Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi konstruksi bangunan akhir-akhir ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal
ini bisa dilihat dari pesatnya pembangunan yang dilakukan baik di dalam negeri maupun di
luar negeri. Seiring perkembangan tersebut dituntut pula teknologi yang sesuai dan
memadai dengan kebutuhan yang ada. Para engineer juga sudah banyak yang melakukan
inovasi dalam dunia konstruksi ini baik dalam hal structural seperti teknologi bahan beton
atau baja maupun dalam hal desain. Dalam suatu struktur bangunan, tanah merupakan bagian
yang penting karena kebanyakan semua bangunan menumpu pada suatu lapis tanah. Pada
suatu jenis tanah, tidak menutup kemungkinan yang muncul baik dari segi daya dukung
maupun penurunan akibat beban yang menumpu pada tanah tersebut. Dari permasalahan
yang muncul tersebut, para engineer berusaha melakukan inovasi untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Salah satu contoh kasus adalah dalam hal penurunan yang terlalu
besar pada suatu jenis lapis tanah akibat adanya beban dari suatu konstruksi gedung
ataupun bangunan lain. Pada penurunan tanah yang terlalu besar tersebut mengakibatkan
masalah pada konstruksi yang dibangun di atasnya seperti halnya retak yang terjadi pada
bagian struktur balok maupun kolom gedung tersebut. Selain pada gedung, penurunan yang
terlalu besar juga berakibat buruk pada struktur perkerasan jalan.

Dalam penulisan tugas matakuliah ini, penulis mengangkat topik penggunaan


prefabricated vertical drain (PVD) pada perencanaan lapangan penumpukan peti kemas
pada pelabuhan tanjong emas Semarang. Kita tahu bahwa peti kemas merupakan beban
dengan massa yang tinggi. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya
penurunan pada lapangan penumpkan peti kemas tersebut. Untuk mengatasi masalah
penurunan yang terlalu besar tersebut, perlu dilakukan perbaikan terhadap tanah yang
bersangkutan dengan melakukan berbagai perlakuan yang bisa memperbaiki kualitasnya
misalanya dengan melakukan pembebanan untuk mempercepat proses konsolidasi tanah
tersebut ataupun dengan memanfaatkan teknologi PVD ( prefabricated Vertical Drain) yang
juga bisa mempercepat proses konsolidasi dan meningkatkan daya dukung dari tanah
tersebut.

1.2 Lingkup Bahasan


Dalam penulisan tugas Makalah perbaikan tanah ini terdapat dua tahap dalam
penyusunannya, diantaranya :

a. Tahap pengumpulan informasi


Dalam tahap ini digunakan metode pustaka atau studi literature yaitu dengan
mencari informasi tentang permasalahan yang terjadi pada objek yang dituju dari
internet dan studi literature dari buku mengenai masalah yang akan dibahas sebagai
referensi.

b. Tahap pembahasan

Dalam tahap ini masalah yang ada akan dibahas dan dipahami dengan mengacu pada
sumber yang ada serta memadukannya dengan teori-teori yang sudah ada.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari pembahasan kasus yang diambil ini antara lain:
a. Informasi yang didapat berasal literature buku dan internet
b. Pembahasan yang diterapkan adalah sebatas pengkajian masalah yang ada dengan
mengacu pada buku-buku yang berkaitan dengan teori perbaikan tanah dan sumber dari
internet

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsolidasi
Penambahan beban diatas permukaan tanah dapatmenyebabkan lapisan tanah dibawahnya
mengalami pemampatan Braja M. Das, 1985, mendefinisikan konsolidasi sebagai proses
keluarnya air atau udara dari dalam pori tanah, deformasi partikel tanah, relokasi partikel
yang disebabkan oleh beban tambahan pada tanah. Secara umum penurunan pada tanah
yang disebabkan oleh pembebanan dibagi menjadi penurunan konsolidasi (consolidation
settlement) dan penurunan segera (immdiate settlement). Kecepatan konsoilidasi tanah
sangat dipengaruhi oleh jenis tanah dan koefisien rembesan pada tanah. Untuk
menghitung besarnya konsolidasi yang terjadi Braja M. Das memberikan beberapa
perumusan sesuai dengan kondisi tanah, yaitu:

S= Cc.H 1 +e0 log (Po+ ∆ P Po)

Persamaan diatas adalah untuk tanah terkonsolidasi normal(normally consolidated),


sedangkan untuk tanah terkonsolidasi lebih (overconsolidated), persamaannya adalah:
S=Cs.H1 +e0log (Po+ ∆ P Po)

Dimana :
S = total konsolidasi
Cc = indeks pemampatan
Cs = indeks pemuaian
eo = angka pori awal tanah
po = tekanan overburden tanah
∆ P = penambahan tekanan vertikal pada tanah

2.2 Settlement ( penurunan )


Jika lapisan tanah terbebani, maka tanah akan mengalami regangan/penurunan
(settlement). Regangan yang terjadi dalam tanah ini disebabkan oleh deformasi partikel
tanah maupun relokasi partikel serta pengurangan air/udara dari dalam pori
tanah tersebut. Settlement yang disebabkan oleh pembebanan dibagi dalam 2 yaitu:

a. Immediate settlement(penurunan langsung) Merupakan pemampatan yang diakibatkan


oleh perubahan elastistanah tanpa adany a perubahan kadar air. Perhitungan
pemampatan segera ini umumnya didasarkan pada pemampatan yang diturunkan dari teori
elastisitas.

b. Consolidation settlement(penurunan akibat beban) Penurunan total dari tanah berbutir


halus yang jenuh air adalah jumlah dari penurunan segera dan penurunan
konsolidasi. Penurunan konsolidasi masih dapat dibagi lagi menjadi penurunan akibat
konsolidasi primer dan penurunan akibat konsolidasi sekunder. Besarnya
amplitudo/penurunan tanah total menurut Das (1985) adalah :

St= Si+ Scp+ Scs+ Slat

dimana :
St = total settlement
Si = immediate settlement
Scp = consolidation primer settlement (Merupakan hasil dari perubahan volume tanah jenuh
air sebagai akibat keluarnya air yang menempati pori-pori tanah). Scs = consolidation
secondary settlement (Merupakan akibat dari perubahan plastis tanah).
Slat= settlement akibat pergerakan tanah arah lateral.

2.3 Prefabricated Vertical Drain (PVD)


Sering dijumpai dalam perencanaan bahwa preloading masih memerlukan waktu yang
terlalu lama (umumnya lebih dari 1 tahun) padahal proyek tidak dapat menunggu selama
itu. Untuk mempercepat konsolidasi, digunakan vertical drain. Cara ini diterapkan pada
tanah dimana pemampatan terjadi Sebagian besar akibat konsolidasi primer (primary
consolidation). Vertical drainumumnya berupa tiang-tiang vertikal yang mudah
mengalirkan air (berwujud sand drain/tiang pasir atau dari bahan geosintetis yang dikenal
dengan "wick drain" atau juga dikenal sebagai Prefabricated Vertical Drain ).
Tiang-tiang atau lubang-lubang tersebut dipasang di dalam tanah pada jarak tertentu
sedemikian rupa sehingga memperpendek jarak aliran drainase air pori (drainage path).
Waktu yang diperlukan untuk mencapai derajat konsolidasi tertentu adalah fungsi dari
tebal/panjang lapisan aliran drainase (drainage path), yang akan dibahas lebih lanjut di
subbab berikutnya. Masalah utama dari adanya timbunan tinggi adalah
masalah konsolidasi atau penurunan pada tanah dasar. Untuk mencegah terjadinya
hal tersebut maka perlu adanya perencanaan perbaikan tanah dasar. Penggunaan Vertikal
Drain paling cocok atau sesuai untuk perbaikan tanah lempung kelanauan atau jenis tanah
yang compressible. Untuk mengatasi kelongsoran seperti pekerjaan reklamasi di atas tanah
lempung lunak –sangat lunak, mempercepat konsolidasi maka praktisi sering
menggunakan teknologi PVD (Prefabricated Vertical Drain). Teknologi ini mempercepat
proses konsolidasi dan meningkatkan kuat dukung tanah
sehingga permasalahan kelongsoran dapat dicegah. Kelemahan teknologi ini, pada
kenyataannya penurunan global masih sering terjadi, seperti kasus di Pelabuhan Tanjung
Mas, Semarang; ruas-ruas jalan di Jawa sisi utara: Lamongan; perumahan mewah pantai
kapuk Jakarta, Laguna Surabaya.

BAB III
PEMBAHASAN

Terminal Petikemas Semarang (TPKS) terminal container internasional yang dibentuk


sejak 1 Juli 2001 (sesuai Kep. Direksi PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III Nomor :
KEP.46 /RP.1.08 / P.III-2001 tanggal 29 Juni 2001) menjadi Terminal
Operator Pelayanan Jasa Handling Container International. TPKS setiap bulan dikunjungi
rata-rata 50 kapal berbendera asing, terdiri dari 90% Feeder serta 10% Direct Service,
sedangkan produksi rata-rata 420.000 Teu's petikemas/tahun. Pelabuhan Tanjung Emas
Semarang pada umumnya dan lapangan penumpukannya pada khususnya memiliki peran
strategis dalam menunjang kegiatan arus lalu lintas transportasi angkutan laut dan sebagai
penggerak dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah Timur. Setiap tahun
pertumbuhan arus barang terutama dan Indonesia Bagian peti kemasnya baik domestic
maupun internasional di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang mengalami peningkatan melebihi
kapasitas yang ada. Adapun proyeksi produktivitas bongkar muat peti kemas tahun 2004-
2009, baik untuk ekspor, full import, dan empty import akan selalu meningkat. Sehingga
perlu adanya pengembangan areal lapangan penumpukan untuk menampung arus overflow dari
muatan petikemas yang tidak tertangani di Pelabuhan Tanjung Emas seluruhnya.

Berdasarkan konsep Denah Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Emas
Semarang lokasi yang diusulkan adalah di Pantai Utara Semarang, dimana pengembangan
yang akan dilakukan diantaranya adalah Reklamasi lapangan penumpukan seluas 5250 m 2.
Namun permasalahan muncul dalam perencanaan ini. Yaitu kondisi tanah Semarang yang
jelek apalagi tanah terletak di laut dan kondisi gelombang yang besar dari Barat
Laut.Hingga benar-benar diperlukan perencanaan yang betul dengan dilakukan perbaikan
tanahnya terlebih dahulu agar tidak terjadi kegagalan struktur yang berakibat fatal. Dalam
penanganan masalah kondisi tanah yang jelek ini dilakukan perlakuan perbaikan tanah
tersebut dengan menggunaan prevabricated vertical drain (PVD). Masalah utama dari adanya
timbunan tinggi adalah masalah konsolidasi atau penurunan pada tanah dasar. Untuk
mencegah terjadinya hal tersebut maka perlu adanya perencanaan perbaikan tanah dasar.
Penggunaan Vertikal Drain paling cocok atau sesuai untuk perbaikan tanah lempung
kelanauan atau jenis tanah yang compressible. Perlakuan ini dilakukan untuk mempercepat
konsolidasi tanah setempat serta untuk meningkatkan daya dukungnya. Untuk kebutuhan
dan tipe kebutuhan vertical drain bisa dilihat pada table di bawah ini:

PVD umumnya berbentuk pita (band-shaped) dengan sebuah inti plastik beralur yang
dibungkus dengan selubung filterterbuat dari kertas atau atau susunan platik tak beranyam
(non woven plastic fabric). Ukuran yang biasa digunakan yaitu lebar 10 cm dan tebal 0.4 cm.
Biasanya gangguan yang disebabkan oleh penggunaan system drainase dengan PVD ini lebih
kecil disbanding dengan system sand drain yang konvensional. Alat yang biasanya
digunakan untuk membuat lubang drainase dengan PVD ini bernama stitcher.

Perkembangan vertical drains sendiri sudah dimulai sejak tahun 1925, dimana D.J.Moran
seorang insinyur berkebangsaan Amerika memperkenalkan pemakaian drainase dari kolom-
kolom pasir untuk stabilitas tanah pada kedalaman yang besar. Kemudian untuk pertama
kalinya instalasi drainase ini digunakan di California dan seiring dengan berjalannya waktu,
tipe drainase ini dikenal dengan istilah drainase vertikal (vertical drain). Pada tahun 1936,
diperkenalkan sistem drainase menggunakan bahan sintetis oleh Kjellman di Swedia. Setelah
di tes di beberapa tempat pada tahun 1937 dengan bahan cardboard, lantas mendapat
sambutan yang hangat oleh para ilmuwan. Sejak saat itu, pengembangan vertical drain
dilanjutkan dengan berbagai macam bahan. Dengan digunakannya prefabricated vertical
drains, waktu yang dibutuhkan untuk konsolidasi melalui teknik preloading pun menjadi
semakin singkat dan penurunan/settlement yang terjadi juga dapat direduksi. Bahkan
proses installasi nya pun saat ini sudah semakin berkembang dimana prefabricated vertical
drain dapat mencapai kedalaman 60 m dengan laju 1 m/dt. Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa tanah lempung lunak memiliki permeabilitas yang rendah, sehingga
membutuhkan wak tu yang lama untuk meny eles aikan konsolidasi. Untuk
mempersingkat waktu konsolidasi tersebut, drainase vertical (vertical drains)
dikombinasikan dengan teknik preloading. Vertical drain tersebut sebenarnya
merupakan jalur drainase buatan yang dimasukkan kedalam lapisan lempung. Dengan
kombinasi preloading, air pori diperas keluar selama konsolidasi dan mengalir lebih cepat
pada arah horizontal daripada arah vertikal. Selanjutnya, air pori tersebut mengalir sepanjang
jalur drainase vertikal yang telah diinstalasi. Oleh karena itu, vertical drain berfungsi untuk
memperpendek jalur drainase dan sekaligus mempercepat proses konsolidasi. Metode
tradisional yang digunakan dalam pemasangan vertical drains ini yaitu dengan membut
lobang bor pada lapisan lempung dan mengisi kembali dengan pasir yang bergradasi sesuai
titik. Ukuran diameternya sekitar 200 - 600 mm dengan panjang saluran sedalam lebih dari
5 meter. Karena tujuannya untuk memperpendek panjang lintasan pengaliran, maka jarak
antar drainase merupakan hal yang terpenting. Adapun beberapa langkah pengerjaan yang
dilakukan untuk perbaikan tanah menggunakan vertical drains, sebagai berikut:

- Uji laboratorium terhadap sampel tanah yang diambil dari titik pengamatan di lapangan
menggunakan alat sondir

- Perencanaan vertical drains dengan menggunakan data yang diperoleh dari uji laboratorium,
seperti Indeks pemampatan (Cc) dan Koefisien konsolidasi (Ch). Lalu ditentukan diameter
drainase, jarak, dan kedalamannya.
- Analisa stabilitas tanah dan settlement/penurunan

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Terminal peti kemas di pelabuhan Tajung Emas Semarang merupakan prasarana untuk
menaikkan ataupun menurunkan peti kemas baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Dengan semakin bertambahnya jumlah peti kemas yang perlu ditangani di Pelabuhan ini
menyebabkan perlu adanya pengembangan lapangan terminal tersebut. Dalam
pengembangan terminal tersebut tidak lepas dari permasalahan yang muncul de ngan
adanya beban peti kemas yang
dita mpun g di tem pat ters ebut. permaslahan yang terjadi diantaranya pada penurunan
tanah setempat akibat pembebanan dari peti kemas tersebut. selain itu permasalahan yang ada
ditimbulkan akibat kondisi tanah yang jelek. Sehingga untuk menangani masalah ini perlu
adanya perlakuan untuk tujuan perbaikan tanah setempat. Dalam hal ini digunakan
teknologi prefabricated vertical drain (PVD) untuk mengatasi masalah tanah tersebut. PVD
mampu mempercepat proses konsolidasi dan meningkatkan daya dukung tanah serta
sangat cocok untuk mengatasi masalah kualitas tanah yang kurang baik.
4.2 Saran
Dalam penulisan tugas ini tidak lepas dari kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena
itu saran yang mendukung sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai