Anda di halaman 1dari 18

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

GAGAL JANTUNG/ CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)


DIBUAT OLEH :
SITI ALFITUN N.K
ANINDA NUR W.
EVITA DIVANTI
ICHA NOVIAN

KELAS : 3B
DEFINISI
• Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi
yang cukup bagi kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian vena dalam keadaan normal (Arif muttaqin,
2009).
• Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan menurunnya kemampuan miokardium dan trutama
memepengaruhi ventrikel kiri. Penyebab yang aling sering adalah penyakit jantung koroner (Silbernagl, 2012).

ETIOLOGI
Etiologi gagal jantung kongestif menurut Brunner & Suddarth (2013) yaitu :
a. Kelainan otot jantung
b. Aterosklerosis koroner
c. Hipertensi sistemik atau pulmonal
d. Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif
e. Penyakit jantung lain
f. Faktor sistemik
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis menurut Sudoyo Aru, dkk 2009 : 3. Major atau minor
1. Kriteria mayor • Penurunan BB >4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
• Paroksismal nocturnal dispnea • Diagnosis gagal jantung ditegakkan minimal ada 1
• Distensia vena leher
kriteria mayor dan 2 kriter minor
• Ronki paru
• Kardiomegal
• Edema paru akut
• Gallop S3
• Peninggian vena jugularis FI
• Refluks hepatojugular
2. Kriteria minor
• Edema ekstremitas
• Batuk malam hari
• Dipnea d'effort
• Hepatomegali
KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG
• Klasifikasi gagal jantung berdasarkan derajatnya fungsional (Saiful, Hidayat. 2011) :
1. Kelas 1 : Timbul gejala sesak pada aktivitas fisik yang berat, aktivitas sehari-hari tidak terganggu
2. Kelas 2 : Timbul gejala sesak pada aktivitas sedang, aktivitas sehari-hari sedikit terganggu
3. Kelas 3 : Timbul gejala sesak pada aktivitas ringan, aktivitas sehari-hari terganggu
4. Kelas 4 : Timbul gejala sesak pada aktivitas sangat ringan atau istirahat
• Klasifikasi GJ menurut letaknya:
1. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan kiri untuk mengisi atau mengosongkan dengan benar dan dapat
lebih lanjut diklasifikasikan menjadi disfungsi sistolik dan diastolik.
2. Gagal kanan merupakan kegagalan kanan untuk gagal secara memadai. Penyebab gagal jantung kanan yang
paling sering terjadi adalah gagal jantung kiri, tetapi gagal jantung kanan dapat terjadi dengan adanya
ventrikel kiri yang benar-benar normal dan tidak menyebabkan gagal jantung kiri. GJ kanan dapat juga
disebabkan oleh penyakit paru dan hipertensi arteri pulmonalis primer.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Oksimetri nadi
• Elektrokardiogram (EKG)
• Analisa gas darah
• Uji stress
• Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
• Ekokardiografi
• Katerisasi jantung • Pemeriksaan tiroid

• Radiografi dada
• Elektrolit

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gagal jantung di bagian atas:
• Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi yaitu antara lain perubahan gaya hidup, pemantauan dan kontrol faktor risiko.
• Terapi farmakologi
Terapi yang dapat diberikan antara lain golongan diuretik, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI), beta
bioker, Angiotensin Receptor Blocker (ARB), glikosida jantung, vasodilator, agenis beta, serta bipiridin
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 
A. PENGKAJIAN 2. Kaji
1. Kaji Keluhan 1. Riwayat diet : intake gula, garam, lemak, kafein, cairan
a. Dada terasa berat alcohol
b. Palpitasi atau bedebar debar 2. Riwayat penyakit : renal, angina, infark miokard kronis,
c. Paroxymal Nocturnal Dyspnea (PND) sesak diabetes mellitus, bedah jantung, dan disritmia
nafas saat beraktivitas, batuk, tidur harus pakai 3. Riwayat pengobatan : toleransi obat obatan , obat penekan
bantal lebih dari 2 fungsi jantung, steroid, jumlah cairan per IV, alergi
d. Tidak nafsu makan, mual, muntah terhadao obat tertentu
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan) 4. Pola elminasi urine : oliguria, nokturia
f. Kaki bengkak 5. Merokok : perokok, jumlah batang perhari, jangka waktu
g. Insomnia 6. Postur, kegelisahan , kecemasan
h. Jumlah urine menurunn 7. Factor predisposisi atau prespitasi , obesitas, asma atau
i. Serangan timbul mendadak COPD yang merupakan factor pencetus peningkatan kerja
jantung dan mempercepat perkembangan CHF.
3. Pemeriksaan fisik
• Pernapasan
Dispneu, RR > 22 x, penggunaan otot bantu napas, penggunaan oksigen, napas dangkal, batuk, sputum, bunyi napas
ronchi, krekel terjdi oleh gerakan udara melalui cairan dan menunjukkan terjadinya kongesti paru. Frekuensi dan
dalamnya pernapasan juga harus dicatat dan dilaporkan. Paroksimal nocturnal dispneu.
• Kardiovaskuler
Hipotensi/hipertensi, takikardi/bradikardi, sianosis, Distensi Vena Jugular. Jantung diauskultasi mengenai adanya bunyi
jantung S3 atau S4. Adanya tanda tersebut berarti bahwa pompa mulai mengalami kegagalan dan pada setiap
denyutan, darah yang tersisa di dalam ventrikel makin banyak.
• Pencernaan
Anoreksia, mual muntah, BB meningkat, asites, konstipasi/diare, gangguan menelan, gangguan reabsorbsi usus,
penurunan peritaltik usus.
• Perkemihan
Penurunan berkemih, warna urin gelap, nokturia, retensi urun, Pasien bisa mengalami oliguria (berkurangknya haluaran
urin kurang dari 100 dan 400 ml/24 jam) atau anuria (haluaran urin kurang dari 100ml/24 jam).
• Penginderaan atau Tingkat Kesadaran, Ektermitas
Kelemahan, letargi, peningkatan episode pingsan, peruabahan perilaku, nyeri dada, gelisah dan cemas. Otak tidak dapat
bertoleransi terhadap kekurangan oksigen dan pasien mengalami konfusi. Bagian bawah tubuh pasien harus dikaji akan adanya
edema. Pada kasus gagal jantung, pasien dapat mengalami edema peritibial dimana kelopak mata tertutup karena bengkak.
• Musculoskeletal
Kelemahan dengan atau tanpa aktivitas, kekuatan otot menurun, aktivitas dibantu, tirah baring, edema ekstremitas, penurunan
fungsi anggota gerak
• Integument
Akral dingin dan berkeringan hingga basah, sianosis, turgor jelek, ada edema (pitting/ non pitting), edema.
• Endokrin
Penutunan fungsi kelenjar tiroid, gangguan sekresi insulin, hiperglikemi/hiperglikemia,
• Imunologi
Infeksi daerah tertentu, leukositosis
• Sendori persepsi
Penurunan daya penglihatan, pandangan kabur dan tidak jelas, bicara tidak jelas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardium
2. Kelebihan volume cairan b.d penurunan aliran darah ke ginjal, penurunan laju filtrasi glomerolus
3. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan ketidakseimbanganan suplai Oksigen,
perpindahan cairan ke dalam area interstisial alveoli
4. Perubahan nurtisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia perubahan
membrane mukosa oral, gangguan absorsi dan metabolisme.
5. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukkan secret, efusi pleura, edema paru
6. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya ulkus dekubitus, bedrest total.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat
Penurunan Setelah di berikan 1. Auskultasi nadi apical
istirahat) untuk mengkompensasi penurunan
curah jantung tindakan 2. Kaji frekuensi, iram jantung kontraktilitas ventrikel.
2. S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja
berhubungan keperawatan: TTV 3. Catat bunyi jantung
pompa.
dengan dalam batas normal, 4. Palpasi nadi perifer 3. Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis
katup.
perubahan tanda-tanda 5. Pantau TTV
4. Penurunan curah jantung dapat menunjukkan
kontraktilitas penurunan curah 6. Kaji kulit terhadap pucat menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis
dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak
miokardium jantung berkurang. dan sianosis
teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
7. Berikan oksigen tambahan 5. Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat
dengan kanula meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml
nasal/masker dan obat lagi.
sesuai indikasi ; 2- 3 6. Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer
ekunder terhadap tidak dekutnya curh jantung;
ltr/menit (kolaborasi) vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi
sebagai refrakstori GJK.
7. Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan
miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Monitor dan evaluasi denyut
Kelebihan Tujuan : Setelah di 1. Tanda peningkatan tekanan hemodinamik memicu
nadi , TD secara ketat
volume cairan berikan tindakan 2. Monitor bunyi / jantung , 2. Terjadi kelemahan pada tanda-tanda pada pasien
mur-mur , palpasi ictus cordis,
b.d penurunan keperawatan dalam penurunan curah jantung
lebar denyut apeks dan
aliran darah ke waktu 3 x 24 jam . distrimia 3. Kenaikan BB sebagai indikasi jumlah cairan yang
3. Timbang BB tiap hari
ginjal, dapat mencegah tidak dikeluarkan melalui urin
4. Observasi pembesaran hati
penurunan laju atau mengurangi dan limpa 4. Kompliksi dari gagal jantung terjadi pembesaran
filtrasi kelebihan volume 5. Batasi makanan dan minuman hati dan limpa
bikarbonat
glomerolus cairan 6. Batasi asupan cairan dan 5. Penimbunan gas menimbulkan ketidaknyamanan
Kriteria hasil : berikan diet rendah kalori 6. Mencegah retensi cairan ekterseluler dan
7. Observasi input dan output
Keluhan berkurang, cairan dan produksi urine mempertahankan keseimbangan cairan elektrolit
TD, BB, edema perjam 7. Mengetahui kesemibangan cairan dalam tubuh
8. Kolaborasi dengan tim medis:
8.  Berfungsi untuk :
semuanya normal • Diuretik (lasik)
• Cek kadar elektrolit (Na , Ca, • Menurunkan volume cairan
K) • Perubahan elektrolit memicu distritmia
• Oksigenasi • Meningkatkan suplai O2
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Gangguan Tujuan: Pemulihan kepada 1. Auskultasi bunyi nafas, catat 1. Adanya kongesti paru menunjukkan
perfusi jaringan volume cairan yang normal dan koreksi adanya mengi kebutuhan untuk intervensi
perifer dalam waktu 3 x 24 jam 2. Anjurkan pasien untuk batuk selanjutnya
berhubungan Kriteria Hasil: efektif, napas dalam 2. Memudahkan jalan napas dan
dengan Mendemonstrasikan 3. Dorong perubahan posisi memudahkan aliran oksigen
perpindahan ventilasi dan oksigenasi sering 3. Membantu mencegah atelektasis atau
cairan ke dalam adekuat pada jaringan 4. Pertahankan posisi duduk di pneumonia
area interstisial Berpartisipasi dalam bed atau kursi dalam posisi 4.  Menurunkan konsumsi oksigen dan
alveoli program pengobatan semi fowler meningkatkan kerja paru maksimal
dalam batas kemampuan 5. Berikan oksigen sesuai 5. Meningkatkan oksigen alveolar dan
atau situasi individu indikasi dapat memperbaikii hipoksia jaringan
6. Berikan obat sesuai indikasi 6. Menurunkan kongesti alveolar,
meningkatkan pertuakaran gas.
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Tujuan : Setelah diberikan 1. Kaji status nutrisi ; perubahan 1. Menyediakan data dasar untuk
Perubahan
tindakan keperawatan, berat badan, nilai memantau perubahan dan
nurtisi : kurang pasien dapat memenuhi laboratorium BUN, Kreatinin. mengevaluasi intervensi.
kebutuhan nutrisi secara 2. Kaji pola diet nutrisi pasien ; 2. Pola diet dahulu dan sekarang dapat
dari kebutuhan
adekuat. riwayat diet, makanan dipertimbangkan dalam menyusun
tubuh Kriteria Hasil : kesukaan, hitung kalori. menu.
berhubungan Mengkonsumsi protein 3. Kaji factor yang berperan 3. Menyediakan informasi mengenai
yang mengandung nilai dalam merubah masukan faktor lain yang dapat dirubah atau
dengan biologis tinggi. nutrisi ; anoreksia, mual atau dihilangkan untuk meningkatkan
Mengkonsumsi makanan muntah, diet yang tidak masukan oral.
anoreksia
tinggi kalori dalam batasan menyenangkan bagi pasien, 4. Mendorong peningkatan masukan
perubahan diet. depresi,kurang memahami diet.
membrane Melaporkan peningkatan pembatasn diet, stomatitis. 5. Protein lengkap diberikan untuk
nafsu makan. 4. Menyediakan makanan mencapai keseimbangan nitrogen yang
mukosa oral, Menunjukkan tidak adanya kesukaan pasien dalam diperlukan untuk pertumbuhan dan
gangguan penambahan atau batas-batas diet. penyembuhan.
penurunan BB yang cepat. 5. Tingkatkan masukan protein
absorsi dan yang mengandung nilai
metabolisme. biologis tinggi telur, produk
susu, daging.
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
6. Anjurkan camilan tinggi kalori, 6. Mengurangi makanan dan protein yang
rendah protein, rendah natrium dibatasi dan menyediakan kalori untuk
diantara waktu makan. energy, membagi protein untuk
7. Jelaskan rasional pembatasan diet pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
dan hubungannya dengan penyakit  7. Meningkatkan pemahaman pasien
ginjal dan peningkatan urea dan kadar tentang hubungan antara diet, urea, kadar
kreatinin. kreatinin dengan penyakit renal.
8. Ubah jadwal medikasi sehingga 8. Ingesti medikasi sebelum makan
medikasi ini tidak segera diberikan menyebabkan anoreksia dan rasa kenyang
sebelum makan.  9. Daftar yang dibuat menyediakan
9. Sediakan daftar makanan yang pendekatan positif terhadap pembatasan
dianjurkan secara tertulis dan anjuran diet dan merupakan referensi untuk
untuk memperbaiki rasa tanpa pasien dan keluarga yang dapat digunakan
menggunakan natrium atau kalium. dirumah.
10. Ciptakan lingkungan yang 10. Faktor yang tidak menyenangkan yang
menyenangkan selama waktu makan. berperan dalam menimbulkan anoreksia
11. Timbang berat badan harian dihilangkan.
11. Untuk memantau status cairan dan
nutrisi.
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi
Intoleransi Tujuan: Perbaikan 1. Periksa tanda vital segera dan
dengan aktivitas karena efek obat
aktivitas status nutrisi dalam sebelum aktivitas khususnya bia (vasodilatasi), perpindahan cairan
(diuretic) atau pengaruh fungsi jantung
berhubungan waktu 3 x 24 jam pasien menggunakan vasodilator,
2. Kelemahan adalah efek samping
dengan Kriteria Hasil: diuretic, dan penyekat beta beberapa obat (beta blocker, sedative).
ketiakseimbang Berpartisipasi pada 2. Kaji penyebab kelemahan Nyeri dan program penuh stress juga
memerlukan energy dan
an antara aktivitas yang 3. Evaluasi peningkatan intoleransi menyebabkan kelemahan
asupan oksigen dinginkan, aktivitas 3. Dapat menunjukkan peningkatan
dekompensasi jantung daripada
dan kebutuhan memenuhi 4. Berikan bantuan dalam aktivitas kelebihan aktivitas
perawatan diri perawatan diri sesuai indikasi, 4. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri
pasien tanpa mempengaruhi stress
sendiri selingi dengan istirahat miokard/kebutuhan oksigen berlebih
5. Implementasikan dengan program 5. Peningkatan bertahap pada aktivitas
menghindari kerja jantung/konsumsi
rehabilitasi jantung/aktivitas oksigen berlebihan
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pelakasanaan keperawatan merupakan tahapan pemebrian tindakan keperawatan untuk
emngatasi masalah penderita secara terarah dan komperhesif berdasrkan rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya, yang dilakukan berupa penyuluhan dan
pengajaran pada pasien seperti penyuluhan untuk bedrest selama gejala terjadi. Penyuluhan
mobilisasi secara bertahap, selalu untuk mematuhi diit yang dianjurkan yaitu rendah lemak dan
rendah garam. Selain penyuluhan juga melanjutkan terapi medik yang terkait dengan pasien.
E. EVALUASI
Masalah yang dialami pada pasien dapat teratasi semua. Untuk masalah nyeri dada, pasien sudah tidak
mengalami nyeri dada lagi. Pasien juga sudah dapat toleransi dalam beraktifitas walaupun bertahap, serta
tanda-tanda vital pasien stabil dan dalam bats normal.
Evaluasi yang dinilai berdasarkan diagnose keperawatan dari gagal jantung adalah sebagai berikut:
1. Penurunan curah jantung dapat diatasi
2. Gangguan perfusi jaringan perifer berkurang
3. Kelebihan volume cairan berkurang sampai dengan hilang
4. Kebutuhan nutrisi terpenuhi
5. Mampu beraktivitas
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai