Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH


HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN
HIPERTENSI DALAM MENJAGA KESEIMBANGAN
DIIT DAN OLAH RAGA

(LITERATUR REVIEW)

SUSIANA
NIM. P17230206014

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
BLITAR
2020

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Susiana

NIM : P17230206014

Program Studi : D3 keperawatan Blitar

Jurusan : Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal Karya Tulis ilmiah yang


saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambil alihan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil penulisan
atau pikiran saya sendiri.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat proposal karya Tulis Ilmiah ini
hasil pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain, saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.

Blitar, 15 Februari 2021


Yang Membuat Pernyataan

Susiana
NIM. P17230206014

Mengetahui,
Pembimbing Utama

Mujito. A.Per.Pen.,M.Kes
NIP.19640707 198603 1 003

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah Studi Literatur Review dengan judul

“Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Klien Hipertensi Dalam Menjaga

Keseimbangan Diit Dan Olah Raga” oleh Susiana NIM P17230206014 telah

diperiksa dan disetujui untuk diujikan tanggal 01 Maret 2021.

Blitar, 15 Februari 2021


Pembimbing Utama

Mujito. A.Per.Pen.,M.Kes
NIP.19640707 198603 1 003

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah Literatur Review Dengan Judul “Hubungan

Pengetahuan Dengan Kepatuhan Klien Hipertensi Dalam Menjaga Keseimbangan

Diit Dan Olah Raga” oleh Susiana NIM P17230206014 telah telah disetujui oleh

dewan penguji pada tanggal 01 Maret 2021

Dewan Penguji

Penguji Ketua Penguji Anggota

Agus Khoirul Anam, S.Kp,Ns,.M.Kep Mujito. A.Per., M.Kes


NIP.19750926200112 1 001 NIP.19640707 198603 1 003

Mengetahui.
a.n Direktur Poltekkes Kemenkes Malang
Ketua Program Studi D3 Keperawatan Blitar

Dr. Sri Mugianti, S.Kep,.Ns,.M.Kep


NIP. 19660903 198803 2 002

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kesempatan dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan
penulisan Karya Tulis Ilmiah Studi Literatur dengan judul : “Hubungan
pengetahuan pasien hipertensi dengan kepatuhan pasien hipertensi dalam menjaga
keseimbangan diit dan olah raga“ untuk memenuhi persyaratan Program Studi
DIII keperawatan. Sehubungan dengan selesainya Proposal Karya Tulis Ilmiah
ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang
2. Bapak Imam Subekti, S.Kp,.M.Kep,S.Kom Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
3. Dr. Sri Mugianti, Ns,.M.Kep Ketua Program Studi Diploma III Keperawatan
Blitar Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
4. Agus Khirul Anam, S.Kp, Ns,.M.Kes selaku Koordinator Akademik dan
Anggota I Dewan Penguji serta Penguji Utama
5. Mujito.A,Per.Pen,.M.Kes selaku Ketua Penguji Anggota
6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan proposal Karya
Tulis Ilmiah Studi Literatur ini.
Penulis menyadari bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah Studi Literatur
ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah Studi Literatur ini.

Blitar,15 Februari 2021

Penulis

iv
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN
HIPERTENSI DALAM MENJAGA KESEIMBANGAN
DIIT DAN OLAH RAGA

Susiana

Mujito. A.Per., M.Kes


_______________________________________________________________

Abstrak

Latar belakang. Meningkatnya penderita hipertensi ini disebabkan antara lain


karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga
keseimbangan diit dan olah raga. Kepatuhan klien selain faktor makanan, olah
raga atau latihan fisik juga sangat penting untuk menjaga kestabilan tekanan darah
pada penderita hipertensi. Tujuan dari studi literature review ini menjelaskan
hubungan pengetahuan dengan kepatuhan pada keseimbangan diit dan olahraga
pasien hipertensi.
Metode. Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan studi literatur review dengan
penelusuran jurnal penelitian menggunakan google scholar yang di publish pada
tahun 2017 sampai dengan 2020, berbahasa Indonesia dan dalam bentuk abstrak,
jurnal penelitian, full text penelitian.
Hasil dan analisis. Ditemukan sebesar 10 jurnal yang direview dengan
karakteristik studi menggunakan berbagai metode seperti deskripsi analitik, cross
sectional, penelitian kualitatif dengan study kasus dengan rata-rata jumlah
responden sebesar 50 sampai 100 responden.
Kesimpulan dan saran. Pengetahuan dan kepatuhan terhadap keseimbangan diit
dan aktivitas fisik atau olahraga pada pasien hipertensi mempunyai hubungan
yang signifikan. Dengan demikian, penting untuk memberikan wawasan pada
pasien hipertensi mengenai diit dan olahraga pada pasien hipertensi.

Kata Kunci : pengetahuan, keseimbangan diit dan olah raga, pasien hipertensi

v
KNOWLEDGE RELATIONSHIP WITH HYPERTENSION CLIENT
COMPLIANCE IN MAINTAINING BALANCE
DIIT AND SPORT

Susiana

Mujito. A.Per., M.Kes

____________________________________________________________

Abstract

Background. The increase in hypertension sufferers is due, among other things,


to the lack of knowledge and awareness of the community to maintain a balance
of diet and exercise. Client compliance in addition to dietary factors, exercise or
physical exercise is also very important to maintain blood pressure stability in
people with hypertension. The aim of this literature review study is to describe the
relationship between knowledge and adherence to dietary balance and exercise in
hypertensive patients.
Method. This scientific paper uses review literature studies by searching for
research journals using google scholar published in 2017 to 2020, in Indonesian
language and in abstract form, research journals, full text research.
Results and analysis. It was found that 10 journals were reviewed with study
characteristics using various methods such as analytic descriptions, cross
sectional, qualitative research with case studies with an average number of
respondents of 50 to 100 respondents.
Conclusions and suggestions. Knowledge and adherence to dietary balance and
physical activity or exercise in hypertensive patients have a significant
relationship. Thus, it is important to provide insight to hypertensive patients
regarding diet and exercise in hypertensive patients.

Keywords: knowledge, diet and exercise balance, hypertensive patients

vi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………….. iv


DAFTAR ISI………………………………………………………….. v
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….. vii

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………........... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………... 4
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………… 4
1.4 Manfaat penelitian……………………………………….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………


10
2.1 Konsep Pengetahuan…………………………………….
10
2.2 Konsep Hipertensi……………………………………….
19
2.3 Konsep Kepatuhan……………………………………....
27

BAB III METODE PENELITIAN………………………………… 32


3.1 Strategi Pencarian Literature……………………………. 32
3.2 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas................................. 35
3.3 Penilaian Kualitas……………………………………….. 39

DAFTAR PUSTAKA

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka teori ……………………………………………. 33

Gambar 3.1 Diagram Flow Literature Review Berdasarkan PRISMA


37
2009………………………………………………………

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1 Hasil penelusuran Jurnal………………………………………. 40

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya umur dari berbagai penelitian epidemiologi pasti

mempengaruhi keadaan fisik, kesehatan maupun daya pikir, dan sejalan

dengan pertambahan usia, berkurangnya kemampuan organ tubuh dan

elastisitas pembuluh darah, meningkatnya resiko akibat gaya hidup memicu

terjadinya penyakit salah satunya hipertensi. Hipertensi menjadi masalah

yang paling serius pada lanjut usia. Meningkatnya penderita hipertensi ini

disebabkan antara lain karena rendahnya pengetahuan dan kesadaran

masyarakat untuk menjaga keseimbangan diit dan olah raga. Kepatuhan klien

selain faktor makanan, olah raga atau latihan fisik juga sangat penting untuk

menjaga kestabilan tekanan darah pada penderita hipertensi. Olah raga yang

bisa dilakukan antara lain jalan kaki, bersepeda, lari ringan, renang, dan

senam. Tekanan darah tinggi atau hipertensi terjadi ketika aliran darah

mendorong pembuluh darah arteri dengan sangat kuat, sehingga

menyebabkan jantung perlu bekerja lebih keras dalam memompa darah ke

seluruh tubuh. Bila terus menerus terjadi, kondisi ini dapat menimbulkan

berbagai penyakit sistem pembuluh darah.

Selain kepatuhan klien terhadap mengatur pola makan dengan

menjaga keseimbangaan diit, olah raga juga dapat memperkecil risiko

hipertensi dibandingkan dengan yang tidak mengatur melakukan olah raga.

Melakukan olah raga dan pelaksaanaan diit yang baik dapat menormalkan

1
hipertensi, yaitu dengan mengurangi makanan dengan tinggi garam, makanan

yang berlemak, mengkonsumsi makanan yang tinggi serat (Julianti, 2015).

Sebagian besar penderita hipertensi mereka menganggap makanan bergizi

dapat menjaga kesehatannya, sehingga kurang memperhatikan makanan yang

dikonsumsi. Banyak pasien hipertensi mengatakan tidak disiplin menjaga

keseimbangan diit baik jumlah dan jenis makanan dalam mengkonsumsi

makanan sehari-hari, bahkan mereka suka mengkonsumsi makanan dengan

tidak memperhatikan kandungan makanan yang dibolehkan dalam diit dengan

alasan malas dan bosan dengan menu yang sesuai aturan.

Hasil penelitian Budi Nugraha (2017) tentang hubungan pengetahuan

dan kepatuhan pasien hipertensi menunjukkan 81,5% pengetahuan pasien

hipertensi tentang hipertensi baik. 85,2% tingkat kepatuhan dalam

menjalankan diit hipertensi patuh. Uji Chi Square dari kedua variable

didapatkan nilai X2 hitung 46,076 yang berarti ada hubungan tingkat

pengetahuan pasien dengan kepatuhan dalam menjalankan diit hipertensi di

R. Irna 6 Rsud dr. Sayidiman Magetan. Untuk itu penting bagi petugas

kesehatan untuk selalu mengajak pasien menjaga asupan makanan atau

menjalankan diit hipertensi dan melakukan olah raga sebagai upaya

meningkatkan derajat kesehatan dengan menjaga kestabilan tekanan darah.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan pengetahuan dengan kepatuhan klien hipertensi dalam

menjaga keseimbangan diit dan olah raga?

2
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menjelaskan hubungan pengetahuan dengan kepatuhan klien

Hipertensi dalam menjaga keseimbangan diit dan olah raga

1.3.2 Tujuan khusus

a. Menjelaskan pengetahuan pasien hipertensi tentang diit dan

olahraga

b. Menjelaskan kepatuhan klien hipertensi pada keseimbangan diit

dan olah raga

c. Menjelaskan hubungan pengetahuan dengan kepatuhan klien

hipertensi pada keseimbangan diit dan olah raga

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil karya tulis ilmiah ini bisa digunakan sebagai alternative sumber

pengetahuan mengenai kepatuhan kesimbangan diit dan olahraga pada

pasien hipertensi

1.4.2 Manfaat praktis

Hasil karya tulis ilmiah ini mampu memberikan informasi pada

peneliti berikutnya tentang hubungan pengetahuan dan kepatuhan

keseimbangan olahraga dan diit hipertensi pada penderita hipertensi,

tentunya dengan pengembangan metode penelitian yang lebih baik.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori Pengetahuan

2.1.1 Pengertia

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya

(Notoatmodjo, 2012).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Kholid dan Notoadmodjo (2012) tedapat 6 tingkat

pengetahuan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Rasa mengerti melihat atau mengamati sesuatu

b. Memahami (Comprehension)suatu kemampuan untuk menjelaskan

tentang suatu objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara

benar sesuai fakta

c. Aplikasi (Aplication) Suatu kemampuan untuk mempraktekkan

materi yang sudah dipelajari pada kondisi nyata atau sebenarnya

d. Analisis (Analysis) kemampuan menjabarkan atau menjelaskan

suatu objek atau materi tetapi masih ada kaitannya satu dengan

yang lainnya

e. Sintesis (Synthesis) Suatu kemampuan menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

f. Evaluasi (Evaluation) Pengetahuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek.

5
2.1.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi

pengetahuan:

a. Pendidikan, Proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau

kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan. Semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin capat menerima dan memahami suatu

informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi

(Sriningsih, 2011).

b. Informasi atau Media Massa, Suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu.

Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering

mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan

menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang

yang tidak sering menerima informasi tidak akan menambah

pengetahuan dan wawasannya.

c. Sosial, Budaya dan Ekonomi. Tradisi atau budaya seseorang yang

dilakukan tanpa penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk

akan menambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang

dibutuhkan untuk kegiatan tertentu. Seseorang yang mempunyai

sosial budaya yang baik maka pengetahuannya akan baik tapi jika

sosial budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan kurang

6
baik. Status ekonomi seseorang mempengaruhi tingkat

pengetahuan karena seseorang yang memiliki status ekonomi

dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit untuk

meningkatkan pengetahuan.

d. Lingkungan, mempengaruhi proses masuknya pengetahuan

kedalam individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun

tidak yang akan direspons sebagai pengetahuan oleh individu.

Lingkungan yang baik akan pengetahuan yang didapatkan akan

baik tapi jika lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang

didapat juga akan kurang baik. Jika seseorang berada di sekitar

orang yang berpendidikan maka pengetahuan yang dimiliki

seseorang akan berbeda dengan orang yang berada di sekitar orang

pengangguran dan tidak berpendidikan.

e. Pengalaman. Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari

pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman

yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila

medapatkan masalah yang sama.

f. Usia, Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperoleh juga akan semakin membaik dan bertambah (Budiman

dan Riyanto, 2013).

7
2.1.4 Pengukuran tingkat pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) pengetahuan seseorang

ditetapkan menurut hal-hal berikut :

1. Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.

2. Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis

3. Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan

evaluasi.

Menurut Arikunto (2006) terdapat 3 kategori tingkat

pengetahuan yang didasarkan pada nilai presentase sebagai berikut :

1. Tingkat Pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%.

2. Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74%

3. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan

dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah

masyarakat umum, yaitu :

1. Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50%

2. Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya ≤ 50%

2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Pengertian

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal

dan diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda.

Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya

lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Elizabeth dalam Ardiansyah M.,

8
2012). Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016),

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit

jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf,

ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin

besar resikonya. Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H.

(2011), Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah

dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu

periode. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang

bersifat endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan,

maupun yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam,

rokok dan kopi.

Menurut American Heart Association atau AHA dalam

Kemenkes (2018), hipertensi merupakan silent killer dimana

gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan hampir

sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala

atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah

lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan

mimisan.

2.2.2 Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan

(Ardiansyah M., 2012) :

9
a. Hipertensi primer (esensial)

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang

90% tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga

berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :

1) Genetik Individu dengan keluarga hipertensi memiliki

potensi lebih tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.

2) Jenis kelamin dan usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita

yang telah menopause berisiko tinggi mengalami penyakit

hipertensi.

3) Diit konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak. Konsumsi

garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan

kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan

dengan berkembangnya penyakit hipertensi.

4) Berat badan obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat

badan ideal sering dikaitkan dengan berkembangnya

hipertensi.

5) Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol Merokok dan

konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya

hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung

dalam keduanya.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui

penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa

penyakit, yaitu :

10
1) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang

mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta

abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat

aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas

area kontriksi.

2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan

penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi

renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih

arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal.

Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi

disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia

(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim

ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur

serta fungsi ginjal.

3) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi

secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat

menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-

aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini,

tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan

penghentian oral kontrasepsi.

4) Gangguan endokrin

Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat

menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenalmediate hypertension

11
disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan

katekolamin.

5) Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.

6) Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah

untuk sementara waktu.

7) Kehamilan

8) Luka bakar

9) Peningkatan tekanan vaskuler

10) Merokok. Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan

katekolamin. Peningkatan katekolamin mengakibatkan iritabilitas

miokardial, peningkatan denyut jantung serta menyebabkan

vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan

darah.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma H.,

2016) :

1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140

mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90

mmHg.

2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar

dari 160 mmHg da tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan-perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016):

1) Elastisitas dinding aorta menurun

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

12
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan

menurunnya kontraksi dan volumenya

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.2.3 Klasifikasi hipertensi

Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A.

2016) klasifikasi hipertensi adalah :

a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140

mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.

b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149

mmHg dan diastolik 91-94 mmHg.

c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau

sama dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan

95 mmHg.

2.2.4 Manifestasi Klinis

Hipertensi Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma

H., 2016), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

a. Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat

dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan

tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi

arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.

b. Gejala yang lazim Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang

menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam

13
kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai

kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a. Mengeluh sakit kepala, pusing

b. Lemas, kelelahan

c. Sesak nafas

d. Gelisah

e. Mual

f. Muntah

g. Epistaksis

h. Kesadaran menurun

2.2.5 Faktor-Faktor Risiko Hipertensi

Menurut Aulia, R. (2017), faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu :

a. Faktor yang tidak dapat diubah Faktor yang tidak dapat berubaha adalah

1) Riwayat Keluarga Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah,

ibu, kakak kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan

hipertensi lebih berisiko untuk terkena hipertensi.

2) Usia Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya

usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun

sedangkan pada wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun.

3) Jenis Kelamin Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria

daripada wanita.

14
4) Ras/etnik Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar

negeri hipertensi banyak ditemukan pada ras Afrika Amerika

daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.

b. Faktor yang dapat diubah Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat

meningkatkan hipertensi antara lain yaitu :

1) Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena

dalam rokok terdapat kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh

pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan ke otak. Di

dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk

melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh

darah dan memaksa jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah

yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea, G.Y., 2013).

2) Kurang aktifitas fisik

Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya

aktifitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit

kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan

kematian secara global (Iswahyuni, S., 2017).

3) Konsumsi Alkohol

Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon

monoksida, yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Darah

menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa darah lebih

kuat lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi (Komaling, J.K.,

15
Suba, B., Wongkar, D., 2013). Maka dapat disimpulkan bahwa

konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.

4) Kebiasaan minum kopi

Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner,

termasuk peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol darah

karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein.

Salah satu zat yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah

kafein. Kafein didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu

produksi hormon adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa

didalam sel saraf yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah,

pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit

dan bertahan hingga 12 jam (Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini

Y., 2018).

5) Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam

Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk

memasak. Konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan

tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari, M.D.,

Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan

ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan.

Natrium yang berlebih dapat mengganggu keseimbangan cairan

tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.

6) Kebiasaan konsumsi makanan lemak

Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I,

2016), lemak didalam makanan atau hidangan memberikan

16
kecenderungan meningkatkan kholesterol darah, terutama lemak

hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi

bertalian dengan peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.

2.2.6 Komplikasi Hipertensi

Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi adalah :

a. Stroke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak

atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa

terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi

otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga

aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami

aterosklerosis dapat melemah dan meningkatkan terbentuknya

aneurisma.

b. Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami

arterosklerotik tidak pada menyuplai cukup oksigen ke miokardium

apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran darah

melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan

hipertrofi ventrikel maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat

terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

c. Gagal Ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada

kapiler-kapiler glomerulus. Rusaknya glomerulus membuat darah

mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu, dan berlanjut

17
menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan

protein keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid

plasma berkurang sehingga terjadi edema pada penderita hipertensi

kronik.

d. Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna

(hipertensi yang mengalami kenaikan darah dengan cepat). Tekanan

yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat peningkatan

tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium

diseluruh susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya

terjadi koma dan kematian.

2.3 Konsep Kepatuhan

2.3.1 Pengertian

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap

intruksi atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun

yang ditentukan, baik diit, latihan, pengobatan atau menepati janji

pertemuan dengan dokter kepada pasien dengan penyakit ginjal

kronis (Stanley, 2007). Kepatuhan merupakan suatu perubahan

perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang

mentaati peraturan (Green, 1997 dalam Notoatmodjo, 2007).

Sedangkan menurut Ircham (2005) kepatuhan diit penyakit

ginjal kronisadalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu

aturan dan perilaku yang disarankan. Kepatuhan ini dibedakan

18
menjadi dua yaitu kepatuhan penuh (total compliance) dimana pada

kondisi ini penderita penyakit ginjal kronispatuh secara

sungguhsungguh terhadap diit, dan penderita yang tidak patuh (non

compliance) dimana pada keadaan ini penderita tidak melakukan diit

terhadap gagal ginjal kronis. Kepatuhan adalah istilah yang dipakai

untuk menjelaskan ketaatan atau pasrah pada tujuan yang telah

ditentukan.

Definisi seperti itu memiliki sifat yang manipulative atau

otoriter, karena penyelenggara kesehatan atau pendidik dianggap

sebagai tokoh yang berwenang, dan konsumen atau peserta didik

dianggap bersikap patuh. Istilah tersebut belum dapat diterima

dengan baik dalam ilmu keperawatan, karena adanya falsafah yang

mengatakan bahwa klien berhak untuk membuat keputusan

perawatan-kesehatannya sendiri dan untuk tidak perlu mengikuti

rangkaian tindakan yang telah ditentukan oleh profesi perawatan

kesehatan (Bastable, 2009).

Kepatuhan berbanding lurus dengan tujuan yang dicapai pada

program pengobatan yang telah ditentukan. Kepatuhan, sebagai akhir

dari tujuan yang dicapai pada program pengobatan yang telah

ditentukan. Kepatuhan sebagai akhir dari tujuan itu sendiri, berbeda

dengan faktor motivasi, yang dianggap sebagai cara untuk mencapai

tujuan (Gulo, 2011). Kepatuhan pada program kesehatan merupakan

perilaku yang dapat diobservasi dan langsung diukur. Sedangkan

motivasi merupakan prekursor untuk tindakan yang dapat diukur

19
secara tidak langsung melalui konsekuensi atau hasil yang berkaitan

dengan perilaku.

Menurut Eraker, Levanthal, dan Cameron dalam Bastable

(2009), kepatuhan pasien program kesehatan dapat ditinjau dari

berbagai perspektif teoritis, yaitu

a. biomedis, yang mencakup demografi pasien, keseriusan

penyakit, dan kompleksitas program pengobatan

b. teori perilaku/ pembelajaran sosial, yang menggunakan

pendekatan behavioristik dalam hal reward, petunjuk,kontrak,

dan dukungan sosial,

c. perputaran umpan balik komunikasi dalam hal mengirim,

menerima, memahami, menyimpan, dan penerimaan

d. teori keyakinan rasional, yang menimbang manfaat pengobatan

dan risiko penyakit melalui penggunaan logika cost-benefit

e. sistem pengaturan diri, pasien dilihat sebagai pemecah masalah

yang mengatur perilakunya berdasarkan persepsi atas penyakit,

ketrampilan kognitif, dan pengalaman masa lalu yang

mempengaruhi kemampuan mereka untuk membuat rencana dan

mengatasi penyakit.

2.3.2 Indikator Kepatuhan

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia PERKENI

(2015), kepatuhan diit seseorang dilihat dari jumlah makanan, jenis

makanan, dan jadwal makan pasien. Jumlah makanan yang

dikonsumsi oleh pasien, jenis makanan yang dikonsumsi oleh pasien

20
dan jadwal makan pasien yang sesuai dengan ketentuan tenaga

kesehatan maka dapat dikatakan pasien patuh dalam melakukan diit.

Sebaliknya apabila pasien tidak mengatur jumlah makanan yang

dikonsumsi, tidak memilih jenis makanan yang dikonsumsi dan tidak

teratur jadwal makan pasien yang sesuai dengan tenaga kesehatan

maka dapat dikatakan pasien tidak patuh dalam melakukan diit.

Dalam penelitian ini indikator kepatuhan diit pada pasien penyakit

hipertensi, dikatakan patuh jika selama diit di rumah sakit sesuai

dengan food record yang ada di RS Budiasih Trenggalek

Lima Tipe Kepatuhan Menurut Bastable (2009), terdapat lima

tipe kepatuhan, yaitu:

a. Otoritarian. Suatu kepatuhan tanpa reserve, kepatuhan yang

“ikut-ikutan” atau sering disebut “bebekisme”.

b. Conformist. Kepatuhan tipe ini mempunyai 3 bentuk meliputi

1) conformist yang directed, yaitu penyesuaian diri terhadap

masyarakat atau orang lain,

2) conformist hedonist, kepatuhan yang berorientasi pada “untung-

ruginya” bagi diri sendiri, dan

3) conformist integral, adalah kepatuhan yang menyesuaikan

kepentingan diri sendiri dengan kepentingan masyarakat.

c. Compulsive deviant. Kepatuhan yang tidak konsisten, atau apa

yang sering disebut “plinplan”.

d. Hedonic psikopatic. Kepatuhan pada kekayaan tanpa

memperhitungkan kepentingan orang lain.

21
e. Supra moralist. Kepatuhan karena keyakinan yang tinggi terhadap

nilai-nilai moral.

2.3.4 Faktor-faktor Kepatuhan

Menurut Kozier (2010), faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah

sebagai berikut:

a. Motivasi klien untuk sembuh

b. Tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan.

c. Persepsi keparahan masalah kesehatan

d. Nilai upaya mengurangi ancaman penyakit

e. Kesulitan memahami dan melakukan perilaku khusus

f. Tingkat gangguan penyakit atau rangkaian terapi

g. Keyakinan bahwa terapi yang diprogramkan akan membantu atau

tidak membantu

h. Kerumitan, efek samping yang diajukan

i. Warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan menjadi sulit

dilakukan

j. Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan dengan

penyediaan layanan kesehatan

Menurut Neil (2009), Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

dapat digolongkan menjadi empat bagian:

a. Pemahaman tentang instruksi

Tidak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika salah paham

tentang instruksi yang diberikan padanya. Lcy dan Spelman dalam

Neil (2009) menemukan bahwa lebih dari 60% pasien yang

22
diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang

instruksi yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh kegagalan

professional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap,

penggunaan istilah-istilah media dan memberikan banyak instruksi

yang harus diingat oleh pasien

b. Kualitas interaksi

Kualitas interaksi antara professional kesehatan dan pasien

merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan.

Korsch & Negrete dalam Neil (2009), mengamati 800 kunjungan

orang tua dan anak-anaknya ke rumah sakit anak di Los Angeles.

Selama 14 hari mereka mewawancarai ibu-ibu tersebut untuk

memastikan apakah ibu-ibu tersebut melaksankan nasihat-nasihat

yang diberikan dokter, mereka menemukan bahwa ada kaitan yang

erat antara kepuasaan ibu terhadap konsultasi dengan seberapa jauh

mereka mematuhi nasihat dokter, tidak ada kaitan antara lamanya

konsultasi dengan kepuasaan ibu. Jadi konsultasi yang pendek akan

menjadi produktif jika diberikan perhatian untuk meningkatkan

kualitas interaksi.

c. Isolasi sosial dan keluarga

Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam

menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga

menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.

Pratt dalam Neil (2012) telah memperhatikan bahwa peran keluarga

dalam pengembangan kebiasaan kesehatan dan pengajaran terhadap

23
anak-anak mereka. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat

keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.

d. Keyakinan, sikap dan keluarga

Becker dalam Neil (2012) telah membuat suatu usulan bahwa

model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya

ketidakpatuhan. Mereka menggambarkan kegunaan model tersebut

dalam suatu penelitian bersama Hartman dan Becker yang

memperkiraka ketidakpatuhan terhadap ketentuan untuk pasien

Hipertensi. 50 orang pasien dengan penyakit Hipertensi yang harus

mematuhi program pengobatan yang kompleks, meliputi diit,

pembatasan gula. Pasien-pasien tersebut diwawancarai tentang

keyakinan kesehatan mereka menggunakan suatu model. Hartman dan

Becker menemukan bahwa pengukuran dari tiap-tiap dimensi yang

utama dari model tersebut sangat berguna sebagai faktor yang

mempengaruhi seseorang terhadap pengobatan.

Selain faktor diatas beberapa faktor lain yang mempengaruhi

kepatuhan menurut Faktul (2009) diantaranya, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan

kepribadian atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan

dan penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan membina

dan mengembangkan potensi kepribadiannya, yang berupa rohani

(cipta, rasa, karsa) dan jasmani.

24
Menurut Notoatmodjo (2007) domain pendidikan dapat

diukur dari :

1) Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan (knowledge)

2) Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang

diberikan (attitude).

3) Praktek atau tindakan sehubungan dengan materi pendidikan

yang diberikan

b. Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami ciri

kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien

yang mandiri harus dilibatkan secara aktif dalam program

pengobatan.

c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial.

Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman –

teman sangat penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk

membantu memahami kepatuhan terhadap program pengobatan.

d. Perubahan model terapi

Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan

pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut.

e. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan pasien.

f. Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada

pasien setelah memperoleh informasi diagnosa.

25
2.4 Aktivitas Fisik

2.4.1 Definisi Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh

otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya

aktivitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk penyakit

kronis, dan secara keseluruhan diperkirakan menyebabkan kematian

secara global (WHO, 2010; Physical Activity. In Guide to Community

Preventive Services Web site, 2008).

Manfaat aktivitas fisik terhadap kesehatan secara teratur memiliki

efek yang menguntungkan terhadap kesehatan yaitu terhindar dari

penyakit, mengendalikan berat badan seseorang (berat badan berlebih

sebagai salah satu faktor timbulnya berbagai penyakit), otot lebih

lentur dan tulang lebih kuat, lebih bertenaga dan bugar dan secara

keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik. Aktivitas fisik

berupa olahraga yang dapat dilakukan secara rutin setiap hari maupun

dilakukan beberapa kali dalam seminggu misalnya; tenis, bulu tangkis,

sepakbola, bola basket, bola volley, dan bersepeda.

Semua olahraga di atas bisa dilakukan kapan saja tetapi

membutuhkan beberapa alat bantu misalnya lapangan, bola, ring, net,

sepeda dan beberapa alat bantu lainnya dan lebih cenderungnya lagi

adalah membutuhkan teman dalam 1 tim atau beberapa tim untuk

melakukan olahraga tersebut. Contoh aktivitas fisik berikut adalah

Jalan sehat dan jogging (lari secara perlahan) yang bisa dilakukan

kapan saja dan tidak membutuhkan biaya yang banyak serta alat

26
bantu, hanya membutuhkan energi untuk menggerakan kaki dan

beberapa bagian organ tubuh untuk melangkah karenanya sangat

mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhan training atau pelatihan

khusus sehingga jogging ini sangat dianjurkan karena termasuk dalam

aktivitas fisik olahraga yang termasuk mudah untuk di lakukan (Pusat

Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006).

2.4.2 Hubungan antara aktivitas fisik/ olahraga dengan tekanan darah

Aktivitas fisik cukup dapat menurunkan tekanan darah sistolik

bagi individu pre-hipertensi maupun hipertensi. Bagi seseorang yang

melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang hingga tinggi

dengan frekuensi serta durasi yang teratur bisa sebagai terapi bagi

yang berisiko maupun tidak tidak berisiko penyakit aterosklerosis

kardiovaskular (penumpukan kolesterol dalam dinding pembuluh

arteri yang dapat menghambat aliran darah ke bagian organ tubuh

lainya) sehingga mempunyai tekanan darah, gula darah dan kolesterol

yang lebih normal (Thompson, et al, 2003).

Penurunan aktivitas fisik terjadi karena selama waktu luang tidak

digunakan dengan baik untuk olahraga, malahan sebaliknya hanya

duduk santai di rumah waktu libur, misalnya hanya menonton televisi,

bermain games dan sebagainya. Peningkatan penggunaan kendaraan

untuk transportasi sangat berkontribusi untuk kurangnya aktivitas

gerak fisik atau olahraga (WHO, 2014). Pada tahun 2011- 2012

tingkat aktivitas fisik cenderung menurun di usia tua dengan tingkat

aktivitas yang terendah pada orang- orang berusia 65 tahun ke atas,

27
karena rerata waktu yang dihabiskan dalam aktivitas fisik berat hanya

sekitar 20 menit per hari (Australian Government Departement of

Health, 2013).

Penelitian Lunde et al. (2012) menyimpulkan bahwa jalan santai

setelah konsumsi makanan dengan indeks glikemik tinggi (jenis

makanan yang dengan cepat menaikan gula darah) dapat mengurangi

kenaikan gula darah dan mengurangi tekanan darah sistolik pada

perempuan imigran Pakistan yang tinggal di Oslo. Ada penurunan

signifikan dalam tingkat hilangnya glukosa pada pria dewasa yang

terlatih olahraga treadmill dibandingkan dengan yang tidak terlatih

(Kasavadev et al 2003).

2.4.3 Hubungan Antara Makanan Dengan Tekanan darah tinggi

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada

orang dewasa, salah satunya adalah pola makan. Makanan dapat

memicu kenaikan atau penurunan tekanan darah. Menurut Kapojos

(2009),Salah satu faktor yang berhubungan dengan terjadinya tekanan

darah tinggi adalah aterosklerosis yaitu terjadinya akumulasi

kolesterol di dalam dinding pembuluh darah arteri, yang jika cukup

parah dapat menghambat aliran darah ke berbagai organ di tubuh

sehingga memicu adanya tekanan darah tinggi. Serat makanan dan

beberapa mikronutrien seperti Mg, Cr, Cu, vitamin C, vitamin E dan

B6 penting dalam pencegahan jangka panjang atau memperlambat

aterosklerosis. Selain itu konsumsi tinggi kolesterol dan lemak akan

memicu terjadinya aterosklerosis. Asupan garam (Natrium Chlorida)

28
dapat meningkatkan tekanan darah. Dari penelitian Sari et al (2015)

tentang korelasi pola makan dan tekanan darah, ditemukan bahwa

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan lemak,

kalori, vitamin C dan 9 kalsium dengan tekanan darah, tapi ada

kecenderungan terdapat korelasi yang negatif.

29
BAB III

METODE LITERATURE REVIEW

3.1 Strategi Pencarian Literature


3.1.1 Protokol dan Registrasi
Riset yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
adalah Literature Review. Review literatur adalah sebuah metode
yang sistematis, untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan sintesis
terhadap karya-karya hasil penelitian dan hasil pemikiran yang
sudah dihasilkan oleh para peneliti dan praktisi Mandava & Jepson
dalam Rahayu (2019).
Studi literatur (literature review) yaitu sebuah pencarian dan
merangkum beberapa literatur empiris yang sesuai dan relevan
dengan tema. Literatur yang digunakan berupa buku, artikel ilmiah
yang berasal dari jurnal internasional maupun nasional. Literatur
yang digunakan adalah literatur relevan dengan studi ini dan telah
dicetak maupun dipublikasikan. Penggunaan kriteria inklusi dan
eksklusi terhadap seluruh literatur merupakan metode
penyeleksiannya (Arafah, 2020).
Literature Review yaitu sebuah pencarian literature Nasional
Terakreditasi atau Internasional Bereputasi. Pencarian ini dilakukan
dengan menggunakan database.
3.1.2 Database Pencarian
Literature Review yaitu rangkuman menyeluruh dari beberapa
studi penelitian yang ditentukan berdasarkan judul tertentu.
Pencarian Literature Review dilakukan Januari-Februari 2021. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi diperoleh dari hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti - peneliti sebelumnya.
Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel Nasional
Terakreditasi atau Internasional Bereputasi dengan tema yang

30
sudah ditentukan. Pencarian literatur dalam Literature Review ini
menggunakan database dengan kriteria kualitas tinggi dan sedang
menggunakan Google Scholar.
Pada pencarian ke-1 menggunakan Google Scholar artikel
jurnal menggunakan keyword “Hubungan pengetahuan dengan
kepatuhan klien hipertensi dalam menjaga keseimbangan diit dan
olah raga” diperoleh 19 artikel jurrnal dari Tahun 2017 sampai
2020. Pada pencarian ke-2 menggunakan menggunakan Google
Scholar dengan keyword “pengetahuan dengan kepatuhan klien
hipertensi” diperoleh 15 artikel jurnal dari Tahun 2017 sampai
2020. Pada pencarian ke-3 menggunakan menggunakan
menggunakan Google Scholar dengan keyword “ keseimbangan
diit dan olah raga pasien hipertensi” diperoleh 12 artikel jurnal.
Pada pencarian ke-4 menggunakan menggunakan menggunakan
Google Scholar dengan keyword “hubungan pengetahuan pasien
hipertensi dan kepatuhan diit dan olahraga pasien hipertensi”
diperoleh 9 jurnal artikel. Berdasarkan hasil pencarian yang sudah
didapatkan kemudian diperiksa dan diidentifikasi yang relevan
dengan artikel jurnal untuk kompilasi. Dari jumlah tersebut hanya
sekitar 11 artikel jurnal yang dianggap relevan.

3.1.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi


Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan
PICOS framework, yang terdiri dari:
1) Population/problem
Population yaitu populasi atau masalah yang akan di analisis
sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dalam Literature
Review.
2) Intervesi (Intervetion)
Intervetion yaitu suatu tindakan penatalaksanaan terhadap
kasus perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang

31
penatalaksanaan studi sesuai dengan tema yang sudah
ditentukan dalam Literature Review.
3) Comparation
Comparation yaitu intervensi atau penatalaksanaan lain yang
digunakan sebagai pembanding, jika tidak ada bisa
menggunakan kelompok control dalam studi yang terpilih.
4) Outcome
Outcome yaitu hasil atau luaran yang diperoleh pada studi
terdahulu yang sesuai dengan tema yang sudah ditentukan
dalam Literature Review.
5) Study design
Study design yaitu desain penelitian yang digunakan dalam
artikel yang akan di review.

32
Tabel 3.2 Format PICOS hubungan pengetahuan dan kepatuhan dalam
keseimbangan diit dan olahraga pasien hipertensi

Kriteria Inklusi Eksklusi


Population Pasien yang mengalami Pasien yang menderita
hipertensi penyakit lain selain hipertensi
Intervention Tidak ada intervensi Tidak ada intervensi
Comparators Tidak ada intervensi Tidak ada intervvensi
pembanding pembanding
Outcomes Hubungan pengetahuan Faktor yang tidak
hipertensi dengan kepatuhan mempengaruhi pengetahuan
keseimbangan diit dan dan kepatuhan keseimbangan
olahraga diit dan olahraga
Jenis Desain Studi kasus kualitatif, analisis Tidak ada pengecualian
dan Publikasi desktiptif kualitatif,
Studi pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif, studi
kepustakaan, metode
desktiptif analitis
Tahun Literatur yang digunakan Literatur yang tidak
Publikasi kurang dari 5 Tahun digunakan lebih dari 5 Tahun
Bahasa Indonesia, Inggris Selain Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris

3.1.4 Seleksi Studi dan Penilaian Kualitas


a. Hasil Pencarian dan Seleksi Studi
Berdasarkan hasil pencarian Literature Review melalui publikasi di
lima database dan menggunakan keyword yang sudah disesuaikan
dengan MeSH, peneliti mendapatkan 55 artikel jurnal yang sesuai dengan
kata kunci tersebut. Peneliti kemudian melakukan skrining berdasarkan
judul yang disesuaikan dengan judul Literature Review. Hasil seleksi
artikel jurnal studi dapat digambarkan dalam Diagram Flow di bawah ini:

55 jurnal ditemukan lewat internet


sesuai kata kunci

33
Jurnal 55 jurnal dilakukan skrining 30 jurnal dieksklusi

25 jurnal full text dilakukan 14 jurnal full text dieksklusi


asasemen kelayakan karena duplikasi dan tidak
sesuai kriteria inklusi

11 jurnal full text dilakukan review

Gambar 3.1. Diagram Alur Review

Dari hasil penelusuran jurnal, maka diperolah hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil Penelusuran Jurnal

No Penulis Tahun Judul Data Base

1 Fara ika nastiti 2018 Hubungan pengetahuan dan Google


sikap lansia tentang diit schoolar
hipertensi di panti Tresna
wredha Magetan

2 Dimas 2018 Kepatuhan Penderita Google


Saifunurmazah Diabetes Mellitus Dalam schoolar
Menjalani Terapi Olahraga
Dan Diet (Studi Kasus Pada
Penderita DM Tipe 2 di
RSUD Dr.Soeselo Slawi)

3 Aryanti 2017 Hubungan Pengetahuan Dan Google


Sulistyani1 Kepatuhan Diet Rendah schoolar
Garam Dengan Asupan
Natrium Pada Pasien
Hipertensi Rawat Jalan Di
Rsi Pku Muhammadiyah
Pekajangan.

4 Yosi 2019 Penatalaksanaan Diet Dan Google


Suryarinilsih Olahraga Dengan schoolar
Pengendalian Hipertensi
Pada Klien Hipertensi

34
5 Fera 2018 Faktor- Faktor Yang Google
Susriwenti Mempengaruhi Kepatuhan schoolar
Diet Pasien Hipertensi Di
Rawat Inap Penyakit Dalam
Rsud Sultan Thaha
Saifuddin Kabupaten Tebo
Tahun 2018

6 Siti halimatus 2020 Hubungan Tingkat Google


sa’adiyah Pengetahuan Dengan schoolar
Perilaku Diet Pada Petani
Dengan Kejadian Hipertensi
Di Kecamatan Pati
Kabupaten Jember

7 Afi taat 2017 Hubungan Kepatuhan Google


Rahayu Olahraga Dengan Tekanan schoolar
Darah Pada Lansia Pasien
Hipertensi

8 Jujuk 2019 Gambaran Kepatuhan Diet Google


proboningsih Dan Minum Obat Pada schoolar
Pasien Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas
Pacar Keling Surabaya

9 Arista sari 2018 Pengaruh aktivitas fisik Google


gerak pagi terhadap tingkat schoolar
hipertensi lansia di dusun
biru trihanggo Sleman

10 Moh. Nurman 2018 Hubungan Aktivitas Fisik Google


Dengan Tekanan Darah Pada schoolar
Lansia Hipertensi Di Desa
Pulau Birandang Wilayah
Kerja Puskesmas Kampar
Timur

11 Bharata 2019 Google


Bintang Hubungan Kepatuhan Olah schoolar
Raga Senam Aerobik
Dengan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi
Di Wilayah Kerja

35
Puskesmas Sawoo Ponorogo

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Kholid, 2012, Promosi Kesehatan, Jakarta : Rajawali Pers.

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah untuk Mahasiswa. Yogyakarta : Diva Press

36
Bastable.2009.Peran Perawat Sebagai Pendidik. Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Budiman dan Riyanto, 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2017. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur.
Surabaya. Dinas Kesehatan Jawa Timur

Julianti. 2015. Bebas Hipertensi Dengan Terapi Jus.Jakarta:Puspa Swara.

Neil.2009.Psikologi Kesehatan. Jakarta : EGC

Notoadmodjo.2012. Metodologi penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Nursalam.2020. Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan


praktek.Jakarta : Salemba Medika.

Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC.
Yogyakarta: Media Hardy.

Noorhidayah, S.A. 2016. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antihipertensi


Tekanan Darah Terhadap Tekanan Darah Pasien Hipertensi. Universitas
Muhamadiyah Yogyakarta

Sarlina.2018. Keefektivan Diet Rendah Garam. Jurnal keperawatan Muhamadiyah

Sriningsih, 2011. Faktor demografi pengetahuan, Jurnal Kesehatan Masyarakat.


Jakarta : Rajawali Pers.

Tambayong.2016. Patofisologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC; 2000.

37

Anda mungkin juga menyukai