BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari pembuatan Tugas Besar Perencanaan Terbang
adalah:
1. Agar mahasiswa dapat menganalisa dan menentukan arah angin dominan dalam
penetapan arah landasan pacu (runway).
2. Agar mahasiswa dapat mendesain komponen geometrik Bandar udara (runway,
taxiway, apron, terminal dan bangunan pelengkapnya).
3. Agar mahasiswa dapat mendesain tebal perkerasan runway, taxiway, apron.
BAB II
Dengan pusat mawar angin sebagai titik pusat, lembaran itu diputar di
atas mawar angin sampai jumlah dari persentase yang tercakup di antara garis
tepi maksimum, apabila salah satu garis tepi pada lembaran itu membagi
suatu segmen arah angin, bagian yang terbagi itu dihitung secara visual
dengan pembulatan 0,1%. Langkah berikutnya adalah membaca arah
landasan pacu skala sebelah luar mawar angin, dimana garis tengah pada
lembaran itu memotong skala arah. Sebagai langkah pertama dalam hal ini
adalah memplot data kecepatan dan arah angin ke dalam mawar angin yaitu
lingkaran yang terdiri dari berbagai sektor arah angin dan kecepatan angin.
a) Arah N – S.
b) Arah NE – SW.
c) Arah W – E.
d) Arah NW – SE.
Turboprop Aircraft
Runway
MSTOW Avg. #
Aircraft Wingspan Length # Engines required
(lb) Seats
(ft)
Beech
54'06" 57'10" 16600 2 19 3300
1900c
Shorts 360 74'10'' 70'10" 27100 2 35 4300
Dornier 328-
68'10'' 68'08" 27557 2 30 3300
100
SAAB 340
70'04" 64'09" 28500 2 37 4200
B
AT-42-300 80'06" 74'05" 36815 2 45 3600
EMB 120 64'11" 65'7" 26433 2 30 5200
Runway
Manufactu Wheel MSTOW Avg. #
Aircraft Wingspan Length Wheel Base # Engines required
rer Track (lb) Seats
(ft)
Airbus
A-319 111'25'' 111'02'' 41'33'' 24'93'' 141095 2 140 5800
Industrie
McDonnell-
MD-87 107'10'' 130'05'' 62'11'' 16'08'' 149500 2 135 7600
Douglas
McDonnell-
MD-90-30 107'10'' 152'07'' 77'02'' 16'08'' 156000 2 165 6800
Douglas
Airbus
A-320-200 111'03" 123'03'' 41'05'' 24'11'' 158730 2 160 5700
Industrie
B-737-800 Boeing 112'06'' 124'11'' 50'09'' 18'8'' 172445 2 175
B-727-200 Boeing 108'00'' 153'03'' 63'03'' 18'09'' 184800 3 165 8600
B-757-200 Boeing 124'10'' 155'03'' 60'00'' 24'00'' 220000 2 210 5800
Jet Aircraft Greater than 250,000 lb MSTOW (Wide Body Jets)
Airbus
A310-300 144'00'' 153'01'' 49'11'' 31'06'' 330690 2 240 7500
Industrie
B-767-300 Boeing 156'01'' 180'03'' 74'08'' 30'06'' 345000 2 275 8000
Airbus
A-300-600 147'01'' 175'06'' 61'01'' 31'06'' 363765 2 310 7600
Industrie
L-1011-500 Lockheed 164'04'' 164'03'' 61'08'' 36'00'' 510000 3 290 9200
B-777-200 Boeing 199'11'' 209'01'' 84'11'' 36'00'' 535000 2 375 8700
McDonnell-
DC-10-40 165'04'' 182'03'' 72'05'' 35'00'' 555000 3 325 9500
Douglas
Airbus
A-340-200 197'10'' 195'00'' 62'11'' 16'09'' 558900 4 320 7600
Industrie
McDonnell-
DC-10-30 165'04'' 182'03'' 72'05'' 35'00'' 572000 3 320 9290
Douglas
McDonnell-
MD-11 170'06'' 201'04'' 80'09'' 35'00'' 602500 3 365 9800
Douglas
B-747-SP Boeing 195'08'' 184'09'' 67'04'' 36'01'' 630000 4 315 7000
B-747-400 Boeing 213'00'' 231'10'' 84'00'' 36'01'' 800000 4 535 8800
Sumber: Planning & Design of Airports (Robert Horonjeff & Francis .S Mckelvey ) 1994
(1) Berat kosong operasi (Operating Weight Empty = OWE) adalah beban
utama pesawat, termasuk awak pesawat dan konfigurasi roda pesawat
tetapi tidak termasuk muatan (payload) dan bahan bakar.
(2) Muatan (Payload) adalah beban pesawat yang diperbolehkan untuk
diangkut oleh pesawat sesuai dengan persyaratan angkut pesawat.
Biasanya beban muatan menghasilkan pendapatan (beban yang dikenai
biaya). Secara teoritis beban maksimum ini merupakan perbedaan antara
berat bahan bakar kosong dan berat operasi kosong.
(3) Berat bahan bakar kosong (Zero Fuel Weight = ZFW) adalah beban
maksimum yang terdiri dari berat operasi kosong, beban penumpang
dan barang.
(4) Berat Ramp maksimum (Maximum Ramp Weight = MRW) adalah beban
maksimum untuk melakukan gerakan, atau berjalan dari parkir pesawat
ke pangkal landasan pacu. Selama melakukan gerakan ini, maka akan
terjadi pembakaran bahan bakar sehingga pesawat akan kehilangan berat.
(5) Berat maksimum lepas landas (Maximum Take Off Weight = MTOW)
adalah beban maksimum pada awal lepas landas sesuai dengan bobot
pesawat dan persyaratan kelayakan penerbangan. Beban ini meliputi
berat operasi kosong, bahan bakar dan cadangan (tidak termasuk bahan
bakar yang digunakan untuk melakukan gerakan awal) dan muatan
(payload).
(6) Berat maksimum pendaratan (Maximum Landing Weight = MLW) adalah
beban maksimum pada saat roda pesawat menyentuh lapis keras
(mendarat) sesuai dengan bobot pesawat dan persyaratan kelayakan
penerbangan.
Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian beban pesawat saat
pengoperasian dirangkum dalam Tabel 2.2 berikut:
Catatan:
Tabel 2.3 Konvensi Penamaan Standar untuk Konfigurasi Gear Pesawat Umum
a) Koreksi elevasi
Menurut ICAO bahwa panjang runway bertambah sebesar 7% setiap
kenaikan 300 m (1000 ft) dihitung dari ketinggian di atas permukaan laut.
Maka rumusnya adalah:
b) Koreksi temperatur
Pada temperatur yang tinggi dibutuhkan runway yang lebih panjang sebab
temperatur tinggi akan menyebabkan density udara yang rendah. Sebagai
temperatur standar adalah 15˚C. Menurut ICAO panjang runway harus
dikoreksi terhadap temperatur sebesar 1% untuk setiap kenaikan 1˚C.
Sedangkan untuk setiap kenaikan 1000 m dari permukaaan laut rata-rata
temperatur turun 6.5˚C.
Dengan dasar ini ICAO menetapkan hitungan koreksi temperatur dengan
rumus:
Persentase Pertambahan
Kekuatan angin
Pengurangan Runway
+5 -3
+10 -5
-5 +7
Sumber: Merancang, merencana lapangan terbang (Basuki, Heru 1986)
Tabel 2.6 Karakteristik Database Pesawat - Diurutkan Oleh Produsen Pesawat / Model
Catatan:
Jarak Standar runway centerline ke parallel taxiway centerline jarak batasnya adalah 400
feet (122 m) untuk bandara di bawah elevasi 1345 feet (410,2 m), 450 feet (137,3 m)
,untuk bandara diantara elevasi 1345 feet sampai 6560 feet, dan 500 feet untuk bandara di
atas elevasi 6,560 feet.
Tabel 2.16 Desain standar taxiway berdasarkan Airplane Design Group (ADG)
Perlambatan diambil 1,5 m/dtk2 dan jarak harus ditambahkan 3% per 300 m
(1000 ft) setiap kenaikan dari muka air laut dan 1% setiap kenaikan 56 °C
(10°F) dari temperatur 15°C - 50°C.
Kecepatan touch down diambil sesuai tipe pesawat untuk perencanaan
taxiway
Bristul Freighter,
169 – 122 Km/Jam
DC-6, F-28, MK- 400 m ( 1500 ft )
II ( 90 – 120 knots )
100, Viscount 800
B-707, B-727,B-
737,B-
> 244 Km/Jam
III 747,B-777 air Bus, 450 m ( 1500 ft )
( < 121 knots )
DC-8,DC-9, DC-
10,L-1011,Trident
Sumber: FAA AC 150/5320-6D
Jarak dari Threshold ke lokasi exit taxiway = jarak touch down + D dari
threshold
𝑆12 − 𝑆22
D= (Pers.2.5)
2𝑎
Dimana :
D = jarak dari touch down ke titik perpotongan antara runway dan taxiway
a = perlambatan
Keberangkatan sebuah pesawat tertentu yang harus ditunda karena suatu hal
padahal sudah masuk taxiway menjelang sampai ujung landasan, tidak
menyebabkan tertundanya pesawat lain yang ada dibelakangnya.
Pemeriksaan altimeter (alat pengukur tinggi) sebelum terbang, memprogram
alat bantu Navigasi Udara, apabila tidak bisa dilaksanakan di apron.
Pemanasan mesin sesaat sebelum lepas landas. Sebagai titik pemeriksaan
aerodrome untuk VOR (Very High Omny Range), karena untuk pemeriksaan itu
pesawat harus berhenti untuk menerima sinyal yang benar.
landas karena ada kerusakan mesin, pesawat lainnya yang siap untuk lepas
landas dapat melewatinya (Gambar 2.7).
1. Jumlah dan posisi pesawat yang akan dilayani ditentukan oleh frekwensi
pemakaiannya.
2. Tipe-tipe pesawat yang akan dilayani.
3. Cara-cara/kelakuan pesawat masuk dan meninggalkan holding bay.
Pada umumnya, kebebasan ujung sayap pesawat (Wing Tip Clerance) antara
pesawat yang sedang parkir, dan pesawat yang berjalan melewatinya tak boleh
kurang dari 15 m (50 feet) apabila pesawat yang bergerak adalah tipe Turbo Jet,
dan 10 m (33 feet) bila pesawat yang bergerak adalah tipe Propeler.
Noise In
Pesawat diparkir tegak lurus gedung terminal, hidung pesawat
menghadap terminal.
Angied Noise In
Pesawat diparkir menyudut dan hidung pesawat menghadap ke
gedung terminal.
Paralel
Konfigurasi parkir dengan badan pesawat/sayap pesawat
menghadap gedung terminal dengan sudt 90o
Macam-macam tipe parkir tersebut dapat dilihat seperti yang tercantum pada
gambar Berikut:
TERMINAL
BAGIAN DEPAN
PARAREL ANGIED NOISE OUT
TERMINAL
BAGIAN DEPAN
Gambar 2.15 Macam – macam tipe parkir pesawat
c .T
G=
Pers. 2.6
Dimana:
Pers. 2.7
Dimana :
Gi = jumlah gate
Ti = gate accupancy time
Mi = mix pesawat
tanah dasar (subgrade) yang telah dipersiapkan. Lapisan permukaan terdiri dari
campuran bahan berbitumen (biasanya aspal) dan agregat, yang tebalnya bervariasi
tergantung dari kebutuhan. Fungsi utamanya adalah untuk memberikan permukaan
yang rata agar lalu-lintas menjadi aman dan nyaman dan juga untuk memikul beban
yang bekerja diatasnya dan meneruskannya kelapisan yang ada dibawahnya. Lapisan
pondasi atas dapat terdiri dari material berbutir kasar dengan bahan pengikat
(misalnya dengan aspal atau semen) atau tanpa bahan pengikat tetapi menggunakan
bahan penguat (misalnya kapur). Lapisan pondasi harus dapat memikul beban-beban
yang bekerja dan meneruskan dan menyebarkannya ke lapisan yang ada
dibawahnya.
Lapisan pondasi bawah dapat terdiri dari batu alam yang dipecahkan terlebih
dahulu atau yang alami. Seringkali digunakan bahan sirtu (batu-pasir) yang diproses
terlebih dahulu atau bahan yang dipilih dari hasil galian di tempat pekerjaan. Tetapi
perlu diketahui bahwa tidak setiap perkerasan lentur memerlukan lapisan pondasi
bawah. Sebaliknya perkerasan yang tebal dapat terdiri dari beberapa lapisan pondasi
bawah.
1 1
W2 = P x MSTOW x 𝐴 𝑥 𝐵 (Pers 2.10)
Dimana:
W2
Log R1 = Log R2 [W1]1/2 (Pers 2.11)
Dimana:
757 (150)
200.000 – 400.000 (90.700 – 181.000) 6
767
DC-10 (200)
400.000 – 600.000 (181.000 – 272.000) 8
L1011
B-747 400.000 – 600.000 (181.000 – 272.000) 6 (150)
600.000 – 850.000 (272.000 – 385.700) 8 (200)
Sumber: AC 150/5320-6E
Harga K
Bahan subgrade
MN/m3 Psi
Perbandingan panjang dan lebar slab beton paling baik berkisar 1 s/d
1,25. Ada 2 macam construction joint, yaitu arah memanjang dan
melintang.
2.12
0,64 L . L . H
2. As = metrikunit Pers.
FS
2.13
Dimana:
No Jenis Fasilitas
1 Terminal Penumpang
2 Terminal Kargo
3 Pelataran Parkir
4 Bangunan Administrasi B.U
5 Pelataran Parkir
6 Sentra Medika
7 Pelataran Parkir
8 Stasiun Tenaga Parkir
9 Pelataran Parkir
10 Dapur Katering Penerbangan
11 Pelataran Parkir
12 Stasiun PP - PPK
13 Pelataran Parkir
14 Fasilitas Pangisian Bahan Bakar Pesawat
15 Pelataran Parkir
16 Pelataran Parkir
17 Kantin Pegawai
Keterangan :
= HUBUNGAN FUNGSIONAL LEMAH
= HUBUNGAN FUNGSIONAL ERAT
No Jenis Fasilitas
1 Runway
2 Taxiway
3 Apron
Keterangan :
= HUBUNGAN FUNGSIONAL LEMAH
= HUBUNGAN FUNGSIONAL ERAT
a. Marking landasan.
b. Marking taxiway.
c. Marking untuk area yang dibatasi.
d. Marking untuk objek tetap.
1. Marking Landasan
a. Marking Landasan (runway marking)
Ditempatkan di ujung landasan sebagai nomor pengenal
landasan itu, terdiri dari dua angka. Pada landasan sejajar harus
dilengkapi dengan huruf L (Left), R (Right), atau C (Central).
atau 30 m mana yang terbesar, lebar strip antara 0,30 m sampai 0,90
m tergantung kelas landasannya
Gambar 2.28. Ukuran – ukuran dan bentuk angka untuk marking nomor landasan
Sumber : Merancang, merencana lapangan terbang (Basuki, Heru 1986). Hal 231
c. Marking threshold.
Ditempatkan di ujung landasan, sejauh 6 m dari tepi ujung
landasan membujur landasan, panjang paling kurang 30 m, lebar 1,8
m. Banyaknya strip tergantung lebar landasan.
Tabel 2.36. Jumlah strip landasan
Lebar Landasan Banyaknya Strip
18 m 4
23 m 6
30 m 8
45 m 12
60 m 16
Sumber: Merancang, merencana lapangan terbang (Basuki,
Heru 1986)
e. Markingtouchdown zone.
Dipasang pada landasan dengan approach presisi, tapi bisa juga
dipasang pada landasan non presisi atau landasan non instrument,
< 90 m 1
900 – 1200 m 2
1200 – 1500 m 3
1500 – 2100 m 4
> 2100 m 6
lebih dari 30 m atau lebar strip 0,45 m bagi landasan kurang dari 30
m. Berfungsi sebagai batas landasan terutama apabila warna
landasan hampir sama dengan warna shouldernya.
g. Marking Taxiway
Marking sumbu taxiway adalah sebagai garis pedoman dari sumbu
landasan untuk masuk ke taxiway, berbentuk garis selebar 15 cm
berwarna kuning, Untuk lebih mendetail lihat gambar 2.23 Berikut.
Setelah tebal perkerasan diketahui, maka dapat dicari nilai PCN (Pavement
Classification Number) dan ACN (Aircraft Classification Number).
Mulai
Pengumpulan Data
Tentukan Arah
Panjang Angin
Faktor Domina
Runway n
Koreksi
Rencana
Hitung Panjang Runway Berdasarkan
■ Elevasi
■ Temperat ARFL
ur
■ Kemiring
an
Tentukan Kode
Runway
■ Angin Perencanaan Menurut
Permukaa ARC
n
Lebar Runway
Konfigurasi Runway
Selesai
Hitung R2
Hitung W2
1
W2 = MTOW x 0,95 x 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑡𝑎𝑚𝑎
Hitung W1
0,95 𝑥 𝑀𝑇𝑂𝑊 𝑝𝑒𝑠𝑎𝑤𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎
W1 =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑢𝑡𝑎𝑚𝑎
Hitung R1
𝑊2 1/2
Log R1 = Log R2 ( )
𝑊1
Hitung ∑ 𝑅1
Aaa
A
A
A
Kontrol
Tidak
Perencanaan
Geometrik Taxiway
T − Tstandar
𝐽𝑇𝑆 = 𝐷 . [1 + 1% ( )]
5,6
Koreksi Elevasi
ℎ
𝐽𝑇𝐸 = 𝐷 . (1 + 0,03 . 〈 〉)
300
Jarak Threshold
Terkoreki
Dimensi Taxiway
Ri = 0,5 x (w+z+d)
d = Wheel Track 𝑉. 𝑇
𝐺=
µ
z = Wirstips Clear
Li = 0,5 . π . R2
Dimensi Apron