Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi (Silent Killer) merupakan salah satu penyakit tidak

menular (PTM) yang sangat berbahaya. Definisi hipertensi sendiri ialah suatu

kondisi dimana terjadi kenaikan tekanan darah sistolik mencapai angka diatas

sama dengan 140 mmHg dan diastolik diatas sama dengan 90 mmHg.(Yonata

& Pratama, 2016)

Menurut data dari World Health Organization, diperkirakan 1,13

miliar orang mengidap hipertensi (WHO, 2019). Insidensi hipertensi dihampir

di semua negara menunjukkan angka yang cukup tinggi. Di dunia pada tahun

2010 terdapat 285 juta penderita hipertensi, Pada tahun 2000 kejadian

hipertensi mencapai 639 juta dan tahun 2025 diperkirakan 1,15 milyar kasus

(Armilawaty, Amalia & Amirudin, 2007) Dalam (Sukarmin et al., 2013)

Dari data Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan hasil

pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%, tertinggi di

Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua sebesar (22,2%).

Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang,

sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi sebesar 427.218

kematian (Kemenkes RI, 2018)


Dari hasil utama Riskesdas 2018 khususnya pada penyakit

hipertensi didapatkan Provinsi Gorontalo berada di urutan ke 6 dari 35

Provinsi dengan prevalensi hipertensi berdasarkan dari diagnosis dokter pada

penduduk usia ≥18 tahun sebesar 13,2%. Berdasarkan prevalensi diagnosis

dokter atau minum obat antihipertensi Provinsi Gorontalo menduduki posisi

ke 3 dari 35 Provinsi dengan ditemukan data sebesar 13,5% dan berdasarkan

hasil pengukuran tekanan daerah di provinsi gorontalo yaitu sebesar 34,1%.

(Kemenkes RI, 2018)

Data dari dinas kesehatan Provinsi Gorontalo tahun 2018 di

dapatkan data jumlah penderita hipertensi 23.684 jiwa, dengan jumlah

tertinggi pada Kota Gorontalo 12.263 jiwa, dilanjutkan dengan Kabupaten

Gorontalo 4.225 jiwa, Kabupaten Gorontalo Utara 2.808 jiwa, Kabupaten

Bone Bolango 2.186 jiwa, Kabupaten Boalemo 1.362 jiwa, dan yang paling

terendah Kabupaten Pohuwato 840 jiwa. Puskesmas Kota Barat merupakan

salah satu Puskesmas di wilayah Kota Gorontalo yang memiliki tingkat

penderita hipertensi tertinggi yakni pada tahun 2018 berjumlah 6.284 Kasus

(Dikes Kota Gorontalo, 2018) Dalam (Podungge, 2020)

Penyakit tidak menular tertinggi di Griya LANSIA Jannati Kota

Gorontalo adalah hipertensi. Berdasarkan data yang didapatkan dari Griya

LANSIA Jannati Kota Gorontalo Jumlah lansia yang ada 23 orang dengan

jumlah laki-laki 9 orang dan perempuan 14 orang yang menderita hipertensi

sebanyak 15 orang dengan rata-rata umur 60 tahun keatas.


Hipertensi pada lansia prevalensinya cukup tinggi, hal tersebut

dikarenakan telah menurunnya fungsi organ pada lansia. Saat usia 60-64 tahun

peningkatan resiko terjadinya hipertensi mencapai 2,18 kali, umur 65-69 tahun

sebesar 2,45 kali dan pada umur 70 tahun sebesar 2,45 kali dan pada umur

70 tahun sebesar 2,97 kali. Pada saat usia lansia, kontrol cek tekanan darah

di pelayanan kesahatan untuk mencegah terjadinya komplikasi menjadi

hal yang wajib (Sani, 2008 dan Rahajeng, 2009) Dalam (Astuti et al., 2020)

Penanganan hipertensi terbagi menjadi 2 yaitu penanganan

secara farmakologi dan nonfarmakologi. Penanganan farmakologi sendiri

adalah penanganan hipertensi dengan obat- obatan sedangkan penanganan

nonfarmakologi seperti brisk walking exercise, yang merupakan latihan

aktivitas sedang pada pasien hipertensi dengan menggunakan tehnik jalan

cepat selama 20- 30 menit dengan rata-rata kecepatan 4-6 km/jam. Latihan ini

cukup efektif meningkatkan kapasitas denyut jantung, merangsang kontraksi

otot, memecahkan glikogen dan meningkatkan oksigen jaringan. Latihan ini

dapat juga mengurangi terbentuknya plak melalui peningkatan penggunaan

lemak dan peningkatan penggunaan glukosa (Kowalski, 2010) Dalam (Mulia

et al., 2020). Brisk Walking Exercise bekerja melalui penurunan resistensi

perifer, pada saat otot berkontraksi melalui aktifitas fisik akan terjadi

peningkatan aliran darah 30 kali lipat ketika kontraksi dilakukan secara ritmik

(Marlia, 2010) Dalam (Sonhaji et al., 2020). Adanya dilatasi spinter prekapiler

dan arteriol menyebabkan peningkatan pembukaan 10-100 kali lipat pada

kapiler. Dilatasi pembuluh darah juga akan mengakibatkan penurunan jarak


antara darah dan sel aktif serta jarak tempuh difusi O2 serta zat metabolik

sangat berkurang yang dapat meningkatkan fungsi sel karena ketercukupan

suplai darah, oksigen serta nutrisi dalam sel. (Sonhaji and Lekatompessy,

2019) Dalam (Sonhaji et al., 2020).

Pengontrolan tekanan darah dengan melakukan Brisk Walking

Exercise pernah dibuktikan dengan penelitian (Sonhaji et al., 2020) tentang

pengaruh Brisk Walking Exercise terhadap tekanan darah pada lansia. Hasil

penelitian diketahui frekuensi tekanan darah sistole sebelum melakukan Brisk

Walking Exercise tekanan darah terendah 150 mmHg dan tertinggi 180 mmHg

sesudah melakukan Brisk Walking Exercise tekanan darah terendah 130

mmHg dan tertinggi 160 mmHg. Distribusi frekuensi tekanan darah diastole

sebelum melakukan Brisk Walking Exercise dengan tekanan darah terendah

100 mmHg dan tertinggi 120 mmHg sesudah melakukan Brisk Walking

Exercise dengan tekanan darah terendah 80 mmHg dan tertinggi 100 mmHg.

Pengaruh Brisk Walking Exercise untuk menurunkan tekanan

darah pada lansia sejalan dengan penelitian (Nurbaiti & Yuliana, 2020) Hasil

penurunan tekanan darah yang signifikan pada responden 1 tekanan darah

sebelum Brisk Walking Exercise 150/90 mmHg dan setelah Brisk Walking

Exercise selama kurang lebih 2 minggu tekanan darah menurun menjadi

130/80 mmHg. Pada responden 2 juga didapatkan hasil yang signifikan yakni

sebelum Brisk Walking Exercise tekanan darah 145/90 mmHg dan setelah

Brisk Walking Exercise selama kurang lebih 2 minggu tekanan darah menurun

menjadi 125/80 mmHg.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disusun,maka penulis

merumuskan masalah dalam penyusunan studi kasus karya ilmiah ini

dengan rumusan “Apakah ada pengaruh Penerapan Brisk Walking

Exercise Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan

Hipertensi di Griya LANSIA Jannati Kota Gorontalo ?”

C. Tujuan Studi Kasus

Untuk mengetahui hasil Penerapan Brisk Walking Exercise Untuk

Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di Griya

LANSIA Jannati Kota Gorontalo

1. Mendeskripsikan hasil pengukuran tekanan darah pada lansia sebelum

melalukan Brisk Walking Exercise di Griya LANSIA Jannati Kota

Gorontalo

2. Mendeskripsikan hasil pengukuran tekanan darah pada lansia sesudah

melalukan Brisk Walking Exercise di Griya LANSIA Jannati Kota

Gorontalo

3. Mendeskripsikan perbedaan hasil pengukuran tekanan darah pada

lansia sebelum dan sesudah melalukan Brisk Walking Exercise di

Griya LANSIA Jannati Kota Gorontalo

D. Manfaat Studi Kasus


1. Masyarakat Dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan

serta wawasan pasien khususnya lansia tentang cara menurunkan

tekanan darah dengan melakukan Brisk Walking Exercise.

2. Bagi Pengembang Ilmu dan Teknologi Keperawatan Hasil

penulisan ini dapat menambah wawasan ilmu dan teknologi

terapan bidang keperawatan dalam menurunkan tekanan darah

pasien hipertensi dengan melakukan Brisk Walking Exercise.

Anda mungkin juga menyukai