Anda di halaman 1dari 6

SISTEM CAKAR AYAM PADA TANAH EKSPANSIF

1. Tanah Ekspansif

Tanah ekspansif sering menimbulkan banyak masalah kerusakan pada perkerasan jalan
raya. Perkerasan yang terletak pada tanah dasar ekspansif sering membutuhkan biaya
pemeliharaan dan rehabilitasi yang sangat besar sebelum perkerasan mencapai umur
rancangannya. Perkerasan jalan, bila dibangun pada tanah-dasar (subgrade) ekspansif, maka
kondisi lingkungan yang akan mempengaruhi perubahan kadar air tanah-dasar tersebut harus
dievaluasi dan diinterpretasikan terhadap kemungkinan pengaruhnya terhadap kembang susut
tanah. Penanganan tanah ekspansif dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pencampuran
tanah dengan kapur, semen atau abu terbang, stabilisasi dengan pemberian bahan tambahan,
stuktur penghalang kelembaban (moisture barrier), pengendalian kepadatan dan kadar air dari
material tanah-dasar, dan lain-lain. Sistem cakar ayam yang dilengkapi dengan pelat
penghalang kelembaban vertikal dapat dipertimbangkan sebagai salah satu penyelesaian guna
mengurangi kerusakan perkerasan kaku akibat kembang-susut tanah dasar.

Gambar 1.1 Sistem Cakar Ayam sebagai perkerasan kaku yang dilengkapi dengan
penghalang kelembaban vertikal.

Tanah ekspansif (expansive soil) adalah istilah yang digunakan


pada material tanah atau batuan yang mempunyai potensi penyusutan atau pengembangan
oleh pengaruh perubahan kadar air. Tanah-tanah lempung yang banyak mengandung
banyak mineral montmorillonite mengalami perubahan volume yang signifikan, ketika
kadar air berubah. Pengurangan kadar air menyebabkan lempung menyusut, dan sebaliknya
bila kadar air bertambah lempung mengembang.
Jika tanah mempunyai potensi pengembangan, maka tanah juga mempunyai potensi
penyusutan oleh perubahan kadar air tersebut. Jadi, istilah tanah ekspansif dan potensi
pengembangan (swelling barrier), umumnya digunakan untuk menunjukkan tanah yang
mudah mengalami kembang-susut.
Deformasi oleh akibat pengembangan tanah, umumnya menghasilkan permukaan yang
tidak beraturan, dan tekanan pengembangan yang dihasilkan dapat mengakibatkan kerusakan
serius pada bangunan gedung ringan dan perkerasan jalan yang berada di atasnya. Deformasi
tanah oleh pengembangan ini sulit diprediksi dengan menggunakan teori-teori elastis maupun
palstis

Gambar 1.2 Foto kerusakan jalan akibat kern bang sus ut tanah dasar di
ruas jalan Surakarta - Purwodadi, Jawa Tengah.

Faktor utama yang perlu diidentifikasi di lapangan terkait dengan pembangunan di atas
tanah ekspansif, bila faktor kembang-susut menjadi masalah, adalah:
1. Sifat-sifat kembang susut tanah.
2. Kondisi lingkungan yang menyokong perubahan kadar air tanah di lapangan.
Jika perkerasan jalan dibangun pada tanah-dasar (subgrade) ekspansif, maka kondisi
lingkungan yang akan mempengaruhi perubahan kadar air tanah-dasar tersebut harus
dievaluasi dan di interprestasikan terhadap kemungkinan pengaruhnya terhadap kembang
susut tanah. Pada tanah-dasar dari perkerasan jalan yang ekspansif, kenaikan kadar air
akan diikuti oleh gerakan perkerasan ke atas oleh pengembangan tanah.
Adapun sumber air yang dapat mempengaruhi fluktuasi kadar air tanah di bawah
perkerasan umumnya berasal dari :
1. Kenaikan muka air tanah.
2. Pecah atau bocornya saluran air bawah tanah. Bocoran sering sudah berlangsung lama
tanpa diketahui.
3. Air yang berasal dari air hujan, rembesan air saluran irigasi, penyiraman tanaman dan
sebagainya.
4. Migrasi uap air (kelembaban) akibat perbedaan suhu juga dapat mengakibatkan
pengembangan tanah .
Tanah ekspansif telah menimbulkan banyak masalah kerusakan pada perkerasan jalan
raya. Hal ini, karena perkerasan merupakan struktur yang ringan dan sifat bangunannya
meluas. Perkerasan yang terletak pada tanah-dasar ekspansif sering membutuhkan biaya
pemeliharaan dan rehabilitasi yang besar sebelum perkerasan mencapai umur
rancangannya.

Kerusakan pada perkerasan yang terletak pada lempung ekspansif akan nampak dalam
bentuk-bentuk seperti berikut ini:

1. Ketidakrataan permukaan yang signifikan di sepanjang jalan, dengan atau tanpa retak
atau kerusakan lain yang dapat di lihat dengan nyata
2. Retak memanjang, sejajar dengan sumbu perkerasan jalan.
3. Deformasi lokal yang signifikan, sebagai contoh di dekat gorong-gorong yang biasanya
diikuti dengan retak lateral.
4. Kegagalan lokal perkerasan yang diikuti dengan disintegrasi permukaannya.
Contoh kerusakan jalan di Purwodadi-Surakarta akibat pengembangan tanah-dasar.Di
lokasi ini, akibat kembang-susut tanah-dasar menimbulkan ketidakrataan permukaan
dan retak-retak memanjang yang sangat parah, sehingga menggaanggu kenyamanan
lalu-lintas.

2. Perancangan Sistem Cakar Ayam Pada Tanah Ekspansif


Dalam aplikasi pada tanah dasar ekspansif, Sistem Cakar Ayam harus dirancang kuat
terhadap tekanan pengembangan yang bekerja di bagian bawah pelat. Pengembangan
tanah dasar yang bergantung pada gerakan kelembaban air dari pinggir menuju ke
tengah, merupakan faktor yang komplek bila digambarkan dalam diagram tekanan.
Mekanisme momen perlawanan cakar Sistem CAM terhadap gerakan naik pelat akibat
pengembangan tanah dasar diilustrasikan oleh Hardiyatmo (2008) dalam Gambar
4.20. Ketika terjadi kenaikan kadar air akibat hujan di bagian tepi perkerasan, tanah
di bagian ini mengembang sehingga pelat cakar ayam cenderung terangkat ke atas.
Kenaikan pelat di bagian tepi ini, dilawan oleh momen perlawanan cakar, sehingga
pelat perkerasan cenderung tetap rata. Untuk kondisi tersebut, Hardiyatmo (2008)
mengusulkan metode pendekatan yang didasarkan pada asumsi bahwa tekanan
pengembangan ( s) bervariasi secara linier, dengan bagian maksimum ( s-mak) pada
bagian pinggir pelat Cakar Ayam. Bila terjadi kenaikan tanah di dalam Sistem Cakar
Ayam, dan bila beban ke bawah oleh berat cakar relatif kecil, maka beban terbagi rata
yang melawan pengembangan hanya diperhitungkan akibat beban pelat beton saja, yaitu
q = tp x beton (tp = tebal pelat beton dan beton = berat satuan material pelat). Besarn
ya kenaikan tanah tidak akan melebihi kenaikan tanah yang dihitung berdasarkan
besarnya potensi pengembangan pada setiap lapisan tanah di bawahnya (potensi
pengembangan S = ∆H/H x 100%, dengan H = tinggi lapisan tanah awal dan ∆H
=pengembangan). Bila terjadi kombinasi beban antara beban kendaraan dan tekanan
pengembangan, maka lendutan dapat ditentukan dengan cara supersisi dari hitungan
keduanya.

Gambar 1.3 Mekanisme momen perlawanan cakar terhadap gerakan naik

pelat akibat pengembangan tanah dasar (Hardiyatmo,2008)

Hardiyatmo et al. (2009) mengusulkan mekanisme pembebanan pada Sistem Cakar


Ayam tanpa pelat penutup tepi yang terletak pada tanah ekspansif, dengan memperhatikan
3 kasus. sebagai herikut (Gambar 1.4):

• Kasus 1 (Gambar 1.4a): perubahan kadar air terbesar berada pada bagian tepi pelat,
sehingga tekanan pengembangan tanah maksimum (s-maks) berada pada bagian tepi
pelat. Kondisi initerjadi di awal musim hujan, di mana tanah di bagian bahu
mengembang lebih dulu.
• Kasus 2 (Gambar 1.4b): seiring dengan berjalannya waktu yangrelatif lama, maka
perubahan kadar air tanah sampai ke tengah pelat, sehingga tekanan pengembangan
tanah terbagi rata di bawah pelat.

• Kasus 3 (Gambar 1.4c): pada musim kemarau pada bagian tepi pelat mengalami
penyusutan atau penurunan kadar air dan dibagian tengah pelat belum mengalami
pengurangan kadar air sehingga tekanan pengembangan maksimum (s-max ) berada
dibagian tengah pelat.

Gambar 1.4 Mekanisme pembebanan Sistem Cakar Ayam pada tanah

ekspansif (Hardiyatmo et al., 2009).


Pada Sistem Cakar Ayam yang dilengkapi dengan pelat penutup tepi (koperan),
maka pelat penutup ini sekaligus berfungsi sebagai penghalang kelembaban vertikal
(vertical moisture barrier), yaitu menjaga kadar air dalam zona di bawah Sistem Cakar
Ayam konstan. Kedalaman/tinggi pelat beton untuk penghalang kelembaban (koperan) ini
antara 0,5~1,20 m (Hardiyatmo, 2006), bergantung pada potensi pengembangan dan
kedalaman zona aktif di lokasi rencana jalan. Karena cakar juga berfungsi untuk
melawan kenaikan pelat akibat pengembangan, maka pelat penutup tepi dengan tebal
10~12 cm dan tinggi 50 cm cukup memadai.

Perilaku Sistem Cakar Ayam Modifikasi pada tanah ekspansif masih da1am
penelitian intensif lebih lanjut oleh Hary Christady Hardiyatmo dan Bambang Suhendro
sejak tahun 2009. Penelitian yang dilakukan, meliputi uji model di lapangan dengan skala
1 : 1 (full scale) untuk Sistem Cakar Ayam Modifikasi pada tanah ekspansifyang
dilakukan di daerah Sedan-Sariharjo-Sleman, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai