Anda di halaman 1dari 46

CRITICAL REVIEW EVIDENCE BASED

PEMENUHAN PENGONTROLAN INFEKSI


(Penggunaan Modern Dressing pada Luka Diabetes untuk Mempercepat
Penyembuhan Luka dan Mengurangi Risiko Infeksi)

Disusun Oleh :
Kelompok 10
Muhamad Makbul Mobarok
Ranti Gilar G
Shasqia Novelia Dingri

Dosen Pembmbing :
Ryan Hara Permana S.Kep., Ners., MN
Dikumpulkan pada Hari/Tanggal :

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar

glukosa darah melebihi ambang normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin (Irianto, 2014).

Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas untuk mencerna gula dalam

darah (Supriyono,2020). Diabetes terbagi menjadi dua tipe yaitu Diabetes Mellitus

Tipe I adalah jenis diabetes yang kenaikan gula darah nya disebabkan oleh kerusakan

Sel Beta Pankreas yang menyebabkan pankreas tidak memproduksi insulin sama

sekali. Sehingga Diabetes tipe ini membutuhkan suntikan insulin dari luar. Diabetes

Mellitus Tipe II adalah jenis diabetes yang kenaikan gula darah nya disebabkan oleh

organ target yang memiliki sensitivitas kurang terhadap insulin. Diabetes tipe ini

biasanya disebabkan oleh disposisi genetik [ CITATION Sil14 \l 1033 ].

Jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, life

expectancy bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup

modern, prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik berkurang. Organisasi

Internasional Diabetes Federation (IDF) memperkirakan setidaknya terdapat 463 juta

orang pada usia 20 – 79 tahun di dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau

setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang

sama (Supriyono,2020).
Kematian akibat Diabetes Mellitus sebagai salah satu penyakit tidak menular

(PTM) diperkirakan mencapai 4%. Dan kematian tersebut, 80% terjadi pada Negara

dengan pendapatan rendah dan menengah. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan

Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 oleh Departemen Kesehatan menunjukan bahwa

prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013

yang semula 6,9% menjadi 8,5% pada tahun 2018 (Depkes, 2018).

Terdapat banyak komplikasi yang dapat terjadi pada penderita Diabetes

Mellitus. Salah satu nya adalah Ulkus Diabetikum. Beberapa faktor risiko terjadinya

ulkus diabetikum menurut penelitian adalah lama nya seseorang menderita diabetes,

neuropati, perawatan kaki, penyakit arteri perifer dan trauma [CITATION Roz \l 1033 ].

Masalah komplikasi Ulkus Kaki Diabetik dapat menyebabkan amputasi pada

ekstremitas bawah (Lukita, Y & Wantiyah, W, 2018). Diperkirakan setiap tahunnya

terdapat satu juta pasien yang menderita Ulkus Kaki Diabetik menjalani amputasi

ekstremitas bawah dan 15-40% kematian setiap yang diakibatkan Ulkus diabetik

(Donelly, B, 2015).

Penderita Ulkus Diabetik perlu penanganan serius agar dapat mengurangi

resiko infeksi dan amputasi, memperbaiki fungsi dan kualitas hidup, mengurangi

biaya pemeliharaan kesehatan [ CITATION Har08 \l 1033 ]. Salah satu metode yang

dapat dilakukan untuk perawatan luka diabetes adalah modern dressing. Metode ini

menggunakan prinsip moisture balance yang membuat lingkungan luka tetap lembab

karena luka yang kelembapannya seimbang dapat memfasilitasi pertumbuhan sel dan

poliferasi kolagen dalam matriks nonseluler yang sehat [ CITATION Kar15 \l 1033 ],
meningkatkan proses fibrinolisis, mengurangi infeksi, menstimulasi pembentukan sel

aktif (Wijaya, 2018).

Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan, kelompok tertarik untuk

mengetahui bagaimana efektivitas dari metode penyembuhan luka yang

menggunakan modern dressing menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya dan perbandingannya dengan metode penyembuhan luka jenis lain.


2BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Kebutuhan Dasar Manusia

2.1.1 Abraham Maslow

Teori kebutuhan Abraham Maslow merupakan sebuah pioneer awal dari

perkembangan di bidang psikologis yang lebih luas. Teori Hirearki merupakan teori

kebutuhan manusia yang sering digunakan disetiap bidang keilmuan yang akan selalu

menjadi dasar pemenuhan kebutuhan manusia. Teori ini menyebutkan bahwa setiap

individu merupakan makhluk yang baik sehingga mampu mempengaruhi perilaku

setiap individu lain demi mencapai tujuan dalam kehidupannya.

Kebutuhan dasar manusia adalah sebuah unsur yang sangat dbutuhkan oleh

setiap indvidu untuk mempertahankan kehidupannya (Kartikasari & Handayani,

2012). Teori kebutuhan dasar Abraham maslow tersusun dalam suatu hierarki

dikarenakan setiap individu akan memenuhi setiap kebutuhannya secara berjenjang.

Hierarki terbagi menjadi lima kebutuhan dasar manusia diantaranya: kebutuhan

psikologis, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan cinta dan kasih sayang,

kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri Abraham Maslow juga

menyebutkan bahwa individu dapat dikatakan sehat secara optimal apabila lima

kebutuhan dasar tersebut dapat terpenuhi. Peran perawat dalam mengaplikasikan

kebutuhan dasar manusia sangat penting dilakukan dengan cara menerapkan atau

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.


2.1.2 Jenis – Jenis Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow

dalam Asmadi (2008), yaitu:

Gambar : Maslow’s Hierarchy of Needs

a) Kebutuhan Fisiologis (Phisiological Needs)

Kebutuhan fisiologi adalah sebuah kebutuhan primer yang mutlak harus dipenuhi

untuk memelihara homeostatis biologis dan keberlangsungan kehidupan bagi setiap

manusia. Kebutuhan fisiologis meemiliki kedudukan tertinggi dalam teori hierarkis

Maslow. Contoh kebutuhan fisiologis meliputi : oksigen, cairan, nutrisi, eliminasi,

istirahat, tidur, terbebas dari rasa nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain

sebagainya. Apabila kebutuhan fisiologis ini sudah terpenuhi, maka seseorang akan

berusaha untuk memenuhi kebutuhan lainnya. Dominasi kebutuhan fisiologi ini

relatif lebih tinggi dibanding dengan kebutuhan lain dan dengan demikian muncul

kebutuhan-kebutuhan lain (Asmadi, 2008).


b) Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman (Safety Needs)

Kebutuhan rasa aman dan nyaman yaitu dibagi dalam dua bagian yaitu

perlindungan fisik dan dan perlindungan psikilogis.

- Perlindungan fisik merupakan perlindungan atas ancaman misalya dapat berupa

penyakit, kecelakaan ataupun kejadian yang berbahaya.

- Perlindungan psikologis merupakan perlindungan atas ancaman dari pengalaman

yang dialami sebelumnya.

c) Kebutuhan Mencintai dan Dicintai (Love ad Belongingness Needs)

Kebutuhan cinta adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi seseorang.

Kebutuhan ini merupakan suatu dorongan dimana seseorang berkeinginan untuk

menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau hubungan emosional dengan

orang lain. Dorongan ini akan makin menekan seseorang sedemikian rupa, sehingga

ia akan berupaya semaksimal mungkin untuk mendorongkan pemenuhan kebutuhan

akan cinta kasih dan perasaan memiliki (Asmadi, 2008).

d) Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem Needs)

Harga diri adalah penilaian individu mengenai nilai personal yang diperoleh

dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri (Stuart

& Sundeen, 1998). Menurut hierarki kebutuhan dasar manusia, seseorang dapat

mencapai kebutuhan harga diri bila kebutuhan terhadap mencinta dan dicintai telah

terpenuhi. Terpenuhinya kebutuhan harga diri seseorang tampak dari sikap

penghargaan diri (Asmadi, 2008).


e) Kebutuhan Aktualisasi diri (Self Actualization Needs)

Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling tinggi menurut

Maslow dan Kalish. Oleh karenanya untuk mencapai tingkat kebutuhan aktualisasi

diri ini banyak hambatan yang menghalanginya. Secara umum hambatan tersebut

terbagi dua yakni internal dan eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang

berasal dari dalam diri seseorang. Seperti ketidaktahuan akan potensi diri serta

perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensial diri, sehingga potensinya terus

terpendam. Berdasarkan teori maslow mengenai aktualisasi diri, terdapat asumsi

dasar bahwa manusia pada hakikatnya memiliki nilai intrinstik berupa kebaikan

(Asmadi, 2008).

2.1.3 Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Kebutuhan Dasar Manusia

a) Penyakit

adanya penyakit didalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan

kebutuhan, baik secra fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ

tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan lebih besar dari biasanya.

b) Hubungan Keluarga

Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar

karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga,

dan lain- lain.

c) Konsep diri

Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep

diri yang positif memberikan makna dan keutuhan(wholeness) bagi seseorang.

Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang
merasa positif terhadap dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan

dan mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan

dasarnya.

d) Tahap Perkembangan

Sejalan dengan meningkatnya usia, manusia mengalami perkembangan. Setiap

tahap perkembangan tersebut memiliki kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan

biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual mengingat berbagai fungsi organ tubuh

juga mengalami proses kematangan dengan aktivitas yang berbeda.

2.2 Model Konsep Keperawatan Virginia Henderson

2.2.1 Definisi Keperawatan Virginia Henderson Harmer dan Henderson (1995,

dalam Potter, 2005 : 274)

Teori keperawatan Virginia Henderson mencakup seluruh kebutuhan dasar

seorang manusia. Henderson (1964, dalam Potter, 2005 : 274) mendefinisikan

keperawatan sebagai membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam

melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan

penyembuhannya, dimana individu tersebut akan mampu mengerjakanya tanpa

bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan. Hal

ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan kembali kemandiriannya secepat

mungkin.

2.2.2 Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Virginia Henderson

Henderson (1964, dalam Potter, 2005) menyebutkan empat belas kebutuhan

dasar manusia yang diklasifikasikan menjadi empat komponen, yaitu komponen

biologis, psikologis, sosiologis dan spiritual.


a. Komponen Kebutuhan Biologis

1. Bernafas secara normal

2. Makan dan minum dengan cukup

3. Membuang kotoran tubuh

4. Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan

5. Tidur dan istirahat

6. Memilih pakaian yang sesuai

7. Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian

dan mengubah lingkungan

8. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen

9. Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai

b. Komponen Kebutuhan Psikologis

1. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan,

rasa takut atau pendapat

2. Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada

perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan

yang tersedia.

c. Komponen Kebutuhan Spiritual

1. Beribadah sesuai dengan keyakinan

d. Komponen Kebutuhan Sosiologis

1. Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi

2. Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi


2.3 Jean Watson

Jean Watson dalam B. Talento (1955) kebutuhan dasar manusia terbagi dalam

dua tingkatan diantaranya kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order

needs) dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs). Tingkatan

rendah tidak selalu dapat membantu dalam upaya mencapainya aktualisasi diri. Pada

setiap kebutuhan akan dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain yang

dianggap semuanya sangat penting.

2.4 Konsep Diabetes Melitus

2.4.1 Pegertian Diabetes Melitus

Diabetes berasal dari bahasa Yunani (sophon) yang berarti “mengalirkan atau

mengalihkan”, sedangkan melitus berasal dari bahasa Latin yang bermakna manis

atau madu sehingga diabetes melitus diartikan seseorang yang mengalirkan volume

urin yang banyak dengan kadar glukosa yang tinggi. (Rachmawati &

Kusumaningrum, 2017). Menurut WHO (2012), diabetes melitus adalah penyakit

kronis yang terjadi baik ketika prankeas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika

tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif. Insulin merupakan salah satu

jenis hormon yang diproduksi oleh prankreas dan diperlukan untuk mengangkut

glukosa yang di gunakan sebagai energy oleh tubuh, gula darah yang tinggi dapat

menyebabkan seseorang mengalami hiperglikemi yang akan menyebabkan kerusakan

di dalam jaringan tubuh (IDF, 2015). Diabetes melitus merupakan suatu keadaan

hiperglikemi kronik yang menyebabkan kelainan metabolic akibat dari gangguan


hormonal, yang dapat meyebabkan komplikasi kronik pada mata, ginjal, pembuluh

dqrah dan syaraf (Rendy&Magareth, 2012).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan,

tetapi sangat potensial untuk dikendalikan melalui pengelolaan Diabetes Melitus.

Diabetes Melitus juga merupakan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup,

oleh karena itu berhasil tidaknya pengelolaan Diabetes Melitus sangat tergantung dari

pasien itu sendiri dalam mengendalikan kondisi penyakitnya dengan menjaga kadar

glukosa darahnya dapat tetap terkendali (Derek, Rottie, & Kallo, 2017).

2.4.2 Faktor Penyebab Diabetes Melitus

Penyebab utama diabetes di era globalisasi ini adalah perubahan gaya hidup.

Aspek yang berperan penting dalam peningkatan penyakit diabetes mellitus

diantaranya tingginya konsumsi makanan cepat saji (fast food) dan riwayat keturunan

(Widyasari, 2017).

Menurut Nurarif A. H., & Kusuma H. (2015:188) Penyebab diabetes melitus

sesuai dengan tipenya yaitu:

a. Diabetes Melitus Tipe 1

Diabetes melitus tipe 1 merupakan   kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar

gula atau glukosa dalam darah. Diabetes tipe 1 ini memiliki ketergantungan terhadap

Insulin yang diakibatkan rusak rnya sel – sel beta di dalam pankreas yang disebabkan

oleh :
a) Faktor Genetik

Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, melainkan mewarisi suatu

pre disposisi atau dapat dikatakan sebagai kecenderungan genetik yang

memicu terjadinya diabetes di tipe ini.

b) Faktor imunologi atau autoimun

c) Faktor dari lingkungan

Virus atau toksin yang dapat memicu terjadinya proses autoimun yang

menyebabkan estruksi sel beta.

b. Diabetes Melitus Tipe II

Disebabkan karena resistensi insulin dan organ target memiliki sensitivitas yang

berkurang terhadap insulin. Faktok resiko lainnya yang dapat menyebabkan

terjadinya diabetes tipe ini ialah : Usia, obesitas, riwayat penyakit, dan riwayat

keluarga.

2.4.3 Dampak Diabetes Melitus

Menurut Ardian (2016) Diabetes Melitus akan menyebabkan dampak pada

tubuh individu seperti:

a. Kerusakan pada Syaraf

Terdapat kerusakan pada syaraf dalam tubuh dikarenakan tingginya kadar gula

yang terdapat dalam darah sehingga akan meyebabkan kerusakan pada dingding

pembuluh darah yang berfungsi untuk menyehatkan syaraf tubuh, apabila kondisi

ini sudah tejadi maka penderita akan mengalami kesemutan teus menerus.
b. Kerusakan pada Mata

Kerusakan pada mata disebabkan karena kadar gula tinggi sehingga system syaraf

pusat menjadi terganggu bahkan bisa mengakibatkan kerusakan mata seperti

katarak.

c. Kerusakan pada Ginjal

Ginjal megandung jutaan pembuluh darah didalamnya yang berfungsi sebagai

tempat penyaringan darah dalam tubuh, apabila dalam darah terdapat telalu banyak

gula akan memicu kerusakan pada jaringan yang memiliki fungsi sebagai saringan

kecil. apabila sudah terjad kerusakan yang parah maka pasien akan mengalami

gagal ginjal

d. Megalami cacat kaki

Apabila telah tejadi kerusakan pada syaraf akibat dari penyakit diabetes nantinya

akan memicu komplikasi kerusakan pada bagian kaki bahkan kondisi seperti ini

telah banyak tejadi dimana banyak pasien diabetes harus mengalami amputasi.

e. Pendegaran Terganggu

Tingkat kadar gula dalam darah yang tinggi akan mengakibatkan keruskan pada

sytem pendengaran karena penyakit diabetes ini akan mempengaruhu semua

system kerja dalam tubuh anda.

f. Infeksi Kulit

Infeksi pada kulit sering terjad pada pasien penderita diabetes infeksi ini

disebabkan oleh adanya parasit maupun jamur yang akan hidup didalam luka, hal
tesebut yang akan menyebabkan pasien dm mengalami kesulitan sembuh dalam

waktu yang cepat.

2.4.4 Tanda dan Gejala Diabetes Melitus

Menurut IDF (2017) tanda gejala diabetes melitus diantaranya:

a. Diabetes Tipe I

a) Haus yang tidak normal dan mulut kering

Rasa haus yang berlebihan atau polidipsia dikarenakan kadar glukosa tebawa

oleh urin sehingga tubuh akan merespon untuk meningkatkan asupan cairan.

b) Sering Buang Air Kecil

Poliuria timbul sebagai gejala dm dikarenakan kadar gula didalam tubuh

relative tinggi sehingga tubuh tidak sanggup menguraikan dan akan berusaha

untuk mengeluarkannya melalui urin.

c) Kekurangan Tenanga/Kelelahan

Kelelahan yang tejadi diakibatkan penurunan proses glikogenesis sehingga

glukosa tidak disimpan sebagai glikogen dalam hati, serta adanya proses

pemecahan lemak (lipolisis) yang menyebabkan terjadnya pemecahan

trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak sehingga cadangan lemak menurun

d) Kelaparan yang konsisten

Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas,hal tesebut diakibatkan oleh

glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah

cukup tinggi.

e) Penurunan BB secara mendadak


Penyusutan BB pada kondisi DM tipe I menunjukan rendahnya trigeliserida

yang tersimpan dalam tubuh sebaga akibat dari adanya gangguan metabolisme

lipid. trigliserida digunakan sebagai sumber energy dalam tubuh untuk

beraktifitas.

f) Penglihatan Kabur

penglihatan kabur diakibatkan dari peningkatan kadar glukosa dalam darah

(hiperglikemi) yang akan menyebabkan peningkatan tekanan darah osmotic

pada mata dan lensa mata akan mengalami perubahan sehingga penglihatan

tidak akan jelas.

b. DM Tipe II

Meurut IDF (2017) Tanda dan gejala dari DM tipe 2 adalah :

a) Haus yang berlebihan dan mulut kering

Polidipsia adalah rasa haus yang belebihan ditimbulkan dari kadar glukosa

yang terbawa oleh tubuh dan tubuh akan merespon dengan cara meningkatkan

asupan cairan.

b) Sering buang air kecil dan berlimpah

Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif

tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk

mengeluarkannya melalui urin.

c) Kurang energi, kelelahan ekstrim

d) Kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki

Mati rasa merupakan hasil dari hiperglikemia yang menginduksi perubahan

resistensi pembuluh darah endotel dan mengurangi aliran darah saraf. Orang
dengan neuropati memiliki keterbatasan dalam kegiatan fisik sehingga terjadi

peningkatan gula darah.

e) Infeksi jamur berulang di kulit

Kadar gula kulit merupakan 55% kadar gula darah pada orang biasa. Pada

pasien DM, rasio meningkat sampai 69-71% dari glukosa darah yang sudah

meninggi. Hal tersebut mempermudah timbulnya dermatitis, infeksi bakterial

(terutama furunkel), dan infeksi jamur terutama kandidosis.

f) Lambatnya penyembuhan luka

Kadar glukosa darah yang tinggi di dalam darah menyebabkan pasien DM

mengalami penyembuhan luka yang lebih lama dibanding dengan manusia

normal

g) Penglihatan kabur

2.4.5 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Menurut Perkeni (2015), pengelolaan penyakit diabetes mellitus memiliki 4

pilar. Pilar yang pertama adalah memerlukan partisifasi aktif dari keluarga, pilar

kedua yaitu asupan nutrisi, pilar yang ketiga adalah latihan jasmani kegiatan aktifitas

dalam kehidupan sehari hari secara teratur minimal 3-4 kali dalam seminggu selama

30 menit, pilar yang ke empat yaitu pemberian terapi farmakologis yang diberikan

dengan pengaturan pola makan dan latihan jasmani pemberian terapi farmakologis

terdiri dari obat oral dan obat berbentuk suntikan.


2.4.4 Patofisiologi dari Diabetes Melitus

Menurut Smeltzer dan Bare (2001), patofisiologi dari diabetes melitus

adalah :
2.5. Konsep Ulkus Diabetik

2.5.1 Definisi Ulkus Diabetik

Ulkus diabetik yaitu luka kaki yang terjadi pada pasien diabetes melitus yang

mengakibatkan gangguan pada syaraf peripheral dan autonomic, ulkus kaki diabetik

terjadi karena adanya kelainan syaraf, kelainan pembuluh darah, dan adanya infeksi,

bila infeksi tidak diatasi dengan baik maka hal ini akan menjadi pembusukan bahkan

amputasi (Andra, 2013). Ulkus kaki diabetik merupakan komplikasi serius yang

sering kali dijumpai pada pasien diabetes dengan gangguan neuropati perifer,

gangguan pembuluh darah tepi, dan kombinasi keduanya.

2.5.2 Faktor Risiko Ulkus Diabetic

Menurut Healthy Enthusia, dalam Husniawati, N (2015), menyatakan bahwa

faktor resiko Ulkus Diabetik yang lebih lanjut disebabkan beberapa faktor di

antarannya :

1. Umur lebih dari 60 tahun

2. Diabetes Melitus yang lebih dari 10 tahun

3. Obesitas

4. Hipertensi

5. Neuropati

6. Glikolisali Hemoglobin

7. Kolestrol total

8. Kebiasaan merokok

9. Ketidakpatuhan diet

10. Pengobatan tidak teratur


11. Kurangya aktivitas fisik

12. Perawatan kaki tidak teratur

13. Penggunaan alas kaki yang tidak tepat

2.5.3 Klasifikasi Drajat Luka DM

Meurut Frykberg dalam Dafianto (2016), klasifikasi laserasi dapat menfasilitasi

pendekatan logis untuk pengobatan dan bantuan dalam prediksi hasil. Klasifikasi

derajat ulkus diabetik dapat dibagi menjadi enam tingkatan menurut sistem Wagner

berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi, dan derajat gangren, yaitu:

Derajat Keterangan
0 Belum ada luka terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki
1 Luka superfisial
2 Luka sampai pada tendon atau lapisan subkutan yang lebih dalam, namun
tidak sampai pada tulang
3 Luka yang dalam, dengan selulitis atau formasi abses
4 Gangren yang terlokalisir (gangren dari jari-jari atau bagian depan
kaki/forefoot)
5 Gangren yang meliputi daerah yang lebih luas (sampai pada daerah
lengkung kaki/mid/foot dan belakang kaki/hindfoot)
6 Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai

2.5.4 Pengontrolan Infeksi Ulkus Diabetik

Infeksi adalah sebuah invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme yang

akan menyebabkan sakit. infeksi juga sering disebut asimptomatik apabila

mikroorganisme tersebut gagal disembuhkan maka akan menyebabkan cedera dan

kerusakan serius terdahap sel atau jaringan (Potter & perry : 2005). Pegontrolan

infeksi adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk meminimalisisr rantai infeksi
yang berfungsi untuk mencehag terjadnya kontaminasi maupun pencegahan terhadap

penularan penyakit lain (Potter & perry : 2005).

ulkus diabetik merupakan suatu luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke

dalam dermis dan sulit diobati dan apabila mengalami komplikasidan adanya infeksi

yang parah akan menjadi penyebab utama amputasi kaki. Menurut Singh et al. dalam

Dafianto (2016), pengontrolan infeksi ulkus diabetik idealnya diberikan oleh tim

multidisiplin dengan memastikan kontrol glikemik, perfusi yang adekuat. Menurut

Singh et al. dalam Dafianto (2016) salah satu cara yang dilakukan untuk melakukan

pengontrolan infeksi pada pasien dm dengan ulkus diabetic diantaranya:

a. Debridement

Debridement berfungsi untuk mempercepat penyembuhan dengan menghapus

jaringan nekrotik, partikulat, atau bahan asing yang akan mengurangi bakteri

b. Dressing

Dressing berfungsi untuk mrmpertahanakan kelembaban kulit (hidrogel,

hidrokoloid, hydrofibers, transparent films dan alginat) yang menyediakan

debridement fisik dan autolytic masing-masing; dan dressing antiseptik (dressing

perak, cadexomer). Dressing modern yang lebih canggih baru yang sedang diteliti,

misalnya gel Vulnamin yang terbuat dari asam amino dan asam hyluronic yang

digunakan bersama dengan kompresi elastic telah menunjukan hasil yang positif.

c. Off-loading

Tujuan dari Off-loading adalah untuk mengurangi tekanan plantar dengan

mendistribusikan ke area yang lebih besar, untuk menghindari pergeseran dan

gesekan, dan untuk mengakomodasi deformitas.


d. Terapi medis

Kontrol glikemik yang ketat harus dijaga dengan penggunaan diet diabetes, obat

hipoglikemik oral dan insulin. Infeksi pada jaringan lunak dan tulang adalah

penyebab utama dari perawatan pada pasien dengan ulkus diabetik di rumah sakit.

e. Terapi adjuvan

Strategi manajemen yang ditujukan matriks ekstraselular yang rusak pada ulkus

diabetik termasuk mengganti kulit dari sel-sel kulit yang tumbuh dari sumber

autologus atau alogenik ke kolagen atau asam polylactic. Amputasi merupakan

pilihan terakhir jika terapi-terapi sebelumnya mengalami kegagalan.

2.5.5 Pathway Ulkus Diabetik

Diabetes Melitus

Kelainan pembuluh darah Neuropati


perifer (iskemik)

Hilangnya sensorik Perubahan Deformitas Keterbatasan


Penurunan suplai oksigen dari sensasi kulit secara tulang mobilitas
dan obat-obatan pelindung otonom sendi

Kesembuhan yang buruk


1. Defisit perawatan diri
Ulserasi 2. Kontrol glukosa yang buruk
(UlkusDiabetik) 3. Penggunaan alas kaki yang tidak
tepat
4. Obesitas
5. Kurangnya penggunaan sumber
infeksi amputasi daya yang tepat waktu

Gambar 2.1 Pathway Ulkus Diabetik (Grinspun, 2013)


2.5.6 Masalah keperawatan

Contoh Diagnosa Keperawatan NANDA yang berhubungan dengan infeksi

ulkus diabetikum

a. Kerusakan Integritas Cairan Berhubungan Dengan Ulkus DM

b. Nyeri akut b/d agen injuri fisik

c. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan

sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati)

d. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya ulkus pada kaki

2.5.7 Intervensi Pemenuhan Pengotrolan Infeksi sesuai PICO

TABEL PICO (Patient/Problem, Intervention, Comparison, Outcome)

P Luka Diabetes
I Penggunaan modern dressing
C -
O Mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi risiko infeksi

Kriteria yang digunakan dalam pencarian jurnal adalah : lima tahun terakhir,

eksperimen, full teks.

Database yang Kata Kunci Jumlah Artikel Jumlah Artikel


digunakan yang keluar yang digunakan
berdasarkan kata
kunci
Google Scholar “Modern Dressing” 496 8 Artikel
“Luka Diabetes”
“Modern Dressing for
Diabetic”
EBSCOHost “Moist Wound Healing” 27 1 Artikel
OR “Diabetic Foot
Ulcer“ OR “Diabetic
Ulcer or Diabetic Wound
” OR “Modern Dressing”
PUBMED “Moist Wound Healing” 104 1 Artikel
OR “Diabetic Ulcer” OR
“Diabetic Foot Ulcer“
OR “Modern Dressing”
OR “Diabetic Wound
Healing”
TABEL ANALISA JURNAL
No Judul Artikel Tujuan Populasi, Sampel Jenis Variabel dan Hasil Penelitian
. dan Penulis Penelitian dan Teknik Penelitian Instrumen
Sampling
1. Pengaruh Mengetahui Populasi = Pasien Quasy Variabel = Rerata Hasil penelitian
Modern Dressing pengaruh Ulkus Diabetikum eksperiment, skor menunjukan adanya
terhadap Rerata modern dressing grade III dan IV di pre-test dan penyembuhan perbedaan signifikan
Skor terhadap skor Wocare Bogor post-test tanpa luka ulkus p value 0,000 dalam
Penyembuhan penyembuhan Sampel = 18 menggunakan diabetikum rerata skor
Luka Ulkus luka ulkus Orang kelompok Instrumen = penyembuhan luka
Diabetikum diabetikum Tekning Sampling kontrol Lembar ulkus diabetikum
Dessy = Total Sampling pengkajian sebelum dan sesudah
Khoirunisa, Wocare For diberikan modern
Dayan Hisni, Indonesian dressing. Penelitian
Retno Widowati Nurses ini menyimpulkan
(WINNERS) bahwa terdapat
Scale yang perbaikan luka ulkus
merupakan diabetikum dengan
modifikasi dari menggunakan
skor Bates-Jasen perawatan luka
yang digunakan modern dressing.
untuk
memprediksi dan
mengevaluasi
skor rata-rata
penyembuhan
luka.
2. Efektifitas Mengetahui Populasi = Pasien Quasy Variabel = Hasil penelitian
Modern Dressing efektifitas yang memiliki Eksperiment Efektivitas menunjukan adanya
terhadap Proses modern dressing luka diabetes dengan modern dressing perbedaan skor luka
Penyembuhan terhadap proses jangka waktu 3 pendekatan Instrumen = sebelum dan sesudah
Luka Diabetes penyembuhan bulan terakhir Pre-Postest Lembar observasi pada kelompok pada
Melitus Tipe II luka diabetes (September – With Control Bates-Jensen kelompok perlakuan
Endang Subandi, mellitus tipe II November 2018) Group Desain Wound dengan p-value
Kelvin Adam sejumlah 18 orang Assessment Tool =0.005 (≤ 0.05) dan
Sanjaya Sampel = 15 (BWAT). pada kelompok
Orang kontrol dengan p-
Tekning Sampling value =1.000 (≥
= Accidental 0,05). Dan hasil uji
Sampling beda antar kelompok
dengan p-
value=0,001(≤ 0,05).
Jadi dapat
disimpulkan bahwa
modern dressing
memiliki efektifitas
terhadap proses
penyembuhan luka
Diabetes Mellitus tipe
II
3. Effectiveness Mengetahui Populasi = 20 Pre Variabel = Hasil penelitian
Wound Care efektivitas Orang -experimental Efektivitas menunjukan nilai
Using Modern penggunaan Sampel = 15 one group pre- penggunaan rata-rata
Dressing Method modern dressing Orang test post-tes modern dressing perkembangan luka
To Diabetic pada perawatan Tekning Sampling Instrumen = sebelum dan sesudah
Wound Healing luka pasien = Purposive Menggunakan perawatan luka
Process Of dengan diabetes Sampling dengan BWAT (Bates- dengan modern
Patient With mellitus kriteria : Jansen Wound dressing mengalami
Diabetes -Pasien DM yang Assessment Tool) penurunan dari 39,67
Mellitus In memiliki luka untuk menjadi 29,93,
Home Wound derajat I II II mengobservasi karena perawatan
Care menurut luka luka menggunakan
Windu Santoso, klasifikasi Wagner modern dressing
Joyo Purnomo -Pasien yang tidak membuat lingkungan
mendapatkan obat dari luka menjadi
anti inflamasi baik lembab sehingga
steroid / non- mempercepat proses
steroid, Sitotoksis, granulasi. Sehingga
Imunosupresan. dapat disimpulkan
-Pasien yang bahwa pengaruh dari
sedang tidak penggunaan modern
melakukan dressing terhadap
kemoterapi atau luka diabetes
radiasi mellitus.

4. Penyembuhan Mengetahui Populasi = 40 True Variabel = Hasil penelitian


Luka Grade 2 pengaruh Orang Experiment Penyembuhan menunjukkan bahwa
pada Pasien modern dressing Sampel = 30 pre-post group luka yang rata-rata nilai post
Diabetes terhadap Orang menggunakan pada kelompok
Mellitus dengan penyembuhan Tekning Sampling modern dressing eksperimen sebesar
Modern Dressing luka diabetes = Total sampling Instrumen = 8,67 dengan standar
Wound Care mellitus grade 2 dengan kriteria Kuesioner deviasi 2,024,
I Dewa Ayu di Griya Utami inklusi : BJWAT (Bates sedangkan pada
Rismayanti, I Care Bali -Pasien DM tipe II Jansen Wound kelompok kontrol
Made dengan luka grade Assesment) yang diperoleh rata-rata
Sundayana, Putu 2 digunakan untuk nilai post adalah
Eka Pratama mengetahui 10,60 dengan standar
ukuran luka, deviasi 2,874.
kedalaman, tepi Berdasarkan hasil uji
luka, goa, tepi statistik didapatkan
jaringan nekrosis, nilai p-value 0,042,
jumlah jaringan terdapat perbedaan
nekrosis, tipe yang signifikan
eksudat, jumlah antara kelompok
eksudat, warna eksperimen dan
kulit sekitar luka, kelompok control
jaringan yang yang menyimpulkan
edema, bahwa adanya
pengerasan pengaruh modern
jaringan tepi, dressing terhadap
jaringan penyembuhan luka
granulasi, dan diabetes mellitus
epitelisasi. grade 2 di Griya
Utami care Bali.
5. Hubungan Mengetahui Populasi = Pasien Survey analitik Variabel = Hasil penelitian
Metode Hubungan yang melakukan dengan Tingkat kepuasan menunjukan pasien
Perawatan Luka Metode perawatan luka pendekatan pasien yang merasa puas
Modern Dressing Perawatan Luka DM di RS PMI cross sectional Instrumen = lebih banyak dari
dengan Tingkat Modern Kota Bogor tahun Kuesioner (Tidak pada klien yang
Kepuasan Pasien Dressing 2018 disebutkan jenis merasa tidak puas
dalam Proses Dengan Tingkat Sampel = 10 kuesioner yang dengan proses
Perawatan Luka Kepuasan Orang digunakan) perawatan luka
Diabetes Pasien di RS Tekning Sampling (51,2% vs 48,8%
Mellitus di RS PMI Kota Bogor = Tidak dituliskan dengan ρ = 0,006 ; ρ
PMI Kota Bogor Tahun 2018 < 0,05), sehingga Ho
Tri Diani ditolak dan Ha
Agustuti, Yufi diterima yang artinya
Aliyupiudin terdapat hubungan
antara perawatan luka
modern dengan
tingkat kepuasan
pasien.
6. Negative Mengetahui Populasi = 368 Randomised Variabel = Hasil penelitian
pressure wound apakah negative Pasien controlled Perbandingan menunjukan bahwa
therapy pressure wound Sampel = 345 clinical antara negative NPWT tidak lebih
compared with therapy (NPWT) Orang superiority pressure wound unggul dari SMWC
standard moist lebih efektif dari Tekning Sampling trial therapy (NPWT) dalam pengobatan
wound care on standard moist = dengan standard luka ulkus kaki
diabetic foot wound care Inklusi : moist wound care diabetes.
ulcers in real-life (SMWC) pada -Pasien dewasa (SMWC)
clinical practice: pasien dengan yang telah Instrumen =
results of the luka diabetes di mengalami -Neuropathy and
German DiaFu- kaki diabetic foot ulcer vascular
RCT lebih dari 4 diagnostics were
Dörthe Seidel, minggu performed
Martin Storck, Eksklusi : according to the
Holger Lawall, -Pasien yang German National
Gernold memiliki Health Care
Wozniak, Peter kontraindikasi Guidelines for
Mauckner, Dirk terhadap NPWT Type 2 Diabetes
Hochlenert, Foot
Walter Wetzel- Complications
Roth, Klemens - Ankle-Brachial-
Sondern, Index
Matthias Hahn, - Doppler
Gerhard frequency
Rothenaicher, spectrum
Thomas Krönert, - Hydrostatic toe
Karl Zink, pressure
Edmund measurement
Neugebauer (pole test) or a
transcutaneous
oxygen
measurement
(tcPO2 )
- Duplex
sonography
7. A Prospective, Mengevaluasi Populasi = 49 Randomized, Variabel = Hasil penelitian
Randomized, penggunaan Orang multicenter, Perbandingan menunjukan 45% dari
sampel penelitian yang
Multicenter, Dehydrated Sampel = 29 open-label, efektifitas antara
diberikan DAMA + SOC
Controlled Amniotic Orang parallel group perawatan luka memiliki luka yang
Evaluation of the Membrane Tekning Sampling study dengan DAMA + tertutup setelah 6 minggu
Use of Allograft = Random SOC dengan SOC penelitian. Sedangkan
Dehydrated (DAMA) Sampling dengan Instrumen = pada sampel yang hanya
diberikan SOC saja
Amniotic ditambah kriteria eksklusi : -Fisher’s Exact
hasilnya 0% sampel yang
Membrane standard of care -Ulkus terinfeksi test memiliki luka tertutup.
Allograft (SOC) dengan -Ulkus <1cm -Kaplan-Meier (PP populasi, P = 0.0137)
Compared to hanya -Ulkus mengecil methodology
Standard of Care menggunakan selama screening
for the Closure pada pengobatan -Nilai lab yang
of Chronic Ulkus kaki jelek
Diabetic Foot diabetes kronik -Memiliki kanker
Ulcers -Terdapat
Robert J. Snyder, penyimpangan
Kenneth disaat screening
Shimozaki,
Arthur Tallis,
Michael Kerzner,
Alexander
Reyzelman,
Dimitrios
Lintzeris,
Desmond Bell,
Randi L. Rutan,
Barry
Rosenblum
8. Penggunaan Mengetahui Populasi = Pasien Quasy Variabel = Hasil uji statistik
Balutan Modern pengaruh ruang rawat inap Experiment Penyembuhan penelitian didapatkan
(Hydrocoloid) penggunaan interne RSUD dengan luka diabetes sebelum diberikan
untuk balutan modern Achmad Mochtar pendekatan Instrumen = balutan modern
Penyembuhan (Hydrocoloid) Bukittinggi One Group Lembar observasi (hydrocolloid) (pre-
Luka Diabetes terhadap Sampel = 10 Pretest and yang tidak test), adalah 37,40.
Mellitus Tipe II penyembuhan Orang Postest desain disebutkan Sesudah diberikan
Adriani, Teti luka Diabetes Tekning Sampling jenisnya balutan modern (post-
Mardianti Mellitus Tipe II = Purposive test), adalah 33.53.
Sampling Hasil analisis bivariat
menunjukkan
perbedaan rata-rata
nilai penyembuhan
luka pada klien
selama 3 hari yaitu
3,86 dengan p value
=0,000 berarti
terdapat pengaruh
penggunaan balutan
modern
(hydrocolloid)
terhadap
penyembuhan luka
penderita Diabetes
Mellitus Tipe II
9. Sucrose Menilai efek Populasi = 43 Randomized, Variabel = Hasil penelitian
Octasulfate balutan sukrosa Rumah Sakit Controlled Perbandingan menunjukan bahwa
Dressing Versus oktasulfat versus dengan Trial Wound dressing balutan sukrosa
Control Dressing balutan kontrol spesialisasi dengan balutan oktasulfat secara
in Patients With penutupan luka diabetic foot sukrosa oktasulfat signifikan
Neuroischaemic pada pasien clinics di Prancis, dan balutan biasa meningkatkan
Diabetic Foot dengan ulkus Spanyol, Italy, pada pasien penutupan luka pada
Ulcers kaki diabetik Jerman dan dengan neuroiskemik ulkus
(Explorer): An neuroischaemic. Inggris neuroiskemik kaki tanpa
International, Sampel = 240 ulkus diabetik menimbulkan efek
Multicentre, Orang Instrumen = samping setelah 20
Double-Blind, Tekning Sampling . minggu treatmen
Randomised, = Random bersama dengan
Controlled Trial Sampling dengan standar perawatan
Michael kriteria inklusi : luka.
Edmonds, José -Usia 18 tahun
Luis Lázaro- atau lebih
Martínez, Jesus -Tidak memiliki
Manuel luka yang infeksi
Alfayate-García, -Luka lebih dari 1
Jacques Martini, cm dan grade
Jean-Michel 1C/2C
Petit, Gerry berdasarkan
Rayman, Ralf University of
Lobmann, Luigi Texas Diabetic
Uccioli, Anne Wound
Sauvadet, Serge Classification
Bohbot, Jean- system
Charles Kriteria eksklusi :
Kerihuel, -Pasien yang
Alberto Piaggesi memiliki riwayat
operasi satu bulan
sebelum penelitian
dimulai
10. Application of a Mengetahui Populasi = Yara Randomised Variabel = Efikasi Hasil penelitian
Collagen Matrix efikasi dari Institute di Control Trial dari balutan luka menunjukan nilai
Dressing on a balutan luka ACECR Instrumen = tingkat kesembuhan
Neuropathic menggunakan Sampel = 61 Arterial Regular luka setelah 20
Diabetic Foot kolagen matrix Orang Ultrasonography minggu penelitian
Ulcer: A termasuk Tekning Sampling adalah 60%
Randomised chitosan atau = Random kelompok study:
Control Trial kolagen Sampling dengan 35.5% kelompok
Djavid, hydrogel kriteria inklusi : control.
Gholamreza dibandingkan -Pasien dengan The collagen matrix
Esmaeeli; dengan balutan neuropathic DFU dressing yang
Tabaie, Seyed standar grade 1 atau 2 digunakan pada
Mehdi; Tajali, menggunakan menurut penelitian ini terbukti
Siamak saline- klasifikasi Wagner dapat mempercapat
Bashardoust; moistened gauze -Pasien yang dapat proses penyembuhan
Totounchi, untuk mengerti instruksi, luka pada pasien
Mehrangiz; penyembuhan volunter dan hard-to-heal DFU
Farhoud, luka pada pasien menyetujui
Amirreza; Fateh, yang memilliki informed consent
Mohsen; luka neuropatik Kriteria eksklusi :
Ghafghazi, diabetic foot -Pasien dengan
Mahmoud; ulcer yang susah luka yang infeksi
Koosha, disembuhkan -Pasien dengan
Mojtaba; gangrene
Taghizadeh, -Pasien dengan
Solmaz penyakit
autoimun, gagal
ginjal, iskemik,
osteomyelitis,
CHF, COPD,
Maligna
-Ibu hamil dengan
asupan
imunosupresan
BAB III
PEMBAHASAN

Luka pada pasien Diabetes Melitus harus mendapatkan perawatan yang tepat

untuk mengurangi risiko infeksi dan amputasi, memperbaiki fungsi dan kualitas

hidup serta mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan. Tujuan utama perawatan luka

diabetes sesegera mungkin adalah luka dapat sembuh dan mencegah kekambuhan

setelah proses penyembuhan. Beberapa penelitian, menunjukkan bahwa

perkembangan ulkus diabetes dapat dicegah. [ CITATION Har08 \l 1033 ].

Perawatan luka diabetes dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya

adalah dengan menggunakan metode modern dressing. Prinsip yang digunakan pada

perawatan luka jenis ini adalah moisture balance yang membuat lingkungan luka

tetap lembab. Banyak yang beranggapan bahwa luka akan lekas sembuh jika berada

pada lingkungan yang kering, namun faktanya lingkungan yang lembab dapat

memfasilitasi pertumbuhan sel dan poliferasi kolagen dalam matriks nonseluler yang

sehat [ CITATION Kar15 \l 1033 ], meningkatkan proses fibrinolisis, mengurangi infeksi

dan menstimulasi pembentukan sel aktif (Wijaya, 2018). Namun pertanyaan nya

seberapa efektif dan efisien kah perawatan luka dengan metode ini.

Kelompok telah mengumpulkan beberapa artikel penelitian dengan tema yang

berkaitan dengan peggunaan modern dressing sebagai perawatan luka di berbagai

database. Jurnal pertama melakukan penelitian pada 18 pasien Ulkus Diabetikum

grade III dan IV di Wocare Bogor. Penelitian mengevaluasi proses penyembuhan

luka dengan menggunakan lembar pengkajian Wocare For Indonesian Nurses


(WINNERS) Scale yang merupakan modifikasi dari skor Bates-Jasen yang digunakan

untuk memprediksi dan mengevaluasi skor rata-rata penyembuhan luka. Hasil

penelitian menunjukan adanya perbedaan signifikan p value 0,000 dalam rerata skor

penyembuhan luka ulkus diabetikum sebelum dan sesudah diberikan modern dressing

(Khoirunisa,2020). Penelitian selanjutnya yang mengambil 15 pasien secara acak

dalam jangka waktu 3 bulan terakhir (September – November 2018) mendapatkan

hasil yang serupa yaitu adanya perbedaan skor pada hasil uji yang menyimpulkan

bahwa modern dressing memiliki efektifitas terhadap proses penyembuhan luka

Diabetes Mellitus tipe II (Subandi,2019).

Santoso (2017) melakukan penelitian di sebuah home wound care pada 15

pasien dengan kriteria inklusi pasien DM yang memiliki luka derajat I II II menurut

klasifikasi Wagner, pasien yang tidak mendapatkan obat anti inflamasi baik steroid /

non-steroid, Sitotoksis, Imunosupresan dan pasien yang sedang tidak melakukan

kemoterapi atau radiasi. Observasi luka pada penelitian ini menggunakan BWAT

(Bates-Jansen Wound Assessment Tool) sebagai lembar panduan. Hasil penelitian

menunjukan nilai rata-rata perkembangan luka sebelum dan sesudah perawatan luka

dengan modern dressing mengalami penurunan dari 39,67 menjadi 29,93, karena

perawatan luka menggunakan modern dressing membuat lingkungan dari luka

menjadi lembab sehingga mempercepat proses granulasi. Penelitian yang dilakukan

dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh modern dressing terhadap penyembuhan

luka diabetes mellitus grade 2 di Griya Utami Care Bali pada 30 sampel mendapatkan

hasil yang sama yaitu terdapat perbedaan signifikan antara kelompok eksperimen dan

kelompok control yang menyimpulkan bahwa adanya pengaruh modern dressing


terhadap penyembuhan luka Diabetes Mellitus grade 2 di Griya Utami care Bali

(Rismayanti, 2020). Lain dari penelitian sebelumnya yang bertujuan untuk

mengetahui keefektifan dari penggunaan modern dressing, penelitian ini memiliki

tujuan untuk mengetahui apakah adanya hubungan antara penggunaan modern

dressing dengan kepuasan pasien di RS PMI Kota Bogor Tahun 2018. Dan hasilnya

terdapat lebih banyak pasien yang puas daripada tidak, yang artinya terdapat

hubungan antara perawatan luka modern dengan tingkat kepuasan pasien (Agustuti,

2019).

Seidel et al (2020) melakukan penelitian dengan menggunakan Negative

Pressure Wound Therapy (NPWT). Penggunaan NPWT dilakukan dengan cara

memberikan tekanan negatif lokal di permukaan luka. Penelitian yang dilakukan pada

345 pasien ini membandingkan penggunaan balukan luka NPWT dengan Standard

Moist Wound Care (SMWC) dan hasil penelitian menunjukan bahwa NPWT tidak

lebih unggul dari SMWC dalam pengobatan luka ulkus kaki diabetes. Penelitian lain

dilakukan untuk membandingkan pemberian Dehydrated Amniotic Membrane

Allograft (DAMA) pada SMWC dengan penggunaan SMWC saja pada pasien

dengan luka diabetic. Hasil penelitian menunjukan 45% dari sampel penelitian yang

diberikan DAMA + SOC memiliki luka yang tertutup setelah 6 minggu penelitian.

Sedangkan pada sampel yang hanya diberikan SOC saja hasilnya 0% sampel yang

memiliki luka tertutup. (PP populasi, P = 0.0137) (Snyder et al, 2016). Penelitian

selanjutnya menggunakan modern dressing dengan hydrocolloid sebagai intervensi

nya. Tes dilakukan sebelum dan setelah diberikan balutan luka pada pasien. Hasil

analisis bivariat menunjukkan perbedaan rata-rata nilai penyembuhan luka pada klien
selama 3 hari yaitu 3,86 dengan p value =0,000 yang berarti terdapat pengaruh

penggunaan modern dressing dengan hydrocolloid terhadap penyembuhan luka

penderita Diabetes Mellitus Tipe II (Adriani, 2016). Edmonds et al (2018)

membandingkan penggunaan Sucrose Octasulfate pada balutan luka dengan balutan

luka biasa. Sebanyak 240 pasien yang dipilih berdasarkan kriteria pasien berusia 18

tahun atau lebih, tidak memiliki luka yang infeksi, luka lebih dari 1 cm dan grade

1C/2C berdasarkan University of Texas Diabetic Wound Classification system. Hasil

penelitian menunjukan bahwa balutan sukrosa oktasulfat secara signifikan

meningkatkan penutupan luka pada neuroiskemik ulkus kaki tanpa menimbulkan efek

samping setelah 20 minggu treatmen bersama dengan standar perawatan luka.

Penelitian yang dilakukan terhadap 61 orang di Yara Institute membandingkan

penggunaan kolagen matrix termasuk chitosan atau kolagen hydrogel dengan balutan

standar menggunakan saline-moistened gauze. Hasil penelitian menunjukan nilai

tingkat kesembuhan luka setelah 20 minggu penelitian adalah 60% kelompok study:

35.5% kelompok control. The collagen matrix dressing yang digunakan pada

penelitian ini terbukti dapat mempercapat proses penyembuhan luka pada pasien

hard-to-heal DFU (Djavid et al, 2020)

Hasil dari beberapa penelitian diatas menunjukan adanya penyembuhan yang

efektif pada luka diabetes dengan menggunakan modern dressing dimana

pertumbuhan jaringan pada luka menunjukan percepatan yang signifikan dibanding

dengan perawatan luka konvensional. Namun penggunaan jenis modern dressing dan

penambahan berbagai material tentunya harus disesuaikan dengan jenis kebutuhan


dari luka dan preferensi pasien, dikarenakan biaya penggunaan metode modern

dressing ini memang lebih mahal daripada metode konvensional.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Berdasarkan analisa dari 10 jurnal penelitian yang telah dilakukan untuk

mengetahui keefektifan dari pengunaan modern dressing untuk luka diabetes.

Mendapatkan hasil bahwa balutan luka dengan metode modern dressing lebih efektif

dan lebih cepat dalam proses penyembuhan luka dibandingkan dengan metode

konvensional. Hal itu disebabkan karena metode modern dressing ini menggunakan

prinsip moisture balance yang membuat lingkungan luka tetap lembab, karena luka

yang kelembapannya seimbang dapat memfasilitasi pertumbuhan sel dan poliferasi

kolagen dalam matriks nonseluler yang sehat, meningkatkan proses fibrinolisis,

mengurangi infeksi dan menstimulasi pembentukan sel aktif. Penggunaan berbagai

jenis modern dressing yang digunakan pada ke 10 jurnal yang kelompok dapatkan,

masing masing memiliki keunggulan dalam hal penyembuhan luka Diabetes Mellitus.

Walaupun biaya perawatan luka menggunakan modern dressing ini lebih mahal

dibandingkan metode konvensional tetapi efektifitas penggunaan modern dressing

menyebabkan masa perawatan luka lebih cepat daripada metode konvesional,

sehingga penggunaan modern dressing dapat dipertimbangkan.

Saran
Diharapkan institusi kesehatan dapat mengaplikasikan penggunaan modern

dressing ini sebagai prioritas pada metode perawatan luka Diabetes Melitus untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelayanan perawatan luka.


DAFTAR PUSTAKA
Khoirunisa, Dessy., Hisni D & Widowati, Retno. (2020). Pengaruh Modern Dressing terhadap
Rerata Skor Penyembuhan Luka Ulkus Diabetikum. Jurnal Penelitian dan Pemikiran Ilmiah
Keperawatan, 6, 74-80.
Subandi, Endang., & Sanjaya, K. (2019). Efektifitas Modern Dressing terhadap Proses
Penyembuhan Luka Diabetes Melitus Tipe II. Jurnal Kesehatan, 10.
Santoso, Windu & Purnomo, Joyo. (2017). Effectiveness Wound Care Using Modern Dressing
Method To Diabetic Wound Healing Process Of Patient With Diabetes Mellitus In Home Wound
Care. International Journal of Nursing and Midwifery, 1.
Rismayanti, I Dewa., Sundayana, IM & Pratama, Putu. (2020). Penyembuhan Luka Grade 2 pada
Pasien Diabetes Mellitus dengan Modern Dressing Wound Care. Jurnal Keperawatan
Silampari,4.
Agustuti, Tri., & Aliyupiudin, Yufi. (2019). Hubungan Metode Perawatan Luka Modern
Dressing dengan Tingkat Kepuasan Pasien dalam Proses Perawatan Luka Diabetes Mellitus di
RS PMI Kota Bogor. Jurnal Ilmiah Wijaya, 11, 93-98.
Seidel, Dorthe, et al. (2020). Negative pressure wound therapy compared with standard moist
wound care on diabetic foot ulcers in real-life clinical practice: results of the German DiaFu-
RCT. BMJ Open, 10.
Snyder, Robert, et al. (2016). A Prospective, Randomized, Multicenter, Controlled Evaluation of
the Use of Dehydrated Amniotic Membrane Allograft Compared to Standard of Care for the
Closure of Chronic Diabetic Foot Ulcers. WOUNDS, 28(3), 70-77.
Adriani & Mardianti, Teti. (2016). Penggunaan Balutan Modern (Hydrocoloid) Untuk
Penyembuhan Luka Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal IPTEKS Terapan, 10, 18 – 23.
Edmonds, M., Lázaro-Martínez, J. L., Alfayate-García, J. M., Martini, J., Petit, J. M., Rayman,
G., ... & Piaggesi, A. (2018). Sucrose octasulfate dressing versus control dressing in patients
with neuroischaemic diabetic foot ulcers (Explorer): an international, multicentre, double-
blind, randomised, controlled trial. The Lancet Diabetes & Endocrinology, 6(3), 186-196.
Djavid, G. E., Tabaie, S. M., Tajali, S. B., Totounchi, M., Farhoud, A., Fateh, M., ... &
Taghizadeh, S. (2020). Application of a collagen matrix dressing on a neuropathic diabetic
foot ulcer: A randomised control trial. Journal of wound care, 29(Sup3), S13-S18.
Andra, S. S., Makris, K. C., Christophi, C. A., & Ettinger, A. S. (2013). Delineating the degree
of association between biomarkers of arsenic exposure and type-2 diabetes
mellitus. International journal of hygiene and environmental health, 216(1), 35-49.
Asmadi. (2008). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC
Bajnok, I., Grinspun, D., Lloyd, M., McConnell, H., Mo, J., & Teague, L. (2013). Assessment
and management of foot ulcers for people with diabetes: of RNAO’s clinical practice
guideline. Diabetic Foot Canada, 1, 22-6.
Derek, M. I., Rottie, J., & Kallo, V. (2017). Hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus tipe II di Rumah sakit pancaran kasih GMIM Manado. Jurnal
Keperawatan, 5(1).
Derek, M. I., Rottie, J., & Kallo, V. (2017). Hubungan tingkat stres dengan kadar gula darah
pada pasien diabetes melitus tipe II di Rumah sakit pancaran kasih GMIM Manado. Jurnal
Keperawatan, 5(1).
Husniawati, N. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ulkus Kaki Diabetes
Mellitus Di Klinik Diabetes Mellitus Tahun 2015. Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2), 138-143.
Kartikasari, D., & Handayani, F. (2012). Pemenuhan kebutuhan dasar manusia pada lansia
demensia oleh keluarga. Jurnal Keperawatan Diponegoro, 1(1), 175-182.
Meidikayanti, W., & Wahyuni, C. U. (2017). Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas
hidup Diabetes melitus tipe 2 di puskesmas pademawu. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(2),
240-252.
PERKENI (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di
Indonesia. Jakarta. PB PERKENI.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi
4 volume 1.EGC. Jakarta
Rachmawati, N., & Kusumaningrum, N. S. D. (2017). Gambaran Kontrol dan Kadar Gula
Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Rachmawati, N., & Kusumaningrum, N. S. D. (2017). Gambaran Kontrol dan Kadar Gula
Darah pada Pasien Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Rendy, M. C., & Margareth, T. H. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah dan penyakit
dalam.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., 2001, “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth. Vol. 2. E/8”, EGC, Jakarta.
Wardhani, I. Y. (2019). Perubahan Tanda, Gejala dan Kemampuan Mengatasi Ketidakberdayaan
Klien Diabetes Melitus Setelah Penerapan Acceptance Comitment Theraphy dan Logi
Theraphy Studi Kausus. Jurnal Mitra Masyarakat, 1(1), 30-38.
Widyasari, N. (2017). Hubungan Karakteristik Responden Dengan Risiko Diabetes Melitus dan
Dislipidemia Kelurahan Tanah Kalikedinding. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(1), 130-141.
Federation ID. IDF DIABETES ATLAS Nine Edition. 2017.
Ardian, I. (2016). Konsep spiritualitas dan religiusitas (spiritual and religion) dalam konteks
keperawatan pasien diabetes melitus tipe 2. Jurnal keperawatan dan pemikiran Ilmiah, 2(5),
1-9.
Farida, I., Arini, D., & Mardayati, R. P. (2018). Efektifitas perawatan luka modern kombinasi
mendengarkan musik klasik terhadap penyembuhan ulkus diabetik di rumah luka
surabaya. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 13(1).
Dafianto, R. (2016). Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap resiko ulkus kaki diabetik pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember.
Skripsi. Jember: Universitas Jember.

Pangribowo, Supriyono (2020). Info DATIN: Tetap Produktif, Cegah dan Atasi Diabetes
Melitus. https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/Infodatin-2020-Diabetes-Melitus.pdf (Diakses Maret 12,2021)
Roza, R. L., Afriant, R., & Edward, Z. (2015). Faktor Risiko Terjadinya Ulkus Diabetikum pada
Pasien Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan dan Inap di RSUP Dr. M.Djamil dan RSI
Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4.
Silbernagl, S., & Lang, F. (2014). Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. (d. Resmisari, dr.Liena,
Eds., d. Setiawan, & d. Mochtar, Trans.) Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Hariani, L., & Perdanakusuma, D. (2008). PERAWATAN ULKUS DIABETES.
Kartika, R. W. (2015). Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. 42.

Anda mungkin juga menyukai