Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN F.7. MINI PROJECT


EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PASIEN HIPERTENSI MELALUI
PELAYANAN PUSKESMAS KELILING
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK 1 SLEMAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program Dokter Internsip
Di Puskesmas Ngemplak I Sleman

Disusun Oleh :
dr. Abraham Guntur Bayu Aji

1
PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA
PUSKESMAS NGEMPLAK I, SLEMAN
YOGYAKARTA
APRIL - JULI 2017

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT
LAPORAN F.7. MINI PROJECT
EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PASIEN HIPERTENSI MELALUI PELAYANAN PUSKESMAS
KELILING DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK 1 SLEMAN
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program Dokter Internsip
Di Puskesmas Ngemplak I Sleman

Disusun Oleh :
dr. Abraham Guntur Bayu Aji

Telah diperiksa dan disetujui pada Juli 2017


Pendamping Dokter Intersip

dr. Bheti Yuliana F


NIP 19840705 201001 2 022

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Hipertensi merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas di


Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan intervensi yang sangat umum
dilakukan di berbagai tingkat fasilitas kesehatan. (PERKI)

Berdasarkan The Seventh Report of the Joint National Committee on the


Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7)
(2003), tekanan darah dapat dibagi menjadi beberapa derajat, yaitu normal (di bawah
120/80 mmHg), prahipertensi (dari 120/80 mmHg sampai 139/89 mmHg), hipertensi
tingkat I (dari 140/90 mmHg sampai 159/99 mmHg), dan hipertensi tingkat II (melebihi
160/100 mmHg).

Hipertensi dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor satu
secara global (JNC VII, 2003). Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit
hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena
stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena
serangan jantung (WHO-ISH Hypertension Guideline Committee, 2003). Berdasarkan
data WHO dan the International Society of Hypertension(ISH) tahun 2003 terdapat
sekitar 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia. Di Indonesia, data dari Riskesdas
2013 didapatkan penderita hipertensi adalah 25.8% (Riskesdas, 2013).

Di dunia diperkirakan 7.5 juta kematian disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Pada
tahun 1980 jumlah orang dengan hipertensi ditemukan sebanyak 600 juta dan
mengalami peningkatan menjadi hampir 1 miliar pada tahun 2008 (WHO, 2013).

Hasil riset WHO pada tahun 2007 menetapkan hipertensi pada peringkat tiga
sebagai faktor resiko penyebab kematian dunia. Hipertensi telah menyebabkan 62%
kasus stroke dan 49% serangan jantung setiap tahunnya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riskesdas menemukan prevalensi hipertensi


di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 25,8%. Daerah Bangka Belitung menjadi daerah
dengan prevalensi hipertensi yang tertinggi yaitu sebesar 30,9%, kemudian diikuti oleh

3
Kalimantan Selatan (30,8%),Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%).
Provinsi DIY prevalensi hipertensi setara dengan rata- rata nasional yaitu sekitar 25%
(Riskesdas, 2013).

Tata laksana hipertensi dilakukan di berbagai tingkat pelayanan kesehatan.


Puskesmas sebagai lini pertama fasilitas kesehatan menjadi garda terdepan dalam
pengelolaan hipertensi di masyarakat. Dilakukan pengelolaan berbagai lintas disiplin
ilmu meliputi kedokteran, ilmu gizi dan kesehatan masyarakat yang diharapkan bisa
menjadi berhasil dan efektif.

Di Puskesmas Ngemplak 1 Sleman, upaya pengelolaan hipertensi dilakukan di


berbagai modalitas pelayanan kesehatan, melalui Pelayanan Balai Pengobatan Umum,
IGD/ Tempat Perawatan, Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.

Perlu pengelolaan yang berkesinambungan dalam penatalaksanaan hipertensi ini,


meliputi perubahan gaya hidup sehat dan terapi farmokologis (obat- obatan) sehingga
tekanan darah bisa dikontrol.

Dalam beberapa kesempatan melakukan Pelayanan Puskesmas Keliling, didapati


pasien- pasien dengan hipertensi memiliki tekanan darah yang tidak terkontrol,
sehingga perlu dilakukan analisis mengenai efektivitas pelayanan ini dalam mengelola
hipertensi di masyarakat.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam kegiatan ini
adalah:

1. Bagaimanakah efektivitas Pelayanan Puskesmas Keliling dalam upaya mengontrol


hipertensi pada masyarakat

2. Bagaimana ketaatan pasien dalam pengobatan hipertensi di Pelayanan Puskesmas


Keliling Ngemplak I

I.3 Tujuan

Tujuan dari kegiatan ini adalah:

4
1. Mengetahui efektivitas pelayanan pusling dalam mengontrol hipertensi pada
masyarakat

2. Mengetahui ketaatan masyarakat dengan diagnosis hipertensi dalam


mengkonsumsi obat hipertensi

I.4 Manfaat

Manfaat dari kegiatan ini adalah:

I.4.1 Bagi Puskesmas

Memberikan informasi kepada Puskesmas mengenai upaya pengendalian


penyakit tidak menular, khususnya hipertensi pada masyarakat yang dilakukan
melalui Program Puskesmas Keliling.

I.4.2 Bagi Program Kesehatan

Memberikan evaluasi pada Program Puskesmas Keliling dalam upaya


pengendalian penyakit tidak menular, khususnya hipertensi mengenai keberhasilan
program tersebut, dan memberikan masukan bagaimana seharusnya mengelola
hipertensi pada masyarakat.

I.4.3 Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dan pembelajaran bagi peneliti mengenai perumusan


masalah kesehatan di masyarakat dan upaya untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut.

I.4.4 Bagi Masyarakat

Memberikan informasi mengenai upaya yang seharusnya dilakukan


masyarakat dalam kaitannya dalam mengendalikan hipertensi dalam kerangka
mewujudkan masyarakat yang sehat.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I Definisi

Hampir semua konsensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun luar negeri,
menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah
sistolik 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg, pada pemeriksaan
yang berulang. Tekanan darah sistolik merupakan pengukuran utama yang menjadi
dasar penentuan diagnosis hipertensi. Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi
pada seseorang merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi (disadur
dari A Statement by the American Society of Hypertension and the International
Society of Hypertension 2013)

II.2 Diagnosis dan Klasifikasi

Dalam menegakan diagnosis hipertensi, diperlukan beberapa tahapan pemeriksaan


yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana yang akan diambil.
Algoritme diagnosis ini diadaptasi dari Canadian Hypertension Education Program.
The Canadian Recommendation for The Management of Hypertension 2014

6
HBPM : Home Blood Pressure Monitoring

ABPM : Ambulatory Blood Pressure Monitoring

II.3 Tata Laksana

- Non farmakologis

Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat menurunkan tekanan darah,
dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan risiko permasalahan
kardiovaskular. Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko
kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal,
yang harus dijalani setidaknya selama 4 6 bulan. Bila setelah jangka waktu tersebut,
tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau didapatkan faktor
risiko kardiovaskular yang lain, maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi
farmakologi

7
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :

- Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak


asupan sayuran dan buah- buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain
penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.
- Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak
merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula pasien
tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging
olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk
mengurangi dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi derajat 2. Dianjurkan
untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari
- Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 60 menit/hari,
minimal 3 hari/minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien
yang tidak memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap
dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam
aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.
- Mengurangi konsumsi alkohol. Walaupun konsumsi alkohol belum menjadi pola
hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alkohol semakin hari semakin
meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota
besar. Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada
wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau
menghentikan konsumsi alkohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
- Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek
langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor
risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti
merokok.

- Terapi Farmakologi

Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien
hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah >6 bulan
menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat 2. Beberapa

8
prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan
meminimalisasi efek samping, yaitu :

- Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal

- Berikan obat generik (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya

- Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun) seperti pada usia
5580 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid. Jangan
mengkombinasikan angiotensin converting enzyme Inhibitor (ACE-i) dengan
angiotensin II receptor blockers (ARBs) Berikan edukasi yang menyeluruh
kepada pasien mengenai terapi farmakologi

- Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur. Algoritme tatalaksana


hipertensi yang direkomendasikan berbagai guidelines memiliki persamaan
prinsip, dan dibawah ini adalah algoritme tatalaksana hipertensi secara
umum, yang disadur dari A Statement by the American Society of Hypertension
and the International Society of Hypertension 2013

9
II.4 Komplikasi

Hipertensi yang tidak terkontrol menyebabkan beberapa komplikasi pada


beberapa organ tubuh, antara lain.

- Jantung

Secara klinis, elektrokardiografis, atau radiologis memperlihatkan bukti


adanya penyakit pada arteri koroner; hipertrofi pada ventrikel kiri; malfungsi pada
ventrikel kiri atau gagal jantung.

Akibat tekanan darah yang tinggi, jantung harus memompa darah dengan
tenaga ekstra keras. Otot jantung akan semakin menebal dan lemah sehingga
kehabisan energi untuk memompa lagi. Parahnya lagi apabila terjadi penyumbatan
pembuluh akibat aterosklerosis. Gejalanya yaitu pembangkakan pada pergelangan
kaki (swollen ankles), peningkatan berat badan, dan napas tersengal-sengal.

10
- Serebrovaskuler

Tekanan yang tinggi pada pembuluh darah otak mengakibatkan pembuluh


darah sulit dilatasi sehingga aliran darah menuju otak kekurangan oksigen
(hipoksia). Keadaan otak hipoksia ini mengakibatkan serangan yang disebut stroke.
Pembuluh darah di otak juga sangat sensitif sehingga ketika semakin melemah
maka menimbulkan pendarahan akibat pecahnya pembuluh darah (stroke
haemorrhagic).

- Pembuluh Darah Perifer

Ketiadaan satu atau lebih denyut nadi secara ekstrim (selain dorsalis pedis)
dengan atau tanpa claudication yang sebentar-sebentar; aneurisma..

- Ginjal

Serum creatinin >130 mcg/L (1,5 mg/dL); proteinuria (+1 atau lebih); micro-
albuminemia.

Ginjal berfungsi untuk menyaring darah serta mengeluarkan air dan zat sisa
yang tidak diperlukan tubuh. Ketika tekanan ginjal terlalu tinggi, pembuluh darah
kecil akan rusak. Ginjal juga tidak mampu lagi menyaring dan mengeluarkan sisa.
Umumnya, gejala kerusakan ginjal tidak segera tampak. Namun jika dibiarkan,
komplikasinya menimbulkan masalah serius.

- Retina

Pendarahan (haemorrhages) atau penetesan darah, dengan atau tanpa


papilledema. Tekanan darah tinggi melemahkan bahkan merusak pembuluh darah
di belakang mata. Gejalanya yaitu pandangan kabur dan berbayang.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kohort retrospektif. Data diambil dari rekam
medis pasien Pelayanan Puskesmas Keliling. Diambil data tahun 2017 sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi sampel.

III.2 Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel penelitian diambil dari rekam medis pasien pelayanan
puskesmas keliling yang diambil dari beberapa dusun dari 3 desa dalam lingkup
pelayanan Puskesmas Ngemplak 1. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 62 pasien.

Kriteria inklusi dari sampel ini adalah pasien Pelayanan Puskesmas Keliling yang
terdiagnosis dengan Hipertensi (*Tekanan Darah 140/90 pada dua kali pemeriksaan)
pada tahun 2017 ataupun terdiagnosis sebelum 2017 dan masih melanjutkan terapi.

Kriteria eksklusi dari sampel ini adalah pasien dengan false diagnosis (satu kali
pengukuran tekanan darah), penulisan rekam medis yang kurang terbaca jelas.

III.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dengan melihat rekam medis pasien puskesmas keliling pada
minggu ketiga bulan Juni di ruang rekam medis puskesmas keliling.

III.4 Variabel

Variabel yang dinilai pada penelitian ini adalah tekanan darah sebelum dan setelah
mendapat terapi antihipertensi serta ketaatan pasien dalam terapi.

12
III.5 Tahapan Penelitian

Penelitian dimulai dengan adanya hasil pemeriksaan tekanan darah pada pasien-
pasien hipertensi pada pelayanan puskesmas keliling cenderung tidak terkontrol. Pasien
hipertensi pada pelayanan puskesmas keliling mendapatkan terapi obat yang diberikan
untuk 10 hari, sehingga 20 hari berikutnya pasien tidak mendapatkan terapi obat.

Penelitian dilanjutkan dengan melihat rekam medis pasien pusling. Diambil rekam
medis dari 3 desa wilayah pelayanan Puskesmas Ngemplak 1. Diambil beberapa dusun
dari masing- masing desa untuk menjadi sampel.

Sampel yang digunakan adalah pasien dengan diagnosis hipertensi yang tercatat di
rekam medis pada tahun 2017. Dilakukan pencatatan tanggal pasien didiagnosis
hipertensi atau diberikan terapi obat antihipertensi, kemudian diikuti tentang ketaatan
pasien untuk melakukan kontrol di bulan- bulan berikutnya. Dilakukan pencatatan
tentang ketaatan kontrol pasien, ketaatan dinilai apabila 2 bulan berturut- turut kontrol
pusling. Kemudian dilakukan pencatatan tekanan darah terakhir pada kunjungan
kontrol.

Dari total pasien yang menjadi sampel dilakukan klasifikasi antara pasien taat
kontrol dengan pasien tidak taat kontrol. Dari 2 kelompok sampel tersebut dilihat
masing- masing tekanan darah pada saat kunjungan kontrol terakhir, dibagi menjadi
kelompok dengan hipertensi terkontrol dan kelompok dengan hipertensi tidak
terkontrol.

FLOWCHART.

13
Total Sampel:
62

Patuh Terapi: Lost To Follow


23 Up: 39

Tidak Tidak
Terkontrol: 4 Terkontrol: 1
Terkontrol: 19 Terkontrol: 38

BAB IV

14
HASIL PENELITIAN

IV.1 Gambaran Umum Puskesmas Ngemplak 1

Puskesmas Ngemplak I terletak di wilayah Kabupaten Sleman, termasuk dalam


wilayah Pembantu Bupati Sleman Timur. Luas wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I
sekitar 17,25 km atau 2,97 % luas Kabupaten Sleman.

a. Batas wilayah kerja :

- Sebelah Utara : Kecamatan Cangkringan

- Sebelah Selatan : Kecamatan Kalasan

- Sebelah Barat : Desa Widodomartani, Kec. Ngemplak

- Sebelah Timur : Kabupaten Klaten, Jateng

b. Wilayah kerja terdiri atas 3 desa, 38 pedukuhan yaitu :

- Desa Bimomartani : 12 dusun

- Desa Sindumartani : 11 dusun

- Desa Umbulmartani : 15 dusun

c. Jarak antara Puskesmas Ngemplak I dengan pusat pemerintahan

- Kecamatan kurang lebih : 3 km

- Kabupaten kurang lebih : 20 km

- Propinsi kurang lebih : 25 km

- Transportasi termasuk mudah, karena semua jalan sudah diaspal dan


tersedia kendaraan umum.

d. Keadaan alam

Sebagian besar terdiri atas dataran, hanya sebagian kecil berupa pegunungan.
Tanahnya tergolong tanah subur yang mudah ditanami pepohonan dan sumber air
mudah didapat.

e. Peta wilayah kerja Puskesmas Ngemplak I Sleman

15
f. Distribusi penduduk

Jumlah penduduk sampai dengan pertengahan tahun 2014 pada wilayah kerja
Puskesmas Ngemplak I sebagai berikut.

IV.2 Hasil Penelitian

16
Jumlah sampel diperoleh data 62 pasien dari 10 dusun yang mewakili masing-
masing desa dalam wilayah kerja Puskesmas Ngemplak 1. Sampel terdiri dari 58 wanita
dan 4 pria, dengan rata- rata usia 62 tahun.

Dari 62 pasien tersebut yang jumlah pasien dengan kepatuhan kontrol pengobatan
sebanyak 23 orang sedangkan pasien yang tidak patuh kontrol pengobatan (lost to
follow up) sebanyak 39 pasien.

Dari 62 pasien tersebut yang memiliki tekanan darah terkontrol sebanyak 5 pasien
(8.06%) terdiri dari 4 pasien (6.45%) pada kelompok pasien patuh kontrol dan 1 pasien
(1.61%) pada kelompok pasien tidak patuh kontrol pengobatan (lost to follow up).

Angka keberhasilan terapi hipertensi pada pasien di pelayanan pusling secara


keseluruhan sebesar 8.06%.

BAB V

17
PEMBAHASAN

Dari hasil yang diperoleh, tekanan darah pasien dengan diagnosis hipertensi pada
Pelayanan Puskesmas Keliling tidak terkontrol. Ada beberapa hal yang menyebabkan
tidak terkontrolnya tekanan darah.

Pertama, pasien pada Pelayanan Puskesmas Keliling kurang menyadari dan


memahami bahwa hipertensi merupakan penyakit kronis dan tidak bisa disembuhkan
tetapi bisa dikendalikan. Pasien beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan
sebulan sekali melalui Pelayanan Puskesmas Keliling ini sudah cukup untuk mengobati
hipertensi. Pasien berpendapat bahwa pengobatan hipertensi cukup sekali periode
pengobatan, sehingga tidak perlu melakukan kontrol tekanan darah dan melanjutkan
pengobatan saat obat habis.

Kedua, jumlah obat anti hipertensi yang diberikan pada pasien Pelayanan
Puskesmas Keliling dibatasi untuk 10 hari pengobatan. Tidak diperbolehkan pemberian
pengobatan penuh 1 bulan sampai Pelayanan Puskesmas Keliling bulan berikutnya.
Sehingga, dalam 30 hari kalender, pasien hanya mendapatkan terapi untuk 10 hari saja,
kemudian 20 hari berikutnya sampai dengan Pelayanan Puskesmas Keliling selanjutnya
pasien tidak mendapatkan terapi obat anti hipertensi.

Ketiga, adanya asumsi pasien bahwa mengkontrol hipertensi cukup dengan obat
saja. Padahal selain obat, pasien juga perlu memperbaiki gaya hidup yang menunjang
terkontrolnya tekanan darah.

BAB VI

18
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini menunjukkan hasil bahwa tekanan darah pada pasien
Pelayanan Puskesmas Keliling dengan diagnosis hipertensi menunjukkan hasil
tekanan darah yang tidak terkontrol.

6.2. Saran

Kurang efektifnya Pelayanan Puskesmas Keliling dalam mengelola pasien


hipertensi, perlu dilakukan beberapa perbaikan dan tindak lanjut, antara lain:

- Melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai hipertensi, dari cara


pencegahan, kronisitas penyakit, terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi
serta pentingnya ketaatan kontrol dan pengobatan.

- Memberikan terapi obat antihipertensi untuk satu bulan penuh pada pasien
Pelayanan Puskesmas Keliling atau tidak sama sekali memberikan obat
antihipertensi pada Pelayanan Puskesmas Keliling

- Memperbaiki dan mengefektifkan proses rujukan pasien hipertensi pada


Pelayanan Puskesmas Keliling supaya pasien melanjutkan terapi obat anti
hipertensi di Puskesmas Induk atau Puskesmas Pembantu terdekat.

Daftar Pustaka

19
1. Pedoman Tata Laksana Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskuler Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia. 2015

2. The Seventh Report of the Joint National Committee on the Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7). 2013

3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013

20

Anda mungkin juga menyukai