pada tahun 1910 oleh Carl Ethan Akeley (1864-1926). Shotcrete atau beton semprot
didefinisikan sebagai beton atau adukan semen yang dilewatkan pada peralatan
penyemprot (umumnya disebut ‘gun’) dan ditembakkan pada kecepatan tinggi pada
digunakan, sehingga beton mampu menyangga berat sendirinya bahkan pada aplikasi
1. Rongga – rongga pada permukaan akan terisi bahkan pada permukaan yang tidak
beraturan.
2. Pengikatan yang baik antara bahan yang dipakai dan permukaan yang dikerjakan.
Teknik pelaksanaan shotcrete dibedakan menjadi wet mix dan dry mix dan
keduanya mempunyai persyaratan tertentu baik dalam hal pelaksanaan, bahan maupun
alat yang digunakan. Teknik dengan mix seringkali pula disebut dengan istilah gunite.
1. Persiapan Permukaan
kerja. Untuk mencegah terkena semprotan maka bagian tepi dan sebelahnya harus
terjadinya rontok, retakan. Bersihkan permukaan tanah yang lepas dan rusak
aliran air bila dijumpai supaya shotcrete tidak rusak akibat aliran tersebut.
2. Pembuatan Drainase
Memasang dan mengamankan semua komponen drainase yang tertera dalam gambar
atau yang diminta oleh Direksi Pekerjaan di lapangan untuk disesuaikan dengan
gambar atau yang diminta oleh Direksi Pekerjaan di lapangan untuk menyesuaikan
kondisi lapangan. Jaringan drainase harus mencakup drain strip yang terbuat dan
geotekstil nonwoven, pipa PVC untuk lubang sulingan (weep holes) seperti yang
Wire mesh dikaitkan dengan paku yang ditancapkan pada bidang miring tanah dengan
diberi beton decking dibawah tulangan supaya tulangan tidak menempel pada
permukaan tanah. Mutu beton decking minimal sama dengan mutu beton shotcrete.
Dengan adanya wire mesh diharapkan bahwa shotcrete lebih kuat sebagai penutup
4. Penyemprotan Shotcrete
sehingga tercapai ketebalan rencana dan usahakan agar tegak lurus dengan bidang
sehingga dicegah terjadinya rongga atau penumpukkan pasir kosong. Gunakan pipa
teknik yang memadai. Bila shotcrete digunakan untuk mengisi bagian lubang bor yang
berada dekat dengan permukaan, arahkan nozzle ke lubang tersebut sampai terisi
diperlukan mutu bahan yang konsisten dan baik pencampurannya. Untuk itu biasanya
Shotcrete yang telah ditempatkan harus dijaga kelembabannya paling tidak selama 7
ditempatkan, namun bila suhu udara lebih dari 27° Celcius maka perawatan
• Perawatan dengan air. Pemberian air diatur sedemikian rupa sehingga permukaan
shotcrete dalam keadaan basah dan menjaga supaya permukaan tidak terkikis oleh
permukaan yang akan menerima shotcrete baru kecuali bila permukaan tersebut
halus, agregat kasar, semen portland dan air. Tetapi belakangan ini definisi dari beton
sudah semakin luas, dimana beton adalah bahan yang terbuat dari berbagai macam tipe
semen, agregat dan juga bahan pozzolan, abu terbang, terak dapur tinggi, sulfur, serat
2. Metode perancangan
3. Perawatan
4. Keadaan pada saat pengecoran (Tri Mulyono, 2003)
Material penyusun beton terdiri dari semen, agregat kasar, agregat halus, air dan fly
berbeda bila digunakan sebagai bahan adukan dalam beton. Dengan alasan ini maka perlu
diketahui sifat dan karakteristik masing-masing material penyusun beton agar dalam
Portland cement (PC) atau lebih dikenal dengan semen merupakan suatu bahan
yang mempunyai sifat hidrolis, semen membantu pengikatan agregat halus dan agregat
kasar apabila tercampur dengan air. Selain itu, semen juga mampu mengisi rongga -
rongga antara agregat tersebut. Banyaknya kandungan semen dalam beton berpengaruh
terhadap kuat tekan beton. Jumlah semen yang terlalu sedikit, berarti banyaknya air
juga sedikit mengakibatkan adukan beton sulit dipadatkan, sehingga kuat tekan beton
menjadi rendah. Kelebihan jumlah semen, berarti banyaknya air juga berlebihan sehingga
beton menjadi banyak pori, dan akibatnya kuat tekan beton menjadi rendah
Sifat kimia dari semen portland sangat rumit, dan belum dimengerti sepenuhnya.
Hampir dua pertiga bagian semen terbentuk dari zat kapur yang proporsinya berperan
penting terhadap sifat-sifat semen. Zat kapur yang berlebihan kurang baik untuk semen
Kadar kapur yang tinggi tetapi tidak berlebihan cenderung memperlambat pengikatan,
tetapi menghasilkan kekuatan awal yang tinggi. Kekurangan zat kapur menghasilkan semen
1. Kehalusan butir
Semakin halus semen, maka pemukaan butiranya akan semakin luas, sehingga
persenyawaanya dengan air akan semakin cepat dan membutuhkan air dalam jumlah
yang besar pula. Kehalusan dari semen dapat ditentukan dengan berbagai cara, antara
lain denga analisa saringan. Semen pada umumnya mampu lolos saringan 44 mikron
Berat jenis semen pada umumnya berkisar 3.15 kg/liter. Berat jenis ini penting untuk
diketahui karena semen dengan berat jenis yang rendah dan dicampur dengan bubuk
batuan lain, pada pembakarannya menjadi titik sempurna. Berat isi semen bergantung
pada cara pengisiannya ke dalam takaran. Cara pengisian gembur, berat isinya akan
rendah sekitar 1.1 Kg/liter, sedangkan cara pengisian padat akan menghasilkan berat
Pada pengerasan semen dikenal dengan adanya waktu pengikatan awal (initial setting)
dan waktu pengikatan akhir (final setting). Waktu pengikatan awal dihitung sejak
semen tercampur dengan air hingga mengeras. Pengikatan awal untuk semua jenis
4. Kekekalan bentuk
Bubur semen yang dibuat dalam bentuk tertentu dan bentuknya tidak berubah pada
waktu mengeras, maka semen tersebut mempunyai sifat kekal bentuk. Demikian juga
sebaliknya jika bubur semen tersebut mengeras dan menunjukkan adanya cacat
mempunyai sifat kekal bentuk. Sifat kekal bentuk sangat dipengaruhi oleh
kandungan senyawa C3A, karena kandungan C3A dalam jumlah tinggi menyebabkan
bubur semen mengembang pada saat proses pengerasan karena dilepaskannya panas
5. Kekuatan semen
Pengukuran kekuatan semen biasanyan dilakukan menggunakan nilai kuat tekan semen
yang dicampur dengan pasir. Kekuatan semen sangat berpengaruh terhadap kualitas
6. Pengaruh suhu
berlangsung dengan baik pada suhu 35 0C dan berjalan dengan lambat pada suhu di
bawah 15 0C.
Fly ash adalah limbah dari sisa pembakaran batubara, suatu pembangkit listrik tenaga
Uap yang menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya. Sistem pembakaran batubara
umumnya terbagi 2 yakni sistem unggun terfluidakan (fluidized bed system) dan unggun
tetap (fixed bed system atau grate system). Disamping itu terdapat system ke-3 yakni
Fluidized bed system adalah sistem dimana udara ditiup dari bawah
menggunakan blower sehingga benda padat di atasnya berkelakuan mirip fluida. Teknik
fluidisasi dalam pembakaran batubara adalah teknik yang paling efisien dalam
menghasilkan energi. Pasir atau corundum yang berlaku sebagai medium pemanas
dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan biasanya dilakukan dengan minyak bakar. Setelah
batubara. Sistem ini menghasilkan abu terbang dan abu yang turun di bawah alat. Abu-
Uap). Komposisi fly ash dan bottom ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah
: (80-90%) berbanding (10-20%). Fixed bed system atau Grate system adalah teknik
pembakaran dimana batubara berada di atas conveyor yang berjalan atau grate. Sistem
ini kurang efisien karena batubara yang terbakar kurang sempurna atau dengan
perkataan lain masih ada karbon yang tersisa. Ash yang terbentuk terutama bottom ash
masih memiliki kandungan kalori sekitar 3000 kkal/kg. Di China, bottom ash digunakan
sebagai bahan bakar untuk kerajinan besi (pandai besi). Teknologi Fixed bed system
banyak digunakan pada industri tekstil sebagai pembangkit uap (steam generator).
Komposisi fly ash dan bottom ash yang terbentuk dalam perbandingan berat adalah : (15-
bagian yang lemah pada beton, serta menggantikannya setelah bereaksi dengan SiO2
kekuatan beton
2. Pozzolan yang berbutir halus akan mengisi pori-pori sehingga porositasnya menjadi
rendah.
ketahan sulfat yang juga didukung oleh meningkatnya kerapatan beton yang pada
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam
campuran mortar atau beton. Dalam bidang teknologi beton nilai batas daerah agregat
kasar dan agregat halus adalah 4,75 mm atau 4,80 mm. Agregat yang butirannya lebih
kecil dari 4,8 mm disebut agregat halus. Secara umum agregat kasar sering disebut
kerikil, kericak, batu pecah atau split. Adapun agregat halus disebut pasir, baik berupa
pasir alami yang diperoleh langsung dari sungai, tanah galian atau dari hasil pemecahan
batu. Agregat yang butiranya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir halus,
sedangkan butiran yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut lanau, dan yang lebih kecil dari
Gradasi No.1 digunakan untuk shotcrete dengan agregat halus, sedangkan Gradasi
No.2 dan No.3 untuk shotcrete dengan agregat kasar.
b) Agregat ringan, penggunaan agregat ringan ini seperti yang tercantum dalam ASTM
C 330.
Fungsi air pada campuran beton adalah untuk membantu reaksi kimia yang
kemudahan pengerjaan adukan beton (workability), kekuatan, susut dan keawetan beton.
Air yang diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar 25 % dari berat semen
saja, namun dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipakai sulit jika kurang dari
0,35. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan dipakai sebagai pelumas, tambahan air
ini dituang (bleeding) yang kemudian menjadi buih dan terbentuk suatu selaput tipis
(laitance). Selaput tipis ini akan mengurangi lekatan antara lapis-lapis beton dan
1971) :
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organic, dan
Menurut ACI Committee 212.1R-8 (Revised 1986) yang selalu diperbaiki sejak
1944, 2954, 1963, 1971, jenis bahan tambah untuk beton dikelompokkan dalam 5
Beberapa tujuan yang penting dari penggunaan bahan tambah ini menurut manual
antara lain:
beton.
5. Mengurangi segregasi.
dan Grouting.
muda).
10. Menambah kekuatan beton (kuat tekan, kuat lentur atau kuat geser dari
beton).
11. Menambah sifat keawetan beton atau ketahanan dari gangguan luar termasuk
14. Mengontrol pengembangan yang disebabkan oleh reaksi dari alkali termasuk
dikonfirmasikan dengan standar yang berlaku seperti SNI, ASTM, atau ACI.
Selain itu, yang terpenting adalah memperhatikan petunjuk dalam manualnya jika
3. Petunjuk umum mengenai penggunaan atau temperatur yangt diijinkan pada saat
a. Penggantian tipe semen atau sumber dari semen atau jumlah dari semen yang
diharapkan
b. Banyak bahan tambah mengubah lebih dari satu sifat beton, sehingga kadang
misalnya FAS, tipe dan gradasi agregat, tipe dan lama pengadukan.
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
sedangkan bahan tambah aditif yaitu yang bersifat mineral ditambahkan saat
kimia yang dimasukkan lebih banyak mengubah perilaku beton saat pelaksanaan
pekerjaan jadi dapat dikatakan bahwa bahan tambah kimia (chemical admixture)
mempunyai jenis-jenis dan sifat yang beraneka ragam, contohnya antara lain
sebagai berikut:
1. Water reducer admixture adalah bahan kimia yang ditambahkan pada campuran
beton dengan fungsi utama untuk mereduksi air sehingga memperkecil water
awal beton.
2. Metode perancangan
3. Perawatan
5. Bahan tambah
Material penyusun beton terdiri dari semen, agregat kasar, agregat halus,
dan air. Semua bahan-bahan diatas mempunyai karakteristik yang berbeda bila
digunakan sebagai bahan adukan dalam beton. Dengan alasan ini maka perlu
dikehendaki.
2.3.1Bahan
2.3.1.1 Semen
Portland cement (PC) atau lebih dikenal dengan semen merupakan suatu
bahan yang mempunyai sifat hidrolis, semen membantu pengikatan agregat halus
dan agregat kasar apabila tercampur dengan air. Selain itu, semen juga mampu
2.3.1.2 Agregat
Agregat adalah material berbutir seperti pasir, kerikil, batu pecah yang
teknologi beton nilai batas daerah agregat kasar dan agregat halus adalah 4,75
mm atau 4,80 mm. Agregat yang butirannya lebih kecil dari 4,8 mm disebut agregat
halus. Secara umum agregat kasar sering disebut kerikil, kericak, batu pecah atau
split. Adapun agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh
langsung dari sungai, tanah galian atau dari hasil pemecahan batu. Agregat yang
butiranya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir halus, sedangkan butiran yang lebih
kecil dari 0,075 mm disebut lanau, dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut
lempung.
Agregat harus mempunyai bentuk yang baik (bulat dan mendekati kubus),
bersih, keras, kuat dan gradasinya baik. Bila butiran agregat mempunyai ukuran
yang sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butiranya
bervariasi maka volume pori menjadi kecil. Hal ini karena butiran yang kecil dapat
mengisi pori diantara butiran yang lebih besar sehingga pori-pori menjadi sedikit,
dengan kata lain agregat tersebut mempunyai kemampatan tinggi. Agregat harus
pula mempunyai kestabilan kimiawi dan dalam hal-hal tertentu harus tahan aus dan
tahan cuaca.
2.3.1.3 Air
2. Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organic, dan
Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan
sedangkan bahan tambah aditif yaitu yang bersifat mineral ditambahkan saat
kimia yang dimasukkan lebih banyak mengubah perilaku beton saat pelaksanaan
pekerjaan jadi dapat dikatakan bahwa bahan tambah kimia (chemical admixture)
mempunyai jenis-jenis dan sifat yang beraneka ragam, contohnya antara lain
sebagai berikut:
1. Water reducer admixture adalah bahan kimia yang ditambahkan pada
memperkecil water cement ratio dan diperoleh kekuatan yang lebih besar.
Pelat satu arah adalah pelat beton bertulang yang mempunyai anka
perbandingan antara bentang yang panjang dengan bentang yang pendek lebih
besar atau sama dengan 3,0. Pada pelat satu arah, momen yang diperhitungkan.
Bentang pendek
Beban pada pelat pada umumnya dinyatakan dalam satuan kg/m2 atau KN/m'.
Distribusi gaya-gaya dalam pelat satu arah dapat dianggap sebagai gelagar di atas
b. Panjang bentang bersebelahan yang paling besar di bagian sebelah kiri dan
kanan tumpuan tidak boleh lebih dari l,2kali lipat lebih besar dari panjang
d. Beban hidup harus tiga kali lebih kecil dibandingkan dengan beban mati.
W D adalah beban pelat akibat beban mati dan W L beban pelat akibat beban
hidup. Untuk perencanaan tebal pelat dapat menggunakan Tabel 3.2.5 (a) pada
SKSNI T-15-1991-03 seperti tercantum pada Tabel 3.1. Dalam desain pelat,
penulangan dapat dihitung dengan menggunakan lengan momen (d-a/2) atau 0,9 d
seperti pada desain balok bertulangan tunggal atau dengan menggunakan rumus :
Dengan menggunakan rumus ABC, akan diperoleh nilai ρ sehingga luas tulangan yang
diperlukan adalah As = ρ.b.d Penulangan pada pelat harus memenuhi syarat ρmin <
ρ< ρ max , dimana: ρmin = 0,0018 untuk fy = 400 MPa dan ρmin = 0,0025 untuk fy = 240
Mpa =0,75.ρb
tegangan akibat perubahan suhu, maka perlu dipasang tulangan susut/tulangan bagi
dalam arah tegak lurus tulangan utama. Besarnya tulangan susut/tulangan bagi
percobaan dengan memasukan ketebalan Pelat mulai dari 10 cm, 15 cm dan 20 cm.
2. Menghitung beban (W u), dalam perhitungan beban ini penulis
menggunakan data dari perhitungan shotcrete yang dibuat oleh PT. Perentjana
Djaja.
Keterangan :
baja D13 dan selimut beton pelindung tulangan baja 40 mm, menggunakan perhitungan
sebagai berikut :
d = h – p – ½ ØD
Keterangan :
k= Keterangan :
fy = Tegangan leleh baja tulangan yang disyaratkan (MPa) f’c = Kuat tekan beton
Keterangan :
Keterangan :
b = lebar dari muka tekan komponen struktur (mm) d = Tinggi efektif (mm)
Sesuai dengan SKSNI T15-1991-03 Pasal 3.16.12, dalam arah tegak lurus
terhadap tulangan utama harus disediakan tulangan pembagi (demi tegangan susut
dan suhu).
Keterangan :
b = lebar dari muka tekan komponen struktur (mm) h = Tebal Pelat (mm)
Tabel 2. 3 Luas Penampang Tulangan Baja Per Meter Panjang Pelat