Anda di halaman 1dari 6

Nama : Candra Prawita Sari

Nim : K1518021

Kelas :A

Mapel : Praktek Beton

Dari materi yang ada di spada tentang Pengujian Nilai Slump buatlah review

1. Material apa yang diuji

Jawab :

Material yang di uji pada Uji Slump adalah kepadatan bahan


campuran beton yakni:
- Agregat halus (pasir)
- Agregat Kasar (kerikil)
- Semen
Cara uji ini diterapkan pada beton plastis yang memiliki ukuran
maksimum agregat kasar hingga 37,5mm (sebelumnya tidak ada ketentuan
ukuran maksimum agregat kasar)

2. Fungsi dari pengujian

Jawab :

Pengujian slump beton bertujuan untuk mengetahui kelecakan


(consistency) beton segar. Dengan pemeriksaan slump, maka kita dapat
memperoleh nilai slump yang dipakai sebagai tolak ukur atau standar
kelecakan beton segar. dari slump beton adalah penurunan ketinggian pada
pusat permukaan atas beton segar yang diukur segera setelah cetakan uji
slump diangkat.
Sedangkan beton segar adalah beton yang bersifat plastis yang
terdiri dari agregat halus, agregat kasar dengan ukuran kurang dari 37,5 mm
atau 1½ inchi, semen dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan atau bahan
pengisi.Pengujian slump beton bertujuan untuk mengetahui kelecakan
(consistency) beton segar. Dengan pemeriksaan slump, maka kita dapat
memperoleh nilai slump yang dipakai sebagai tolak ukur atau standar
kelecakan beton segar.

3. Apa yang dimaksud tentang workability beton?

Jawab :

Salah satu sifat beton sebelum mengeras (beton segar) adalah


kemudahan pengerjaan (workability). Workability adalah tingkat
kemudahan pengerjaan beton dalam mencampur, mengaduk, menuang
dalam cetakan dan pemadatan tanpa homogenitas beton berkurang dan beton
tidak mengalami bleeding (pemisahan) yang berlebihan untuk mencapai
kekuatan beton yang diinginkan.

Workability akan lebih jelas pengertiannya dengan adanya sifat-sifat


berikut:

a. Mobility adalah kemudahan adukan beton untuk mengalir dalam


cetakan.
b. Stability adalah kemampuan adukan beton untuk selalu tetap
homogen, selalu mengikat (koheren), dan tidak mengalami
pemisahan butiran (segregasi dan bleeding).
c. Compactibility adalah kemudahan adukan beton untuk dipadatkan
sehingga rongga-rongga udara dapat berkurang.
d. Finishibility adalah kemudahan adukan beton untuk mencapai tahap
akhir yaitu mengeras dengan kondisi yang baik.

Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat workability antara lain:


a. Jumlah air yang digunakan dalam campuran adukan beton. Semakin
banyak air yang digunakan, maka beton segar semakin mudah
dikerjakan.
b. Penambahan semen ke dalam campuran juga akan memudahkan
cara pengerjaan adukan betonnya, karena pasti diikuti dengan
bertambahnya air campuran untuk memperoleh nilai fas tetap.
c. Gradasi campuran pasir dan kerikil. Bila campuran pasir dan kerikil
mengikuti gradasi yang telah disarankan oleh peraturan, maka
adukan beton akan mudah dikerjakan.
d. Pemakaian butir-butir batuan yang bulat mempermudah cara
pengerjaan beton.
e. Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai juga berpengaruh
terhadap tingkat kemudahan dikerjakan.

Cara pemadatan adukan beton menentukan sifat pengerjaan yang


berbeda. Bila cara pemadatan dilakukan dengan alat getar maka diperlukan
tingkat kelecakan yang berbeda, sehingga diperlukan jumlah air yang lebih
sedikit daripada jika dipadatkan dengan tangan (Tjokrodimuljo, K., 2007).

http://e-journal.uajy.ac.id/7717/4/3TS14037.pdf

4. Jelaskan hubungan antara workability dengan fas!

Jawab :

Semakin tinggi nilai FAS, mengakibatkan penurunan mutu kekuatan


beton. Namun nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa
kekuatan beton semakin tinggi. Jika FAS semakin rendah, maka beton akan
semakin sulit untuk dipadatkan.

Ketika beton semakin sulit dipadatkan, maka tunuan dari


Workability beton tidak terlaksana sebab tujuan dari Workability beton
adalah untuk memudahkan beton dalam mencampur, mengaduk, menuang
dan mencetak sehingga menghasilkan pengujian yang optimal.
Jadi, Semakin tinggi nilai FAS, mengakibatkan penurunan mutu
kekuatan beton. Namun nilai FAS yang semakin rendah tidak selalu berarti
bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Jika FAS semakin rendah, maka
beton akan semakin sulit untuk dipadatkan.

5. Jelaskan hubungan antara workability dengan nilai slump!

Jawab :

Slump test berfungsi untuk mengetahui apakah nilai slumpnya


sudah sesuai dengan yang direncanakan. Faktor air semen (fas) adalah
perbandingan antara air dan semen. Apabila nilai fas sudah ditetapkan,
maka penambahan air pada campuran proporsi beton berarti juga harus
melakukan penambahan semen. Sehubungan nilai fas juga menentukan
jumlah air pada proporsi campuran, maka nilai fas ternyata mempengaruhi
workability beton. Nilai fas yang terlalu rendah maka beton akan sulit di
padatkan.

6. Jelaskan hubungan antara nilai slump dengan kekuatan tekan beton!

Jawab :

Untuk mendapatkan workability yang tinggi diperlukan nilai slump


yang tinggi, namun tingginya nilai slump sering kali menimbulkan
kekawatiran terhadap nilai kuat tekan, apakah mencapai mutu yang
direncanakan. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tekan
beton dari semua variasi nilai slump.

7. Apa yang dimaksud dengan keruntuhan geser pada pengujian nilai slump?

Jawab :

Slump ini dikatakan mengalami pergeseran karena disebabkan


setengah dari puncaknya terjatuh atau tergelincir menuju ke bawah pada
bidang yang miring.
Cara penentuan nilai dari slump geser dilakukan dengan dua cara.
Cara pertama adalah dengan melakukan pengukuran penrunan minimum
dan cara kedua berasal dari penurunan rata-rata yang berasal dari puncak
kerucut.

8. Langkah Kerja Pengujian dan Data apa yang didapat?

Jawab :

1) Basahi cetakan kerucut dan plat dengan kain basah


2) Letakkan cetakan di atas plat
3) Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan batang logam
sebanyak merata dengan menusukkannya. Lapisan ini penusukan
bagian tepi dilakukan dengan besi dimiringkan sesuai dengan
dinding cetakan. Pastikan besi menyentuh dasar. Lakukan 25-30 x
tusukan.
4) Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal yang sama
sebanyak 25-30 x tusukan. Pastikan besi menyentuh lapisan
pertama.
5) Isi 1/3 akhir seperti tahapan nomor 4
6) Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan benda uji, tunggu
kira-kira 1/2 menit. Sambil menunggu bersihkan kelebihan beton di
luar cetakan dan di plat.
7) Cetakan diangkat perlahan TEGAK LURUS ke atas
8) Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut di sebelahnya
menggunakan perbedaan tinggi rata-rata dari benda uji.
9) Toleransi nilai slump dari beton segar ± 2 cm
10) Jika nilai slump sesuai dengan standar, maka beton dapat digunakan

Data yang di dapat:

Kepadatan uji slump di ukur dari tingkat sisa ketinggian cetakan


kerucut

< 7,5 cm = terlalu banyak Air semen


>15 cm = terlalu sedikit air semen

Angka Normal = 7,5 – 15 cm

Review Diketik Rapi, tanpa batasan jumlah lembar

Anda mungkin juga menyukai