Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KOEFISIEN LIMPASAN PADA PERMUKAAN PAVING

BLOCK BERPORI DAN TANPA TUTUPAN LAHAN

Coefficients Analysis Of Runoff On Porous Paving Block Surfaces Without


Land Cover

Tugas Akhir
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

Oleh:

RIZKY NURWANTO
F1A 014 131

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2021
ARTIKEL ILMIAH
ANALISIS KOEFISIEN LIMPASAN PADA PERMUKAAN PAVING
BLOCK BERPORI DAN TANPA TUTUPAN LAHAN

Coefficients Analysis Of Runoff On Porous Paving Block Surfaces Without


Land Cover

Oleh :

RIZKY NURWANTO
F1A 014 131

Telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Pembimbing:

1. Pembimbing Utama

Dr. I Wayan Yasa, ST., MT. Tanggal: 5 Mei 2021


NIP. 19680918 199512 1 001

2. Pembimbing Pendamping

Ir. Anid Supriyadi, MT. Tanggal: 27 April 2021


NIP. 19660813 199403 1 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik

Jauhar Fajrin, ST., MSc Eng., Ph.D


NIP.19740607 199802 1 001

i
ARTIKEL ILMIAH
ANALISIS KOEFISIEN LIMPASAN PADA PERMUKAAN PAVING
BLOCK BERPORI DAN TANPA TUTUPAN LAHAN

Coefficients Analysis Of Runoff On Porous Paving Block Surfaces Without


Land Cover

Oleh :
RIZKY NURWANTO
F1A 014 131
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji:
Susunan Tim Penguji

1. Penguji I

Dr. Ery Setiawan, ST., MT. Tanggal: 22 April 2021


NIP. 19711227 199903 1003
2. Penguji II

Ir. LilikHanifah, MT. Tanggal: 22 April 2021


NIP. 19590610 198803 2 001
3. Penguji III

Dr. Ir. Sasmito S., MS., MPhil. Tanggal: 21 April 2021


NIP. 19570508 198602 1 001

Mataram, Mei 2021


DekanFakultasTeknik
UniversitasMataram

Akmaluddin, ST., M.Sc.(Eng)., Ph.D.


NIP.19711227 199903 1 003

ii
ARTIKEL ILMIAH

ANALISIS KOEFISIEN LIMPASAN PADA PERMUKAAN


PAVING BLOCK BERPORI DAN TANPA TUTUPAN LAHAN
Rizky Nurwanto1, I Wayan Yasa2, Anid Supriyadi3
Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram

ABSTRAK

Perkembangan laju pembangunan suatu kota yang terus mengalami peningkatan banyak
menimbulkan dampak terhadap lingkungan, dimana sebelumnya lahan terbuka yang memiliki fungsi sebagai
resapan air kini menjadi suatu lapisan aspal dan beton pada lapisan permukaanya, hal ini menimbulkan
permasalahan serius di kota kota besar, Solusi penyelesaian masalah tersebut ialah dengan cara mempercepat
resapan air hujan kedalam tanah, dengan memperbesar laju resapan kedalam tanah, membuka pori pada lahan-
lahan yang telah di beton dengan cara mengganti dengan lapisan Perkerasan tembus air (porous pavement),
Sehingga dapat mengurangi aliran diatas permukaan yang menjadi faktor permasalahan timbulnya suatu
genangan air.
Penelitian ini menggunakan 3 jenis variasi intensitas hujan yang berbeda yaitu intensitas hujan 95
mm/jam, intensitas hujan 217 mm/jam dan intensitas hujan 285 mm/jam untuk melihat pengaruh limpasan
permukaan terhadap besar intensitas hujan dengan menggunakan alat rainfall simulator dalam melakukan
pengujian limpasan permukaan. Penelitian ini menggunakan tutupan paving block berpori berbentuk persegi
ukuran 20 x 20 x 8 cm dengan 3 lubang pori di tengah-tengahnya yang masing masing memiliki diameter
lubang 1 cm. Jenis tanah yang digunakan yaitu tanah lempung berpasir dengan kondisi tidak jenuh. Pengukuran
yang dilakukan yaitu pengukuran intensitas hujan, volume limpasan, dan koefisien limpasan permukaan (C).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume limpasan yang dihasilkan tiap variasi intensitas hujan
menghasilkan volume limpasan yang berbeda di setiap variasi intensitas hujan dan tutupan lahan yang
digunakan. Volume limpasan berbanding lurus dengan Intensitas hujan, semakin besar intensitas hujan maka
semakin besar pula volume limpasan yang dihasilkan dan juga jenis tutupan lahan mempengaruhi volume
limpasan yang dihasilkan. Dari hasil pengujian untuk intensitas hujan 95 mm/jam, 217 mm/jam dan 285
mm/jam untuk tanpa tutupan lahan dihasilkan nilai koefisien limpasan (C) berkisar antara 0.12-0,13 sedangkan
untuk tutupan paving block berpori koefisien limpasan (C) berkisar antara 0,41-0,42.

ABSTRACT

The development of a city that increase has many impacts on the environment, where previously a
land which has a function as water infiltration has now become a layer of asphalt and concrete on its surface,
this is will make a serious problems in cities. To solve this problem is by accelerating the infiltration of
rainwater into the soil, by increasing the rate of infiltration into the soil, opening pores on land that has been
in concrete by replacing it with a layer of porous pavement, so that it can reduce the flow above the surface
which is a problem factor. the emergence of a puddle.
This research uses three different types of rain intensity variations, 95 mm / hour, 217 mm /hour
and 285 mm / hour to see the effect of surface runoff on the amount of rain intensity by using a rainfall simulator
tool in testing surface runoff. The research uses a porous paving block with a square shape of 20 x 20 x 8 cm
in size with 3 pore holes in the middle, each of which has a hole diameter of 1 cm. The type of soil used is sandy
loam with unsaturated conditions. Measurements made are the measurement of rain intensity, runoff volume
and runoff coefficient (C).
The results showed that intensity of rain is directly proportional to the volume of surface runoff,
using higher the rain intensity will make greater the volume of runoff produced and also the type of land cover
that influence volume of runoff produced. From the test results of 95 mm / hour, 217 mm / hour and 285 mm /
hour without land cover, the runoff coefficient (C) ranges from 0.12 to 0.13, while for porous paving block
cover the runoff coefficient (C) ranges between 0.41-0.42.

Kata kunci : Paving Block Berpori,Grass Block, Intensitas Hujan, Volume Limpasan, Koefisien Limpasan (C).

1Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Mataram


2Dosen Pembimbing Utama
3Dosen Pembimbing Pendamping

1
PENDAHULUAN tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu
Latar Belakang beton.(SNI 03-0691-1996). Seiring semakin
Perkembangan laju pembangunan suatu kota meningkatnya kesadaran akan pentingnya
yang terus mengalami peningkatan banyak pelestarian air, maka penggunaan paving blok
menimbulkan dampak terhadap lingkungan, dimana menjadi pilihan yang tepat. Setiap jenis paving
sebelumnya lahan terbuka yang memiliki fungsi
block memiliki kinerja yang berbeda dalam
sebagai resapan air kini menjadi suatu lapisan aspal
mengurangi limpasan permukaan. Area bukaan
dan beton pada lapisan permukaanya, hal ini
antar paving block merupakan peran penting
menimbulkan permasalahan serius di kota kota besar,
khususnya pada saat intensitas hujan yang cukup dalam mengurangi limpasan permukaan untuk
besar, dengan kondisi lahan yang semakin banyak meningkatkan kinerja paving block dalam

tertutup oleh perkerasan kedap air, maka akan mengurangi limpasan permukaan dan meningkatkan

meningkatkan debit limpasan permukaan (runof) laju infiltrasi, Jenis penggunaan paving blok berpori

yang menuju ke saluran terdekat. Aliran permukaan dinilai mampu untuk mempercepat proses

terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas penyerapan air yang ada di atas permukaan menuju

infiltrasi tanah, dimana dalam hal ini tanah telah ke dalam tanah. Teknologi ini mampu meningkatkan

jenuh air (Kartasapoetra dkk. 1998) sehingga luas lahan tembus air dan meningkatkan kemampuan

menyebabkan masalah genangan atau banjir. Dengan resapan lahan pada daerah perkotaan sehingga

menurunya infiltrasi, ketika intensitas air hujan yang limpasan permukaan dapat dikurangi.

tinggi tentunya akan memicu permasalahan genangan Rumusan Masalah

atau banjir yang dapat menghambat aktivitas dan Dari Uraian diatas, rumusan masalah dari

bahkan merugikan banyak orang. penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

Solusi penyelesaian masalah tersebut ialah 1. Berapakah volume limpasan yang

dengan cara mempercepat resapan air hujan kedalam dihasilkan dari variasi intensitas hujan pada

tanah, dengan memperbesar laju resapan kedalam permukaan paving block berpori dan tanpa

tanah, membuka pori pada lahan-lahan yang telah di tutupan lahan pada tanah lempung

beton dengan cara mengganti dengan lapisan berpasir?

Perkerasan tembus air (porous pavement), Sehingga 2. Berapakah nilai koefisien limpasan (C)

dapat mengurangi aliran diatas permukaan yang yang dihasilkan dari variasi intensitas hujan

menjadi faktor permasalahan timbulnya suatu pada permukaan paving block berpori dan

genangan air. tanpa tutupan lahan pada tanah lempung

Lapisan Perkerasan tembus air (porous berpasir?

pavement) merupakan suatu teknologi perkerasan Tujuan Penelitian

yang menerapkan konsep penyerapan air melalui pori Adapun yang ingin dicapau dalam

pori sehingga air bisa masuk ke dalam tanah dan penelitian ini adalah:

diserap secara langsung menjadi air tanah, Jenis 1. Untuk mengetahui volume limpasan yang

perkerasan tembus air (porous pavement) yang paling dihasilkan dari variasi intensitas hujan pada

banyak digunakan adalah paving blok. Paving block permukaan paving block berpori dan tanpa

merupakan suatu bahan bangunan yang terbuat dari tutupan lahan pada tanah lempung berpasir.

campuran semen Portland atau bahan perekat hidrolis 2. Untuk mengetahui nilai koefisien limpasan

sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan (C) yang dihasilkan dari variasi intensitas

2
hujan pada permukaan paving block Keterengan Gambar :
berpori dan tanpa tutupan lahan pada tanah A = Bukaan katup kran untuk mengatur jumlah air
lempung berpasir. yang akan dialirkan melalui jaringan pipa
METODE PENELITIAN B = Tandon air sebagai tampungan awal air
Material sebagai output hujan
Bahan yang digunakan yaitu : C = Pipa drainase/ limpasan permukaan
a. Paving Block berpori D = Tampungan limpasan permukaan
Paving block yang digunakan dalam penelitian ini E = Lahan pengujian
adalah paving block dengan ukuran 20x20x8 cm G = Lapisan infiltrasi
dengan tiga lubang pori ditengahnya dengan F = Tampungan infiltrasi
diameter lubang pori 1 cm b.Alat ukur hujan
Alat ukur hujan digunakan untuk mengukur
ketinggian hujan yang digunakan dalam pengujian
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian mengikuti bagan alir berikut :

Mulai

Studi Literatur

Pembuatan Alat Penelitian Persiapan Bahan :


1. Paving Block Berpori
2. Tanah Lempung Berpasir

Gambar 1. Paving block dengan lubang pori


b. Tanah
Uji Pendahuluan

Tanah yang digunakan dalam penelitian ini


adalah tanah yang berada di fakultas teknik
Universitas Mataram,NTB. dengan jenis tanah
lempung berpasir.
Peralatan
Peralatann yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Alat simulasi hujan yang terdiri dari bak uji yang
berukuran 2m x 1m dengan tandon penampungan
air yang dihubungkan dengan jaringan pipa sebagai
output hujan
A D

C
G Gambar 3. Bagan alir penelitian

Gambar 2. Alat rainfall simulator

3
Intensitas Hujan Tabel 1 Nilai Koefisien Limpasan
No Deskripsi lahan / karakter Koefisien C
Pengukuran intensitas hujan pada permukaan
1 Bisnis
pemodelan menggunakan alat ukur hujan . Besarnya Perkotaan 0,70 – 0,95
Pinggiran 0,50 – 0,70
intensits hujan dihitung menggunakan persamaan 2 Perumahan
Rumah tinggal 0,30 – 0,50
Multiunit terpisah, terpisah 0,40 – 0,60
berikut: Multiunit, tergabung 0,60 – 0,70
Perkampungan 0,25 – 0,40
I= d/t ................................................ (1) Apartemen 0,50 – 0,70
3 Industry
d= V/A… ........................................ (2) Ringan
Berat
0,50 – 0,60
0,60 – 0,90
4 Perkerasan
Keterangan: Aspal dan beton 0,70 – 0,95
Batu bata, grass 0,50 – 0,70
5 Atap 0,75 – 0,95
I= Intensitas hujan (mm/jam), d= ketinggian hujan
(mm), t= lama hujan (jam) 6 Halaman, tanah berpasir
Datar 2% 0,005 – 0,10
Rata – rata 2 – 7 % 0,10 – 0,15
Debit Limpasan Permukaan Curam 7% 0,15 – 0,20
7 Halaman, tanah berat
Limpasan permukaan adalah ketinggian air Datar 2% 0,13 – 0,17
Rata – rata 2 – 7 % 0,18 – 0,22
Curam 7% 0,25 – 0,35
diakibatkan oleh hujan pada rentang waktu tertentu, 8 Halaman kereta api 0,10 – 0,35
9 Taman tempat bermain 0,20 – 0,35
persamaan dasar untuk menghitung nilai koefisien 10 Taman, perkuburan 0,10 – 0,25
11 Hutan
limpasan ( Thompson D.B,2006): Datar 2% 0,10 – 0,40
Rata – rata 2 – 7 % 0,25 – 0,50
Curam 7% 0,30 – 0,60
Q = C. I. A… ................................... (3)

Keteragan: Sumber : Mc Gueen (1989) dalam suripin (2004)

Q = Debit aliran permukaan (mm3/jam) Pelaksanaan Pengujian


Pengujian menggunakan satu set alat rainfall
C = Koefisien limpasan
simulator dilengkapi dengan tempat pemodelan
I = Intensitas hujan (mm/jam)
lapisan permukaan paving block berpori dan alat ukur
A = Luas area uji (mm2) hujan. Pengujian pertama yaitu pengujian intensitas
Koefisien Limpasan hujan pada alat rainfall simulator. Pengujian ini
Koefisien limpasan permukaan diartikan menggunakan 3 jenis variasi intensitas hujan yang
sebagai bilangan yang menunjukan perbandingan berbeda, Untuk mendapatkan 3 variasi intensitas
antara laju puncak aliran permukaan terhadap hujan yang berbeda maka pipa pada alat rainfall
intensitas hujan. simulator diatur berdasarkan 3 jenis bukaan katup

Q (mm3/jam)
pipa pada alat rainfall simulator yaitu untuk intensitas
C= …....................
. I mm/jam x A (mm²) (4) hujan pertama dengan katup pipa bukaan 1/4
,intensitas hujan kedua dengan katup pipa bukaan 1/2
dan intensitas hujan ketiga dengan katup pipa bukaan
3/4, sehingga mempermudah untuk menetapkan
variasi intensitas hujan yang di rencanakan
sebelumnya yaitu intensitas hujan 50 mm/jam s/d 300
mm/jam.

4
Gambar 3. Skema bukaan katup pada alat
Gambar 6. Pengujian dengan tutupan paving block
berpori untuk 3 jenis variasi intensitas hujan
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik Tanah
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
jenis tanah yang digunakan. Pengujian ini berupa
analisis saringan dan hydrometer untuk mendapatkan
Gambar 4. Pengujian intensitas hujan dan pembagian ukuran butiran. Pengujian ini telah
keseragaman intensitas hujan dilakukan oleh widati (2019) di Laboratorium
Setelah dilakukan pengujian intensitas hujan Geoteknik dan Geodesi Jurusan Teknik Sipil
maka selanjutnya akan dilakukan pengujian limpasan Universitas Mataram. Dari hasil pengujian
permukaan tanpa tutupan dan dengan tutupan paving didapatkan gradasi butiran tanah yang mengandung
block berpori menggunakan 3 jenis variasi intensitas persentase butiran sebagai berikut:
hujan yang berbeda dari hasil pengujian intensitas Tabel 2 Nilai Koefisien Limpasan
hujan yang sudah dilakukan. Pengujian dilakukan Kerikil 3.8 %
Pasir 50.4 %
dengan tanah lempung berpasir dengan kondisi Debu 44 %
Liat 1.8 %
kering, durasi pengujian yaitu
(Sumber:Widiati (2019))
15,25,40,60,85,115,150,190,240 dan 260 menit atau
Pada tabel 2 hasil analisi saringan sampel
hingga limpasan mendekati nilai konstan.
tanah, yaitu persentase butiran. Setelah didapat hasil
tersebut, maka dilanjutkan ploting persentase butiran
di segitiga tekstur tanah untuk mengetahui jenis
tanah.

Gambar 5. Pengujian lahan tanpa tutupan untuk 3


jenis variasi intensitas hujan

Gambar 7. Grafik volume limpasan permukaan


tanpa tutupan lahan
(Sumber:Widiati (2019))

5
Dari hasil ploting segitiga, tekstur tanah
termasuk kedalam jenis tanah dengan jenis tanah
lempung berpasir.
Intensitas Hujan
Dari hasil pengujian intensitas hujan
didapatkan 3 janis variasi intensitas hujan yang akan
digunakan pada pengujian limpasan permukaan yaitu Gambar 9. Grafik volume limpasan permukaan
intensitas hujan 95 mm/jam, 217 mm/jam dan 285 dengan tutupan paving block berpori
mm/jam. Dari gambar 9. Didapatkan volume limpasan
Limpasan Permukaan dengan tutupan paving block berpori untuk setiap
Limpasan Permukaan Tanpa Tutupan Lahan dan variasi intensitas hujan berturut-turut intensitas hujan
Tutupan Paving Block Berpori Dengan Intensitas 95 mm/jam, 217 mm/jam dan 285 mm/jam yaitu
Hujan 95 mm/jam, 217 mm/jam dan 285 mm/jam. 342,5 liter, 756,3 liter dan 968,4 liter.
Dari tiga variasi intensitas hujan yang digunakan Dari hasil pengujian limpasan tanpa tutupan
pada lahan tanpa tutupan, didapatkan hasil volume lahan dan tutupan lahan paving block berpori
limpasan permukaan seperti pada grafik di didapatkan hasil volume limpasan yang berbeda di
bawah ini: setiap variasi intensitas hujan yang digunakan.
Perbedaan volume limpasan antara tanpa tutupan dan
dengan tutupan paving block berpori didapatkan hasil
volume limpasan yang cukup signifikan pada tutupan
paving block berpori seperti pada grafik di bawah ini:

Gambar 8. Grafik volume limpasan permukaan


tanpa tutupan lahan
Dari gambar 8. Didapatkan volume limpasan
yang berbeda di setiap variasi intensitas hujan
Gambar 10. Grafik volume limpasan tanpa tutupan
berturut-turut untuk intensitas hujan 95 mm/jam, 217
dan tutupan paving block berpori
mm/jam dan 285 mm/jam yaitu 106 liter, 232,8 liter
Dari Gambar 10. menunjukkan bahwa
dan 313,5 liter.
volume limpasan tertinggi dihasilkan pada pengujian
Kemudian pengujian selanjutnya sama
dengan menggunakan tutupan paving block berpori
dengan pengujian limpasan permukaan sebelumnya
diatasnya dan besar intensitas hujan mempengaruhi
namun dengan menggunakan tutupan paving block
volume limpasan yang dihasilkan. Volume limpasan
berpori diatasnya. Dari hasil pengujian didapatkan
berbanding lurus dengan besar intensitas hujannya,
hasil sebagai berikut:
semakin besar intensitas hujan maka semakin besar
pula volume limpasan yang dihasilkan, juga jenis
tutupan yang digunakan mempengaruhi volume
limpasan permukaan diatasnya.

6
Koefisien Limpasan memiliki nilai koefisien limpasan dengan
Dengan mengetahui volume limpasan kisaran C = 0,1-0,15, sedangkan untuk nilai
maka didapat debit limpasan yang kemudian koefisien limpasan dengan tutupan perkerasan
dicari koefisien limpasan menggunakan rumus Batu-bata-grass dengan kisaran C = 0,5-0,7.
rasional. Dalam penelitian ini menggunakan Jika dilihat dari jenis tanah yang digunakan dan
durasi hujan 15, 25, 40, 60,85, 115, 150, 190, penggunaan tutupan lahan diatasnya,
240 dan 260 menit dengan menggunakan 3 jenis penggunaan tutupan paving block berpori
variasi intensitas hujan yaitu intensitas hujan memiliki nilai koefisien limpasan yang lebih
pertama sebesar 95 mm/jam, intensitas hujan besar dibandingkan dengan tanpa
kedua sebesar 217 mm/jam dan intensitas hujan menggunakan tutupan lahan diatasnya, namun
ketiga sebesar 285 mm/jam. penggunaan tutupan paving block berpori jauh
Tabel 4 Rerata nilai koefisien limpasan lebih efektif dalam meresapkan air ke dalam
tanah dari penggunaan tutupan seperti
perkerasan aspal dan beton jika dibandingkan
dengan nilai koefisien limpasan menggunakan
metode rasional yaitu dengan kisaran C =07-
0,95.
Hubungan Nilai Koefisien Limpasan Permukaan
dan Waktu Terhadap Lahan Uji Untuk Setiap
Dapat dilihat pada Tabel 4. koefisien Variasi Intensitas Hujan
limpasan antara lahan tanpa tutupan dengan a. Grafik hubungan nilai koefisien limpasan dan

tutupan paving block berpori memiliki nilai waktu untuk intensitas hujan 95 mm/jam

koefisien yang berbeda yaitu untuk jenis lahan


tanpa tutupan memiliki nilai koefisien puncak
rata-rata sebesar 0,12-13 sedangkan untuk jenis
tutupan pahan paving block berpori memiliki
nilai koefisien limpasan puncak sebesar 0,41-
0,42 di setiap jenis variasi intensitas hujan. Hal Gambar 11. Grafik hubungan nilai koefisien
ini menunjukkan bahwa intensitas hujan limpasan dan waktu untuk intensitas hujan 95

mempengaruhi volume limpasan yang mm/jam


Gambar 11. menunjukkan koefisien
dihasilkan sehingga mempengaruhi terhadap
limpasan terjadi pada menit 40 yaitu untuk tanpa
nilai dan waktu terjadinya laju puncak koefisien
tutupan lahan sebesar 0,056 dan tutupan paving
limpasan (C), nilai koefisien limpasan yang
block berpori sebesar 0,188. Pada kondisi ini tanah
didapatkan hampir sama dengan perhitungan sudah jenuh terhadap air sehingga mengurangi
nilai koefisien limpasan dengan menggunakan kemampuan tanah dalam meresapkan air. Untuk laju
metode rasional seperti yang dijelaskan pada puncak koefisien limpasan lebih cepat terjadi pada
tabel 2.2 yaitu untuk jenis tanah berpasir jenis penggunaan tanpa tutupan lahan yaitu pada
menit 190 sebesar 0,129 yang merupakan nilai

7
koefisien limpasan konstan untuk intensitas hujan 95 tutupan paving block berpori untuk intensitas hujan
mm/jam. Hal ini karena lahan pada kondisi tanpa 217 mm/jam. Sedangkan pada interval waktu awal
tutupan air lebih cepat terserap ke dalam tanah yaitu menit 0 hingga 15 keduanya belum
sehingga tanah lebih cepat jenuh, sedangkan untuk mendapatkan nilai koefisien limpasan, hal ini terjadi
tutupan paving block berpori laju puncak dimulai dikarenakan lahan yang diuji menggunakan tanah
pada menit 240 sebesar 0,415 yang juga merupakan dasar yang tak jenuh air sehingga air dapat dengan
nilai koefisien limpasan konstan pada penggunaan mudah dan cepat terserap ke dalam tanah atau
tutupan paving block berpori untuk intensitas hujan kapasitas infiltasi tanah belum terpenuhi.
95 mm/jam. Sedangkan pada interval waktu awal c. Grafik hubungan nilai koefisien limpasan dan
yaitu menit 0 hingga 25 keduanya belum waktu untuk intensitas hujan 285 mm/jam
mendapatkan nilai koefisien limpasan, hal ini terjadi
dikarenakan lahan yang diuji menggunakan tanah
dasar yang tak jenuh air sehingga air dapat dengan
mudah diresapkan ke talam tanah dan juga laju
resapan air lebih cepat dibandingkan dengan laju
intensitas hujan.
b.Grafik hubungan nilai koefisien limpasan dan Gambar 13. Grafik hubungan nilai koefisien
waktu untuk intensitas hujan 217 mm/jam limpasan dan waktu untuk intensitas hujan 285
mm/jam
Dari Gambar 13. menunjukkan koefisien
limpasan lebih cepat terjadi dibandingkan dengan
penggunaan intensitas hujan 95 mm/jam dan 217
mm/jam pada tutupan paving blok berpori yaitu di
menit 15 sebesar 0,038, hal ini dikarenakan
Gambar 12. Grafik hubungan nilai koefisien
intensitas hujan 285 mm/jam yang besar sehingga
limpasan dan waktu untuk intensitas hujan 217
laju tinggi curah hujan lebih cepat daripada laju
mm/jam
resapan air ke dalam tanah, pada interval waktu awal
Dari Gambar 12. menunjukkan koefisien
ini kondisi tanah dalam keadaan kering namun
limpasan pada penggunaan tutupan paving block
tertutupi oleh perkerasan paving block berpori
berpori dimulai setelah menit 15 yaitu sebesar 0,064.
sehingga air masuk melalui pori-pori paving block
Pada kondisi ini koefisien limpasan lebih cepat
dimana kecepatan air yang masuk ke dalam tanah
terjadi akibat laju curah hujan yang tinggi sehingga
dengan laju curah hujan yang tinggi membuat air
menimbulkan genangan diatas permukaan.
tergenang terlebih dahulu di atas permukaan
Sedangkan pada penggunaa tanpa tutupan lahan
sehingga terjadi limpasan permukaan diatasnya yang
dimulai setelah menit 40 yaitu sebesar 0,056 dan
menyebabkan adanya koefisien limpasan.
terus mengalami kenaikan hingga mencapai laju
Sedangkan untuk tanpa tutupan lahan, koefisien
puncak koefisien limpasan yaitu untuk tanpa tutupan
limpasan terjadi setelah menit 15 yaitu sebesar 0,024
lahan dimulai pada menit 85 sebesar 0,136
dimana pada kondisi ini tanah sudah jenuh air
sedangkan untuk tutupan paving block berpori
sehingga menimbulkan genangan diatasnya. Laju
dimulai pada menit 150 yaitu sebesar 0,416 yang
puncak nilai koefisien limpasan juga lebih cepat
merupakan nilai koefisien limpasan konstan pada
terjadi untuk penggunaan tanpa tutupan lahan

8
daripada dengan tutupan paving block berpori yaitu mencapai laju puncak koefisien limpasan (C).
pada menit 60 sudah mencapai laju puncak koefisien Perbandingan Hasil Penelitian
limpasan sebesar 0,137, sedangkan untuk tutupan Perbandingan antara hasil penelitian yang
paving block berpori terjadi setelah menit 85 yaitu dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan hasil
sebesar 0,421 yang merupakan nilai koefisien penelitian yang dilakukan oleh penyusun di
limpasan konstan pada penggunaan tutupan paving tampilkan pada Tabel 3 sebagai berikut :
block berpori untuk intensitas hujan 285 mm/jam, hal Tabel 4. Hasill perbandingan koefisien (C)
ini dikarenakan kapasitas infiltasri tanah lebih cepat
terjadi dibandingkan dengan penggunaan tutupan
paving block berpori.
Berdasarkan hasil nilai koefisien limpasan
limpasan (C) yang dihasilkan dari pengujian, dibuat
grafik rekapitulasi nilai koefisien limpasan di setiap
variasi intensitas hujan seperti pada grafik Gambar
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa
14 di bawah ini.
nilai koefisien C pada kondisi lahan tanpa tutupan
untuk permukaan tanah lempung berpasir berada
dalam rentang nilai (C) teoritis. Sedangkan untuk
tutupan paving block berpori nilai koefisien limpasan
(C) hasil penelitian lebih kecil dari nilai C teoritis
oleh Mc Gueen (1989). Hal ini terjadi karena jenis
tanah dan faktor pemasangan paving block berpori
yaitu dengan adanya pori-pori lubang pada paving
Gambar 14. Grafik variasi intensitas hujan dan
block berpori sehingga sedikit mempercepat laju
tutupan lahan terhadap koefisien limpasan (C)
infiltasri air ke dalam tanah. Perbedaan jenis, bentuk,
Dari Gambar 14 menunjukkan bahwa
komposisi, ketebalan, dan tanah dasar paving block
nilai puncak koefisien limpasan (C) untuk setiap
berpori juga dapat mempengaruhi penyerapan air
penggunaan tutupan lahan yang sama memilki nilai
sehingga menghasilkan perbedaan hasil koefisien
puncak koefisien limpasan (C) yang berbeda di
limpasan (C).
setiap penggunaan variasi intensitas hujan 95
KESIMPULAN DAN SARAN
mm/jam, 217 mm/jam dan 285 mm/jam, yaitu untuk
Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka
intensitas hujan 95 mm/jam, 217 mm/jam dan 285
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
tanpa tutupan sebesar 0,12-0,13, sedangkan untuk
1. Volume limpasan yang dihasilkan tiap variasi
tutupan paving block berpori koefisien limpasan (C)
intensitas hujan menghasilkan volume limpasan
sebesar 0,41-0,42. Hal ini menunjukkan bahwa
yaitu untuk intensitas hujan 95 mm/jam, 217
intensitas hujan mempengaruhi volume limpasan
mm/jam dan 285 mm/jam tanpa tutupan lahan
yang dihasilkan sehingga mempengaruhi terhadap
dihasilkan volume limpasan berturut-turut
nilai dan waktu terjadinya laju puncak koefisien
sebesar 99,5 liter, 225,3 liter dan 298,5 liter
limpasan (C) dimana ketika laju puncak sudah
sedangkan untuk tutupan paving block berpori
terjadi maka volume limpasan yang dihasilkan akan
dihasilkan volume limpasan berturut-turut juga
cenderung konstan dan tidak terjadi kenaikan
sebesar 342,2 liter, 756,3 liter, dan 968,4. Dari
volume limpasan yang siginifikan ketika sudah
kedua jenis tutupan lahan yang digunakan

9
menunjukkan bahwa volume limpasan hujan 285,5 mm/jam didapatkan
berbanding lurus dengan intensitas hujan. nilai koefisien limpasan (C) yang
Semakin besar intensitas hujan maka semakin dihasilkan dengan nilai terbesar
besar pula volume limpasan yang dihasilkan juga 0,421 pada menit 85.
sebaliknya, semakin kecil intensitas hujan maka Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa
volume limpasan yang dihasilkan juga semakin nilai koefisien limpasan (C) untuk suatu jenis tutupan
kecil. permukaan lahan yang sama memiliki nilai puncak koefisien
2.
limpasan (C) yang konstan atau tetap meskipun intensitas
3. Adapun nilai koefisien limpasan yang
hujan berubah-ubah. Besarnya koefisien limpasan pada lahan
didapatkan:
tanpa tutupan lebih kecil dibandingkan dengan lahan dengan
a) Lahan tanpa tutupan untuk
tutupan paving block berpori yaitu sebesar 0,12-0,13
intensitas hujan 95,5 mm/jam
sedangkan untuk jenis tutupan paving block berpori memiliki
didapatkan nilai koefisien
nilai puncak koefisien limpasan (C) rerata sebesar 0,41-0,42
limpasan (C) yang dihasilkan
di setiap jenis variasi intensitas hujan yang digunakan.
dengan nilai terbesar 0,129 pada
Saran
menit 190.
Berdasarkan penelitian yang telah
b) Lahan dengan tutupan paving
dilakukan dapat dibuat saran-saran yang bisa
block berpori untuk intensitas
digunakan sebagai pertimbangan penelitian-
hujan 1 95,5 mm/jam didapatkan
penelitian selanjutnya:
nilai koefisien limpasan (C) yang
1. Perlu adanya penambahan variasi
dihasilkan dengan nilai terbesar
perbandingan luas area bukaan antara
0,415 pada menit 240.
paving block berpori untuk melihat
c) Lahan tanpa tutupan untuk
pengaruhnya terhadap nilai koefisien
intensitas hujan 217,8 mm/jam
limpasan permukaan (C).
didapatkan nilai koefisien
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan
limpasan (C) yang dihasilkan
variasi diameter pori-pori pada paving
dengan nilai terbesar 0,136 pada
block dan kemiringan lahan untuk melihat
menit 115.
pengaruhnya terhadap nilai koefisien
d) Lahan dengan tutupan paving
limpasan permukaan (C).
block berpori untuk intensitas
3. Perlu adanya penelitian variasi pemadatan
hujan 217,8 mm/jam didapatkan
untuk melihat pengaruhnya terhadap nilai
nilai koefisien limpasan (C) yang
koefisien limpasan permukaan.
dihasilkan dengan nilai terbesar
4. Tingkat ketelitian penelitian perlu
0,416 pada menit 240.
ditingkatkan lagi terlebih pada setiap
e) Lahan tanpa tutupan untuk
bagian alat rainfall simulator seperti pipa
intensitas hujan 285,5 mm/jam
hujan pada alat, saluran drainase dan lain-
didapatkan nilai koefisien
lain.
limpasan (C) yang dihasilkan
dengan nilai terbesar 0,137 pada
DAFTAR PUSTAKA
menit 60.
Akara, Rado,dkk. 2016. Pengaruh Intensitas Hujan
f) Lahan dengan tutupan paving Dan Penutup Lahan (LandCover)
block berpori untuk intensitas Terhadap Nilai Koefisien Aliran

10
Permukaan (C) Menggunakan Rainfall Kehilangan Tanah Pada Tanah Regosol
Simulator. Jurusan Teknik Sipil Ft Unsri. Kelabu. Master Thesis, Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Agus, F.,Yusrial, dan Sutono. 2005 .Penetapan
Tekstur Tanah.<http:// Mori K. 2006. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta :
balittanah.litbang.pertanian.go.id > . Pradnya Paramita
Diakses pada tanggal 18 juli 2019
Nanda, Rakhim, Abd., Nurnawaty., 2015. Kapasitas
Ali A, Soemarno, Purnomo M., (2013), Kajian Infiltrasi Tanah Timbunan dengan
Kualitas Air dan Status Mutu Air
Tutupan Paving Blok.Jurusan Teknik
Sungai Metro di Kecamatan Sukun Kota
Sipil Universitas Muhammadiyah,
Malang, Jurnal Bumi Lestari.
2013;13:265-274. Makasar.

Arsyad Sitanala, 2006. Konservasi Tanah dan Air. Prajna, Kadek Agus., 2020. Koefisien Limpasan
Bandung: Penerbit IPB (IPB Press) Permukaan Pada Paving Block Berpori.
Fakultas Teknik Universitas Mataram,
Artiyani, Anis., 2010. Pemanfaatan Abu Pembakaran NTB.
Sampah sebagai Bahan Alternatif
Pembuatan Paving Block. Jurnal Spectra Sedyowati, L., Suhardjono, S., et al., 2017. Runoff
Institut Teknologi Nasional, Malang. VelocityBehaviour on Smooth Pavement
and Paving Blocks SurfaceMeasured by A
Asdak C., 2007, Hidrologi dan Pengendalian Daerah Tilted Plot. Faculty of
Aliran Sungai. Yogyakarta: Engineering,Unversity of Merdeka Malang.
Gadjah Mada University Press.
Sedyowati, L., Susanti, Eko I., 2017.Effect of
Bambang Triatmodjo, 2008. “Hidrologi Terapan”. ConcreteBlock Pavement on Flow
Yogyakarta : Beta Offset Retardation Factor.Faculty ofEngineering,
Unversity of Merdeka Malang.
Haryoko, Urip. Identifikasi kekuatan dan kelemahan
komponen system informasi iklim.BMKG Saputro, Cahyo Indro., dkk. 2018. Pengaruh Jenis
Jakarta Selatan. Permukaan Terhadap Besarnya Limpasan
Air. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Harisuseno, donny., dkk. 2017. Studi Pengaruh Sifat Universitas Tidar.
Fisik Tanah Terhadap Karakteristik Laju
Infiltrasi. Universitas Brawijaya Sosrodarsono Suyono., Takeda Kensaku, (1976), Hidrologi
Untuk Pengairan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Hardjowigeno, S., 1992, Ilmu Tanah, Mediyatama
Sarana Perkasa, Jakarta. Suripin.2004. Sistem Drainase Perkotaan yang
Berkelanjutan. Yogyakarta.
Hardiyatmo, H.C. 2006. Mekanika Tanah I. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta SNI 03-0691-1996. 1996. Bata beton (Paving block).
Badan Standarisasi Nasional. Bandung.
Indarto. 2010. Hidrologi. Bumi Aksara: Jember
Widiati, Asri Resmi. 2019. Pengaruh Penambahan
Kartasapoetra, G.dkk. 1998. Teknologi Konservasi
Rumput dan Variasi Pola Pemasangan
Tanah danAir. Penerbit Bina Aksara.
Paving Block Terhadap Limpasan
Jakarta 196 hal.
Permukaan.Fakultas Teknik Universitas
Khairunnisa Audrey Vinny, dkk. 2018. Pengaruh Mataram, NTB.
Variasi Kemiringan Dan Penutup Lahan
(Land Cover) Terhadap Debit Aliran
Permukaan Menggunakan Rainfall
Simulator. Program Studi Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Kusmana C, BI Setiawan, Istomo, DR Nurromat, S


Hardjoamidjojo. 2008. Menumbuh
kembangkan Implementasi Hutan Tanaman
di Indonesia. Bogor: Departemen
Silvikultur-Fakultas Kehutanan IPB.

Martono, 2004. Pengaruh Intensitas Hujan Dan


Kemiringan Lereng Terhadap Laju

11

Anda mungkin juga menyukai