Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGSETIF

A. Pengertian
Gagal jantung Kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
oksigen dan nutrient dikarenakan adanya kelainan fungsi jantung yang berakibat
jantung gagal memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan
atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel
kiri (Smeltzer & Bare, 2001).

B. Tanda dan Gejala


Tanda dominan :
Meningkatnya volume intravaskuler kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan
vena meningkat akibat penurunan curah jantung. Manifestasi kongesti berbeda
tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi.
1. Gagal Jantung Kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang dating dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
 Dispnea.
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran
gas. Dapat terjadi ortopnoe. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnoe pada
malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND)
 Batuk.
 Mudah lelah.
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dan
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
 Kegelisahan atau kecemasan
Terjadi karena akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan
bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik.
2. Gagal jantung Kanan :
 Kongestif jaringan perifer dan visceral.
 Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema pitting,
penambahan BB.
 Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat
pembesaran vena hepar.
 Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen.
 Nokturia.
 Kelemahan
Klasifikasi gagal jantung menurut derajat sakitnya, adalah sebagai berikut :
1. Derajat 1 : Tanpa keluhan
Pasien masih bisa melakukan aktivitas fisik sehari-hari tanpa disertai kelelahan
ataupun sesak nafas
2. Derajat 2 : Ringan
Aktivitas fisik sedang menyebabkan kelelahan atau sesak napas, tetapi jika
aktivitas ini dihentikan maka keluhan pun hilang
3. Derajat 3 : Sedang
Aktifitas fisik ringan menyebabkan kelelahan atau sesak nafas, tetapi keluhan
akan hilang jika aktivitas dihentikan
4. Derajat 4 : Berat
Tidak dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari, bahkan pada saat istirahat pun
keluhan tetap ada dan semakin berat jika melakukan aktivitas walaupun aktivitas
ringan.

D. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto toraks
Dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi pleura
yang menegaskan diagnosa CHF.
b. EKG
Dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi
(jika disebabkan AMI), Ekokardiogram.
c. Pemeriksaan Laboratorium.
Meliputi pemeriksaan Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium
yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi
air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah.

E. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non Farmakologis.
 Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
 Oksigenasi.
 Dukungan diit.
Pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau menghilangkan oedema.
2. Terapi Farmakologis :
 Glikosida jantung.
Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung.
Efek yang dihasillkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena
dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi oedema.
 Terapi diuretic.
Diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Penggunaan
harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
 Terapi vasodilator, obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi
tekanan terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki
pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan
pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.

F. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Primer.
a. Airway :
batuk dengan atau tanpa sputum, penggunaan bantuan otot pernafasan,
oksigen, dll
b. Breathing :
Dispnea saat aktifitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal
c. Circulation :
Riwayat HT IM akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok
dll. Tekanan darah, nadi, frekuensi jantung, irama jantung, nadi apical, bunyi
jantung S3, gallop, nadi perifer berkurang, perubahan dalam denyutan nadi
juguralis, warna kulit, kebiruan punggung, kuku pucat atau sianosis, hepar ada
pembesaran, bunyi nafas krakles atau ronchi, oedema.
2. Pengkajian Sekunder.
a. Aktifitas/istirahat.
Keletihan, insomnia, nyeri dada dengan aktifitas, gelisah, dispnea saat istirahat
atau aktifitas, perubahan status mental, tanda vital berubah saat beraktifitas.
b. Integritas ego.
Ansietas, stress, marah, takut dan mudah tersinggung.
c. Eliminasi.
Gejala penurunan berkemih, urin berwarna pekat, berkemih pada malam hari,
diare / konstipasi.
d. Makanan/cairan.
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, penambahan BB signifikan.
Pembengkakan ekstremitas bawah, diit tinggi garam penggunaan diuretic
distensi abdomen, oedema umum, dll.
e. Hygiene :
Keletihan selama aktifitas perawatan diri, penampilan kurang.
f. Neurosensori.
Kelemahan, pusing, lethargi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
g. Nyeri/kenyamanan.
Nyeri dada akut- kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah.
h. Interaksi sosial.
Penurunan aktifitas yang biasa dilakukan.

G. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik yang dibuktikan dengan ortopnea, dan batuk.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan yang
dibuktikan dengan pasien merasa sesak di bagian dada, batuk tidak efektif, tidak
mampu batuk, dan terdapat suara tambahan : ronkhi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan yang dibuktikan dengan
pasien mengeluh lelah, dispnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman
setelah beraktivitas, dan merasa lemah.

H. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan

1 Penurunan curah Setelah Auskultasi nadi Biasanya terjadi


jantung berhubungan diberikan asuhan apical, observasi takikardi
dengan perubahan
keperawatan frekuensi, irama (meskipun pada
kontraktilitas
miokardial/perubahan diharapkan tanda jantung saat istirahat)
inotropik vital dalam batas untuk
yang dapat mengkompensasi
diterima penurunan
(disritmia kontraktilitas
terkontrol atau ventrikuler.
hilang) dan
bebas gejala Catat bunyi S1 dan S2
gagal jantung. jantung. mungkin lemah
Kriteria hasil: karena
menurunnya kerja
Melaporkan pompa. Irama
penurunan gallop umum (S3
episode dispnea, dan S4)
angina. dihasilkan sebagai
aliran darah ke
Ikut serta dalam dalam serambi
aktivitas yang yang distensi.
mengurangi Murmur dapat
beban kerja menunjukkan
jantung inkompetensi/
stenosis katup.

Penurunan curah
Palpasi nadi jantung dapat
nadi perifer menunjukkan
menurunnya nadi
radial, poplitea,
dorsalis pedis dan
postibial. Nadi
mungkin cepat
hilang atau tidak
teratur untuk
dipalpasi, dan
pulsus alternan
(denyut kuat lain
dengan denyut
lemah) mungkin
ada.

Pada GJK dini,


Pantau TD sedang atau
kronis, TD dapat
meningkat
sehubungan
dengan SVR.
5. Pucat
Kaji kulit menunjukkan
terhadap pucat menurunnya
dan sianosis. perfusi perifer
sekunder terhadap
tidak adekuatnya
curah jantung,
vasokontriksi, dan
anemia. Sianosis
dapat terjadi
sebagai refraktori
GJK.
e
Menurunkan
Tinggikan kaki, stasis vena dan
hindari tekanan dapat
pada bawah menurunkan
lutut. insiden thrombus
atau pembentukan
embolus.

Meningkatkan
Berikan oksigen sediaan oksigen
tambahan untuk kebutuhan
dengan nasal miokard untuk
kanula atau melawan efek
masker hypoxia atau
iskemia.
2 Bersihan jalan napas Setelah Manajemen Manajemen
tidak efektif diberikan asuhan Jalan Napas Jalan Napas
berhubungan dengan keperawatan Pantau keadaan Mengetahui
sekresi yang tertahan selama .. x 24 umum pasien keadaan, dan
jam diharapkan dan TTV kondisi tubuh
bersihan jalan dalam normal
nafas efektif atau tidak.
degan kriteria : Monitor pola
Menunjukkan nafas Mengetahui
jalan nafas perkembangan
bersih pola napas pasien.
Suara nafas
Monitor bunyi
normal tanpa
nafas tambahan. Mengetahui
suara tambahan
Tidak ada adanya bunyi
Posisikan pasien napas abnormal
penggunaan otot
postural
bantu nafas
drainase Membantu
Mampu
pengeluaran
melakukan
sekret pasien
perbaikan Ajarkan teknik
bersihan jalan batuk efektif. Membantu pasien
nafas mengeluarkan
sekret secara
Kolaborasikan
efektif.
pemberian obat
nebulizer.
Mempercepat
proses
penyembuhan.

Latihan Batuk
Efektif
Mengetahui
Pantau keadaan
kesadaran dan
umum pasien
kondisi tubuh
dan TTV
dalam keadaan
normal atau tidak
Identifikasi
Untuk
kemampuan
mengetahui
batuk
kemampuan batuk
Atur posisi pasien
postural
Memudahkan
drainase
sekresi sputum
Jelaskan tujuan
Untuk
dan prosedur
mengetahui
batuk efektif
pasien
mengeluarkan
sekret dengan
Kolaborasi
baik
pemberian obat
Membantu untuk
mempercepat
penyembuhan.

3 Intoleransi aktivitas Setelah Manajemen


berhubungan dengan dilakukan Energi
Dengan
Identifikasi
kelemahan Asuhan
mengetahui
gangguan fungsi
keperawatan
penyebab,
tubuh yang
selama ...x 24
dapat
mengakibatkan
jam diharapkan
ditentukan
kelelahan
klien dapat
asuhan
menoleransi
keperawatan
aktivitas yang
yang sesuai.
biasa dilakukan, Sediakan
Dengan
yang dibuktikan lingkungan
menyediakan
oleh: nyaman dan
lingkungan
rendah stimulus
- Toleransi yang nyaman,
(mis. cahaya,
aktivitas pasien bisa
suara,
- Ketahanan beristirahat
kunjungan)
- Penghematan dengan
energi tenang.
- Kebugaran Ajarkan strategi
Pasien dapat
fisik koping untuk
mengurangi
- Energi mengurangi
kelelahan
psikomotorik kelelahan

Kolaborasikan Terapi medis


dengan ahli gizi penting untuk
tentang cara menunjang
meningkatkan proses
asupan penyembuhan
makanan.

I. Referensi

Nurarif, Amin Huda. 2013. Nanda (NIC NOC). Jawa Timur : Medi Action
Publishing.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. SDKI (Definisi dan Indikator Diagnostik). Jakarta
Selatan : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. SIKI (Definisi dan Tindakan Keperawatan). Jakarta
Selatan : DPP SIKI

Nanda NOC. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


Edisi Revisi Jilid I. Jakarta : EGC

Koraag,MeifiPamela.2012.https://www.academia.edu/9481663/AS_KEP_PASIEN_D
ENGAN_CHF. Manado

Anda mungkin juga menyukai