Disusun Oleh :
Kelompok 10
Muhamad Makbul Mobarok
Ranti Gilar G
Shasqia Novelia Dingri
Dosen Pembmbing :
Ryan Hara Permana S.Kep., Ners., MN
Dikumpulkan pada Hari/Tanggal :
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit menahun yang ditandai oleh kadar
lemak dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin (Irianto, 2014).
Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas untuk mencerna gula dalam
darah (Supriyono,2020). Diabetes terbagi menjadi dua tipe yaitu Diabetes Mellitus
Tipe I adalah jenis diabetes yang kenaikan gula darah nya disebabkan oleh kerusakan
Sel Beta Pankreas yang menyebabkan pankreas tidak memproduksi insulin sama
sekali. Sehingga Diabetes tipe ini membutuhkan suntikan insulin dari luar. Diabetes
Mellitus Tipe II adalah jenis diabetes yang kenaikan gula darah nya disebabkan oleh
organ target yang memiliki sensitivitas kurang terhadap insulin. Diabetes tipe ini
peningkatan. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, life
expectancy bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup
orang pada usia 20 – 79 tahun di dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau
setara dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang
sama (Supriyono,2020).
Kematian akibat Diabetes Mellitus sebagai salah satu penyakit tidak menular
(PTM) diperkirakan mencapai 4%. Dan kematian tersebut, 80% terjadi pada Negara
dengan pendapatan rendah dan menengah. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan
yang semula 6,9% menjadi 8,5% pada tahun 2018 (Depkes, 2018).
Mellitus. Salah satu nya adalah Ulkus Diabetikum. Beberapa faktor risiko terjadinya
ulkus diabetikum menurut penelitian adalah lama nya seseorang menderita diabetes,
neuropati, perawatan kaki, penyakit arteri perifer dan trauma [CITATION Roz \l 1033 ].
terdapat satu juta pasien yang menderita Ulkus Kaki Diabetik menjalani amputasi
ekstremitas bawah dan 15-40% kematian setiap yang diakibatkan Ulkus diabetik
(Donelly, B, 2015).
resiko infeksi dan amputasi, memperbaiki fungsi dan kualitas hidup, mengurangi
biaya pemeliharaan kesehatan [ CITATION Har08 \l 1033 ]. Salah satu metode yang
dapat dilakukan untuk perawatan luka diabetes adalah modern dressing. Metode ini
menggunakan prinsip moisture balance yang membuat lingkungan luka tetap lembab
karena luka yang kelembapannya seimbang dapat memfasilitasi pertumbuhan sel dan
poliferasi kolagen dalam matriks nonseluler yang sehat [ CITATION Kar15 \l 1033 ],
meningkatkan proses fibrinolisis, mengurangi infeksi, menstimulasi pembentukan sel
TINJAUAN TEORITIS
perkembangan di bidang psikologis yang lebih luas. Teori Hirearki merupakan teori
kebutuhan manusia yang sering digunakan disetiap bidang keilmuan yang akan selalu
menjadi dasar pemenuhan kebutuhan manusia. Teori ini menyebutkan bahwa setiap
Kebutuhan dasar manusia adalah sebuah unsur yang sangat dbutuhkan oleh
2012). Teori kebutuhan dasar Abraham maslow tersusun dalam suatu hierarki
psikologis, kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan cinta dan kasih sayang,
kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri Abraham Maslow juga
menyebutkan bahwa individu dapat dikatakan sehat secara optimal apabila lima
kebutuhan dasar manusia sangat penting dilakukan dengan cara menerapkan atau
Kebutuhan fisiologi adalah sebuah kebutuhan primer yang mutlak harus dipenuhi
istirahat, tidur, terbebas dari rasa nyeri, pengaturan suhu tubuh, seksual, dan lain
sebagainya. Apabila kebutuhan fisiologis ini sudah terpenuhi, maka seseorang akan
relatif lebih tinggi dibanding dengan kebutuhan lain dan dengan demikian muncul
Kebutuhan rasa aman dan nyaman yaitu dibagi dalam dua bagian yaitu
menjalin hubungan yang bermakna secara efektif atau hubungan emosional dengan
orang lain. Dorongan ini akan makin menekan seseorang sedemikian rupa, sehingga
Harga diri adalah penilaian individu mengenai nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri (Stuart
& Sundeen, 1998). Menurut hierarki kebutuhan dasar manusia, seseorang dapat
mencapai kebutuhan harga diri bila kebutuhan terhadap mencinta dan dicintai telah
Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling tinggi menurut
Maslow dan Kalish. Oleh karenanya untuk mencapai tingkat kebutuhan aktualisasi
diri ini banyak hambatan yang menghalanginya. Secara umum hambatan tersebut
terbagi dua yakni internal dan eksternal. Hambatan internal adalah hambatan yang
berasal dari dalam diri seseorang. Seperti ketidaktahuan akan potensi diri serta
perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensial diri, sehingga potensinya terus
dasar bahwa manusia pada hakikatnya memiliki nilai intrinstik berupa kebaikan
(Asmadi, 2008).
a) Penyakit
kebutuhan, baik secra fisiologis maupun psikologis, karena beberapa fungsi organ
b) Hubungan Keluarga
karena adanya saling percaya, merasakan kesenangan hidup, tidak ada rasa curiga,
c) Konsep diri
Konsep diri manusia memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Konsep
Konsep diri yang sehat menghasilkan perasaan positif terhadap diri. Orang yang
merasa positif terhadap dirinya akan mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan
dan mengembangkan cara hidup yang sehat, sehingga mudah memenuhi kebutuhan
dasarnya.
d) Tahap Perkembangan
biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual mengingat berbagai fungsi organ tubuh
keperawatan sebagai membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam
bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang dibutuhkan. Hal
mungkin.
7. Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian
yang tersedia.
Jean Watson dalam B. Talento (1955) kebutuhan dasar manusia terbagi dalam
dua tingkatan diantaranya kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah (lower order
needs) dan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi (higher order needs). Tingkatan
rendah tidak selalu dapat membantu dalam upaya mencapainya aktualisasi diri. Pada
setiap kebutuhan akan dipandang dalam konteksnya terhadap kebutuhan lain yang
Diabetes berasal dari bahasa Yunani (sophon) yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan”, sedangkan melitus berasal dari bahasa Latin yang bermakna manis
atau madu sehingga diabetes melitus diartikan seseorang yang mengalirkan volume
urin yang banyak dengan kadar glukosa yang tinggi. (Rachmawati &
kronis yang terjadi baik ketika prankeas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika
tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif. Insulin merupakan salah satu
jenis hormon yang diproduksi oleh prankreas dan diperlukan untuk mengangkut
glukosa yang di gunakan sebagai energy oleh tubuh, gula darah yang tinggi dapat
di dalam jaringan tubuh (IDF, 2015). Diabetes melitus merupakan suatu keadaan
Diabetes Melitus juga merupakan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup,
oleh karena itu berhasil tidaknya pengelolaan Diabetes Melitus sangat tergantung dari
pasien itu sendiri dalam mengendalikan kondisi penyakitnya dengan menjaga kadar
glukosa darahnya dapat tetap terkendali (Derek, Rottie, & Kallo, 2017).
Penyebab utama diabetes di era globalisasi ini adalah perubahan gaya hidup.
diantaranya tingginya konsumsi makanan cepat saji (fast food) dan riwayat keturunan
(Widyasari, 2017).
Diabetes melitus tipe 1 merupakan kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar
gula atau glukosa dalam darah. Diabetes tipe 1 ini memiliki ketergantungan terhadap
Insulin yang diakibatkan rusak rnya sel – sel beta di dalam pankreas yang disebabkan
oleh :
a) Faktor Genetik
Penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, melainkan mewarisi suatu
Virus atau toksin yang dapat memicu terjadinya proses autoimun yang
Disebabkan karena resistensi insulin dan organ target memiliki sensitivitas yang
terjadinya diabetes tipe ini ialah : Usia, obesitas, riwayat penyakit, dan riwayat
keluarga.
Terdapat kerusakan pada syaraf dalam tubuh dikarenakan tingginya kadar gula
yang terdapat dalam darah sehingga akan meyebabkan kerusakan pada dingding
pembuluh darah yang berfungsi untuk menyehatkan syaraf tubuh, apabila kondisi
ini sudah tejadi maka penderita akan mengalami kesemutan teus menerus.
b. Kerusakan pada Mata
Kerusakan pada mata disebabkan karena kadar gula tinggi sehingga system syaraf
katarak.
tempat penyaringan darah dalam tubuh, apabila dalam darah terdapat telalu banyak
gula akan memicu kerusakan pada jaringan yang memiliki fungsi sebagai saringan
kecil. apabila sudah terjad kerusakan yang parah maka pasien akan mengalami
gagal ginjal
Apabila telah tejadi kerusakan pada syaraf akibat dari penyakit diabetes nantinya
akan memicu komplikasi kerusakan pada bagian kaki bahkan kondisi seperti ini
telah banyak tejadi dimana banyak pasien diabetes harus mengalami amputasi.
e. Pendegaran Terganggu
Tingkat kadar gula dalam darah yang tinggi akan mengakibatkan keruskan pada
f. Infeksi Kulit
Infeksi pada kulit sering terjad pada pasien penderita diabetes infeksi ini
disebabkan oleh adanya parasit maupun jamur yang akan hidup didalam luka, hal
tesebut yang akan menyebabkan pasien dm mengalami kesulitan sembuh dalam
a. Diabetes Tipe I
Rasa haus yang berlebihan atau polidipsia dikarenakan kadar glukosa tebawa
oleh urin sehingga tubuh akan merespon untuk meningkatkan asupan cairan.
relative tinggi sehingga tubuh tidak sanggup menguraikan dan akan berusaha
c) Kekurangan Tenanga/Kelelahan
glukosa tidak disimpan sebagai glikogen dalam hati, serta adanya proses
trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak sehingga cadangan lemak menurun
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas,hal tesebut diakibatkan oleh
glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah
cukup tinggi.
yang tersimpan dalam tubuh sebaga akibat dari adanya gangguan metabolisme
beraktifitas.
f) Penglihatan Kabur
pada mata dan lensa mata akan mengalami perubahan sehingga penglihatan
b. DM Tipe II
Polidipsia adalah rasa haus yang belebihan ditimbulkan dari kadar glukosa
yang terbawa oleh tubuh dan tubuh akan merespon dengan cara meningkatkan
asupan cairan.
Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif
tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk
resistensi pembuluh darah endotel dan mengurangi aliran darah saraf. Orang
dengan neuropati memiliki keterbatasan dalam kegiatan fisik sehingga terjadi
Kadar gula kulit merupakan 55% kadar gula darah pada orang biasa. Pada
pasien DM, rasio meningkat sampai 69-71% dari glukosa darah yang sudah
normal
g) Penglihatan kabur
pilar. Pilar yang pertama adalah memerlukan partisifasi aktif dari keluarga, pilar
kedua yaitu asupan nutrisi, pilar yang ketiga adalah latihan jasmani kegiatan aktifitas
dalam kehidupan sehari hari secara teratur minimal 3-4 kali dalam seminggu selama
30 menit, pilar yang ke empat yaitu pemberian terapi farmakologis yang diberikan
dengan pengaturan pola makan dan latihan jasmani pemberian terapi farmakologis
adalah :
2.5. Konsep Ulkus Diabetik
Ulkus diabetik yaitu luka kaki yang terjadi pada pasien diabetes melitus yang
mengakibatkan gangguan pada syaraf peripheral dan autonomic, ulkus kaki diabetik
terjadi karena adanya kelainan syaraf, kelainan pembuluh darah, dan adanya infeksi,
bila infeksi tidak diatasi dengan baik maka hal ini akan menjadi pembusukan bahkan
amputasi (Andra, 2013). Ulkus kaki diabetik merupakan komplikasi serius yang
sering kali dijumpai pada pasien diabetes dengan gangguan neuropati perifer,
faktor resiko Ulkus Diabetik yang lebih lanjut disebabkan beberapa faktor di
antarannya :
3. Obesitas
4. Hipertensi
5. Neuropati
6. Glikolisali Hemoglobin
7. Kolestrol total
8. Kebiasaan merokok
9. Ketidakpatuhan diet
pendekatan logis untuk pengobatan dan bantuan dalam prediksi hasil. Klasifikasi
derajat ulkus diabetik dapat dibagi menjadi enam tingkatan menurut sistem Wagner
Derajat Keterangan
0 Belum ada luka terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan disertai
kelainan bentuk kaki
1 Luka superfisial
2 Luka sampai pada tendon atau lapisan subkutan yang lebih dalam, namun
tidak sampai pada tulang
3 Luka yang dalam, dengan selulitis atau formasi abses
4 Gangren yang terlokalisir (gangren dari jari-jari atau bagian depan
kaki/forefoot)
5 Gangren yang meliputi daerah yang lebih luas (sampai pada daerah
lengkung kaki/mid/foot dan belakang kaki/hindfoot)
6 Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai
Infeksi adalah sebuah invasi tubuh oleh pathogen atau mikroorganisme yang
kerusakan serius terdahap sel atau jaringan (Potter & perry : 2005). Pegontrolan
infeksi adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk meminimalisisr rantai infeksi
yang berfungsi untuk mencehag terjadnya kontaminasi maupun pencegahan terhadap
ulkus diabetik merupakan suatu luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke
dalam dermis dan sulit diobati dan apabila mengalami komplikasidan adanya infeksi
yang parah akan menjadi penyebab utama amputasi kaki. Menurut Singh et al. dalam
Dafianto (2016), pengontrolan infeksi ulkus diabetik idealnya diberikan oleh tim
Singh et al. dalam Dafianto (2016) salah satu cara yang dilakukan untuk melakukan
a. Debridement
jaringan nekrotik, partikulat, atau bahan asing yang akan mengurangi bakteri
b. Dressing
perak, cadexomer). Dressing modern yang lebih canggih baru yang sedang diteliti,
misalnya gel Vulnamin yang terbuat dari asam amino dan asam hyluronic yang
digunakan bersama dengan kompresi elastic telah menunjukan hasil yang positif.
c. Off-loading
Kontrol glikemik yang ketat harus dijaga dengan penggunaan diet diabetes, obat
hipoglikemik oral dan insulin. Infeksi pada jaringan lunak dan tulang adalah
penyebab utama dari perawatan pada pasien dengan ulkus diabetik di rumah sakit.
e. Terapi adjuvan
Strategi manajemen yang ditujukan matriks ekstraselular yang rusak pada ulkus
diabetik termasuk mengganti kulit dari sel-sel kulit yang tumbuh dari sumber
Diabetes Melitus
ulkus diabetikum
P Luka Diabetes
I Penggunaan modern dressing
C -
O Mempercepat penyembuhan luka dan mengurangi risiko infeksi
Kriteria yang digunakan dalam pencarian jurnal adalah : lima tahun terakhir,
Luka pada pasien Diabetes Melitus harus mendapatkan perawatan yang tepat
untuk mengurangi risiko infeksi dan amputasi, memperbaiki fungsi dan kualitas
hidup serta mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan. Tujuan utama perawatan luka
diabetes sesegera mungkin adalah luka dapat sembuh dan mencegah kekambuhan
Perawatan luka diabetes dapat dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya
adalah dengan menggunakan metode modern dressing. Prinsip yang digunakan pada
perawatan luka jenis ini adalah moisture balance yang membuat lingkungan luka
tetap lembab. Banyak yang beranggapan bahwa luka akan lekas sembuh jika berada
pada lingkungan yang kering, namun faktanya lingkungan yang lembab dapat
memfasilitasi pertumbuhan sel dan poliferasi kolagen dalam matriks nonseluler yang
dan menstimulasi pembentukan sel aktif (Wijaya, 2018). Namun pertanyaan nya
seberapa efektif dan efisien kah perawatan luka dengan metode ini.
penelitian menunjukan adanya perbedaan signifikan p value 0,000 dalam rerata skor
penyembuhan luka ulkus diabetikum sebelum dan sesudah diberikan modern dressing
hasil yang serupa yaitu adanya perbedaan skor pada hasil uji yang menyimpulkan
pasien dengan kriteria inklusi pasien DM yang memiliki luka derajat I II II menurut
klasifikasi Wagner, pasien yang tidak mendapatkan obat anti inflamasi baik steroid /
kemoterapi atau radiasi. Observasi luka pada penelitian ini menggunakan BWAT
menunjukan nilai rata-rata perkembangan luka sebelum dan sesudah perawatan luka
dengan modern dressing mengalami penurunan dari 39,67 menjadi 29,93, karena
luka diabetes mellitus grade 2 di Griya Utami Care Bali pada 30 sampel mendapatkan
hasil yang sama yaitu terdapat perbedaan signifikan antara kelompok eksperimen dan
dressing dengan kepuasan pasien di RS PMI Kota Bogor Tahun 2018. Dan hasilnya
terdapat lebih banyak pasien yang puas daripada tidak, yang artinya terdapat
hubungan antara perawatan luka modern dengan tingkat kepuasan pasien (Agustuti,
2019).
memberikan tekanan negatif lokal di permukaan luka. Penelitian yang dilakukan pada
345 pasien ini membandingkan penggunaan balukan luka NPWT dengan Standard
Moist Wound Care (SMWC) dan hasil penelitian menunjukan bahwa NPWT tidak
lebih unggul dari SMWC dalam pengobatan luka ulkus kaki diabetes. Penelitian lain
Allograft (DAMA) pada SMWC dengan penggunaan SMWC saja pada pasien
dengan luka diabetic. Hasil penelitian menunjukan 45% dari sampel penelitian yang
diberikan DAMA + SOC memiliki luka yang tertutup setelah 6 minggu penelitian.
Sedangkan pada sampel yang hanya diberikan SOC saja hasilnya 0% sampel yang
memiliki luka tertutup. (PP populasi, P = 0.0137) (Snyder et al, 2016). Penelitian
nya. Tes dilakukan sebelum dan setelah diberikan balutan luka pada pasien. Hasil
analisis bivariat menunjukkan perbedaan rata-rata nilai penyembuhan luka pada klien
selama 3 hari yaitu 3,86 dengan p value =0,000 yang berarti terdapat pengaruh
luka biasa. Sebanyak 240 pasien yang dipilih berdasarkan kriteria pasien berusia 18
tahun atau lebih, tidak memiliki luka yang infeksi, luka lebih dari 1 cm dan grade
meningkatkan penutupan luka pada neuroiskemik ulkus kaki tanpa menimbulkan efek
penggunaan kolagen matrix termasuk chitosan atau kolagen hydrogel dengan balutan
tingkat kesembuhan luka setelah 20 minggu penelitian adalah 60% kelompok study:
35.5% kelompok control. The collagen matrix dressing yang digunakan pada
penelitian ini terbukti dapat mempercapat proses penyembuhan luka pada pasien
dengan perawatan luka konvensional. Namun penggunaan jenis modern dressing dan
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisa dari 10 jurnal penelitian yang telah dilakukan untuk
Mendapatkan hasil bahwa balutan luka dengan metode modern dressing lebih efektif
dan lebih cepat dalam proses penyembuhan luka dibandingkan dengan metode
konvensional. Hal itu disebabkan karena metode modern dressing ini menggunakan
prinsip moisture balance yang membuat lingkungan luka tetap lembab, karena luka
jenis modern dressing yang digunakan pada ke 10 jurnal yang kelompok dapatkan,
masing masing memiliki keunggulan dalam hal penyembuhan luka Diabetes Mellitus.
Walaupun biaya perawatan luka menggunakan modern dressing ini lebih mahal
Saran
Diharapkan institusi kesehatan dapat mengaplikasikan penggunaan modern
dressing ini sebagai prioritas pada metode perawatan luka Diabetes Melitus untuk
Pangribowo, Supriyono (2020). Info DATIN: Tetap Produktif, Cegah dan Atasi Diabetes
Melitus. https://pusdatin.kemkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/infodatin/Infodatin-2020-Diabetes-Melitus.pdf (Diakses Maret 12,2021)
Roza, R. L., Afriant, R., & Edward, Z. (2015). Faktor Risiko Terjadinya Ulkus Diabetikum pada
Pasien Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan dan Inap di RSUP Dr. M.Djamil dan RSI
Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 4.
Silbernagl, S., & Lang, F. (2014). Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. (d. Resmisari, dr.Liena,
Eds., d. Setiawan, & d. Mochtar, Trans.) Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.
Hariani, L., & Perdanakusuma, D. (2008). PERAWATAN ULKUS DIABETES.
Kartika, R. W. (2015). Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. 42.