Anda di halaman 1dari 31

RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT ( RKS )

PEKERJAAN PENINGGIAN HALAMAN DAN AKSES JALAN


TERMASUK SALURAN

PASAL 1
PERSIAPAN TEKNIS PELAKSANAAN

1.1 Data Proyek


Nama Pekerjaan : Pekerjaan Peninggian Halaman dan Akses Jalan
Termasuk Saluran
Pemilik Proyek : Balai Teknologi Keselamatan Pelayaran Jakarta

Standar/Peraturan Teknis yang berlaku


Untuk pelaksanaan pekerjaan, berlaku Peraturan Teknis yang dikeluarkan oleh
Pemerintah atau Lembaga-lembaga lain yang diakui Pemerintah. Peraturan Teknis
tersebut antara lain:

1. Standar Industri Indonesia (SII)

2. Standar Normalisasi Indonesia (SNI)

3. Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia Tahun 1982

4. Peraturan Bangunan Nasional

5. Peraturan Beton Indonesia (PBI) Tahun 1971

6. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) Tahun 1961

7. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun 1977

8. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 1987

9. Peraturan Plumbing Indonesia Tahun 1979

10. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung Tahun 1983

11. Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang pengarahan tenaga kerja) antara lain
tentang larangan mengerjakan anak-anak di bawah umur.

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 1


12. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga kerja dan Menteri Pekerjaan umum
Nomor KEP. 174/MEN/86, Tanggal 4 Maret 1986. 004/KPTS/1986 tentang :
Keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi.

13. Peraturan-peraturan Pemerintah Daerah setempat mengenai bangunan-bangunan.

1.2 Rencana Kerja


Dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari dari saat penunjukan pemenang, Kontraktor
harus mengajukan sebuah rencana kerja atau action plan tertulis lengkap dengan
gambar-gambar pendukung metode kerja, sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan
seperti yang disebutkan dalam dokumen tender, menjelaskan secara terperinci urusan
pekerjaan dan cara melaksanakan pekerjaan tersebut termasuk hal-hal khusus bila
diperlukan, persiapan-persiapannya, peralatan, pekerjaan sementara yang ada sejauh
mana hal tersebut mencakup lingkup dari pekerjaannya dan harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi, pengawas dan pihak-pihak atau instansi yang terkait dengan
kelangsungan proyek tersebut di atas.

1.3 Tempat Kerja


Bilamana diperlukan tempat kerja, dan tempat kerja tersebut di luar daerah pengawasan
proyek, dimana harus membayar sewa/dikeluarkan biaya ganti rugi, maka Kontraktor
harus menyelesaikannya tanpa membebani Direksi dengan pembiayaan tambahan.

1.4 Tanggung Jawab Kontraktor


Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor wajib memeriksa kekuatan konstruksi yang
akan dilaksanakan dan harus mengkonsultasikan dengan Konsultan Perencana dan
Konsultan Pengawas. Segala sesuatu kerusakan yang timbul akibat kelalaian
Kontraktor tidak melaksanakan pemeriksaan kekuatan Konstruksi menjadi tanggung
jawab Kontraktor. Pada keadaan apapun, dimana pekerjaan-pekerjaan yang
dilaksanakan telah mendapat persetujuan Konsultan Pengawas tidak berarti
membebaskan Kontraktor atas tanggung jawab pada pekerjaannya sesuai dengan isi
kontrak.

1.5 Tenaga Kerja


Tenaga-tenaga kerja yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang ahli/terlatih
dan berpengalaman pada bidangnya dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 2


sesuai dengan ketentuan / petunjuk Konsultan Pengawas.
Untuk itu, bukti-bukti yang menyangkut keahliannya harus diserahkan kepada Konsultan
Pengawas guna pemeriksaan dan persetujuannya.

1.6 Satuan Ukuran


Semua satuan ukuran yang disebutkan dalam spesifikasi ini serta yang digunakan di
dalam pekerjaan adalah standar meter dan kilogram. Bila disebut satu ton, yang
dimaksud adalah satu ton yang bernilai 1000 kilogram.

1.7 Perintah Untuk Pelaksanaan


Bila Kontraktor tidak berada di tempat pekerjaan dimana Direksi bermaksud untuk
memberikan petunjuk-petunjuk, maka petunjuk-petunjuk itu harus diturut dan
dilaksanakan oleh Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk itu oleh Kontraktor .
Orang-orang atau pelaksana tersebut harus mengerti bahasa yang dipakai oleh Direksi,
atau Kontraktor akan menyediakan penterjemah khusus untuk keperluan tersebut.

1.8 Pekerjaan dan Bahan-bahan yang Termasuk di dalam Harga Satuan


Pekerjaan dan bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan macam-macamnya seperti
yang disebutkan pada artikel-artikel dalam spesifikasi ini, gambar rencana, petunjuk
tambahan ataupun petunjuk-petunjuk Direksi di lapangan harus tercakup dalam
pembiayaan untuk tenaga kerja, harga bahan, organisasi kerja, biaya tak terduga,
keuntungan, biaya-biaya penggantian sewa/pemakaian tanah pada pihak ketiga, atau
kerusakan atas milik seseorang, kerja-kerja lain yang disebut dalam spesifikasi ini untuk
kesempurnaan hasil kerja di mana tidak ada mata pembiayaan khusus pengaliran air
darurat selama pelaksanaan kerja, pembongkaran, peralatan, bahan peledak serta alat-
alatnya, penempatan bahan-bahan sesuai dengan petunjuk perlindungan, perkuatan,
pengaturan as saluran dan tenaga ahli untuk keperluan ini, perumahan dan pembiayaan
lain yang biasanya diperlukan guna menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya.

1.9 Laporan
a. Kontraktor diharuskan membuat bahan laporan berkala kemajuan pekerjaan untuk
setiap satu minggu kegiatan dengan mengisi formulir evaluasi kemajuan pekerjaan
sesuai petunjuk Direksi. Ringkasan laporan tersebut harus mencantumkan keadaan
cuaca, jumlah pengerahan tenaga kerja, tenaga pengawas dan pelaksana, alat-alat
yang dipergunakan, jumlah pengiriman bahan-bahan bangunan ke lokasi pekerjaan,
kemajuan fisik dari pekerjaan yang telah selesai, masalah-masalah yang timbul di

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 3


lapangan serta pemecahannya, dan rencana kerja minggu berikutnya.
b. Laporan kemajuan pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor pada setiap akhir
pekan untuk dievaluasi.
c. Laporan lain seperti Laporan Harian dan lain-lain sesuai dengan uraian dalam
syarat-syarat umum kontrak.

1.10 Gambar-gambar dan Ukuran


a. Gambar-gambar yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan adalah:
1. Gambar yang termasuk dalam Dokumen Tender
2. Gambar perubahan yang disetujui Direksi
3. Gambar lain yang disediakan dan disetujui Direksi
b. Kalkir asli dari gambar-gambar proyek disimpan oleh Direksi. Kontraktor diberi 2
(dua) set cetak biru dari semua gambar-gambar tanpa pungutan biaya. Permintaan
Kontraktor akan tambahan cetak biru dari gambar-gambar tersebut akan dikenakan
biaya.
c. Kontraktor diharuskan menyimpan satu set cetak biru di kantor lapangan untuk
dipergunakan setiap saat apabila diperlukan.
d. Gambar-gambar pelaksanaan (shop drawing) dan detailnya harus mendapat
persetujuan Direksi sebelum dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
e. Pada penyerahan terakhir pekerjaan yakni sesudah selesainya masa pemeliharaan
harus disertai Gambar hasil pelaksanaan (as built drawing).
f. Semua ukuran dinyatakan dalam sistem metrik.
g. Kalau terdapat perbedaan dengan spesifikasi maka yang benar dan berlaku adalah
yang ditetapkan oleh Direksi.

1.11 Wilayah Kerja


a. Secara umum Kontraktor dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan
bangunan di tepi jalan umum karena jalan umum tidak termasuk wilayah kerja
Kontraktor kecuali ada pertimbangan khusus dan persetujuan dari Direksi.
b. Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau menyimpan
bahan-bahan bangunan di sekitar lokasi proyek, maka bahan bangunan harus
didatangkan dari gudang Kontraktor atau Leveransir setiap hari dengan jumlah
yang cukup untuk pekerjaan satu hari.
c. Di dalam pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor harus berkoordinasi dengan Instansi
yang terkait sehubungan dengan jaringan utilitas yang ada.

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 4


1.12 Bahan-bahan dan Mutu Pekerjaan
a. Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap jenis pekerjaan harus
terdiri dari kualitas tinggi sesuai dengan yang tercantum dalam syarat-syarat kualitas
bahan masing-masing bagian pekerjaan. Hasil pekerjaan dan mutu termasuk bahan-
bahan yang terpakai harus diterima dan disetujui Direksi.
b. Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang tercantum
dalam peraturan standar yang berlaku di Indonesia. Standar peraturan yang berlaku
adalah edisi yang terakhir. Untuk bahan-bahan yang mutunya belum diatur dalam
peraturan standar maupun ketentuan dalam spesifikasi teknis, harus mendapat
persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan.
c. Untuk bahan-bahan yang mutunya masih berdasarkan standar Internasional,
apabila diperlukan, Direksi dapat meminta Kontraktor untuk menunjukkan sertifikat
tes dari agen, distributor yang menjual atau pabrik yang memproduksi bahan yang
bersangkutan.
d. Apabila diperlukan, Direksi dapat meminta copy atau tembusan dari perintah
pembelian (faktur) yang dipesan Kontraktor kepada leveransir atau distributor untuk
pembelian bahan-bahan yang akan dipakai.
e. Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Kontraktor harus
menunjukkan contoh dari bahan bersangkutan kepada Direksi untuk diperiksa dan
diteliti mengenai jenis, mutu, berat, kekuatan dan sifat-sifat penting lainnya dari
bahan tersebut.
f. Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai dengan
contoh yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat maupun kekuatannya,
maka Direksi berwenang untuk menolak bahan tersebut dan mengharuskan
Kontraktor untuk menyingkirkannya dan diganti dengan bahan-bahan yang sesuai
dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu.
g. Semua bahan yang disimpan di lokasi proyek harus diletakkan dan dilindungi
sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses
lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan
tersebut.
h. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Kontraktor dilarang menyimpan bahan-
bahan berbahaya seperti minyak, cairan lainnya yang mudah terbakar, gas dan
bahan kimia sedemikian rupa sehingga keselamatan orang dan keamanan
lingkungan sekitarnya dapat dijamin.
i. Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti pedoman
atau petunjuk dari pabrik yang memproduksinya. Kelalaian dalam hal ini merupakan

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 5


tanggung jawab Kontraktor .
j. Direksi berhak menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan yang
diajukan oleh Kontraktor, baik di lokasi proyek maupun di gudang leveransir atau di
lokasi pabrik atau produsen. Dalam melaksanakan tugasnya ahli tersebut
mempunyai wewenang untuk mewakili Direksi dalam menguji dan menilai bahan-
bahan yang diajukan Kontraktor.

1.13 Penyediaan Bahan Bangunan


a. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan bahan bangunan yang memenuhi
persyaratan mutu dan jumlah / volumenya sesuai dengan tahap – tahap konstruksi
sesuai dengan jadwal Pelaksanaan.
b. Persyaratan bahan bangunan antara lain sebagai berikut :
Semen
1. Semua semen harus cement portland yang disesuaikan dengan persyaratan
dalam peraturan Portland cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 type 1 atau
standard Inggris (British Standard).
2. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Direksi
Proyek untuk pengambilan contoh-contoh tersebut.
3. Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Direksi Proyek tidak
boleh dipergunakan atau diafkir. Jika semen yang dinyatakan tidak memuaskan
tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka beton demikian dapat
diperintahkan oleh Direksi Proyek untuk dibongkar dan diganti dengan memakai
semen yang telah disetujui atas beban kontraktor.
4. Kontraktor harus menyediakan semua semen-semen dan beton yang
dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya kontraktor.
c. Tempat Penyimpanan
1. Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen
dan setiap saat harus dilindungi dengan cermat terhadap kelembaban udara.
Tempat penyimpanan juga harus sedemikian rupa agar mudah waktu
pengambilan
2. Gudang penyimpanan harus berlantai kuat dengan jarak minimal 30 cm dari
lantai, harus cukup besar untuk memuat semen dalam jumlah besar sehingga
kelambatan atau kemancetan pekerjaan akibat persediaan semen dapat
dicegah, harus mudah untuk mengambil contoh, menghitung zak dan
memindahkannya.
3. Semen dalam zak tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari 2 meter.

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 6


4. Untuk mencegah semen dalam zak disimpan terlalu lama sesudah penerimaan,
hendaknya mempergunakan semen menurut urutan tanggal penerimaan.
5. Kontraktor harus menyediakan penjaga untuk mengawasi gudang semen dan
mengadakan pencatatan dari penerimaan dan pemakaian semen seluruhnya.
6. Tembusan dari setiap catatan yang menyangkut tentang semen harus
disediakan untuk Direksi Proyek bila dikehendaki.
d. Pasir dan Kerikil
1. Segala cara yang dilaksanakan untuk pembongkaran, pemuatan, pengerjaan
dan penimbunan pasir dan kerikil harus mendapat persetujuan Direksi Proyek.
2. Kontraktor harus membersihkan bahkan memperbaiki saluran buangan
disemua tempat penimbunan dan harus mengatur semua pekerjaan pemisahan
dan pencampuran antara pasir dan kerikil akan dapat dihindari dan bahan yang
ditimbun tidak tercampur tanah atau bahan lain pada waktu ada banjir atau air
rembesan.
3. Kontraktor diminta untuk menanggung sendiri segala biaya untuk pengolahan
kembali pasir dan kerikil yang kotor karena timbunan yang tidak sempurna dan
lalai dalam menjaga kebersihannya.
4. Pasir dan kerikil tidak boleh dipindah-pindah dari timbunan, kecuali bila
diperlukan untuk meratakan pengiriman bahan berikutnya.
e. Agregat Halus (pasir)
1. Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan bangunan ini adalah pasir alam yaitu
pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain.
2. Pasir harus berbutir tajam, keras, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan
kecil dan lunak dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan dan merusak,
jumlah prosentasenya dari segala macam subtansi yang merugikan beratnya
tidak boleh dari 5% berat pasir.
3. Ukuran pasir harus sesuai dengan standart Indonesia untuk beton dengan
ketentuan : sisa diatas ayakan 4 mm minimal harus 2% berat; sisa diatas
ayakan 2 mm minimal 10% berat ; sisa diatas ayakan 0,25mm harus berkisar
antara 80% - 90% berat.
4. Persetujuan untuk sumber-sumber pasir alam tidak dimaksudkan sebagai
persetujuan dasar (pokok) untuk semua bahan diambil dari sumber tersebut.
Kontraktor harus bertanggung jawab atas kualitas tiap jenis dari semua bahan
yang dipakai.
5. Kontraktor harus menyerahkan pada Direksi Proyek sebagai contoh seberat 15
kg dari pasir alam yang diusulkan untuk dipakai, sedikitnya 14 hari sebelum

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 7


diperlukan.
6. Timbunan pasir alam harus dibersihkan dari semua tumbuh-tumbuhan dan dari
bahan-bahan lain yang tidak dikehendaki, segala macam tanah pasir dan kerikil
yang tidak dapat dipakai, harus disingkirkan. Timbunan harus diatur dan
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak merugikan kegunaan dari
timbunan.
f. Air
Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi/mortar dan spesi injeksi harus
bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran
lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. dalam hal ini sebaiknya dipakai air
bersih yang dapat diminum. Air tersebut harus diuji di laboratorium pengujian yang
ditetapkan oleh Direksi Proyek untuk menetapkan sesuai tidaknya dengan
ketentuan – ketentuan.

PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN LAPANGAN

2.1 Pembersihan Lapangan


Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, daerah kerja harus dibersihkan dari pepohonan,
semak belukar, sisa-sisa bangunan, sampah, akar-akar pohon, dan semua material
tersebut harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk Direksi
pekerjaan.
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus
dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan
dirapikan kembali.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Kontraktor.

2.2 Jaringan Titik Tetap


a. Jaringan patok titik tetap diambil berdasarkan referensi titik tetap terdekat (patok
beton) yang dipasang oleh BPN atau sesuai dengan persetujuan direksi.
b. Semua elevasi yang ditunjukkan dan tercantum dalam gambar adalah elevasi yang
dikaitkan dengan ketinggian patok titik tetap seperti yang dijelaskan pada butir di
atas.

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 8


c. Patok titik tetap yang dipergunakan sebagai referensi dalam proyek ini tercantum
dalam gambar-gambar rencana atau akan ditunjukkan oleh Direksi di lapangan.

2.3 Pengukuran Kembali


a. Apabila ada perubahan akan ditentukan/disesuaikan dengan kondisi lapangan
setempat bersama Direksi.
b. Alat-alat ukur yang dipergunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dan sebelum
pekerjaan dimulai semua alat ukur yang akan dipakai harus mendapat persetujuan
Direksi, baik dari jenisnya maupun kondisinya.
c. Cara pengukuran ketetapan hasil pengukuran, toleransi salah tutup, dan pembuatan
serta pemasangan patok Bantu akan ditentukan oleh Direksi.
d. Apabila timbul keragu-raguan dari pihak Kontraktor dalam menginterpretasikan
angka-angka elevasi dalam gambar, maka hal ini harus dilaporkan kepada Direksi
untuk dimintakan penjelasannya.
e. Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang tercantum dalam gambar dengan
hasil pengukuran ulang, maka Direksi akan memutuskan hal itu.
f. Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali, maka pengukuran ulang
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
g. Hasil pengukuran kembali harus sudah diserahkan disetujui oleh Direksi selambat-
lambatnya 10 hari setelah tanggal SPK.

2.4 Pekerjaan Pengukuran dan Survey Lapangan


a. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menggerakkan personil tekniknya
untuk melakukan survey dan membuat laporan mengenai kondisi fisik lapangan
khususnya lokasi rencana konstruksi apakah terdapat ketidaksesuaian. Kontraktor
bersama-sama dengan Direksi harus secara bersama-sama mengambil peil
permukaan dan sounding areal kerja dan menyetujui semua kekhususan terhadap
mana semua pekerjaan didasarkan.
b. Kontraktor harus menyediakan dan merawat stasion survey yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan dan harus membongkarnya setelah pekerjaan selesai.
c. Kontraktor harus memberitahu Direksi sekurang-kurangnya 24 jam dimuka, bila
akan mengadakan levelling pada semua bagian daripada pekerjaan.
d. Kontraktor harus menyediakan atas biaya Kontraktor, semua bantuan yang
diperlukan Direksi dalam pengadaan pengecekan levelling tersebut.
e. Pekerjaan dapat dihentikan beberapa saat oleh Direksi bila dipandang perlu untuk
mengadakan penelitian kelurusan maupun level dari bagian-bagian pekerjaan.

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 9


f. Kontraktor harus membuat peil/titik-titik tanda (bench mark) permanen di tiap-tiap
bagian pekerjaan dan peil ukuran ini harus diberi pelindung dan dirawat selama
berlangsungnya pekerjaan agar tidak berubah.
g. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur selama pekerjaan berlangsung berikut
ahli ukur yang berpengalaman sehingga apabila dianggap perlu setiap saat siap
mengadakan pengukuran ulang.
h. Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat optik dan
sudah ditera kebenarannya/dikalibrasi.
i. Hasil pengukuran lengkap mengenai peil elevasi, sudut, koordinat, serta letak patok-
patok harus dibuat gambarnya dan dilaporkan kepada Direksi untuk mendapatkan
persetujuan. Kebenaran dari hasil laporan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
j. Jika menurut pendapat Direksi kemajuan Kontraktor tidak memuaskan untuk
menyelesaikan pekerjaan survey ini tepat pada waktunya atau dalam hal Kontraktor
tidak memulai pekerjaan atau melakukan pekerjaan tidak dengan standar yang
ditentukan. Direksi dapat menunjuk stafnya sendiri atau pihak lain untuk
mengerjakan survey lapangan dan membebankan seluruh biayanya kepada
Kontraktor.

2.5 Pematokan dan Bouwplank


a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, Kontraktor harus melaksanakan
pematokan dan pemasangan bouwplank sesuai petunjuk Direksi.
b. Papan dasar pelaksanaan dipasang pada patok kayu semutu meranti merah
ukuran 5/7 atau kayu dolken diameter 8 – 10 cm, yang tertancap dalam tanah
sehingga tidak bias bergerak atau diubah-ubah, berjarak maksimum 1,5 meter
satu sama lain.
c. Papan dasar pelaksanaan / bouwplank dibuat dari kayu meranti dengan ukuran
tebal 3 cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sebelah sisi atas.
Pemasangan harus kuat dan menggunakan sipat datar ( waterpass ).
d. Bouwplank harus dibuat tegak lurus sumbu saluran dan harus dibuat selebar
pondasi saluran.
e. Bouwplank bangunan harus dibuat sejajar dengan dinding tepi bangunan sejarak
100 cm diluar galian pondasi.
f. Patok dan bouwplank harus dibuat kokoh, tidak mudah rusak dan tidak bergerak
serta harus dijaga agar tidak rusak/hilang selama pelaksanaan pekerjaan.
g. Elevasi yang tercantum dalam bouwplank dan patok akan menjadi dasar

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 10


pelaksanaan pekerjaan baik dalam penentuan lebar saluran, tinggi saluran maupun
tebal pasangan/konstruksi lainnya.

2.6 Mobilisasi
a. Kegiatan mobilisasi
Kegiatan mobilisasi meliputi hal sebagai berikut:
1. Pembelian atau sewa atas tanah guna keperluan pangkalan Kontraktor dan
kegiatan-kegiatan pelaksanaan. Mobilisasi dan pemasangan peralatan yang
didasarkan atas peralatan yang diserahkan dalam penawaran dari suatu lokasi
tertentu atau dari pelabuhan bongkar di Indonesia ke tempat yang digunakan
sesuai ketentuan Kontrak.
2. Pembangunan dan pemeliharaan pangkalan, termasuk kantor-kantor, tempat
tinggal, bengkel-bengkel, gudang-gudang dan sebagainya. Bangunan ini akan
tetap menjadi milik Kontraktor setelah pekerjaan pembangunan proyek slesai.
3. Pengadaan dan pemeliharaan peralatan lapangan seperti tercantum spesifikasi
ini. Peralatan ini akan tetap menjadi milik Kontraktor setelah pekerjaan
pembangunan proyek selesai. Pekerjaan harus termasuk pula pekerjaan
demobilisasi dari daerah kerja yang dilaksanakan oleh pihak Kontraktor pada
akhir kontrak, termasuk membongkar kembali seluruh instalasi-instalasi,
peralatan dari tanah milik Pemerintah, dan pihak Kontraktor diharuskan untuk
melaksanakan pekerjaan perbaikan dan penyempurnaan pada daerah kerja,
sehingga kondisinya sama dengan keadaan sebelum pekerjaan dimulai.
b. Waktu Mobilisasi
Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan di atas harus diselesaikan dalam jangka
waktu pekerjaan. Dalam hal dimana pihak Kontraktor tidak menyelesaikan
mobilisasi sesuai dengan batas waktu yang ditentukan atau kalau menurut pendapat
Direksi, ternyata pelaksanaan mobilisasi tidak lancar sesuai program mobilisasi
yang telah disepakati bersama, maka dalam hal ini Direksi Teknik berhak untuk
menempuh kebijaksanaan yaitu mengeluarkan berita acara pembayaran
pendahuluan, dengan nilai pembayaran untuk mobilisasi diambil setinggi-tingginya
70% dari ketentuan di atas.
Sisanya akan ditahan dan berita acara pembayarannya baru dikeluarkan setelah
Pihak Kontraktor berhasil menyelesaikan sisa bagian pekerjaan mobilisasi dalam
jangka waktu Masa Pelaksanaan.

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 11


2.7 Kantor Lapangan / Ruangan Direksi
a. Kontraktor harus menyediakan kantor lapangan untuk dipergunakan oleh Direksi
selama pelaksanaan pekerjaan, transportasi, alat komunikasi serta gudang untuk
menyimpan bahan dan peralatannya.
b. Lokasi untuk membangun gudang dan kantor lapangan akan ditentukan oleh
Direksi.
c. Ukuran dan bentuk gudang, kantor lapangan beserta perlengkapannya akan
ditentukan oleh Direksi pada rapat penjelasan. Atas petunjuk yang diberikan,
Kontraktor harus menyiapkan gambar rencana dari gudang dan kantor lapangan
tersebut.
d. Syarat-syarat minimum yang harus dipenuhi untuk pembuatan gudang dan kantor
lapangan adalah penyediaan sarana sanitasi air bersih, sambungan listrik, alat
pemadam api dan kota pertolongan pertama.
e. Pemeliharaan, kebersihan dan keamanan gudang dan kantor lapangan merupakan
tanggung jawab Kontraktor.
f. Tempat kosong untuk parkir kendaraan proyek harus disediakan di sekitar kantor
lapangan.
g. Pada saat pelaksanaan pekerjaan dinyatakan selesai, gudang dan kantor lapangan
harus dibongkar oleh Kontraktor atas biaya sendiri dan semua peralatan dan
perlengkapan tetap menjadi milik Kontraktor.
h. Penyediaan dan pengerjaan hal-hal yang tersebut pada artikel ini tidak akan
mendapat pembiayaan tersendiri tetapi kesemuanya harus sudah termasuk dalam
pembiayaan menurut Kontrak pada mata pembiayaan sewa Direksi keet.
i. Bangunan untuk kantor Direksi yang diuraikan dalam pasal di atas akan dibayar
secara harga unit price untuk sewa direksi keet, dimana harus dianggap bahwa
pembayaran dilaksanakan secara penuh baik untuk pekerjaan pembangunan,
pengadaan, pelayanan, pembersihan maupun pekerjaan pembongkaran bangunan
setelah selesai penanganan pekerjaan.
j. Kontraktor harus menyediakan sendiri sumber air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, garam, alkali dan bahan-bahan organis atau bahan lain yang
dapat merusak pelaksanaan pekerjaan.
k. Kontraktor harus menyediakan generator sebagai daya listrik secukupnya, guna
kebutuhan penerangan proyek dan keperluan pelaksanaan pekerjaan.
l. Kontraktor bertanggung jawab atas semua biaya pengadaan fasilitas tersebut pada
butir a dan b.
m. Kontraktor harus membuat bangunan Direksi keet serta gudang bahan yang luas

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 12


dan bentuknya akan ditentukan kemudian.
n. Bangunan tersebut harus dapat dijamin agar di dalamnya bebas dari air hujan dan
sinar matahari, termasuk dapat melindungi material yang tersimpan.
o. Kontraktor wajib membuat urinoir dan WC termasuk instalasi, untuk keperluan
pekerja selama pekerjaan berlangsung, Kontraktor harus membuat septictank
berikut resapannya untuk membuang air kotor dari urinoir dan WC. Lokasinya akan
ditentukan kemudian oleh Direksi, langsung di lapangan.
p. Kontraktor harus mengisi perabotan maupun perlengkapan lain di ruang Direksi keet
atas usulan Kontraktor dan persetujuan Direksi.

2.8 Gambar-gambar yang harus Dipersiapkan oleh Kontraktor


a. Umum
Pelaksanaan pengukuran awal oleh Kontraktor yang dilaksanakan sejak diterimanya
Surat Perintah Mulai Kerja dari Pemilik Pekerjaan, dimaksud untuk mendapatkan
gambaran kondisi lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan gambar yang
diterima oleh Kontraktor dan Pemilik Pekerjaan.
Data dan hasil pengukuran awal oleh Kontraktor yang telah disyahkan dan disetujui
oleh Direksi pekerjaan tersebut, akan menjadi acuan dan dasar pembuatan gambar-
gambar selama waktu pelaksanaan sampai selesai pekerjaan.
Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut di atas, akan merupakan dasar
pokok kesepakatan bersama antara Kontraktor dan Pemilik Pekerjaan untuk
menghitung volume dari masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah
dilaksanakan oleh Kontraktor, serta yang harus dibayar oleh Pemilik Pekerjaan.
Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor, harus bisa memberikan secara
jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang meliputi
antara lain:
 Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan
 Elevasi muka tanah asli dan masing-masing bangunan
 Dimensi bangunan pelengkap
 Jenis serta komposisi material yang dipergunakan
 Rencana garis galian pondasi
 Hal-hal lain sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan
Adapun gambar-gambar yang harus dipersiapkan oleh Kontraktor meliputi antara
lain:
 Construction Drawing atau Working Drawing
 Shop Drawing

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 13


 As Built Drawing
Semua gambar tersebut di atas, baru bisa dipakai sebagai pedoman pelaksanaan
pekerjaan dan acuan dasar perhitungan volume pekerjaan sesungguhnya, apabila
sudah mendapat persetujuan dan disyahkan oleh Pemilik Pekerjaan.
b. Construction Drawing atau Working Drawing
Construction Drawing atau Working Drawing adalah gambar rencana bangunan
yang telah disesuaikan dengan kondisi lapangan sesungguhnya dan telah disetujui
dan disyahkan oleh Pemilik Pekerjaan.
Semua dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi
posisi dan kedudukan dari masing-masing jenis bangunan yang tergambar pada
Construction Drwaing atau Working Drawing harus mengacu dan didasarkan pada
Design Drawing yang diberikan oleh Pemilik Pekerjaan.
Apabila karena kondisi dan situasi lapangan yang sesungguhnya, sehingga
mengakibatkan perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan
bangunan, maka Kontraktor harus konsultasi dan mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari Pemilik Proyek. Atas dasar persetujuan Pemilik Pekerjaan, jika ada
penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka kondisi
terakhir rancang bangun yang telah disepakati bersama, disetujui dan disyahkan
Pemilik Pekerjaan adalah yang mengikat pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan,
dan merupakan dasar serta acuan utama bagi Kontraktor pada pelaksanaan
pekerjaan.
“Construction Drawing” atau “Working Drawing” yang dipersiapkan oleh Kontraktor
tersebut, harus bisa memberikan satu gambaran rancang bangun yang akan
dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan, sehingga perlu dan harus dicantumkan
antara lain:
 Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal
 Dimensi rencana bangunan
 Elevasi posisi dan kedudukan bangunan
Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain.
“Construction Drawing” atau “Working Drawing” yang disyahkan oleh Pemilik
Pekerjaan, dipakai sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal saat akan
dimulainya pelaksanaan pekerjaan atau “Mutual Check” pada kondisi pelaksanaan
0%.
Kontraktor wajib membuat copy “Construction Drawing” atau “Working Drawing”
sebanyak minimal 5 (lima) copy dengan distribusi dua copy untuk Direksi pekerjaan
dan pengawas, satu copy untuk arsip Kontraktor dan satu copy serta gambar

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 14


lainnya harus diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan.
Pembuatan Working Drawing dan Perhitungan Mutual Check harus sudah selesai
dan disetujui oleh Direksi dan Pemilik selambat-lambatnya 2 minggu setelah tanggal
SPK. Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke waktu, dimungkinkan
adanya penyesuaian pelaksanaan karena kondisi lapangan “Engineering
Adjustment”, atau perubahan desain “Revised Design”, semuanya bisa
mengakibatkan perubahan volume pelaksanaan pekerjaan menjadi bertambah atau
kurang.
Untuk kondisi “Engineering Adjustment”, tidak diperlukan adanya gambar baru yang
disyahkan oleh Pemilik Pekerjaan, namun Kontraktor wajib memberikan laporan
tertulis serta sketsa penyesuaian guna mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pekerjaan dan tembusan kepada Pemilik Pekerjaan. Sedang pada kondisi
perubahan desain “Revised Design”, Pemilik Pekerjaan secara resmi akan
memberikan gambar perubahan desain yang telah disyahkan oleh Pemilik
Pekerjaan kepada Kontraktor secara administratif dalam bentuk “Variation Order”.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Construction Drawing” atau
“Working Drawing” termasuk penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya
menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor.
c. Shop Drawing
Apabila pada konstruksi bangunan yang akan dikerjakan, ada unit bangunan yang
harus dikerjakan pembuatannya di luar areal proyek, dan karena sifat
kekhususannya harus dan terpaksa dikerjakan oleh Sub-Kontraktor, maka
sebelumnya Sub-Kontraktor yang bersangkutan diharuskan membuat dan
menyerahkan gambar rencana bentuk unit bangunan tersebut, lengkap dengan
perhitungan konstruksinya.
“Shop Drawing” yang disiapkan oleh Sub-Kontraktor tersebut, harus diserahkan
kepada Pemilik Pekerjaan, diperiksa, dikoreksi apabila perlu, dan untuk selanjutnya
disyahkan oleh Pemilik Proyek.
Gambar unit bangunan atau “Shop Drawing” tersebut harus secara lengkap
memuat:
 Bentuk unit bangunan serta dimensinya
 Material yang akan dipakai serta spesifikasinya
 List komponen unit bangunan yang memuat:
a. panjang, lebar, tebal komponen unit bangunan
b. berat per satuan komponen unit bangunan dan lain-lain
c. jumlah komponen unit bangunan dan lain-lain

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 15


Gambar dan list pekerjaan pembuatan dan pemasangan tulangan konstruksi
termasuk dalam kategori “Shop Drawing”. Kontraktor wajib membuat copy “Shop
Drawing” sebanyak minimum 5 (lima) copy, dengan distribusi dua copy untuk Direksi
Pekerjaan dan pengawas, satu copy dipasang di barak kerja, satu copy untuk arsip
Kontraktor dan satu copy serta gambar aslinya harus diserahkan kepada Pemilik
Pekerjaan.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Shop Drawing” termasuk
penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Kontraktor.
d. As Built Drawing
Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar pelaksanaan, berikut
pekerjaan tambah atau kurang berdasarkan “Variasi Order” yang diberikan oleh
Pemilik Pekerjaan, dan Kontraktor telah melakukan pengukuran ulang akhir
pekerjaan, maka Kontraktor diwajibkan membuat gambar purna bangun atau “As
Built Drawing”.
Gambar purna bangun atau “As Built Drawing” tersebut, harus lengkap berisi antara
lain:
 Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada
 Dimensi dan masing-masing bangunan yang telah dikerjakan
 Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan yang telah dikerjakan
 Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan
Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan Kontraktor
kepada Direksi pekerjaan untuk diperiksa dan disetujui, selanjutnya diserahkan
kepada Pemilik Pekerjaan guna mendapatkan pengesahan dari Pemilik Pekerjaan.
Perhitungan volume akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Kontraktor
atau yang “mutual check” volume pekerjaan 100%, semua mengacu dan didasarkan
pada gambar purna bangun yang telah disyahkan oleh Pemilik Pekerjaan, dan
merupakan volume akhir yang akan dibayar oleh Pemilik Pekerjaan kepada
Kontraktor.
Kontraktor wajib membuat copy “As Build Drawing” sebanyak 5 (lima) copy, dengan
distribusi dua copy untuk Direksi pekerjaan dan pengawas, 3 (tiga) copy serta
gambar aslinya untuk diserahkan kepada pemilik pekerjaan, termasuk data dan
perhitungan hasil pengukuran akhir sebagai pendukungnya.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “As Build Drawing” termasuk
penggandaannya sebanyak 5 (lima) copy, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Kontraktor, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “Overhead” pada

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 16


analisa harga satuan pekerjaan. As Build Drawing harus sudah diserahkan dan
disetujui oleh Direksi selambat-lambatnya bersamaan dengan STT-I.
e. Administrasi Proyek
Kontraktor wajib menyediakan dan membuat kelengkapan administrasi lapangan
berupa buku tamu, buku laporan bahan, material, alat dan pekerja, catatan harian
cuaca dan lain-lain yang diperlukan untuk kelengkapan administrasi. Kontraktor
wajib membuat harian, laporan mingguan dan laporan bulanan lengkap dengan data
penunjangnya dan foto dokumentasi sebagaimana tercantum dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat Proyek.
Sebelum memulai aktifitas Kontraktor diwajibkan untuk membuat jadwal atau
schedule, rencana kerja, metode kerja, kebutuhan material, kebutuhan sumberdaya
dan peralatan dan harus mendapat persetujuan dari pengawas dan Direksi.

2.9 Foto Dokumentasi


Sejak awal akan mulai melaksanakan pekerjaan, selama masa pelaksanaan pekerjaan
dan pada akibat pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan membuat dokumentasi
kegiatan pelaksanaan pekerjaan yang diwujudkan dalam bentuk photo dokumentasi.
Photo dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan tersebut, harus bisa memberikan
gambaran secara lengkap dan menyeluruh mengenai kegiatan pelaksanaan pekerjaan
sejak dari awal sampai akhir pelaksanaan pekerjaan, sehingga secara kronologi bisa
merupakan satu gambaran tujuan yang akan dicapai oleh kegiatan tersebut.
Photo dokumentasi dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik tetap yang berbeda atau
sesuai dengan pengarahan Direksi pekerjaan, dan sudah harus bisa memberikan
gambaran secara garis besar kegiatan pelaksanaan seluruh pekerjaan.
Photo dokumentasi tersebut, pelaksanaan pengambilannya dilakukan pada kondisi tahap
kegiatan pelaksanaan pekerjaan:
 saat awal sebelum mulai kegiatan pelaksanaan pekerjaan 0%
 saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 25%
 saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50%
 saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 75%
 saat selesai pelaksanaan pekerjaan atau prestasi 100%
Photo dokumentasi tersebut, selanjutnya harus dicetak ukuran kartu pos, masing-masing
rangkap 5 (lima), dengan distribusi 1 (satu) copy dipasang di barak kerja dan 4 (empat)
copy lainnya ditata rapi pada album photo dan diserahkan kepada Pemilik Pekerjaan.
Pada saat pengambilan photo dokumentasi akhir pelaksanaan pekerjaan, di samping
cetakan ukuran kartu pos sebanyak 4 (empat) copy, Kontraktor juga diwajibkan

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 17


menyerahkan tambahan 3 (tiga) copy ukuran 11 R, diberi bingkai, sedangkan
pengambilan photo dokumentasinya dari 1 (satu) titik lain yang berbeda lokasi, dan akan
ditentukan oleh Direksi pekerjaan.
Di samping photo dokumentasi utama tersebut, atas permintaan Direksi pekerjaan
Kontraktor bisa melaksanakan pengambilan photo dokumentasi kegiatan pelaksanaan
pekerjaan lainnya yang dianggap berguna dan cukup mempunyai nilai penting untuk
didokumentasikan. Pada saat penyerahan photo dokumentasi, Kontraktor juga harus
menyerahkan negatif film, ditata menurut urutan photo dokumentasi yang diserahkan.
Semua biaya yang timbul akibat pembuatan photo dokumentasi tersebut sepenuhnya
menjadi beban dan tanggung jawab Kontraktor.

2.10 Pengeringan atau “Coffering dan Dewatering”


Pada bagian-bagian tertentu dari jenis pekerjaan yang dilaksanakan, areal pekerjaan
kadang-kadang suatu saat tidak bisa bebas sama sekali dari adanya air. Pada keadaan
ini, Kontraktor diwajibkan mengeringkan atau membebaskan areal pekerjaan yang akan
dipakai sebagai kedudukan Konstruksi dari genangan air atau pengaruh air, karena bisa
menyebabkan turunnya kualitas pekerjaan akibat pengaruh air tersebut. Pada
prinsipnya, selama masa pelaksanaan pekerjaan, semua lokasi yang akan dipakai
sebagai kedudukan bangunan harus dijaga agar tetap kering, bebas dari genanan
ataupun rembesan air.
Pekerjaan pengeringan yang dimaksud di sini adalah, termasuk sistem drainase
lingkungan pekerjaan, sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif terutama pada
masyarakat dan lingkungan setempat.
Untuk pekerjaan-pekerjaan menurut sifatnya dipandang oleh Pemilik Pekerjaan tidak
diperlukan adanya sistem pengeringan khusus maka semua biaya yang timbul akibat
pekerjaan pengeringan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor.
Pada jenis pekerjaan yang dipandang oleh Pemilik Pekerjaan memerlukan adanya
konstruksi pengeringan sifatnya khusus dan memerlukan penanganan tersendiri, maka
perhitungan volume dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan pengeringan
tersebut di atas, diperhitungkan dalam satuan (unit) m, sedangkan harga satuan
pekerjaan yang ditawarkan, sudah harus meliputi upah tenaga, bahan material yang
dipakai, peralatan yang dipergunakan, “Overhead” dan keuntungan Kontraktor.

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 18


PASAL 3
PEKERJAAN TANAH

3.1 Umum
Yang dimaksud dengan pekerjaan tanah adalah semua pekerjaan persiapan lapangan,
galian semua jenis material apapun yang ditemui, penanganan, penghamparan dan
pemadatan material timbunan yang diperlukan, pembuangan semua material sisa galian,
pengeringan (bila diperlukan), perlindungan terhadap daerah di sekitarnya, urugan
kembali, pengupasan muka tanah, timbunan tanah pada alur dan elevasi sesuai yang
ditunjukkan pada gambar.
Khusus pekerjaan tanah di lokasi harus menggunakan alat berat atau secara mekanis.
Kebutuhan alat berat untuk penggalian dan pengangkutannya serta kombinasi dari
kedua alat dan metode kerjanya harus dihitung berdasarkan jadwal atau waktu yang
dibutuhkan untuk penggalian dan harus disetujui oleh Direksi. Bila terjadi kesalahan
hitung atau metode kerja sehingga mengakibatkan waktu penyelesaian proyek menjadi
mundur atau terjadi penambahan biaya, maka segala akibat tersebut di atas harus
ditanggung sepenuhnya oleh Kontraktor.
Seluruh area yang termasuk dalam batas pekerjaan tanah akan dikerjakan dalam jalur,
tingkatan dan elevasi, kemiringan, potongan melintang yang sesuai dalam gambar
dengan tambahan yang diijinkan untuk ketebalan plesteran dan pasangan batu dimana
perlu kemiringan dan bentuk saluran drainase sedemikian rupa sehingga mempunyai
penampilan seragam yang rapi pada penyelesaiannya dan harus disetujui oleh Direksi.
Material galian untuk memenuhi kebutuhan bahan tambahan disimpan untuk
penggunaan berikutnya atau ditempatkan sebagai bahan timbunan segera setelah
penggaliannya dengan persetujuan Direksi.
Bila tidak langsung digunakan penyimpanan bahan galian yang akan digunakan tidak
diperbolehkan diletakkan di jalan. Batu besar yang tidak diperkenankan untuk material
timbunan dapat disimpan/dicadangkan bagi keperluan pasang batu, sesuai dengan
spesifikasi. Penggunaan semua material galian untuk keperluan tertentu ditentukan oleh
Direksi. Kontraktor tidak diperkenankan menghamburkan atau dengan kata lain
membuang material galian yang berguna. Semua galian akan dilaksanakan dengan
batasan dan sesuai kebutuhan yang diperlihatkan pada pasal-pasal dari spesifikasi ini
berkenaan dengan masalah pengendalian air. Tidak diperbolehkan menebang pohon
tanpa ijin dari Direksi dan instansi yang terkait.
Pekerjaan urugan dan galian harus benar-benar rata menurut gambar-gambar potongan
memanjang dan potongan melintang dengan permukaan dan kemiringan yang rapi dan

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 19


benar-benar rata dan teratur. Apabila tidak disebutkan lain, semua rumput tanaman dan
semua bahan-bahan yang merusak harus dibuang sebelum bahan urugan diletakkan
pada tempatnya. Semua bahan-bahan yang lemah atau mudah rusak harus diganti
dengan bahan-bahan yang baik seperti syarat yang ditetapkan oleh Direksi.
Bahan galian yang didapatkan dari tempat galian tidak mencukupi bagi keperluan
penimbunan maka dapat diperoleh tambahan galian dari daerah bahan galian lain yang
telah disetujui Direksi. Lokasi bahan galian yang telah digali harus diperbaiki sedemikian
rupa untuk menghilangkan kemiringan tanah yang tajam dan tidak stabil atau hal lain
yang kurang baik dan berbahaya. Luas dan kedalaman galian masih dalam batas area
yang telah disetujui Direksi. Kontraktor bertanggung jawab terhadap pengaturan dan
pembayaran semua bahan galian termasuk bahan lempung dan bahan yang dipilih
sesuai persetujuan Direksi.

3.2 Penyelidikan Lapangan


Data penyelidikan tanah yang relevan (jika ada), pada Direksi dapat digunakan sebagai
panduan/patokan bagi kondisi permukaan dan di bawah permukaan tanah dalam proyek
ini. Data pengeboran dan informasi yang berkaitan (jika tersedia) memberi gambaran
kondisi di bawah permukaan tanah hanya pada lokasi dan waktu tertentu.
Kondisi tanah pada lokasi lainnya mungkin berbeda dengan kondisi pada lokasi
pengeboran. Juga waktu berpengaruh terhadap perubahan lapisan bawah tanah atau
muka air pada lokasi pengeboran. Direksi tidak menjamin pernyataan, pikiran, atau
kesimpulan yang termaksud dalam laporan penyelidikan tanah yang tersedia. Kontraktor
harus memperbaiki semua tanggung jawab bagi pengurangan dan kesimpulan yang
dibuat olehnya yang menyangkut kondisi material/bahan yang akan digali, kesulitan yang
dihadapi, pengeringan, menjaga galian yang diperlukan dan pekerjaan akibat kondisi
lapisan di bawah tanah di lokasi pekerjaan, Direksi tidak akan bertanggung jawab atas
kehilangan/kerugian yang diderita Kontraktor sebagai akibat perbedaan-perbedaan
kondisi yang digambarkan oleh kesimpulan Kontraktor tersebut, contoh-contoh,
percobaan atau laporan-laporan dan kondisi nyata yang ditemui selama pelaksanaan
pekerjaan.

3.3 Ijin Kerja


Sebelum pekerjaan yang diperlukan untuk semua pekerjaan galian yang akan
dilaksanakan harus mendapat ijin kerja dari Direksi maupun instansi terkait.

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 20


3.4 Pengendalian Air
Kontraktor harus menyediakan, memasang dan mengoperasikan semua peralatan yang
diperlukan untuk menjaga galian bebas dari air/genangan selama pelaksanaan
konstruksi dan harus membuang air hingga tidak menimbulkan kerusakan terhadap
benda-benda di sekitarnya, atau menyebabkan gangguan atau mengancam umum.
“Interceptor Drain” perlu untuk menjaga air permukaan jangan sampai masuk ke lubang
galian konstruksi. Untuk penggalian di bawah air, kontraktor harus mengusahakan
melaksanakan pengeringan di sekitar lokasi galian dengan metoda yang harus diusulkan
oleh Kontraktor dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi.
Tanggul akan sangat baik digunakan mencegah kerusakan akibat erosi selama
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Kerusakan yang ditimbulkan diperbaiki atas biaya
kontraktor.

3.5 Pekerjaan Galian


a. Uraian
1. Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, pembuangan tanah atau
material lain bila ada dari tempat kerja atau sekitarnya yang perlu untuk
penyelesaian yang memuaskan dari pekerjaan dalam kontrak ini.
2. Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan pondasi,
pembuangan material yang tidak terpakai atau humus, dan untuk pembentukan
secara umum dari tempat kerja sesuai dengan spesifikasi ini dan yang memenuhi
garis, ketinggian penampang yang ditunjukkan dalam gambar atau yang
diperintahkan oleh Direksi.
b. Toleransi Dimensi
1. Kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian tidak boleh bervariasi
dari yang ditentukan lebih dari 2 cm dari tiap titik.
2. Permukaan galian yang telah selesai yang terbuka terhadap aliran air
permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup kemiringan untuk
menjamin drainase yang bebas dari permukaan ini tanpa terjadi genangan.
c. Perbaikan dari Pekerjaan Galian yang tidak Memuaskan
Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan, harus diperbaiki oleh
Kontraktor sebagai berikut:
1. Material yang berlebihan harus dibuang dengan menggali lebih lanjut
2. Daerah dimana digali lebih atau daerah retak atau lepas, harus diurug
kembali dengan timbunan pilihan atau lapis pondasi agregat seperti yang
diperintahkan oleh Direksi.

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 21


d. Pelaporan dan Pencatatan
1. Untuk setiap pekerjaan galian, kontraktor harus menyerahkan kepada
direksi, sebelum memulai pekerjaan, gambar perincian potongan melintang atau
memanjang yang menunjukkan kondisi awal daripada tanah sebelum operasi
pembabatan dan penggarukan dilakukan.
2. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi gambar perincian dari
seluruh struktur sementara yang diusulkannya atau yang diperintahkan untuk
digunakan seperti skor, turap, cofferdam, dan tembok penahan dan harus
memperoleh persetujuan direksi sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang
dimaksudkan untuk dilindungi oleh struktur yang diusulkan tersebut.
3. Setelah masing-masing galian untuk tanah dasar, formasi atau pondasi
selesai, kontraktor harus memberitahu direksi. Bahan landasan atau material lain
tidak boleh dipasang sebelum kedalaman galian disetujui oleh direksi.
e. Prosedur Penggalian
Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan elevasi yang ditentukan
dalam gambar atau ditunjukkan oleh Direksi dan harus mencakup pembuangan
seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai termasuk tanah, padas, batu
bata, batu, beton dan lain-lain.
Pekerjaan galian harus dilakukan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap
material di bawah dan di luar batas galian.
f. Kondisi Tempat Kerja
Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan kontraktor harus menyediakan
seluruh material yang diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk pengeringan,
penggalian saluran air dan pembangunan saluran sementara, tembok ujung dan
cofferdam. Pompa agar siap di tempat kerja setiap saat untuk menjamin tak ada
gangguan dalam prosedur pengeringan dengan pompa.
g. Jaminan Keselamatan Pekerjaan Galian
1. Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk menjamin
keselamatan pekerja yang melaksanakan pekerjaan galian.
2. Selama masa pekerjaangalian, kontraktor harus menjaga setiap saat
suatu lereng yang stabil yang mampu menahan pekerjaan sekitarnya. Bila
diperlukan, kontraktor harus menahan atau menyangga struktur di sekitarnya
yang jika tidak dilakukan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan
galian itu.
3. Pada setiap saat dimana kedalaman galian melebihi ketinggian di atas
kepala, kontraktor harus menempatkan pengawas keamanan pada tempat kerja

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 22


yang tugasnya hanya memonitor kemajuan dan keamanan. Pada setiap saat
peralatan galian cadangan serta perlengkapan P3K harus tersedia di tempat kerja
galian.
4. Seluruh tepi galian terbuka harus diberi penghalang yang cukup untuk
mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya dan setiap galian terbuka
pada badan jalan atau bahu harus ditambah dengan bamboo pada malam hari
dengan drum dicat putih atau lampu kuning sesuai dengan ketentuan direksi.
h. Penggunaan dan Pembuangan Material Galian
Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam batas-batas dan cakupan
proyek dimana memungkinkan harus digunakan secara efektif untuk formasi
timbunan atau urugan kembali maupun lime treatment.
Material galian yang mengandung tanah organis tinggi, sejumlah besar akar atau
benda tetumbuhan yang lain dan tanah yang komprensif yang menurut Direksi akan
menyulitkan pemadatan dari material atau yang mengakibatkan kerusakan atau
penurunan yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan tidak memenuhi untuk
digunakan sebagai timbunan dalam pekerjaan permanen.
Setiap material galian yang berlebih untuk kebutuhan timbunan, atau setiap material
yang tidak disetujui oleh direksi teknik sebagai bahan timbunan harus dibuang dan
diratakan dalam lapis yang tipis oleh Kontraktor di luar tempat kerja sesuai petunjuk
direksi. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk seluruh pengaturan dan biaya
untuk pembuangan material yang berlebih atau tidak memenuhi syarat, termasuk
pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik tanah di mana pembuangan dilakukan.
i. Pembuangan Material Pekerjaan Sementara dan Perapihan Tempat Bekas Galian
1. Terkecuali diperintahkan oleh Direksi, seluruh struktur sementara seperti
cofferdam atau skor dan turap harus dibongkar oleh Kontraktor setelah selesai
pekerjaan struktur permanen atau pekerjaan lain untuk mana galian telah
dilakukan. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian sehingga tidak
mengganggu atau merusak struktur atau formasi yang telah selesai.
2. Material galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam
saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan selesai sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu saluran air.
3. Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan
oleh Kontraktor harus ditinggalkan dalam keadaan rapih dengan tepi dan lereng
yang stabil.

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 23


3.6 Pengurugan Kembali Pada Bangunan-bangunan dan Pada Pekerjaan Pasangan
Batu
Apabila tidak disebutkan pada gambar atau tidak disyaratkan khusus, semua urugan
pada jarak 2 m dari tembok, atau gorong-gorong harus terdiri dari bahan kerikil yang
halus bebas dari Lumpur. Bahan-bahan ini juga yang berada di tempat lainnya, bila tidak
praktis dipadatkan dengan roller, harus dilakukan dengan penyiraman air untuk
kemudian dipadatkan lapis demi lapis tidak boleh dari 200 mm tebal, berat dari alat
pemadatan tidak boleh kurang dari 20 kg dan tidak boleh lebih dari 150 gr/cm 2 luas
permukaan alat pemadat.
Material untuk pengurugan dibawah dalam keadaan mempunyai kelembaban 2% dari
kondisi optimum. Menggenangi dengan air atau menggunakan pancaran air tidak boleh
dilakukan kecuali bila telah disetujui Direksi. Pemadatan urugan tidak boleh kurang dari
90% maksimum dry density.
Pengisian timbunan yang berdekatan dengan bangunan-bangunan diletakkan dengan
cara sedemikian rupa sehingga dapat mencegah kerusakan terhadap bangunan.
Pertambahan ketinggian timbunan harus seragam pada semua sisi bangunan.

3.7 Kelebihan Galian dan Pembuangan Sisa Galian


Semua bahan hasil dari galian yang berlebihan yang dianggap perlu oleh Direksi harus
dipindahkan/dibuang dari lokasi pekerjaan dan biaya untuk itu ditanggung oleh
Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan lokasi buangan akhir untuk sisa tanah hasil
galian yang tidak terpakai, di luar lokasi pekerjaan atau sesuai petunjuk Direksi.

a. Tahap perawatan
1. Dalam mendirikan dinding yang kena udara luar, harus diberi perlindungan
dengan penutup bagian atas tembok bila sewaktu-waktu turun hujan.
2. Dinding tembok yang dipasang dalam cuaca yang panas harus dibasahi terus
menerus selama paling sedikit 7 hari setelah didirikan.

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 24


PASAL 4
PEKERJAAN PONDASI BATU KALI

4.1 Lingkup Pekerjaan


Yang termasuk pekerjaan pondasi ialah :
 Pembuatan urugan pasir dan lantai kerja setebal 5-10 cm dan dipadatkan.
 Pembuatan semua pondasi batu kali sesuai Gambar Kerja.
 Pemasangan semua stek dan angkur yang diperlukan sesuai Gambar Kerja.

4.2. PERSYARATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Persyaratan Umum

Semua pekerjaan pondasi baru boleh dikerjakan apabila galian tanah telah diperiksa
ukuran dan kedalamannya dan disetujui pihak supervisi lapangan dalam hal ini owner.
Bila pada lubang-lubang galian terdapat banyak air tergenang karena air tanah dan air
hujan, maka sebelum pasangan dimulai terlebih dahulu air harus dipompa dan dibuang
di daerah lain yang tidak mengganggu pekerjaan dan dasar lubang dikeringkan.

Jika pemasangan pondasi terpaksa dihentikan, maka ujung penghentian pondasi harus
bergigi agar penyambungan berikutnya terjadi ikatan yang kokoh dan sempurna. Di
dalam pondasi sama sekali tidak boleh terdapat rongga-rongga udara/celah-celah.

4.3. PONDASI PASANGAN BATU KALI


Adukan yang dipergunakan 1 pc : 3 ps.
 Adukan 1 pc : 3 ps dipergunakan untuk semua pekerjaan pondasi batu kali setinggi
20 cm dari permukaan atas pondasi.

PASAL 5

BAHAN-BAHAN/PRODUK

Sedapat mungkin, semua bahan dan ketenagaan harus disesuaikan dengan peraturan-
peraturan Indonesia.

5.1 Semen

Mutu semen
 Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau
Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A SK SNI 3-04-1989-F atau sesuai SII-0013-

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 25


82, Type-1 atau NI-8 untuk butir pengikat awal kekekalan bentuk, kekuatan tekan
aduk dan susunan kimia. Semen yang cepat mengeras hanya boleh dipergunakan
dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis secara tegas oleh Direksi Lapangan.
 Jika mempergunakan semen portland pozolan (campuran semen portland dan
bahan pozolan) maka semen tersebut harus memenuhi ketentuan SII 0132 Mutu
dan Cara Uji Semen Portland Pozoland atau spesifikasi untuk semen hidraulis
campuran.
 Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan jelas
jenis semen yang boleh dipakai dan jenis semen ini harus sesuai dengan jenis
semen yang digunakan dalam ketentuan persyaratan mutu (semen tipe 1).

a. Penyimpanan Semen

 Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga


agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk
sesuai dengan syarat penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen
yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga mengeras ataupun
tercampur bahan lain, tidak boleh dipergunakan dan harus disingkirkan dari tempat
pekerjaan. Semen harus dalam zak-zak yang utuh dan terlindung baik terhadap
pengaruh cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan
urutan pengiriman. Semen yang telah disimpan lebih 60 hari tidak boleh digunakan
untuk pekerjaan.
 Curah semen harus disimpan di dalam konstruksi silo secara tepat untuk
melindungi terhadap penggumpalan semen dalam penyimpanan.
 Semua semen harus baru, bila dikirim setiap pengiriman harus disertai dengan
sertifikat test dari pabrik.
 Semen harus diukur terhadap berat untuk kesalahan tidak lebih dari 2,5 %.
 "Kontraktor" harus hanya memakai satu merek dari semen yang telah disetujui
untuk seluruh pekerjaan. "Kontraktor" tidak boleh mengganti merk semen selama
pelaksanaan dari pekerjaan, kecuali dengan persetujuan tertulis dari Direksi
Lapangan.

5.2 Semen

Agregat untuk beton harus memenuhi ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-80
"Mutu dan Cara Uji Agregat Beton" dan bila tidak tercakup dalam SII 0052-80, maka

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 26


harus memenuhi spesifikasi agregat untuk beton.
a. Agregat halus (Pasir)
Mutu pasir untuk pekerjaan beton harus terdiri dari : butir-butir tajam, keras, bersih,
dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan organis.
Agregat halus harus terdiri dari distribusi ukuran partikel-partikel seperti yang
ditentukan di pasal 3.5. dari NI-2. PBI '71.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % (ditentukan terhadap
berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 5 %, maka agregat
halus harus dicuci. Sesuai PBI'71 bab 3.3. atau SII 0051-82.
Ukuran butir-butir agregat halus, sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2 %
berat; sisa di atas ayakan 2 mm harus minimum 10 % berat; sisa di atas ayakan
0,25 mm harus berkisar antara 80 % dan 90 % berat.
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton.
Penyimpanan pasir harus sedemikian rupa sehingga terlindung dari pengotoran
oleh bahan-bahan lain.

b. Agregat Kasar (Kerikil dan Batu Pecah)

Yang dimaksud dengan agregat kasar yaitu kerikil hasil desintegrasi alami dari
batu-batuan atau batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, dengan besar
butir lebih dari 5 mm sesuai PBI 71 bab 3.4.
Mutu koral : butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah butir-butir
pipih maksimum 20 % bersih, tidak mengandug zat-zat alkali, bersifat kekal, tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (terhadap berat kering) yang
diartikan lumpur adalah bagian-bagian yang melalui ayakan 0.063 mm apabila
kadar lumpur melalui 1 % maka agregat kasar harus dicuci.
Tidak boleh mengandung zat-zat yang reaktif alkali yang dapat merusak beton.
Ukuran butir : sisa diatas ayakan 31,5 mm, harus 0 % berat; sisa diatas ayakan 4
mm, harus berkisar antara 90 % dan 98 %, selisih antara sisa-sisa kumulatif di
atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60 % dan minimum 10 %
berat.
Kekerasan butir-butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari Rudeloff
dengan beban penguji 20 t, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 27


- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9.5 - 19 mm lebih dari 24 % berat
- tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22 % atau dengan
mesin pengaus Los Angeles, tidak boleh terjadi kehilangan berat lebih dari 50 %
sesuai SII 0087-75, atau PBI-71
Penyimpanan kerikil atau batu pecah harus sedemikian rupa agar terlindung dari
pengotoran bahan-bahan lain.

5.3 Air

Air untuk pembuatan dan perawatan beton harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat
merusak beton serta baja tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan
kepastian kelayakan air yang akan dipergunakan, maka air harus diteliti pada labora-
torium yang disetujui oleh Direksi Lapangan.

5.4 Bahan Campuran/ Admixture

Admixture harus disimpan dan dilindungi untuk menjaga kerusakan dari container.
Admixture harus sesuai dengan ACI 212.2R-71 dan ACI 212 2R-64. Segala macam
admixture yang akan digunakan dalam pekerjaan harus disetujui oleh Direksi
Lapangan. Admixture yang mengandung chloride atau nitrat tidak boleh dipakai.

PASAL 6

PEKERJAAN PAVING

6.1 Lingkup Pekerjaan

 Termasuk dalam lingkup pekerjaan ini penyediaan tenaga, bahan material, peralatan,
dan alat bantu lainnya sehingga dicapai hasil pekerjaan yang baik dan sempurna.
 Meliputi persiapan pelaksanaan perkerasan serta pengadaan dan pemasangan
material perkerasan pada area Parkir sesuai yang ditunjukkan dalam gambar
rencana.

6.2 Material

1) Material persiapan area perkerasan :


a) CTSB dari campuran tanah, semen dan bahan additive untuk peningkatan
elastisitas tanah.
Tebal lapisan CTSB adalah 20 cm

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 28


b) Rabat Beton 1 Pc : 3Ps : 5 Kr, tebal 5 cm atau tergantung kebutuhan.
c) Pasir Beton dilaksanakan pada lapisan dibawah paving yang di dalam gambar
rencana dinyatakan sebagai lapisan pasir sesuai spesifikasi dan gambar.

2) Material perkerasan area :


a) Paving Block 10 x 20 x 8 cm, K-300 ex. atau setara
b) Kanstein Beton K-300 ex. atau setara

3) Marka Parkir :
a) Cat dengan bahan dasar dispersi polymer, TENNOKOTE TNK-1000 WA setara
PT. Propan Raya.

6.3 Alat Kerja

1) Kontraktor pelaksana harus menyediakan seluruh peralatan dan juga


perlengkapan kerja untuk keperluan pekerja pelaksananya.
2) Selain peralatan kontraktor pelaksana juga harus menyediakan semua sarana
yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini.

6.4 Persiapan

1) Contoh Bahan :
Guna persetujuan badan pengawas/ perencana, Kontraktor harus menyerahkan
contoh-contoh semuai bahan yang akan dipakai.
2) Kontraktor pelaksana wajib meneliti gambar-gambar dan kesesuaian kondisi
lapangan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Apabila terjadi ketidak
sesuaian ukuran, elevasi, dan posisi terhadap keseluruhan disain, maka
Kontraktor Pelaksana wajib menuangkannya dalam shop drawing dan
melaporkannya kepada Pengawas proyek.
3) Penyimpanan bahan material ditempat yang rata dan diberi perlindungan yang
memadai untuk melindungi material dari perubahan bentuk ataupun dari
kerusakan.
4) Kontraktor pelaksana harus menyerahkan kepada Pengawas proyek untuk
kemudian diteruskan kepada pemberi tugas minimal 1000 unit paving tiap jenis
dan motif paving yang dipakai. Unit-unit tersebut harus dalam keadaan baru dan
mencantumkan dengan jelas identitas pavingnya. Unit-unit paving ini akan dipakai
sebagai cadangan untuk perawatan oleh pemberi tugas.

6.5 Pelaksanaan

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 29


1) Persiapan area :
a) Sebelum pelaksanaan penimbunan tanah dasar terlebih dahulu dilakukan
pemadatan tanah dasar dengan menggunakan alat pemadat sheepfoot
b) Setelah pemadatan, dihamparkan tanah dasar dengan material CTSB setebal
20 cm sampai elevasi yang diijinkan. Alat pemadat yang digunakan adalah
menggunakan Vibro compactor setelah mendapatkan persetujuan Pengawas
proyek
c) Selanjutnya dilakukan penghamparan pasir diatasnya dengan jenis material
pasir urug. Urugan dilanjutkan dengan pemadatan dan perataan lapangan
menggunakan roller dengan persetujuan Pengawas proyek
2) Marka Parkir :
a) Permukaan yang akan dicat harus sudah dalam keadaan kering, bebas
minyak, kotoran dan tidak berlumut.
b) Tuangkan lapisan asam penggores Cleanol B-20 biarkan selama 30 menit
untuk memperoleh hasil perekatan coating yang lebih baik.
c) Cuci permukaan dengan disikat dan disiram air berulang kali hingga benar-
benar bersih, dan biarkan mengering.
d) Pengecatan dilakukan dengan roll bulu dengan selang waktu pengecatan
minimum 2 jam.
e) Pengecatan dilakukan berulang-ulang hingga mencapai ketebalan cat minimal
1mm.
f) Pengecatan tidak boleh dilakukan dalam keadaan hujan.
g) Hindari pengecatan pada saat cuaca panas terik.

PASAL 7

PEKERJAAN DRAINASE

6.1 Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan ini adalah pembuatan saluran tepi (side ditch) dan saluran
penangkap (catch ditch) , gorong²(culvert), yang merupakan drainase permukaan dibuat
untuk mengendalikan air (limpasan) permukaan akibat hujan.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat saluran sbb :
a) Ketinggian akhir dari dasar selokan harus tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari
yang dipersyaratkan atau disetujui pada tiap titik, dan harus cukup halus dan
merata untuk menjamin aliran yang bebas dari air tanpa tergenang pada saat aliran

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 30


yang kecil.
b) Bahan yang digunakan :
a. Batu Kali
b. Semen Portland Jenis I
c. Pasir Pasang
d. Campuran spesi yang digunakan 1Pc : 4 Ps

R K S (Rencana Kerja dan Syarat-syarat) 31

Anda mungkin juga menyukai