Kebutuhan terhadap ruang bawah tanah atau besmen di kota-kota besar, seperti
Jakarta, kian meningkat. Masalahnya adalah bagaimana agar penggalian untuk
keperluan lantai besmen tersebut bisa dilakukan secara aman, baik untuk
kepentingan proyek itu sendiri maupun terhadap lingkungan sekitarnya. Karena
penggalian beberapa lantai besmen biasanya melibatkan pekerjaan dewatering
yang kalau tidak ditangani secara baik bisa menimbulkan dampak-dampak yang
tidak diharapkan. Ada kesan seolah dewatering hanya sekedar menyedot air tanah,
sehingga bisa dilaksanakan begitu saja?.
Menurut pakar geoteknik terkemuka dari New Zealand, Dr. L.D. Wesley, dalam
seminar masalah Galian dan Dewatering di Jakarta yang diselenggarakan oleh
Universitas Kristen Indonesia, awal Desember lalu, untuk melakukan penggalian
pengetahuan terhadap respons air tanah diperlukan untuk hal-hal sebagai berikut :
a). untuk memperkirakan aliran yang akan terjadi ke dalam galian (kapasitas
penyedotan pompa dan sebagainya)
b). mengkaji pengaruh rembesan (seepage) air tanah terhadap stabilitas galian
c). menentukan apa pengaruh perubahan muka air tanah yang disebabkan oleh
penggalian terhadap lingkungan sekitarnya, khususnya terhadap settlement. Hal
lain, seperti keringnya sumur di sekitarnya, dan sebagainya.
Penggalian di bawah muka air tanah pada banyak jenis tanah halus tidak
menimbulkan kesulitan-kesulitan dan penggalian bisa dilakukan tanpa memerlukan
tindakan-tindakan khusus. Lereng pinggir bisa dibuat stabil dan rembesan bisa
diperbolehkan mengalir secara bebas dari lereng ke dasar galian. Rembesan hanya
akan mempengaruhi stabilitas lereng galian tetapi tidak mempengaruhi stabilitas
dasar galian.
Untuk galian yang karena keterbatasan site tidak bisa dilakukan secara galian
terbuka , bisa menggunakan sheet-pile atau soldier pile sebagai struktur penahan.
Jika struktur dinding penahan tersebut tidak kedap air, maka rembesan air bisa
melewati celah-celah dinding penahan. Namun, jika dinding tersebut kedap air atau
mendekati kedap air, maka masalah stabilitas dasar galian merupakan masalah
yang perlu dipertimbangkan dengan mengestimasi gaya rembesan/uplift.
Sistem Wellpoint dipakai secara luas untuk penggalian di bawah muka air tanah
pada tanah pasir. Wellpoint dihubungkan satu sama lain dengan pipa di bagian
atasnya, kemudian disambungkan dengan pompa penghisap (suction pump). Air
kemudian dihisap lewat pipa-pipa tersebut dan menurunkan muka air tanah. Jarak
antara setiap wellpoint biasanya antara 1 m hingga 4 m. Karena air tanah hanya
bisa diturunkan dengan jumlah terbatas dengan metode ini maka biasanyan
penggalian dilakukan secara bertahap. Dengan prosedur ini, selalu sumut pada
level terendah yang kritis. Karena pompa penghisap dipasang di permukaan, maka
kedalaman maksimum yang memungkinkan dilakukannya pemompaan air
ditentukan oleh tekanan atmosfir, sehingga kedalaman maksimum dari wellpoint
sekitar 6-8 m.
Deep well dapat digunakan pada penggalian yang dalam, dimana penurunan muka
air dilakukan dalam jumlah besar. Sumurnya memiliki diameter besar (150 mm
sampai 400 mm). Diameter yang besar memungkinkan pemasangan submersiblepump pada dasar sumur. Karena pemompaan dilakukan di dasar sumur, maka
kedalaman sumur tidak dibatasi oleh tekanan atmosfir, tapi hanya ditentukan oleh
kapasitas pompanya. Jarak deep well umumnya berkisar dari mulai 8 m hingga lebih
dari 50 m.
Kekhususan ini tidak terdeteksi selama penyelidikan tanah, dan penyelidikan lebih
lanjut tidak dimungkinkan, akibat ketatnya waktu. Maka diputuskan untuk menutup
daerah yang muka air tanahnya tinggi dengan injeksi semen (grouting), dengan
jarak yang cukup rapat (1,5 m dan 2 m) dan kedalaman 12 m. kemudian dilakukan
program dewatering, dan pembangunan besmen berjalan baik.
Pada wawancara terpisah dengan Ir. Gouw Tjie Liong, M.Eng. Dikemukakan,
perlunya keterpaduan perencanaan retaining-structure dan dewatering, misalnya.
Kalau sheet pile tidak didesain dengan baik bisa menyebabkan settlement yang
cukup besar. Seringkali dewatering ini dijadikan kambing hitam, walaupun
pelaksanaannya sudah benar. Padahal, penyebab kelongsoran itu akibat sheet pile
yang tidak benar, ujarnya. Menurut Gouw, pada saat mendesain sheet pile sering
ada unsur-unsur yang dilupakan. Misalnya, seepage dari luar yang bisa mengurangi
tekanan pasif tanah di sebelah dalam, mungkin tidak diperhitungkan.
Kontrol Pelakunya
Menanggapi tentang sejauh mana dampak negatif dari pelaksanaan dewatering
bisa dihindari, menurut Kepala Dinas Pengawasan Pembangunan Kota (DP2K) DKI
Jakarta Ir. Suharto Prodjowijono, yang penting adalah kontrol terhadap para
pelakunya. Sekarang banyak terjadi dampak negatif karena dari pelaku-pelaku ini
belum dikontrol. Saya telah meminta kepada HATTI (Himpunan Ahli Teknik Tanah
Indonesia) untuk membuat suatu proposal tentang bagaimana pengontrolan para
pelaku, agar segera bisa dibuat suatu peraturan tertulis oleh Gubernur, tegasnya.
Pekerjaan galian untuk basement, seringkali terganggu oleh adanya air tanah. Oleh
karena itu, sebelum galian tanah untuk basement dimulai sudah harus dipersiapkan
pekerjaan pengeringan (dewatering) agar air tanah yang ada tidak mengganggu proses
pelaksanaan basement. Masalah galian dalam lebih kritis bila kondisi tanah merupakan
tanah lunak atau pasir lepas dalam kondisi muka air tanah yang tinggi.
Sesungguhnya masalah dewatering dapat diartikan dalam 2 tinjauan. Yang pertama
adalah pengeringan lapangan kerja dari air permukaan (misalnya air hujan atau air
banjir yang masuk area galian). Yang kedua adalah karena peristiwa rembesan yang
mengakibatkan air berkumpul di area galian dan mengganggu pekerjaan.
Jenis tanah
Sifat tanah
Air tanah
Rencana pekerjaan
Longsor kurang
Kerugian :
Metode Dewatering
Ada 3 metode dewatering yang dapat dipilih , yaitu :
1. Open pumping
Metode ini masih dianggap sebagai teknik yang umum diterima dimana kolektor
digunakan untuk mengumpulkan air permukaan (khususnya air hujan) dan rembesan
dari tepi galian. Tentu saja posisi kolektor akan mengikuti terus elevasi galian. Fungsi
kolektor adalah untuk membuang air keluar galian.
Metode open pumping dipilih bila :
Karakteristik dari tanah merupakan tanah padat, bergradasi baik dan berkohesi
2. Predrainage
Prinsip metode predrainage adalah menurunkan muka air terlebih dahulu sebelum
pekerjaan galian dimulai. Metode predrainage dipilih, bila :
Karakteristik dari tanah merupakan tanah lepas, berbutir seragam, cadas lunak
dengan banyak celah
Slope tanah sensitif terhadap erosi atau mudah terjadi rotary slide
Prinsip metode cut off adalah memotong aliran bidang air tanah melalui cara
mengurung daerah galian dengan dinding. Metode ini perlu memperhitungkan
dalamnya D tertentu agar tidak terjadi rembesan air masuk ke dalam daerah galian.
Dinding cut off dapat menggunakan :
Dinding cut off difungsikan juga sebagai penahan tanah atau sebagai dinding
basement