastian
karier melalui jenjang yang ada, serta memberikan ukuran
yang jelas terhadap kinerja dengan penetapan bobot
angka kreditnya.

Perekayasa nasional mempunyai tugas dalam


mengembangkan konsep pembangunan industri berbasis
ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengacu pada
strategi pembangunan nasional. lmplementasinya dimulai
dari membangun budaya sebagai satu kesatuan sistem
yang disebut Sistem Tata Kerja Kerekayasaan (STKK)
yang menganut teamwork. Dalam kerja kelompok tersebut
dengan bentuk organisasi dengan peranan yang jelas dan
terukur, sehingga tujuan dan sasaran pekerjaan suatu
program terbagi habis. Konsep pembagian tugas dan
kewenangan sebagai peran-peran dari para/setiap
perekayasa dari berbagai level profesinya terlihat dengan
jelas.

43
Jabatan perekayasa terdiri dari: Perekayasa Ahli Pertama,
Perekayasa Ahli Muda, Perekayasa Ahli Madya dan
Perekayasa Ahli Utama. Masing-masing mernpunyai
peran yang saling melengkapi satu dengan lainnya untuk
menciptakan jaringan kerjasama yang erat sebagai dalam
pola teamwork untuk menghasilkan inovasi teknologi.

Dalam STKK yang memiliki hierarki untuk mewadahi


pelaksanaan suatu kegiatan dilakukan dengan pola
matriks antara bidang keilmuan/keahlian dengan tahapan
pekerjaan, sehingga peran dan tugas perekayasa
diindikasikan dengan dapat dipertanggungjawabkan
(accountability), dapat ditelusuri (traceability) dengan baik,
sehingga permasalahan yang timbul dalam kegiatan
proyek (evaluasi kinerja maupun dalam penggunaan
dana), dan kesempatan (opportunity) untuk pembinaan
karier perekayasa.

Sistem Tata Kerja Kerekayasaan di BPPT sebagai contoh


dilaksanakan sebagaimana contoh gambar berikut:

44
Gambar 6

45
BAB VI
ORGANISASI FUNGSIONAL KEREKAYASAAN

Tujuan
Organisasi Fungsional Kerekayasaan merupakan
organisasi kerja yang memiliki hierarki untuk mewadahi
pelaksanaan pekerjaan perekayasa yang bersifat
teamwork dengan pola matriks berdasarkan bidang
keilmuan/keahlian dengan kegiatan. Organisasi ini
mendeskripsikan secara jelas peran dan tugas seorang
pejabat perekayasa yang didefinisikan dalam struktur
pekerjaan yang terbagi dalam beberapa bagian menurut
bidang keilmuan atau kegiatan yang berbeda.

Struktur pekerjaan dimaksud adalah Struktur Rincian Kerja


atau Work Breakdown Structures (WBS). The WBS is a
hierarchical breakdown of the work necessary to complete
a project. It is a product-based, hierarchical division of the
deliverable system elements and all associated services

Setiap WBS terbagi paling kurang 2 (dua) Paket Kerja


atau Work Package (WP), dan setiap WP dilaksanakan
oleh paling kurang 2 (dua) orang Staf Perekayasa
(Engineering Staff).

46
Hierarki dalam pekerjaan perekayasa difasilitasi oleh
peran-peran Kepala Program (Program Director/PD),
Insinyur Kepala (Chief Engineer/CE). Manajer Program
(Program Manager/ PM), Ketua Kelompok (Group Leader/
GL), Ketua Sub Kelompok (Leader/L) dan Staf Perekayasa
(Engineering Staff/ES) yang masing-masing mempunyai
tugas pokok dan fungsi sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara (PerMENPAN) Nomor
PER/219/M.PAN/7/2008.

Dalam pelaksanaannya, organisasi ini dipimpin oleh


seorang Kepala Program (KP) yang dibantu oleh seorang
Chief Engineer (CE) dan seorang Program Manager(PM).
Chief Engineer bertanggung jawab atas kualitas dan
kuantitas Sumber Daya Manusia serta produk teknologi
yang dihasilkan. PM bertanggung jawab atas pendanaan
(cost) dan penjadwalan (delivery) pelaksanaan program.

Chief Engineer dan Program Manager, karena sifat


pekerjaannya yang harus mengkoordinasikan seluruh
Group Leader yang terlibat, apabila diperlukan masing-
masing dapat dibantu oleh 1-4 asisten yang disebut
Assistant Chief Engineer dan Assistant Program Manager.

47
WBS dikepalai oleh seorang Group Leader (GL). GL
memimpin beberapa Ketua Sub Kelompok atau Leader
yang bertanggungjawab terhadap Paket Kerja. Setiap
Ketua Sub Kelompok memimpin sejumlah Engineering
Staff dan sejumlah Staf Teknisi (Technical Staff/TS).

Setiap Engineering staff dan Technician


bertanggungjawab kepada Leader. Setiap Leader
bertanggungjawab kepada Group Leader. Sedangkan
para Group Leader bertanggungjawab kepada Program
Manager dan Chief Engineer, dan Kepala Program.

Program Manager dan Chief Engineer bertanggungjawab


kepada Kepala Program. Engineering Staff yang terlibat
dalam suatu WBS tidak dapat merangkap dalam WBS lain
dalam program yang sama. Engineering Staff yang terlibat
dalam suatu WP bisa merangkap dalam WP yang lain
asalkan tidak dilaksanakan dalam kurun waktu yang sama.

Manfaat
Melalui OFK ini, peran dan tugas Perekayasa akan
memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Pertanggungjawaban (accountability) jelas karena
peran dan tugas setiap Perekayasa terdefinisi
dengan jelas.

48
2) Ketertelusuran (traceability) jika terdapat
permasalahan yang timbul dalam program, maka
dapat dilakukan secara sistematik baik dalam
pengevaluasian kinerja maupun dalam
penggunaan dana.
3) Kesempatan (opportunity) untuk pembinaan dan
penjenjangan karier Perekayasa secara sistematik
dan terprogram.
4) Memberikan informasi tentang ketersediaan
sumberdaya manusia yang terlibat dalam kegiatan
program secara riil.

Karakteristik
Adapun karakteristik OFk ini, diantaranya adalah:
1) Bersifat non permanen (ad hoc), khusus untuk
menjalankan suatu program/kegiatan tertentu,
dibentuk saat program/kegiatan dipersiapkan dan
dibubarkan saat program/kegiatan dinyatakan
selesai.
2) Dilaksanakan oleh personel-personel dari satu
atau beberapa lembaga atau kementerian dan
dapat pula mengikutsertakan personel khusus
karena pertimbangan keahliannya.
3) Dipimpin oleh seorang Kepala Program yang
bertanggung jawab penuh kepada Kepala Unit

49
Organisasi Struktural yang memberikan
program/kegiatan tersebut.
4) Dapat diubah-ubah bentuk dan pelakunya
tergantung kepada kebutuhan program/kegiatan.

Tipe Organisasi Fungsional Kerekayasaan


Organisasi fungsional Kerekayasaan diklasifikasikan
dalam tiga tipe, yang didasarkan atas jumlah WBS dalam
program kerekayasaan sebagaimana dijelaskan di bawah
ini:
1. Tipe A
Organisasi fungsional kerekayasaan tipe A paling
sedikit terdiri 5 (lima) WBS, dan melibatkan institusi luar
(baik dari dalam maupun luar negeri) yang diwujudkan
dalam bentuk Kesepakatan Bersama (Memorandum of
Understanding) atau Perjanjian Kerja Sama (Technical
Agreement). Institusi luar ini dapat berkontribusi pada
tingkat WBS ataupun pada tingkat WP (lihat gambar
3.1).

Organisasi Program tipe A merupakan organisasi


program dengan struktur organisasi paling besar dan
paling lengkap karena terdiri dari beberapa kegiatan
kerekayasaan yang berbeda atau beberapa disiplin
keilmuan yang berbeda.

50
Gambar 7. OFK TIPE A

51
2. Tipe B
Organisasi fungsional kerekayasaan tipe B terdiri dari
minimal dua WBS. Dengan demikian Organisasi tipe B
terdiri dari 2 (dua) atau lebih kegiatan kerekayasaan
atau disiplin keilmuan yang berbeda. Organisasi tipe B
dapat bekerja sama dengan institusi luar yang
diwujudkan dalam bentuk Kesepakatan Bersama
(Memorandum of Understanding) atau Perjanjian Kerja
Sama (Technical Agreement) dengan total WBS
berjumlah 2 atau lebih.

52
Gambar 8. OFK TIPE B

53
3. Tipe C
Organisasi fungsional Kerekayasaan tipe C terdiri
hanya dari satu WBS yang terdiri dari beberapa WP.
Organisasi Program tipe C, dipimpin oleh seorang
Group Leader yang sekaligus bertindak sebagai Chief
Engineer. Dalam organisasi tipe C, Group Leader
dibantu oleh seorang Program Manager. Dengan
demikian dalam organisasi ini, Kepala Program dan
Chief Engineer, setingkat dan dijabat rangkap oleh
Group Leader pada WBS tersebut.

Pada Organisasi fungsional Kerekayasaan tipe C,


hanya melibatkan satu kegiatan kerekayasaan atau
satu disiplin keilmuan. Organisasi tipe C ini dapat
bekerja sama dengan institusi luar pada tingkat WP.

54
Group Leader
…(nama)…

Manajer Program
…(nama)…

WP 1 : WP 2 : WP m :
L1 :
…………………. L2 :
…………………. Lm :
………………….
…(nama)…….. …(nama)…….. …(nama)……..
Es 1.1 : Es 2.1 : Es m.1 :
…(nama)… …(nama)… …(nama)…
Es 1.2 : Es 2.2 : Es m.2 :
…(nama)… …(nama)… …(nama)…
Es 1... : Es 2... : Es m.n :
…(nama)… …(nama)…
Gambar 9. OFK TIPE C
…(nama)…
55
Pola Matriks Organisasi Fungsional Kerekayasaan
Secara umum, pola matriks dalam OFK menempatkan
WBS sebagai kolom yang merupakan kegiatan
kerekayasaan dan WP sebagai baris yang merupakan
bidang keilmuan, atau sebaliknya. Bentuk pola matriks
yang dipilih, diserahkan kepada pelaku Perekayasa sesuai
dengan tujuan kegiatan/program masing-masing.
Pembagian WBS yang didasarkan pada tahap kegiatan
kerekayasaan, dan WP sebagai bidang keilmuan.

Sedangkan yang menggunakan WBS sebagai bidang


keilmuan, dan WP sebagai kegiatan kerekayasaan
digambarkan sebagai berikut.

56
Contoh Pola matriks kegiatan dan keilmuan dalam OFK
Program Bahan bakar nabati:

Legalitas dan Ekivalensi


Keikutsertaan personel dalam OFK, baik struktural,
fungsional maupun profesional harus disahkan dalam Surat
Keputusan atau Surat Tugas yang ditandatangani oleh
Pimpinan Unit Kerja.

Sedangkan dalam pelaksanaan kegiatan kerekayasaan


dimana OFK pada unit kerja atau instansi tersebut belum
terbentuk, maka dapat digunakan ekivalensi dengan
persyaratan sebagaimana berikut:

57
1) Peran dan Tugas Perekayasa dinilai secara
individual menurut kedudukannya di dalam
Organisasi fungsional perekayasaan.
2) Organisasi fungsional Kerekayasaan mutlak perlu
agar seorang Perekayasa jelas kedudukannya
dalam melaksanakan profesinya, sehingga dapat
dinilai secara adil.

Dengan demikian sangat disarankan untuk setiap instansi


yang akan mengikuti Jabatan Fungsional Perekayasa,
paling sedikit mendaftarkan beberapa orang anggotanya,
agar Organisasi fungsional Kerekayasaan, setidaknya tipe
C, bisa dibentuk dan dijalankan.

Namun demikian, bila karena sesuatu hal yang berkaitan


dengan peraturan setempat, Organisasi fungsional
Kerekayasaan, tidak/sulit dibentuk, maka masih
dimungkinkan untuk menilai Peran & Tugas Perekayasa
dengan:
1) Memetakan kesetaraan (ekivalensi) organisasi di
mana Perekayasa bekerja dengan Organisasi
fungsional Kerekayasaan untuk menetapkan
kedudukan perekayasa tersebut;

58
2) Menilai peran dan tugas perekayasa tersebut
sesuai dengan aturan Jabatan Fungsional
Perekayasa, pada kedudukannya tersebut.
3) Ekivalensi Perekayasa:
• Jika penanggung jawab seluruh kegiatan
program, maka ekivalensi dengan Kepala
Program.
• Jika penanggung jawab seluruh kegiatan teknis,
maka ekivalensi dengan Chief Engineer.
• Jika penanggung jawab seluruh pendanaan dan
penjadwalan, maka ekivalensi dengan Program
Manager.
• Jika penanggung jawab sekelompok bidang
teknik, maka ekivalensi dengan Group Leader.
• Jika penanggung jawab bagian dari suatu
kelompok teknik, maka ekivalensi dengan
Leader.
• Jika Perekayasa tersebut bekerja sendirian
(secara individual) tanpa terkait dengan
kegiatan program apapun, maka ekivalensi
dengan Engineering Staff.
4) Ekivalensi disesuaikan dengan type organisasi
fungsional perekayasaan dengan kriteria:
• Type C: terdiri dari 1 disiplin ilmu/ keahlian
/kegiatan kerekayasaan
59
• Tipe B: terdiri dari minimal 2 disiplin ilmu/
keahlian/kegiatan kerekayasaan
• Tipe A: terdiri dari minimal 5 disiplin ilmu/
keahlian/kegiatan kerekayasaan
5) Penentuan ekivalensi ditentukan oleh Instansi
Pengusul dan divalidasi oleh Instansi Pembina.

60
BAB VII
PERAN DAN JENJANG PEREKAYASA

Peran Perekayasa
Peran Perekayasa dalam OFK dapat dirinci dari jenjang
Perekayasa yang paling rendah hingga jenjang
Perekayasa yang paling tinggi, sebagai berikut:
1) Enjinir/ES (Engineering Staff)
Melaksanakan kegiatan penelitian terapan,
pengembangan, perekayasaan & pengoperasian
seperti diinstruksikan dalam Program Manual, di
bawah koordinasi L.

2) Ketua Sub Kelompok/L (Leader)


Memimpin ES dalam pelaksanaan kegiatan
penelitian terapan, pengembangan, Perekayasaan
dan pengoperasian seperti diinstruksikan dalam
Program Manual.

3) Ketua Kelompok/GL (Group Leader)


Mengkoordinasikan L dalam pelaksanaan kegiatan
penelitian terapan, pengembangan, Perekayasaan
dan pengoperasian seperti diinstruksikan dalam
Program Manual yang mengintegrasikan beberapa
WP dalam satu kelompok yang dipimpinnya.

61
4) Manajer Program/PM (Program Manager)
Melaksanakan tugas manajemen program yang
meliputi perencanaan program termasuk jadwal
pencapaian sasaran serta aliran pendanaan. PM
bertanggung jawab kepada KP. Untuk OFP tipe A,
PM dapat mempunyai asisten PM dalam program
maksimal 4 orang asisten.

5) Insinyur Kepala/CE (Chief Engineer)


Melaksanakan pemantauan kualitas hasil program
dari segi teknis seperti pemenuhan persyaratan
desain, penetapan SDM yang kompeten dan
berkualitas untuk program. CE bertanggung jawab
kepada KP dan dapat mempunyai asisten
sejumlah maksimal 4 orang.

6) Kepala Program/KP (Program Director)


KP biasanya adalah Program Inisiator yang
memberikan arahan tentang garis-garis besar
kegiatan termasuk: state of the art technology,
strategi keuangan program, maupun eksekusinya.

APM (Assistant Program Manager )dan ACE


(Assistant Chief Engineer) PM dan CE bila

62
diperlukan dapat didampingi oleh beberapa asisten
yang disebut sebagai Assistant Program Manager
dan Assistant Chief Engineer.
Untuk Organisasi Program tipe A paling banyak 4
(empat) asisten untuk CE, dan beberapa asisten
untuk PM sesuai dengan penjelasan sebelumnya.
Sedangkan untuk Organisasi tipe B, paling banyak
ada 2 (dua) asisten CE. Untuk Organisasi tipe C
tidak diperlukan Assistant Program Manager dan
Assistant Chief Engineer.

Jenjang Perekayasa
Jenjang Perekayasa terbagi menjadi 4 (empat) jenjang,
yang terdiri dari dan dengan persyaratan sebagai berikut:

1) Jenjang Ahli Pertama (Engineer), yaitu jenjang


jabatan fungsional keahlian yang tugas dan fungsi
utamanya bersifat operasional yang mensyaratkan
kualifikasi profesional tingkat dasar dengan
kepangkatan mulai dari Penata muda, golongan
ruang III/a sampai dengan Penata Muda Tingkat I,
golongan ruang III/b.

2) Jenjang Ahli Muda (Senior Engineer), yaitu


jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan

63
fungsi utamanya bersifat taktis operasional yang
mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat
lanjutan dengan kepangkatan mulai dari Penata,
golongan ruang III/c sampai dengan Penata Tingkat
I, golongan ruang III/d.

3) Jenjang Ahli Madya (Specialist Engineer), yaitu


jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan
fungsi utamanya bersifat strategis sektoral yang
mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat tinggi
dengan kepangkatan mulai dari Pembina, golongan
ruang IV/a sampai dengan Pembina Utama Muda,
golongan ruang IV/c.

4) Jenjang Ahli Utama (Principal Engineer), yaitu


jenjang jabatan fungsional keahlian yang tugas dan
fungsi utamanya bersifat strategis nasional yang
mensyaratkan kualifikasi profesional tingkat
tertinggi dengan kepangkatan mulai dari Pembina
Utama Madya, golongan ruang IV/d sampai dengan
pembina utama, golongan ruang IV/e.

Penjenjangan karier Perekayasa umumnya didasarkan


pada:

64
1) Pengalaman, yang diperoleh mulai dari tingkat
kesulitan rendah sampai tingkat kesulitan tinggi
dalam memecahkan persoalan kegiatan
kerekayasaan;
2) Peran, yang diperoleh mulai dari peran anggota
program sebagai ES sampai ke tingkat pimpinan
kelompok sebagai L, GL dan akhirnya ke tingkat
pimpinan program sebagai PM, CE dan KP.

Jenjang dan Peran Perekayasa


Sesuai dengan bunyi pasal 4 Peraturan Menpan Nomor:
PER/219/M.PAN/7/2008 tugas pokok Perekayasa adalah
melakukan kegiatan kerekayasaan. Tugas pokok tersebut
dibagi sesuai dengan jenjang Jabatan Fungsional
Perekayasa.

Pejabat Perekayasa dengan jenjang jabatan yang lebih


tinggi, apabila diperlukan dapat mengerjakan kegiatan
kerekayasaan yang menjadi tugas dan tanggung jawab
pejabat Perekayasa satu jenjang dibawahnya, begitu juga
sebaliknya.

Dengan mengetahui peran setiap jenjang Perekayasa pada


OFK maka tugas setiap Perekayasa pada jenjangnya dapat
segera diketahui. Kegiatan kerekayasaan dilaksanakan

65
dalam bentuk teamwork, dengan demikian peran
Perekayasa dalam suatu program ditentukan oleh
kedudukannya dalam OFK. Melalui peran tersebut
Perekayasa dapat meningkatkan kariernya untuk naik pada
jenjang Jabatan dari yang terendah ke jenjang yang lebih
tinggi. Semakin tinggi jenjang jabatan yang dipegang,
diharapkan semakin tinggi pula perannya dalam OFK.

Setiap peran dalam organisasi Fungsional program dapat


diisi oleh jenjang jabatan Perekayasa yang sesuai
kualifikasi atau kemampuan yang harus dipenuhi oleh
masing-masing Perekayasa, yaitu:
1) Perekayasa Ahli Pertama (Engineer): dapat mengisi
peran ES atau naik setingkat lebih tinggi sebagai L.
2) Perekayasa Ahli Muda (Senior Engineer): dapat
mengisi peran L, atau setingkat lebih rendah
sebagai ES atau naik setingkat lebih tinggi sebagai
GL, atau PM.
3) Perekayasa Ahli Madya (Specialist Engineer): dapat
mengisi peran GL atau PM, atau naik setingkat
lebih tinggi sebagai CE atau KP.
4) Perekayasa Ahli Utama (Principal Engineer) dapat
mengisi peran KP atau CE atau setingkat lebih
rendah sebagai GL atau PM.

66
Penilaian Angka Kredit untuk satu tingkat di atas jenjang:
80% x AK, sedangkan penilaian untuk satu tingkat di
bawah jenjang: 100% x AK.

Rangkap Peran
Apabila pada suatu program/kegiatan seorang Perekayasa
ditugaskan pada peran 2 (dua) tingkat di bawah atau di
atas jenjangnya, maka yang bersangkutan tidak dapat
mengklaim butir kegiatan pada peran dimaksud untuk
unsur utama kegiatan kerekayasaan dan RDEO sedangkan
klaim unsur lainnya, yaitu pendidikan, pengembangan
profesi, dan penunjang (kecuali sebagai Pengajar dan Tim
Penilai) tetap dapat diklaim angka kreditnya.

Rangkap peran dimungkinkan bila posisi peran tidak


langsung berada di bawah atau di atas salah satu peran
dalam satu OFK dantidak dilaksanakan pada jam kerja
yang bersamaan, yaitu:
1. OFK tipe A dan B:
a. KP, CE, dan PM tidak boleh rangkap peran dalam
satu OFK.
b. GL dapat merangkap L dan atau ES pada WBS yang
berbeda, dan sebaliknya, dan GL tidak dapat
merangkap menjadi GL lainnya dalam satu OFK.

67
c. GL dapat merangkap L atau ES pada WBS yang
berbeda, dan sebaliknya.
d. ES yang terlibat dalam suatu WP bisa merangkap
dalam WP yang lain.
2. OFK tipe C:
a. GL merangkap peran sebagai KP dan CE, namun
tidak semua butir kegiatan terkait peran tersebut
dapat diklaim.
b. GL tidak dapat merangkap L dan atau ES.
c. L dapat merangkap peran sebagai ES pada WP yang
lain dan sebaliknya.

68
BAB VIII
PENGANTAR SISTEM INFORMASI DAN
PELAPORAN

Setelah Organisasi fungsional Kerekayasaan dan Peran


Perekayasa ditetapkan, maka satu unsur penting dalam
menjalankan STKK adalah penerapan sistem dokumentasi
yang meliputi sistem informasi dan laporan kerekayasaan.
Ada tiga prinsip untuk melaksanakan STKK yaitu well-
planned (terencana dengan baik), well-organised
(terorganisasi dengan baik) dan well-documented
(terdokumentasi dengan baik). Atas dasar hal tersebut,
maka salah satu indikator keberhasilan penerapan STKK
adalah memahami dan mampu menyusun serta
melaksanakan sistem dokumentasi perekayasaan yang
meliputi sistem informasi perekayasaan dan sistem
pelaporan kerekayasaan sesuai dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku.

Sistem Informasi
Sistem informasi Kerekayasaan merupakan sistem yang
mengatur mekanisme aliran dokumen informasi
Kerekayasaan yang harus dibuat oleh perekayasa pada
perannya dalam pelaksanaan dan penyelesaian kegiatan
Kerekayasaan.

69
Dokumen-dokumen tersebut dibuat secara tertulis yang
berisi narasi atau data tabulasi sesuai dengan format
standar yang sudah ditetapkan sesuai dengan periode atau
suatu kegiatan kerekayasaan tertentu. Dokumen informasi
kerekayasaan mempunyai beberapa manfaat, yaitu:
● Media komunikasi tertulis antar perekayasa sesuai
perannya di dalam OFK.
● Bukti dan rekaman kerja yang sedang, telah dan akan
dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan kerekayasaan.
● Sebagai rujukan yang obyektif untuk mendukung
penyusunan laporan kegiatan Kerekayasaan.
▪ Sebagai bentuk pertanggungjawaban dari perekayasa
pada perannya kepada dirinya dan pihak-pihak terkait
atas pelaksanaan Kerekayasaan.

Jenis dokumen sIstem informasi adalah:


● Lembar Keputusan (Decision Sheet)
● Lembar Instruksi (Instruction Sheet), dan
● Lembar Kerja (Working Sheet)

Sistem Pelaporan
Sistem laporan Kerekayasaan adalah sistem yang
mengatur mekanisme aliran dokumen laporan
kerekayasaan yang dibuat oleh perekayasa pada perannya
setelah menyelesaikan kegiatan kerekayasaan pada

70
periode tertentu. Laporan merujuk pada spesifik periode
dan kegiatan, yang dapat dikomunikasikan atau disajikan
dalam bentuk lisan maupun tertulis.

Laporan Kerekayasaan berupa narasi didukung oleh sajian


grafis, data tabulasi, gambar teknik, dan data pendukung
lainnya yang disusun secara periodik dari suatu kegiatan
kerekayasaan tertentu. Dokumen tersebut disajikan dalam
bentuk tertulis pada format standar yang sudah ditetapkan
di dalam peraturan yang berlaku.

Kedudukan laporan sangat penting. Oleh karena itu,


laporan memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1. Sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap pemberi
tugas;
2. Sebagai alat untuk memperlancar koordinasi dan
komunikasi antar perseorangan atau kelompok dalam
suatu organisasi;
3. Sebagai alat untuk perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi untuk pengambilan
keputusan.

71
Laporan kerekayasaan dibuat berdasarkan tahapan, yaitu:

1. Tahap Persiapan
Kegiatan program dilaksanakan dengan mengacu pada
petunjuk program yang ditulis dalam bentuk Manual
Program (Program Manual) yang dipersiapkan oleh Kepala
Program (Program Director), Chief Engineer dan Program
Manager pada awal program. Selain itu, tergantung pada
sifat kegiatan, dapat pula dipersiapkan manual manual lain
seperti Design Manual, Testing Manual, Product Manual
dan sebagainya.

2. Tahap Berjalan
Pada tahap berjalan, sistem pelaporan jalannya kegiatan
program dilaksanakan secara bertahap melalui Technical
Notes (TN) yang ditulis oleh para Engineering Staff,
Technical Report (TR)/Memorandum (TM) yang ditulis oleh
para Leader, Technical Document (TD) yang ditulis oleh
para Group Leader dan Disamping itu ditulis pula laporan
Progress Control & Monitoring (PCM) yang ditulis oleh
Program Manager.

72
3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir, sistem pelaporan akhir kegiatan program
disajikan secara tertulis pada Program Document (PD)
yang ditulis oleh Chief Engineer.

Di dalam sistem pelaporan ini, setiap pelaporan di atas


dilakukan oleh 3 peran yaitu yang menyiapkan (prepared
by), yang memeriksa (checked by) dan yang mengesahkan
(approved by).

73
BAB IX
PENUTUP

Sistem Tata Kerja Kerekayasaan (STKK) merupakan


sistem kerja kegiatan perekayasa yang diwadahi dalam
kelompok kerja berbentuk organisasi fungsional
Kerekayasaan (OFK). OFK menggambarkan secara jelas
tentang peran dan tugas setiap perekayasa dalam
melaksanakan kegiatan kerekayasaannya.

Adapun peran, tugas dan jenjang perekayasa di dalam


OFK adalah sebagai berikut:
1) Perekayasa Ahli Pertama (Engineer) mampu berperan
sebagai ES dalam kegiatan/program.
2) Perekayasa Ahli Muda (Senior Engineer) mampu
berperan sebaga ES dan L dalam kegiatan/program.
3) Perekayasa Ahli Madya (Specialist Engineer) mampu
berperan sebagai GL atau PM dalam
kegiatan/program.
4) Perekayasa Ahli Utama (Principal Engineer) mampu
berperan sebagai CE atau KP dalam
kegiatan/program.

STKK diterapkan selama tahapan kegiatan kerekayasaan.


STKK terselenggara secara optimum melalui interaksi dan
komunikasi peran perekayasa di dalam OFK. Komunikasi
dilakukan baik secara lisan melalui supervisi dan
koordinasi, maupun secara tertulis melalui sistem
dokumentasi kerekayasaan. Sistem dokumentasi meliputi
sistem informasi dan pelaporan kerekayasaan yang
merupakan dokumentasi teknis. Dokumentasi teknis
kerekayasaan inilah yang disusun oleh perekayasa pada
perannya sebagai sarana rekam jejak kegiatan
kerekayasaan tertulis yang disiapkan sejak tahap awal,
pelaksanaan hingga akhir program/kegiatan. Lebih jauh,
dokumen tersebut, menjadi salah satu bukti untuk
mengukur atau menilai kinerja individu perekayasa di
dalam OFK. Penilaian kinerja individu perekayasa di dlam
OFK diharapkan dapat dilakukan secara ‘fair’.

75
DAFTAR PUSTAKA

BKN. (2016). Peraturan Kepala Badan Kepegawaian


Negara nomor 13 tahun 2016 tentang petunjuk
teknis pelaksanaan pembinaan jabatan fungsional
perekayasa. Jakarta.

BPPT. (2016). Peraturan Kepala bppt nomor 15 tahun 2016


tentang petunjuk teknis jabatan fungsional
perekayasa & angka kredit. Jakarta.

Djoyohadikusumo. (1994). Pengertian teknologi.


Jogyakarta: BPFE.

Gie, The Liang. (1996). Administrasi perkantoran modern.


Yogyakarta: Liberty.

Heidegger, Martin. (2008). Being and time. New York:


Harper Perennial.

INCOSE. (2015). System engineering handbook. 4th


Edition.

Martin & Schinzinger. (1994). Introduction to engineering


ethics. 2nd Edition. New York: McGrawHill.

Pramumijoyo, Warmada. (2004). Etika rekayasa untuk


rekayasawan. Yogyakarta: UGM.

S, Prawirosentono. (2002). Filosofi baru tentang


manajemen mutu terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

76
The American Engineers' Council for Professional
Development (ECPD, the predecessor of ABET).
(1932).

Republik Indonesia. (2002). Undang-Undang nomor 18


tahun 2002 tentang sistem inovasi nasional iptek.
Jakarta.

Republik Indonesia. (2017). Peraturan Pemerintah nomor


11 tahun 2017 tentang manajemen pegawai negeri
sipil. Jakarta.

https://lostsystem696.weebly.com/blog/oxford-advanced-
learner-dictionary-10th-edition

77
GLOSARI

1) Jabatan Fungsional adalah sekelompok jabatan yang


berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan
fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan
keterampilan tertentu.
2) Pejabat Fungsional adalah Pegawai ASN yang
menduduki Jabatan Fungsional pada instansi
pemerintah.
3) Jabatan Fungsional Perekayasa adalah profesi ASN
yang melakukan kerekayasaan teknologi untuk
mengembangkan teknologi dan industri.
4) Pejabat Fungsional Perekayasa adalah Pegawai ASN
yang diberikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang
melakukan kerekayasaan teknologi untuk
mengembangkan teknologi dan industri dalam dalam
suatu kelompok kerja yang diwadahi oleh organisasi
fungsional perekayasaan dengan hak dan kewajiban
yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang
berwenang.
5) Kerekayasaan adalah kegiatan bertahap yang secara
runtun meliputi penelitian terapan, pengembangan,
perekayasaan dan pengoperasian.
6) Penelitian Terapan (Applied Research/aR) adalah
kegiatan penelitian multi disiplin ilmu pengetahuan yang

78
dapat dilanjutkan melalui kegiatan pengembangan dan
perekayasaan.
7) Pengembangan (Development/D) adalah kegiatan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan
memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang
telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi,
manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang telah ada atau menghasilkan teknologi baru.
8) Perekayasaan (Engineering/E) adalah penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam bentuk desain dan
rancang bangun untuk menghasilkan sistem, model,
nilai, produk dan/atau proses produksi dengan
mempertimbangkan keterpaduan sudut pandang
dan/atau konteks teknikal, fungsional, bisnis, sosial
budaya dan estetika, dalam suatu kelompok kerja
fungsional.
9) Pengoperasian (Operation/O) adalah kegiatan yang
meliputi uji operasional, evaluasi, difusi, inovasi
teknologi dalam rangka pencapaian output, outcome
dan impact.
10) Organisasi fungsional perekayasaan (OFP) adalah
kelompok kerja fungsional yang dibentuk secara
temporer (ad hoc) untuk pelaksanaan kegiatan
kerekayasaan.

79
11) Struktur Rincian Kerja (Work Breakdown
Structures/WBS) adalah struktur pembagian pekerjaan
dalam Organisasi fungsional perekayasaan
berdasarkan jenis kegiatan kerekayasaan atau bidang
keilmuan.
12) Paket Pekerjaan (Work Package/WP) merupakan
rincian kerja dari struktur rincian kerja (WBS) tertentu
yang disusun berdasarkan jenis kegiatan kerekayasaan
atau disiplin keilmuan.
13) Kepala Program (Program Director) adalah pegawai
ASN yang diangkat dan ditugaskan oleh Penanggung
Jawab Program Kerekayasaan atau Penanggung
Jawab Kegiatan Kerekayasaan untuk melakukan
Pengelolaan Program dengan memberikan arahan
kepada Insinyur Kepala dan Manajer Program tentang
garis-garis besar kegiatan termasuk status keterkinian
teknologi (state of the art technology), strategi
keuangan program, maupun eksekusinya, dan
mempertanggungjawabkan hasil tugasnya kepada
Penanggung Jawab Program Kerekayasaan atau
Penanggung Jawab Kegiatan Kerekayasaan.
14) Insinyur Kepala (Chief Engineer) adalah Pegawai
ASN yang ditugaskan oleh Program Director untuk
melakukan pengelolaan program dari segi kualitas
teknis, sumber daya manusia dan fasilitas program,

80
serta mempertanggungjawabkan hasil tugasnya kepada
Program Director.
15) Asisten Insinyur Kepala (Assistant Chief Engineer)
adalah Pegawai ASN yang ditugaskan oleh Insinyur
Kepala untuk melakukan bagian pekerjaan dari Insinyur
Kepala, dan mempertanggungjawabkan hasil tugasnya
kepada Insinyur Kepala.
16) Manajer Program (Program Manager) adalah
Pegawai ASN yang ditugaskan oleh Program Director
untuk melakukan perencanaan, pengelolaan
pendanaan dan jadwal pencapaian sasaran, serta
mempertanggung-jawabkan hasil tugasnya kepada
Program Director.
17) Asisten Manajer Program (Assistant Program
Manager) adalah Pegawai ASN yang ditugaskan oleh
Manajer Program untuk melakukan pengelolaan
administratif pendanaan program, dan memper-
tanggungjawabkan hasil tugasnya kepada Manajer
Program.
18) Ketua Kelompok (Group Leader) adalah Pegawai
ASN yang memimpin sebuah WBS yang terdiri dari
beberapa WP sesuai instruksi dan arahan dari Insinyur
Kepala serta mengacu pada Program Manual, dan
mempertanggungjawabkan hasil tugasnya kepada
Insinyur Kepala.

81
19) Ketua Sub-kelompok (Leader) adalah Pegawai ASN
yang memimpin sebuah WP dan melakukan supervisi
pada staf perekayasa yang ditugaskan dan
bertanggung jawab kepada Ketua Kelompok.
20) Staf Perekayasa (Engineering Staff/ES) adalah
Pegawai ASN yang ditugaskan oleh Ketua Sub-
kelompok untuk melaksanakan kegiatan penelitian
terapan dan/atau pengembangan dan/atau
perekayasaan dan/atau pengoperasian, serta
bertanggung jawab kepada Ketua Sub-kelompok.
21) Technical Notes (TN) adalah laporan teknis dalam
pelaksanaan Kegiatan aR/D/E/O yang dibuat oleh
Engineering Staff, berisikan hasil pelaksanaaan tugas
beserta pengolahan data dan hasil analisis awal.
22) Technical Report (TR) adalah laporan teknis dalam
pelaksanaan Kegiatan aR/D/E/O yang dibuat oleh
Leader, berisikan hasil pelaksanaaan supervisi seluruh
Engineering Staff dalam Paket Kerja (Work Package)
yang dipimpinnya pada fase tertentu, mencakup
metode, interpretasi hasil, monitoring, evaluasi dan
hasil analisis lanjutan.
23) Technical Document (TD) adalah laporan teknis dalam
pelaksanaan aR/D/E/O yang dibuat oleh Group Leader
berisikan hasil koordinasi, monitoring, evaluasi,
integrasi, analisis dan optimasi seluruh Paket Kerja

82
(WP) dalam Kelompok Kerja (WBS) yang dipimpinnya
pada fase tertentu.
24) Progress Control & Monitoring Report (PCMR)
adalah laporan hasil pemantauan dan pengendalian
jadwal serta pendanaan kegiatan pada fase tertentu
dalam pelaksanaan aR/D/E/O yang dibuat oleh
Program Manager untuk mencapai tujuan secara tepat
waktu sesuai dengan hasil yang direncanakan.
25) Program Manual (PM) adalah dokumen yang dibuat
pada awal kegiatan, berupa Manual dari grand strategy
pelaksanaan teknis dan budgeting kegiatan aR/D/E/O,
yang dibuat oleh Program Director berdasarkan hasil
koordinasi dengan Chief Engineer dan Program
Manager dengan persetujuan Pimpinan Tinggi.
26) Program Document (PDoc) adalah laporan akhir
teknis dan manajerial dalam pelaksanaan aR/D/E/O
yang dibuat oleh Program Director berisikan hasil
analisis, kesimpulan dan rekomendasi dalam
pencapaian hasil kegiatan.
27) Working Sheet adalah Merupakan lembaran yang
berisi pernyataan dan menguraikan secara umum
tentang apa yang telah dikerjakan oleh Perekayasa
mulai dari ES, L, GL, PM, CE, sampai KP.
28) Instruction Sheet adalah lembaran yang berisi
pernyataan perintah dan menguraikan secara umum

83
terkait dengan cara, metode atau formula tertentu dan
lain-lain sesuai dengan kegiatan kerekayasaannya.
29) Decision Sheet adalah lembaran yang berisi
pernyataan dan menguraikan secara umum tentang
keputusan rapat kegiatan kerekayasaan yang sedang
dilaksanakan baik pada rapat tingkat WP, tingkat
WBS, antar WBS, atau tingkat Pimpinan Program. DS
ini harus dilampiri dengan daftar hadir.

84

Anda mungkin juga menyukai