Oleh
Intensitas Hujan
No Klasifikasi
(mm/jam)
1 0-5 Sangat kecil
2 6-10 Kecil
3 11-25 Sedang
4 26-50 Agak besar
5 51-75 Besar
6 > 75 Sangat besar
(Sumber : Martono, 2004)
Intensitas hujan yang didapat pada alat ukur curah hujan dapat diperoleh
dengan persamaan berikut ini :
d (mm)
Intensitas hujan (I) = .............................................................
t (jam)
( 2.1)
V (m m 3 )
Tinggi hujan (d) = .........................................................
A ( m m 2)
( 2.2 )
dengan :
I = intensitas hujan (mm/jam)
d = tinggi hujan (mm)
t = waktu (jam)
V = volume air yang tertampung (mm3)
A = luas penampang alat curah hujan (mm²)
Q = C x I x A .................................................................................(2.3)
Q ( mm3 /jam)
C= .....................................................................
I ( mm/jam ) x A (mm ² )
(2.4)
dengan :
Q = debit aliran permukaan (m³/jam)
I = intensitas hujan (mm/jam)
A = luas area uji (mm²)
C = koefisien limpasan
Koefisien aliran permukaan (C) merupakan salah satu komponen
hidrologi yang berpengaruh terhadap daerah aliran sungai (DAS). Nilai C yang
kecil menunjukkan suatu DAS masih dalam kondisi yang baik, sebaliknya nilai
C yang besar menunjukkan DAS yang sudah rusak. Nilai C dikatakan besar
apabila C = 1 (Suripin, 2004).
2.2.5 Tanah
Laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi di pengaruhi oleh tekstur tanah,
struktur tanah, tipe vegetasi, tata guna lahan, suhu tanah dan intensitas hujan.
Selain itu laju infiltrasi sangat bergantung pada karakteristik tanah dan air.
Biasanya kondisi tanah yang jenuh air (tanah dengan kadar air yang tinggi)
menunjukkan laju infiltrasi yang lebih rendah dibandingkan tanah yang tidak
jenuh air (Harisuseno, dkk. 2017).
Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah. Tekstur tanah adalah
keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapat perbedaan
komposisi kandungan fraksi pasir (sand = diameter 2 – 0,22 mm), debu (silt =
diameter 0,2 – 0,002 mm) dan liat (clay = diameter lebih kecil dari 0,002 mm) .
partikel berukuran diatas 2 mm seperti kerikil dan batuan kecil tidak
digolongkan sebagai fraksi tanah. Tanah dengan berbagai perbandingan pasir,
debu, dan liat dikelompokkan atas berbagai kelas tekstur seperti digambarkan
pada segitiga tekstur.
C
G
Keterangan :
A. Kran air
Untuk mengatur jumlah air dari tandon yang akan dialirkan menuju
jaringan pipa
B. Tandon air
Tampungan awal air yang kemudian disalurkan menuju rangakaian pipa
sebagai output hujan.
C. Tampungan aliran permukaan
Terdiri dari selang yang disalurkan dari lahan uji dengan ember sebagai
tampungan, sehingga mempermudah perhitungan volume aliran
permukaan.
D. Jaringan pipa
Terdiri dari 5 buah pipa ukuran 5/8”, jarak antar pipa 20 cm yang
dilubangi sebagai output hujan. Pipa dilubangi pada sisi bawah, samping
kiri dan samping kanan.
E. Lahan uji
Ukuran lahan uji yang digunakan yaitu 200 cm x 100 cm x 35 cm, yang
dilengkapi dengan saluran pembuangan air limpasan permukaan berupa
½ pipa dengan ukuran 2” dan lubang pada dasar lahan uji dengan jarak
antar lubang 5 cm sebagai output resapan (infiltrasi) air hujan.
F. Tampungan infiltrasi
Air infiltrasi dari lahan uji ditampung pada tampungan berukuran 200 cm
x 100 cm x 10 cm yang terletak di bawah lahan uji.
G. Ember tampungan infiltrasi
Terdiri dari selang dengan ember untuk mempermudah perhitungan
volume infiltrasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Paving block
Paving block yang digunakan berbentuk persegi berdimensi 20 cm x 20
cm x 8 cm. Dengan perbandingan komposisi semen : pasir adalah 1 : 3.
Gambar 3. 1 Paving block persegi
2. Tanah
a. Tanah Lempung Berpasir
Tanah yang digunakan adalah tanah disekitar Laboratorium
Hidrolika dan Teknik Pantai Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Mataram.
b. Tanah Pasir
Pasir yang digunakan adalah pasir daerah Sekarbela Kota Mataram.
Gambar 3. 3 Tanah Pasir
10. Pengujian pertama yaitu paving block dipasang di lahan tanah pasir
dengan interval 10 menit, 20 menit, 30 menit 40 menit, 50 menit dan 60
menit. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali setiap interval waktu untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
11. Mengukur volume limpasan permukaan. Kemudian dilanjutkan dengan
mengganti jenis tanah yaitu lempung berpasir. Pengujian dilakukan
dengan langkah dan interval waktu yang sama dengan jenis tanah pasir.
12. Menghitung nilai koefisien limpasan yang dihasilkan dengan rumus
Q
rasional Q = C x I x A, dimana koefisien limpasan C =
IXA
1. Volume Limpasan
2. Intensitas Hujan
3. Volume Infiltrasi
Studi
Liter
Uji
Pendahulu
Cek
Keseragama
n Intensitas
Ya
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
Gambar 3. 9 Bagan Alir Penelitian
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berat tanah
Ukuran Berat
No. tertanah di
Ayakan ayakan
Ayakan ayakan +
(mm) (gr)
ayakan (gr)
Berat
Berat Berat tanah Persen
Ukuran Berat tanah
No. tanah komulatif lolos
Ayakan saringan tertanah +
Ayakan tertahan lolos saringan
(mm) (gr) ayakan
(gr) ayakan (gr) (%)
(gr)
2. Analisis hydrometer
= 0 gram
Berat komulatif lolos ayakan = berat benda uji – berat tanah tertahan
= 50 – 0
= 50 gram
Persen tanah lolos ayakan
berat tanah komulatif lolos ayakan
% =
berat benda uji awal
50
= x 100%
50
= 100 %
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Hasil analisis saringan untuk uji hidrometer
Berat Berat
Ukura
Nomo tanah Berat tanah Persen
n Berat
r tertana tanah komulat lolos
Ayaka Saringa
Ayaka h+ tertaha if lolos saringa
n n (gr)
n ayaka n (gr) ayakan n (%)
(mm)
n (gr) (gr)
10 2.000 355.2 355.2 0 50 100
365.2 80.30
20 0.850 355.39 9.85 40.15
4 0
333.9 64.76
40 0.425 326.15 7.77 32.38
2 0
291.0 55.18
60 0.250 286.3 4.79 27.59
9 0
282.5 51.66
80 0.180 280.75 1.76 25.83
1 0
277.3 49.26
100 0.150 276.11 1.2 24.63
1 0
269.6 48.06
140 0.106 269.06 0.6 24.03
6 0
269.0 47.94
200 0.075 268.96 0.06 23.97
2 0
Actual
Temp
Elapsed Time Hydrometer
˚C
Reading
T (min) Ra
0 28
2 28 1.003
5 28 1.002
15 28 1.001
30 28 1
60 28 1
240 28 1
1440 28 0.999
no.200
no.10
no.40
0,002
no.4
3/4"
3"
100
90
80
70
60
Persen lolos (%)
50
40
30
20
10
0
10.000 1.000 0.100 0.010 0.001
Ukuran butiran (mm)
Pasir 50.4 %
Debu 44 %
Liat 1.8 %
Pada Tabel 4.7 hasil analisis saringan sampel tanah, yaitu persentase
butiran. Setelah didapat hasil tersebut, maka dilanjutkan ploting persentase
butiran di segitiga tekstur tanah untuk mengetahui jenis tanah.
Gambar 4. 2 Segitiga tekstur tanah
Hasil dari ploting segitiga tekstur tanah yang dipergunakan termasuk
kedalam jenis tanah lempung berpasir. Adanya perbedaan sifat fisik tanah akan
menentukan kemampuan tanah meresapkan air. Sehingga mempengaruhi nilai
koefisien limpasan permukaan (C).
T = 11,5 cm
D = 16,5 cm
cm
Gambar 4. 4 Gelas ukur dan tampungan alat ukur hujan
Berikut perhitungan untuk menentukan intensitas hujan.
Perhitungan untuk waktu (t) = 15 menit :
Menghitung tinggi hujan (d)
V ( mm3 )
Tinggi hujan (d) =
A ( mm2 )
1,58 x 106 ( mm 3 )
=
3,14 x 82,52 ( m m2 )
= 73,93 mm
Menentukan intensitas hujan (I)
d ( mm )
Intensitas hujan (I) = t ( jam )
73,93 ( mm )
= 15
60( )
( jam )
= 295.72 mm/jam
Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4. 8 Hasil pengujian intensitas hujan
Waktu Luas Area Volume Jari - jari Luas Tinggi Intensitas Intensitas
Running
hujan Uji (A) Tampungan Tampungan Tampungan Hujan Hujan (I) Hujan (I)
Tes
(menit) (m²) (liter) (r) (mm) (mm²) (d) (mm) (mm/jam) (mm/jam)
1 1.58 82.5 21371.63 73.93 295.72
15 2 2 1.61 82.5 21371.63 75.33 301.33 300.71
3 1.63 82.5 21371.63 76.27 305.08
1 2.61 82.5 21371.63 122.12 293.10
25 2 2 2.7 82.5 21371.63 126.34 303.21 300.96
3 2.73 82.5 21371.63 127.74 306.57
1 4.26 82.5 21371.63 199.33 298.99
40 2 2 4.29 82.5 21371.63 200.73 301.10 300.87
3 4.31 82.5 21371.63 201.67 302.50
1 7.04 82.5 21371.63 329.41 304.07
65 2 2 6.88 82.5 21371.63 321.92 297.16 300.04
3 6.92 82.5 21371.63 323.79 298.89
1 8.57 82.5 21371.63 401.00 300.75
80 2 2 8.6 82.5 21371.63 402.40 301.80 300.87
3 8.55 82.5 21371.63 400.06 300.05
1 10.72 82.5 21371.63 501.60 300.96
100 2 2 10.7 82.5 21371.63 500.66 300.40 300.49
3 10.69 82.5 21371.63 500.20 300.12 (
Sumber : Hasil Perhitungan)
500
Waktu (menit)
450
Volume limpasan (liter)
400
350
300
250
200
150
100
50
0
15 25 40 65 80 100
Tabel 4. 11 Volume limpasan permukaan pada lahan uji dengan tutupan paving
block
Rata - rata Volume Limpasan
Volume Limpasan Tutupan
Volume Tutupan Lahan Paving Block
Waktu Luas Tinggi Intensitas Lahan Paving Block (Liter)
Running Awal (Lite r)
Hujan Area Uji Tanah Hujan
Te s Tandon
(me nit) (A) (m²) (mm) (mm/jam) Pola Susun Pola Anyaman Pola Susun Pola Anyaman
(Liter)
Bata Tikar Bata Tikar
1 2 300 63 60
15 2 2 250 50 300 62 62 63.0 60.8
3 2 300 64 60.5
1 2 300 108 106
25 2 2 250 50 300 111 105.5 108.7 105.2
3 2 300 107 104
1 2 300 177 171
40 2 2 250 50 300 176 172 177.3 171.2
3 2 300 179 170.5
1 2 300 289 281
65 2 2 250 50 300 289.5 290 289.5 283.3
3 2 300 290 279
1 2 300 363.5 358
80 2 2 250 50 300 364 355 364.2 357.3
3 2 300 365 359
1 2 300 455 445
100 2 2 250 50 300 457 447 456.0 445.3
3 2 300 456 444
Gambar 4. 12 Grafik volume limpasan permukaan (C) paving block pola susun
bata dan anyaman tikar
400
350
Pola Susun
300 Bata +
250 rumput
200 Pola
Anyaman
150 Tikar +
100 rumput
50
0
15 25 40 65 80 100
Gambar 4. 15 Grafik volume limpasan permukaan (C) paving block pola susun
bata dan anyaman tikar dengan penambahan rumput gajah mini
4.4.1 Hubungan nilai koefisien limpasan permukaan dan waktu untuk setiap
jenis tutupan lahan
Hasil penelitian dengan durasi hujan 15, 25, 40, 65, 80, dan 100 menit
didapatkan grafik hubungan nilai koefisien limpasan dengan waktu sebagai :
1. Grafik hubungan nilai koefisien limpasan permukaan dan waktu dengan
lahan uji tanah
0.45
0.44
0.43
0.42
0.41
0.4
0.39
0.38
15 25 40 65 80 100
Waktu (menit)
Gambar 4. 16 Grafik hubungan nilai koefisien aliran permukaan dan waktu pada
tanah lempung berpasir
0.47
0.46
0.45
0.44
0.43
0.42
0.41
15 25 40 65 80 100
Gambar 4. 17 Grafik hubungan nilai koefisien aliran permukaan dan waktu pada
paving block pola susun bata
Dari Gambar 4.18 Dapat dilihat bahwa pada lahan paving block dengan
pola pemasangan susun bata koefisien aliran permukaan terus meningkat dari
waktu 15, hingga 80 menit dengan nilai berturut – turut 0,42, 0,43, 0,44, 0,45 dan
0,46. Nilai koefisien pada wakktu 80 menit dengan nilai koefisien sebesar 0,46
merupakan nilai tertinggi. Kemudian nilai koefisien yang dihasilkan pada menit
ke 100 memiliki nilai yang sama dengan pengujian 80 menit yaitu sebesar 0.46.
Walaupun paving block bukan merupakan tutupan lahan yang memiliki kinerja
yang baik dalam meresapkan air hujan, namun dengan adanyan pola pemasangan
paving sehingga menghambat laju limpasan permukaan dan spasi antar paving
sebagai jalan air meresap ke dalam tanah. Hal ini dapat dikatakan paving block
dengan pola pemasangan susun bata cocok dipergunakan pada daerah dengan
durasi hujan yang cukup lama dibandingkan dengan lahan tanah dikarenakan
setelah melewati nilai koefiien tertinggi, nilai koefisien yang dihasilkan akan tetap
kosntan.
0.46
0.45
0.44
0.43
0.42
0.41
0.40
15 25 40 65 80 100
Gambar 4. 18 Grafik hubungan nilai koefisien aliran permukaan dan waktu pada
paving block pola anyaman tikar
Dari Gambar 4.19 Dapat dilihat bahwa pada lahan paving block dengan
pola pemasangan susun bata koefisien aliran permukaan terus meningkat dari
waktu 15, hingga 80 menit dengan nilai berturut – turut 0,41, 0,42, 0,43, 0,44, dan
0,45. Nilai koefisien pada wakktu 80 menit dengan nilai koefisien sebesar 0,45
merupakan nilai tertinggi. Kemudian nilai koefisien yang dihasilkan pada menit
ke 100 memiliki nilai yang sama dengan pengujian 80 menit yaitu sebesar 0.45.
Walaupun paving block bukan merupakan tutupan lahan yang memiliki kinerja
yang baik dalam meresapkan air hujan, namun dengan adanyan pola pemasangan
paving sehingga menghambat laju limpasan permukaan dan spasi antar paving
sebagai jalan air meresap ke dalam tanah. Dengan memperbandingkan grafik
hubungan antar kedua pola pemasngan paving block, paving dengan pola
anyaman tikar memiliki nilai koefisien yang lebih kecil dari pada pola susun bata.
4. Grafik nilai koefisien limpasan permukaan dengan lahan uji paving block
susun bata dengan penambahan rumput gajah mini
0.46
0.45
0.44
0.43
0.42
0.41
0.40
0.39
15 25 40 65 80 100
Gambar 4. 19 Grafik hubungan nilai koefisien aliran permukaan dan waktu pada
paving block pola susun bata + rumput gajah mini
Dari Gambar 4.20 dapat dilihat bahawa pada lahan paving block dengan
pola pemasangan susun bata dengan penambahan rumput gajah mini memiliki
nilai koefisien yang terus meningkat untuk waktu pengujian 15 hingga 65 menit
dengan nilai koefisien limpasan berturut – turut 0,40, 0,42, 0,43, 0,44. Untuk
waktu 80 menit memiliki nilai koefisien yang sama dengan waktu 65 menit
dengan nilai koefisien aliran permukaan 0.44 kemudian mengalami peningkatan
pada waktu 100 menit yaitu sebesar 0.45. Paving block pola susun bata dengan
penambahn rumput memiliki nilai koefisien yang lebih kecil dari pada pola susun
bata tanpa penambahan rumput gajah mini untuk semua waktu pengujian.
Dengan mengkombinasikan tutupan lahan paving block dan tanaman
rumput gajah mini dengan memamfaatkan daerah spasi antar paving maka tercipta
ruang - ruang sebagai tempat meresapnya air limpasan permukaan. Selain itu,
pengamatan saat penelitian terlihat bahwa air tanaman rumput gajah mini
berfungsi menghambat laju air limpasan permukaan, sehingga memberikan
kesempatan pada tanah untuk meresapkan air limpasan permukaan. Hal ini dapat
dikatakan bahwa dengan adanya penambahan tanaman rumput gajah mini pada
spasi paving block dapat menambah daya resap air sehingga memperkecil nilai
koefisien limpaasan permukaan.
4. Grafik nilai koefisien limpasan permukaan dengan lahan uji paving block
anyaman tikar dengan penambahan rumput gajah mini
0.42
Koefisien limpasan (C)
0.41
0.40
0.39
0.38
0.37
0.36
0.35
15 25 40 65 80 100
Waktu (menit)
Gambar 4. 20 Grafik hubungan nilai koefisien aliran permukaan dan waktu pada
paving block pola anyaman tikar + rumput gajah mini
Dari Gambar 4.21 dapat dilihat nilai koefisien yang dihasilkan pada
menit 15, 25, 40, 65 dan 80 menit terus menigkat berturut – turut sebesar 0.36,
0,37, 0,38, 0.40 dan 0,41. Nilai koefisien pada waktu pengujian 80 dan 100
memiliki nilai yang sama yaitu 0,41 yang merupakan nilai koefisien puncak.
Lahan paving block dengan pola pemasangan anyaman tikar memiliki nilai
koefisien yang paling kecil dari semua pengujian baik dengan lahan tanah, paving
block tanpa rumput untuk kedua pola susun bata maupun anyaman tikar dan
paving block pola susun bata dengan penambahan rumput gajah mini.
Dengan mengkombinasikan pola pemasangan tutupan lahan paving block
dan tanaman rumput gajah mini dengan memamfaatkan daerah spasi antar paving
maka tercipta ruang - ruang sebagai tempat meresapnya air limpasan permukaan.
Selain itu, pengamatan saat penelitian terlihat bahwa air tanaman rumput gajah
mini berfungsi menghambat laju air limpasan permukaan, sehingga memberikan
kesempatan pada tanah untuk meresapkan air limpasan permukaan. Hal ini dapat
dikatakan bahwa dengan adanya penambahan tanaman rumput gajah mini pada
spasi paving block dapat menambah daya resap air sehingga memperkecil nilai
koefisien limpaasan permukaan.
0.35
15 25 40 65 80 100
Waktu (menit)
Dari Gambar 4.22 dapat dilihat nilai koefisien yang dihasilkan pada
pengujian untuk semua variasi tutupan lahan. Untuk lahan tanah nilai koefisien
limpasan (C) yang dihasilkan berkisar antara 0,39 – 0,44. Nilai koefisien
limpasan (C) tertinggi yaitu tutupan lahan dengan paving block dengan pola
pemasangan susun bata dengan nilai kofisien limpasan (C) berkisar antara 0,42 –
0,46, sedangkan untuk tutupan lahan paving block dengan pola pemasangan
anyman tikar memiliki nilai koefisien limpasan yang lebih kecil yaitu berkisar
antara 0,41 – 0,44. Dengan adanya kombinasi antara pola pemasangan paving
block dan rumput gajah mini memperkecil nilai koefisien limpasan. Nilai
koefisien limpasan (C) untuk tutupan paving block pola susun bata dengan
penambahan rumput nilai koefisien limpasan (C) berkisar antara 0,40 – 0,45.
Sedangkan untuk tutupan paving block dengan pola anyaman tikar nilai koefisien
limpasan (C) berkisar antara 0,36 – 0,41 dan merupakan tutupan lahan yang
memiliki nilai koefiisien (C) terkecil dari semua variasi pengujian tutupan lahan,
baik dengan lahan tanah, paving block tanpa rumput untuk kedua pola
pemasangan paving block yaitu pola susun bata maupun anyaman tikar dan
paving block pola susun bata dengan penambahan rumput gajah mini.
Dari hasil koefisien limpasan (C) menunjukkan bahwa nilai koefisien
aliran permukaan (C) terendah didapatkan dengan penggunaan penutup lahan
paving block pola anyaman tikar dengan penambahan rumput gajah mini dan
tutupan lahan paving block pola susun bata sebagai nilai tertinggi. Nilai koefisien
aliran permukaan (C) semakin besar dengan tutupan lahan yang memiliki celah
lebih sedikit. Karakteristik masing masing material penutup lahan yang digunakan
berpengaruh terhadap nilai koefisien limpasan permukaan (C). Hasil penelitian
didapatkan bahwa dengan mengkombinasikan pola pemasangan paving block dan
penambahan penutup lahan vegetasi yaitu rumput gajah mini dengan
memamfaatkan daerah spasi antar paving maka tercipta ruang - ruang sebagai
tempat meresapnya air limpasan permukaan. Selain itu dengan adanya
penambahan rumput gajah mini berfungsi menghambat laju air limpasan
permukaan, sehingga memberikan kesempatan pada tanah untuk meresapkan air
limpasan permukaan. Hal ini dapat dikatakan bahwa dengan adanya penambahan
tanaman rumput gajah mini pada spasi paving block dapat menambah daya resap
air sehingga memperkecil nilai koefisien limpaasan permukaan (C).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat dibuat saran-saran yang
bisa digunakan sebagai pertimbangan penelitian-penelitian selanjutnya:
1. Perlu adanya penambahan variasi perbandingan luas antara paving block
dan rumput untuk melihat pengaruhnya terhadap nilai koefisien aliran
permukaan (C) .
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan penambahan variasi jenis
rumput lain dan kemiringan lahan untuk melihat pengaruhnya terhadap
nilai koefisien aliran permukaan (C) .
.
DAFTAR PUSTAKA