Anda di halaman 1dari 80

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN STROKE FOKUS

MASALAH GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS KOTA PEKALONGAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Metoda Penulisan Karya Ilmiah

KHOIRUN NISA

NIM.P1337420320094

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG-JURUSAN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN
2022
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN STROKE FOKUS
MASALAH GANGGUAN MOBILITAS FISIK DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KOTA PEKALONGAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Metodologi Penelitian


Pada Program Studi D III Keperawatan Pekalongan

KHOIRUN NISA
NIM.P1337420320094

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG-JURUSAN KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN
2022

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Khoirun Nisa

NIM : P1337420320094

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI saya yang berjudul “Asuhan


Keperawatan Keluarga Dengan Stroke Fokus Masalah Gangguan Mobilitas
Fisik Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pekalongan” ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri; bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan kasus
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pekalongan, 14 Desember 2022

Yang membuat pernyataan,

Khoirun Nisa
P1337420320094

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Khoirun Nisa, NIM. P1337420320094, dengan
judul Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Stroke Fokus Masalah
Gangguan Mobilitas Fisik Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pekalongan ini
telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Pekalongan, 14 Desember 2022

Pembimbing

Suryo Pratikwo,S.Pd.,SKM,M.Kes.

NIP. 1959121219820310011

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Khoirun Nisa, NIM. P1337420320094,


dengan judul Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Stroke Fokus Masalah
Gangguan Mobilitas Fisik Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pekalongan ini
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 19 Desember 2022.

Dewan Penguji

Rosmiati Saleh, SKM.,M.Kes. Ketua (. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)


NIP. 19580725 198109 2 001

Indar Widowati, S.Kep.,Ns.,M.Kes. Anggota (. . . . . . . . . . . . . . . . . . . )


NIP. 19680426 199803 2 001

Suryo Pratikwo, S.Pd.,SKM.,M.Kes. Anggota (. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)


NIP. 19591212 198203 1 011

Mengetahui,

Ketua Program Studi D III Keperawatan Pekalonga

Hartati,SKM,M.Kes.

NIP. 196810071988032001

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah
tentang Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Stroke Fokus Masalah
Gangguan Mobilitas Fisik Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pekalongan
sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan proposal karya tulis ini tidaklah
lepas dari semua pihak yang mendukung, baik secara langsung maupun tidak
langsung, sehingga penulis sangat berterima kasih terhadap semua pihak yang
terlibat, antara lain :
1. Dr.Marsum,BE,S.Pd,MHP, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang.
2. Suharto, S.Pd, MN, selaku Ketua Jurusan Keperawatan,
3. Hartati, SKM, M. Kes, selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan
Pekalongan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang.
4. Suryo Pratikwo , S.Pd.,SKM.,M.Kes. selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dalam Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini .
5. Rosmiati Saleh, SKM.,M.Kes. Selaku Ketua Dewan Penguji Seminar Proposal
Karya Tulis Ilmiah.
6. Indar Widowati, S.Kep.,Ns.,M.Kes. Selaku Anggota Dewan Penguji 1 Seminar
Proposal Karya Tulis Ilmiah.
7. Seluruh dosen dan staff karyawan Program Studi D III Keperawatan
Pekalongan yang telah mendidik dan memberikan ilmu juga motivasi yang
sangat berguna baik untuk tersusunnya karya tulis ilmiah ini maupun dalam
perjalanan hidup penulis kedepannya.
8. Bapak Dacholil dan Ibu Umrotul Latifah selaku orang tua saya yang selalu
memberikan masukan terbaik, doa yang selalu mengalir serta menjadi
penyemangat dan membantu penulis baik moral maupun materi. Terima kasih

vi
atas perhatian dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya
tulis ini.
9. Dan tidak lupa, penulis juga berterima kasih kepada diri penulis. Karena sudah
bekerja keras untuk menyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.Penulis
berharap semoga dengan proposal karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat
khususnya untuk pengelolaan klien stroke dengan fokus studi gangguan
mobilitas fisik. Pemulis menyadari bahwa proposal karya tulis ilmiah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis
harapkan untuk perbaikan penulisan karya tulis ilmiah ini di masa yang akan
datang.

Pekalongan, 14 Desember 2022

Penulis

Khoirun Nisa

P1337420320094

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ iv

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 8

A. Konsep Dasar Stroke .................................................................................... 8

B. Konsep Dasar Gangguan Mobilitas Fisik .................................................. 20

C. Konsep Dasar ROM (Range Of Motion) ................................................... 25

D. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga ....................................................... 29

E. Konsep Asuhan Keperawatan .................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 46

A. Desain Penelitian........................................................................................ 46

B. Subjek Penelitian........................................................................................ 46

C. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 47

D. Definisi Operasional................................................................................... 47

viii
E. Pengumpulan Data ..................................................................................... 49

F. Analisis Data .............................................................................................. 50

G. Etika Penelitian .......................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tanda dan Gejala mayor minor ............................................................. 22


Tabel 2.2 Kekuatan otot ........................................................................................ 26
Tabel 2.3 Rentang gerak sendi dan luas rentang gerak ......................................... 26
Tabel 2.4 Skoring diagnosa keperawatan.............................................................. 39
Tabel 2.5 Tanda dan gejala mayor minor.............................................................. 41
Tabel 2.6 Rencana tindakan keperawatan ............................................................. 42

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway ............................................................................................. 15

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 LEMBAR BIMBINGAN


Lampiran 2 FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
Lampiran 3 SOP

xii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

DINKES : Dinas Kesehatan

ROM : Range of Motion

CVA : Cerebro-Vascular Accident

RHD : Reumatic Heart Desease

mmHg : Milimeter Merkuri (Hydrargyrum)

TIA : Transient Ischemic Attack

RIND : Reversibel Ischemic Neurologic Deficit

MAP : Mean Arteri Boold Pleasure

ACE : Angiotensin Converting Enzyme

MG : Miligram

Rt-PA : Recomninant Tissue Plasminogen Activator

IV : Intravena

SNH : Stroke Non Hemorogik

UMP : Upper Motor Neuron

DM : Diabetes Melitus

SGDS : Sustainable Development Goals

PTM : Penyakit Tidak Menular

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan kesehatan masyarakat dan pemberdayaan dibidang


kesehatan perlu ditingkatkan dalam rangka pembangunan kesehatan di
Indonesia (Rachmat, 2017). Indikator kesehatan Sustainable Development
Goals (SGDs) merupakan salah satu rencana pembangunan kesehatan di
Indonesia. Program Sustainable Development Goals (SGDs) di indinosia
yaitu dengan dilakukannya berupa pengendalian tembakau dan
penanggulangan penyakit tidak menular (Kemenkes RI, 2017). Pergeseran
penyakit dari yang menular ke penyakit tidak menular merupakan salah satu
masalah kesehatan saat ini, hal itu dikarenakan dapat memberikan dampak
terhadap menurunnya produktivitas dan gangguan pada pemenuhan
aktivitas sehari-hari (Kemenkes RI, 2019). Salah satu penyakit tidak
menular yang masih menjadi masalah kesehatan sat ini yaitu stroke.
Menurut World Health Organization (WHO) stroke merupakan
gejala yang didefinisikan dari suatu gangguan fungsional otak yang terjadi
secara mendadak atau secara cepat dengan tanda dan gejala klinik fokal
maupun glonal yang berlangsung 24 jam atau lebih (Nasution, 2013). Secara
tiba-tiba, penderita mengalami kelainan seperti kelemahan atau kelumpuhan
separo badan, bicara cedal/ pelo, gangguan penglihatan/ penglihatan kabur
serta gangguan daya ingat tergantung bagian otak mana yang terkena
(Nuratif & Kusuma, 2015).
Stroke akan memberikan dampak terhadap menurunnya tingkat
produktivitas seseorang yang berupa aktivitas fisik dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari bersifat kebutuhan dasar yang dapat berpengaruh
terhadap pekerjaan yang ditekuninya maupun kegiatan lain baik
dilingkungan keluarga, kelompok maupun sosial kemasyarakatan sehingga

1
2

mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga dan timbulnya


dampak secara psikologis maupun spiritual. Dampak penyakit stroke
tersebut dapat menyebabkan pasien mengalami self-care defisit atau
ketergantungan kepada orang lain dan membutuhkan bantuan keperawatan
secara berkesinambungan agar secara bertahap pasien dan keluarga dapat
melakukan perawatan diri (self-care) secara mandiri (Suhardiningsih,
AV.Sri,et al., 2012).
Menurut WHO (2016), sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah
terjangkit stroke. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa meninggal dunia.
Diperkirakan jumlaah stroke iskemik terjadi 85% dari jumlah stroke yang
ada. Penyakit darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus
stroke di dunia. Di Indonesia stroke merupakan penyebab kematian nomot
tigs setelah penyakit jantung dan kanker. Prevalensi stroke mencapai 7,0 per
1000 penduduk, 60.7 persennya disebabkan oleh stroke non hemoragik.
Berdasarkan dari hasil Riskerdas yang diadakan oleh Departemen
Kesehatan, penyakit stroke mengalami peningkatan jumlah penderita. Dari
Riskerdas tahun 3013 dengan wawancara berdasarkan diagnosa tenaga
kesehatan mencapai angka 7% (permil), sedangkan Riskesdas 2018 dengan
wawancara diagnose dokter mencapai angka 10,7% (permil).
Dinas Kesehatan Jawa Tengah menunjukkan bahwa prevalensi
pasien stroke di Jawa Tengah pada tahun 2018 menempati urutan ke 11 dari
seluruh Indonesia. Hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Peninngkatan ini terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi, salah
satunya gaya hidup.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Susilawati, F (2018) faktor
resiko penyebab stroke adalah faktor jenis kelamin dan faktor makanan.
Sedangkan trigliserid yang tinggi (lemak), umur yang semakin tua dan
tempat tinggal di kota bukan lagi merupakan faktor resiko, akan tetapi hal
ini disebabkan oleh gaya hidup. Kemajuan teknologi dan globalisasi
mendorong masyarakat Indonesia mengalami perubahan pola hidup. Pola
hidup yang awalnya sehat, saat ini berubah menjadi pola hidup tidak sehat
3

seperti makan makanan instan, merokok, kurang berolahraga, minum


alkohol, serta kerja berlebih.
Dalam pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular seperti
stroke, pemerintah berfokus pada upaya promotif dan preventif dengan
tidak meninggalkan upaya kuratif dan rehabilitatif. Keberhasilan
pencegahan stroke dimulai dari pengetahuan masyarakat yang diperoleh
dari tindakan promotif dengan pengadaan penyuluhan oleh tenaga
kesehatan di Puskesmas yang meliputi pemberian informasi, edukasi
mengenai keterampilan yang dibutuhkan keluarga. Adapun slogan dalam
upaya Kesehatan berbasis masyarakat yaitu CERDIK (Cek kesehatan secara
berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan
seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres) yang dikembangkan oleh
Direktorat pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dalam
wadah Posbindu PTM yang dibina oleh 4.820 Puskesmas di seluruh
Indonesia untuk menggerakkan masyarakat dalam melakukan deteksi dini
dan memonitoring faktor resiko penyakit tidak menular seperti stroke
(Kemenkes RI, 2017).
Masalah keperawatan yang sering ditemukan pada pasien stroke
adalah gangguan mobilitas yaitu keterbatasan dalam gerak fisik satu attau
lebih ekstremitas secara mandiri (PPNI, 2016). Sekitar 90% pasien yang
mengalami serangan stroke tiba-tiba akan mengalami kelemahan atau
kelumpuhan anggota badan yang menimbulkan gangguan mobilitas fisik
dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Nurshiyam, et al.,2020). Untuk itu,
perawat memiliki peran penting selama fase perawatan pada pasien stroke
dalam memenuhi activities of daily living (ADL). Selain itu, perawat
memiliki peran dalam mengatur aktivitas pasien serta membantu pasien
dalam beraktivitas sehari-hari dan berperan dalam memberikan dukungan
serta edukasi kepada pasien maupun orang lain yang membantu merawat
pasien (Latifah, L.,N et al., 2018).
Tindakan perawatan dalam memenuhi activities of daily living
(ADL) pasien stroke yaitu mengkaji kebutuhan pasien yang bertujuan untuk
4

mengetahui keadaan umum pasien, hal itu penting untuk menentukan


rencana dan tindakan keperawatan yang tepat. Rencana keperawatan yang
dapat di berikan pada pasien stroke yang mengalami gangguan mobilitas
fisik yaitu latihan rentang gerak sendi dan pengendalian otot (Range of
Motion). Latihan Range of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk
latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai cukup efektif untuk mencegah
terjadinya kecacatan pada pasien stroke.
Menurut penelitian Setyawan, Rosita & Yunitasari (2017) yang
berjudul penerapan prosedur latihan ROM, menunjukkan bahwa dalam
penyembuhan stroke dengan hasil adanya pengaruh antara latihan ROM
dengan penyembuhan stroke. Latihan yang optimal merupakan latihan yang
tidak membuat kelelahan, berdurasi pendek tapi dapat dilakukan sesering
mungkin. ROM berguna untuk mengingkatkan kekuatan otot,
mempertahankan fungsi dari jantung & latihan pernapasan dapat
menghindari munculnya kontraktur serta kekakuan sendi.
Selain itu keterlibatan keluarga secara aktif sangat dibutuhkan dalam
perawatan pasien stroke secara menyeluruh serta keluarga perlu mendukung
keterbatasan perawatan diri pasien. Dalam melaksanakan perawatan
kesehatan pada pasien stroke, keluarga bertugas melakukan asuhan
keperawatan terhadap keluarganya yang sakit dengan cara mengenal
masalah kesehatan taip anggota keluarganya, mengambil keputusan untuk
melakukan tindakan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga
yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang sehat serta menggunalan
fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat. Hal itu, disesuaikan dengan
perkembangan keluarga saat ini misalnya berada di tahap keluarga pemula,
tahap keluarga sedang mengasuh anak, tahap keluarga dengan anak usia
prasekolah, anak usia sekolah, anak remaja, dan anak dewasa serta tahap
keluarga usia pertengahan maupun tahap keluarga lansia (Padila, 2015).
Stroke yang terhambat mendapat penanganan akan mengakibatkan
kelumpuhan luas dan gangguan pada kognitif. Dengan demikian perlu
5

adanya penanganan secepat mungkin untuk menurunkan angka kecacatam


fisik akibat stroke.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengambil kasus
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Stroke Fokus Masalah Gangguan Mobilitas Fisik Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Pekalongan”

B. Rumusan Masalah

Stroke merupakan gejala yang didefinisikan dari suatu gangguan


fungsional otak yang terjadi secara mendadak atau secara cepat dengan tanda
dan gejala klinik fokal maupun glonal yang berlangsung 24 jam atau lebih.
Secara tiba-tiba, penderita akan mengalami kelainan seperti kelemahan atau
kelumpuhan separo badan, bicara cedal/ pelo, gangguan penglihatan/
penglihatan kabur serta gangguan daya ingat tergantung bagian otak mana
yang terkena, sehingga perawat memiliki peran penting selama fase
perawatan pada pasien stroke dalam memenuhi activities of daily living
(ADL). Selain itu, perawat juga memiliki peran dalam mengatur aktivitas
pasien serta membantu pasien dalam beraktivitas sehari-hari dan berperan
dalam memberikan dukungan serta edukasi kepada pasien maupun orang
lain yang membantu merawat pasien.

Berdasarkan pernyataan diatas penulis merumuskan masalah


bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Stroke Fokus Masalah
Gangguan Mobilitas fisik di wilayah kerja Puskesmas Kota Pekalongan.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan strok fokus masalah
gangguan mobilitas fisik di wilayah kerja puskesmas kota Pekalongan.
6

2. Tujuan Khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian keperawatan keluarga dengan
Stroke Fokus masalah Gangguan Mobilitas fisik di wilayah kerja
Puskesmas kota Pekalongan.
b. Memaparkan diagnosis keperawatan keluarga dengan Stroke
Fokus masalah Gangguan Mobilitas fisik di wilayah kerja
Puskesmas Kota Pekalongan.
c. Memaparkan perencanaan keperawatan keluarga dengan Stroke
Fokus masalah Gangguan Mobilitas fisik di wilayah kerja
Puskesmas kota Pekalongan.
d. Memaparkan Tindakan keperawatan keluarga dengan Stroke
Fokus masalah Gangguan Mobilitas fisik di wilayah kerja
Puskesmas Kota Pekalongan
e. Memaparkan hasil evaluasi keperawatan keluarga dengan Stroke
Fokus masalah Gangguan Mobilitas fisik di wilayah kerja
Puskesmas Kota Pekalongan.
f. Membahas hasil asuhan keperawatan sejak pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, tindakan, dan evaluasi,
melalui proses komparasi 2 kasus berdasarkan sumber-sumber
primer yang relevan.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat memberikan manfaat dan informasi untuk
meningkatkan pengetahuan bagi pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
khususnya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga
dengan strokefokus masalah gangguan mobilitas fisik.
7

2. Manfaat Praktis
a. Manfaat untuk pasien dan keluarga
Diharapkan dapat memberikan informasi untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga dan pasien dalam merawat anggota keluarga
yang mengalami stroke dengan gangguan mobilitas fisik.
b. Manfaat untuk tenaga keperawatan
Diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan
praktik keperawatan dalam meningkatkan pelayanan atau tindakan
asuhan keperawatan keluarga dengan stroke fokus masalah
gangguan mobilitas fisik.
c. Manfaat untuk peneliti
Menambah wawasan dan keterampilan dalam mengelola asuhaan
keperawatan keluarga dengan stroke fokus masalah gangguan
mobilitas fisik.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Stroke

1. Pengertian

Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak


dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24 jam
tanpa adanya tanda-tanda penyebab non vaskuler, termasuk didalamnya
tanda-tanda perdarahan subarachnoid, perdarahan intraserebral, iskemik
atau infark serebri (Mutiarasari, 2019). Stroke atau sering disebut CVA
(Cerebro-Vascular Accident) merupakan penyakit atau gangguan fungsi
saraf yang terjadi secara mendadak yang disebabkan oleh terganggunya
aliran darah dalam otak (Hariyanti et al.,2020)
Stroke non hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan
jaringan otak yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak
sehingga mengganggu kebutuhan aliran darah dan oksigen di jaringan
otak. Stroke non hemoragik dapat disebablklan oleh thrombosis dan
emboli, sekitar 80-85% menderita penyakit stroke non hemoragik dan
20% sisanya adalah stroke hemoragik yang dapat disebabkan oleh
pendarahan intraserebrum hipertensi dan perdarahan subarachnoid
(Wilson & Price,2016).
Stroke non hemoragik adalah gangguan peredaran darah di otak
yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan. (Arya, 2011)
Hal ini dapat disimpulkan bahwa stroke non hemoragik adalah
kematian jaringan otak yang disebabkan oleh berkurangnya pasokan
darah dan bukan disebabkan oleh perdarahan melainkan terjadinya
emboli sehhingga mengakibatkan kelumpuhan.

8
9

2. Etiologi

Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke (Sabiston,


1994;Nuratif,2013) :
a. Trombosis cerebral
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis
biasanya terjadi pada orang tua sedang tidur atau bangun tidur. Hal
ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurnan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemia serebral. Tanda dan
gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah
thrombosis. Beberapa keadaan dibawah ini yang dapat
menyebabkaan thrombosis otak:
1) Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh
darah. Manifestasi klinis atherosclerosis bermacam-macam.
Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
a) Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya
aliran darah.
b) Oklisis mendadak pembuluh darah karena tterjadi
thrombosis.
c) Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian
melepaskan kepingan thrombus(embolus).
d) Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi pendarahan.
2) Hypercoagulasi pada polysitemia. Darah bertambah kental,
peningkatan viskositas/hematokrit meningkat dapat melambat
aliran darah serebral.
3) Arteritis (radang pada arteri)
10

b. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak
oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal
dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri
serebral. emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul
berkurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat
menimbulkan emboli:
1) katup-katup jantung yang rusak akibat rheumatic heart
desease (RHD).
2) Myokard infark.
3) Fibrilasi, keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengongsongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan
kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan
mengeluarkan embolus-embolus kecil.
4) Endocarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
c. Tumor otak
Tumor otak adalah penyakit yang timbul akibat tumbuhnya jaringan
abnormal di otak. Tergantung pada jenisnya, tumor otak bisa
bersifat jinak atau ganas. Tumbuhnya tumor otak disebabkan oleh
perubahan atau mutasi genetik di dalam sel otak.
d. Hemorhagik
Pendarahan intracranial atau intraserebral termasuk pendarahan
dalam ruang subarachnoid atau keadaan jaringan otak sendiri.
Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosclerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan
darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan
penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan, sehingga terjadi infark otak,oedem dan mungkin herniasi
otak.
11

Penyebab pendarahan otak yang paling lazim terjadi:


1) Aneurisme berry, biasanya defek kongenital
2) Aneurisme fusiformis dari atherosclerosis
3) Anuerisme myocotik dari vasculitis nekrose dan emboli
septis.
4) Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan
pembuluh dara arteri, sehingga darah arteri langsung masuk
vena
5) Rupture arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
e. Tekanan darah tinggi
Kondisi kertika tekanan darah berada di angka 130/80 mmHg atau
lebih. Jika tidak segera ditangani, hipertensi atau tekanan darah
tinggi bisa menyebabkan munculnya penyakit-penyakit serius yang
mengancam nyawa , seperti gagal jantung, penyakit gimjal, dan
stroke.
f. Kelemahan dinding arteri
Pengerasan pembuluh darah arteri akibat penumpukan plak di
dinding arteri. Arteri yang mengeras dapat membuat aliran darah ke
organ tubuh menjadi tidak lancar sehingga mengganggu fungsi
organ tersebut. Kondisi ini dapat terjadi akibat berbagai hal, seperti
penumpukan lemak atau penuaan.
g. Cidera kepala
Masalah pada struktur kepala akibat mengalami benturan yang
berpotensi menimbulkan gangguan pada fungsi otak. Masalah ini
dapat berupa luka ringan, memar dikulit kepala, bengkak,
perdarahan, patah tulang tengkorak, atau geger otak.
h. Faktor resiko
Sedangkan faktor resiko dari stroke adalah kondisi atau penyakit
atau kelainan yang memiliki potensi untuk memudahkan seseorang
mengalami serangan stroke pada suatu saat.
12

1) Faktor resiko yang tidak dapat diobati terutama


(Rismanto;Madiyono,2003) :
a) Umur
b) Jenis kelamin
c) Ras
d) Genetik
2) Faktor resiko yang dapat diubah atau dikendalikan
(Madiyono,2003)
a) Hipertensi
b) Diabetus mellitus
c) Penyakit jantung
d) Riwayat trans iskemik atau stroke sebelumnya
e) Merokok
f) Kolesterol tinggi
g) Obesitas
h) Obat-obatan

3. Klasifikasi stroke

klasifikasi stroke non hemoragik menurut (Padila,2012) adalah:


a. Transient ischemic attack (TIA)
TIA adalah defisit neurologis fokal akur yang timbul karena
iskemia otak sepintas dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat
dalam waktu tidak lebih dari 24 jam.
b. Rreversibel ischemic neurological deficit (RIND)
RIND adalah defisit neurologic fokal akut yang timbul karena
iskemia otak berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa
sisa dalam waktu 1-3 minggu.
c. Stroke in evolution (progressing stroke)
Stroke in evolution adalah defisit neurologi fokal akut karena
gangguan peredaran otak yang berlangsung progresif dan mencapai
maksimal dalam bebrapa jam sampai beberapa hari.
13

d. Stroke in resolution
Stroke in resolution adalah defisit neurologi fokal akut karena
gangguan peredaran otak yang memperlihatkan perbaikan dan
mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
e. Completed stroke (infark serebri)
Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena okulasi
atau ganggaun peredaran otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa
memburuk lagi.
Sedangkan secara ptogenitas menurut (Tarwo dkk, 2007) stroke
non hemoragik (stroke iskemik) dapat dibagi menjadi:
1) Stroke trombotik yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh
trombosis di arteri karotis interna secara langsung masuk ke
arteri serebri media. Permulaan gejala sering terjadi pada waktu
tidur atau sedang istirahat kemudian berkembang dengan
cepat, lambat laun atau secara bertahap sampai mencapai
gejala makssimal dalam beberapa jam, kadang-kadang dalam
beberapa hari 2-3 hari, kesadaran biasanya tidak tergangggu
dan ada kecenderungan untuk membaik dalam beberapa hari,
minggu atau bulan.
2) Stroke embolik yaitu stroke iskemik yang dapat desebabkan
oleh karena emboli yang pada umumnya berasal dari jantung.
Permulaan gejala dapat terlihat sangat mendadak berkembang
sangat cepat, kesadaran biasanya terganggu, kemungkinan juga
disertai emboli pada organ dan ada kecenderungan untuk
membaik dalam beberapa hari, minggu dan bulan.

4. Patofisiologi

Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan


atherosclerosis dan arteriosclerosis. Atherosclerosis dapat menimbulkan
bermacam-macam manifestasi klinis dengan cara:
14

a. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan


insufisiens aliran darah.
b. Okulasi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan
perdarahan otak.
c. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
d. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah
atau menjadi lebiih tipis sehingga dapat dengan mudah robek.

Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak:

a. Keadaan pembuluh darah.


b. Keadaan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat,
aliran darah ke otak lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak
menjadi menurun.
c. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otot
regulasi otak yaitu kemampuan intrinsic pembuluh darah otak
mengatur agar pembuluhh darah otak tetap konstan walaupun ada
perubahan tekanan perfusi otak.
d. Kelainan jantung menyebabkan menurunnya curah jantung karenaa
lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemik otak.

Suplai darah otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus,


emboli, peerdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan
umum (hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arteroklerosis
sering atau cenderung sebagai factor penting terhadap otak. Thrombus
dapat berasal dari flak arterosklerosis atau darah dapat beku pada area
yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.

Okulasi pada pembuluh darah serebral dan embolus menyebabkan


oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hipertensi pembuluh darah.
Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian
dibandingkan dari keseluhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia
serebral dapat reversible untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan
15

irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat


terjadi karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest.
(Baughman, 2011).

5. Phatway
Trombosis
Embolisme Hipertensi, DM, penyakit
jantung, obesitas, merokok
Adanya Penyumbatan aliran
darah keotak oleh Embolus berjalan menuju
arteri serebral melalui arteri Penimbunan lemak/Kolesterol
thrombus
Berkembang Menjadi karotis yang meningkat dalam darah
aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah Terjadi bekuan darah pada Pembuluh Darah Menjadi kaku
arteri
Arteri tersumbat Pecahnya pembukuh darah

Berkurangnya darah ke
area thrombus

Terjadi iskemik dan


infark pada jaringan

Stroke Non Hemoragik

Penurunan Proses metabolisme


Adanya lesi serebral
Kekuatan otot diotak terganggu

Kelemahan Fisik Terjadinya afasia Penurunan suplai


darah dan O2 ke otak
Gangguan
Hambatan
mobilitas fisik Ketidakefektifan
Komunikasi
Verbal Perfusi jaringan

Defisit
Perawatan
diri Gambar 2.1 pathway
16

6. Manifestasi klinis

Menurut smeltzer dan bare (2013) stroke menyebabkan berbagai


defisit neurologik, gejala muncul akibat daerah otak tertentu tidak
berfungsi akibat terganggunya aliran darah ke tempat tersebut,
bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat),
ukuran area yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah
kolateral (sekunder dan aksesori). Gejala tersebut antara lain.
a. Umumnya terjadi mendadak, ada nyeri kepala.
b. Parasthesia, paresis, plegia Sebagian badan.
c. Stroke adalah penyakit motorik neuron atas dan mengakibatkan
kehilangan control volunter terhadap gerakan motoric. Di awal
tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul biasanya adalah
paralysis dan hilang atau menurunnya reflek tendon.
d. Dysphagia.
e. Kehilangan komunikasi.
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah Bahasa dan
komunikasi. Stroke adalah penyet afasia yang paling umum.
Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat di manifestasikan sebagai
berikut :
1) Disartia (kesulitan bicara) ditunjukkan dengan bicara yang
sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
2) Disfasia atau afasia (bicara defektik atau kehilangan bicara)
yang terutama ekspresif dan reseptif.
f. Gangguan persepsi
Gangguan persepsi adalah ketidakmampuan untuk
menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan
disfungsi persepsi visual, ganggaun dalam hubungan visual
spasial dan kehilangan sensori.
17

g. Perubahan kemampuan kognitif dan efek psikologis.


Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapaang perhatian terbatas,
kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi yang
menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam
program rahabilitasi mereka.
h. Disfungsi kandung kemih.
Setelah stroke pasien mungkin akan mengalaami inkontinensia
urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan
mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakaan control motoric dan
postural.
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah
otak yang terkena:
1) Pengaruh terhadap status mental : tidak sadar, konfus,
lumpuh tubuh sebelah.
2) Pengaruh secara fisik : paralise, disfagia, gangguan sentuhan
dan sensasi, gangguan penglihatan.
3) Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelaas,
kehilangan bahasa.

7. Penatalaksanaan

Menurut penelitian ( Setyopranoto, 2016 ) penatalaksanaan pada pasien


stroke non hemoragik sebagai berikut :
a. Penatalaksanaan umum
1) Fase Kuat
a) Letakkan kepala pasien pada posisi 30°, kepala dan dada
pada satu bidang,ubun posisi tidur setiap 2jam, mobilisasi
dimulai bertahap bila hemodinamika sudah stabil.
b) Bebaskan jalan nafas beri oksigen 1-2 liter/menit sampai
didapatkan hasil analisa gas darah. Jika perlu, dilakukan
intubasi.
18

c) Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik, kemudian


dicari penyebabnya, jika kandung kemih penuh,
dikosongkan ( sebaiknya dengan kateter intermiten ).
d) Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, stroke beresiko
terjadinya dehidrasi karena penurunan kesadaran atau
mengalami disfagia. Pemberian nutrisi melalui oral hanya
dilakukan jika fungsi menekan baik, dianjurkan
menggunakan nasogastriktube.
e) Pantau juga kadar gula >150 mg% harus dikoreksi sampai
batas gula darah sewaktu 150 mg% dengan insulin drop
intravena kontinu selama 2-3 hari pertama.
f) Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bisa
tekanan sistol >220 mmHg, sistol >120 mmHg, mean arteri
boold pleasure (MAP) >130 mmHg atau didapatkan infark
miokard akut, gagal jantung kongesti serta gagal ginjal.
g) Penurunan tekanan darah maksimal 20% dan obat yang
direkomendasikan yaitu natrium nitropusid, penyekat
reseptor alfabeta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium.
h) Jika terjadi hipotensi, yaitu sistol <90 mmHg, distol <70
mmHg. Diberikan Naval 0,9% 250 ml selama 1 jam,
dianjurkan 500 ml selama 4 jam dan 500 ml selama 8 jam
atau sampai tekanan hipotensi dapat teratasi. Jika belom
diberi dopamine.
i) Jika kejang, diberikan diazepam 5-20 mg ib pelan-pelan
selama 3 menit maksimal 100 mg/hari,dianjurkan pemberian
antikonvulsan per oral (fenitoin, karbamazepin).
2) Fase Rehabilitasi
a) Pertahankan nuttisit yang adekuat.
b) Program manajemen Bladder dan Bowel.
c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak
sendi range of motion (ROM).
19

d) Pertahankan integritas kulit.


e) Pertahankankomunikasi yang efektif.
f) Pertahankan kebutuhan sehari-hari.
g) Persiapan pasien pulang.
3) Pembedahan dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih
dari 3cm atau volume lebih dari 50ml untuk dekompresi atau
pemasangan pintasan ventrikulo peritoneal bila ada hidrosefalus
obstruksi akut.
b. Penatalaksanaan medis
Terapi Farmakologi
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet seperti
aspirin dan antikoagulan, atau yang dianjurkan dengan trombolitik
rt-PA (Recomninant Tissue Plasminogen Activator). Dapat juga
diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikoin atau pirasetam.Terapi
farmakologi yang digunakan pada pasien stroke non hemoragik
yaitu :
1) Fibrinolitik/Trombotik (rtPA/Recomninant Tissue Plasminogen
Activator) Golongan obat ini digunakan sebagai terapi reperfusi
untuk mengembalikan perfusi darah yang terhambat pada
serangan stroke akut. Jenis obat golongan ini adalah alteplase,
tenecteplase dan reteplase, namun yang tersedia di Indonesia
hingga saat ini hanya alteplase. Obat ini bekerja memecahkan
trombus dengan mengaktifkan plasminogen yang terikat pada
fibrin. Efek samping yang sering terjadi adalah resiko
perdarahan seperti pada intrakranial atau saluran cerna, serta
engiodema. Beberapa penelitian yang ada menunjukkan bahwa
rentang waktu terbaik untuk dapat diberikan terapi fibrinolitik
yang dapat memberikan manfaat perbaikan fungsional otak dan
juga terhadap angka kematian adalah <3 jam dan rentang 3-4
atau 5 jam setelah onset gejala.
20

2) Antikoagulan terapi
Antikoagulan ini untuk mengubah pembentukan bekuan darah
dan mengurangi emboli, misalnya heparin dan warfarin.
3) Antiplatelet golongan obat ini sering digunakan pada pasien
stroke untuk pencegahan stroke ulangan dengan mencegah
terjadinya agregasi platelet. Aspirin merupakan salah satu
antiplatelet yang direkomendasikan penggunanya untuk pasien
stroke.
4) Antihipertensi
a) Pasien dapat menerima rtPA namun tekanan darah
>185/110 mmHg, maka pilihan terapi yaitu labetalol 10-20
mg IV selama 1-2 menit, dapat diulang 1 kali atau
nikardipin 5 mg/jam IV. Titrasisampai 2,5mg/jam tiap 5-
15menit maksimal 15mg/jam, setelah tercapai target maka
dapat disesuaikan dengan nilai tekanan darah.
b) Pasien sudah mendapat rtPA, namun tekanan darah sistolik
>180-230 mmHg atau diastol >150-120 mmHg, maka
pilihan terapi yaitu labetalol 10mg IV, kemudia infus IV
kontinu 2-8mg/menit atau nikardipin 5mg/jam. Tekanan
darah selama dan setelah rtPA <180/15 0 mmHg, monitor
tiap 15 menit selama 2 jam dari dimulainya rtPA,lalu tiap
30 menit selama 6 jam dan kemudian tiap jam selama 16
jam.

B. Konsep Dasar Gangguan Mobilitas Fisik

1. Pengertian Gangguan Mobilitas Fisik

Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik


dari satu atau lebih ektremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI 2016). Perubahan dalam tingkat mobilitas fisik dapat
mengakibatkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring,
pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal,
21

pembatasan gerakan volunteer, atau kehilangan fungsi motorik. Dimana


seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan (Potter & Perry, 2010).

2. Etiologi Gangguan Mobilitas Fisik

Penyebab dari gangguan mobilitas fisik yakni gangguan


neuromuscular. Salah satu kondisi terkait dengan gangguan mobilitas
fisik adalah stroke ( Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2016). Gangguan
neuromuscular merupakan kondisi progresif yang dikarakteristikan
dengan degenerative saraf motorik di bagian korteks,inti batang otak
dan sel kornu anterior pada medulla spinalis sehingga menimbulkan
ketidakmampuan system saraf dan otot untuk bekerja sebagaimana
mestinya (Sari, Harum et al, 2015).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Mobilitas Fisik

Faktor yang mempengaruhi gangguan mobilitas fisik pada pasien


stroke non hemoragik yaitu usia dan gaya hidup.
a. Usia
Usia mempengaruhi perubahan system musculoskeletal. System
musculoskeletal mengalami perubahan sepanjang proses penuaan.
Sebagian besar anggota gerak mengalami kelemahan,hal ini
menyebabkan gangguan mobilitas meningkat seiring dengan
peningkatan usia. Kejadian ini menyebabkan otot-otot tidak mampu
bergerak sepenuhnya, sehingga menyebabkan kelemahan pada
ekstremitas. (Price & Wilson, 2006)
b. Gaya hidup
Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan mobilitas fisik karena tingginya angka
ketidakpatuhan seseorang terutama kaum laki-laki untuk
mengontrol makanan yang kurang sehat seperti makanan yang
22

mengandung kolesterol, merokok, dan kurang melakukan aktivitas


fisik. (Bactticaca,2012).

4. Proses Terjadinya Gangguan Mobilitas Fisik

Gangguan mobilitas fisik yang terjadi pada pasien SNH diakibatkan


oleh gangguan neuromuscular yang terjadi akibat obstruksi atau thrombus
terbentuk akibat plak arterosklerosis sehingga seringkali terjadi
thrombosis. Potongan-potongan thrombus terutama yang kecil yang
biasanya disebut dengan emboli akan lepas dan berjalan mengikuti aliran
darah (Ganong, 2012). Jika aliran ke setiap bagian otak terhambat karena
thrombus atau emboli maka akan terjadi kekurangan suplai oksigen ke
jaringan otak (Bactticaca,2012). Kekurangan suplai oksigen selama satu
menit dapat menyebabkan nekrosis mikroskopis neuron-neuron area.
Area yang mengalami nekrosis yaitu area broadman 4 dan area 6 dimana
area tersebut adalah bagian korteks, tetapi korteks frontalis yang
merupakan area motorik primer (Ganong,2012). Hal ini mengakibatkan
terjadinya keterbatasan dalam menggerakkan bagian tubuh sehingga
menimbulkan gangguan mobilitas fisik.

5. Tanda Dan Gejala Gangguan Mobilitas Fisik

Data mayor dan minor pada gangguan mobilitas fisik, yaitu (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2016)

Tabel 2.1

Tanda dan gejala mayor minor stroke non hemoragik


Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda minor
Subjektif Subjektif
Mengeluh sulit menggerakkan 1. nyeri saat bergerak
ekstrimitas 2. enggan melakukan
pergerakan
3. merasa cemas saat bergerak
23

Objektif Objektif
1. kekuatan otot menurun 1. sendi kaku
2. rentang gerak (ROM) menurun 2. Gerakan sendi terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. fisik lemah

6. Dampak Gangguan Mobilitas Fisik

Dampak yang terjadi apabila gangguan mobilitas fisik tidak segera


diatasi yaitu hemiplegia/hemiparese, kontraktur dan spastisitas. (Syikir,
2019)
a. Hemiplegia/hemiparese
kelainan ini merupakan gangguan fungsi motoric karena terjadinya
lesi pada bagian upper motor neuron (UMP) yang mengakibatkan
kelumpuhan pada separuh sisi tubuh, terutama pada bagian lengan
dan tungkai.
b. Kontraktur
Kontraktur disebabkan oleh pemendekan otot dan sendi yang
menyebabkan deformitas dan keterbatasan gerak sendi. Kontraktur
terjadi karena transport Ca2+ ke dalam reticulun dihambat sehingga
tidak terjadi relaksasi meskipun tidak ada potensial aksi.
c. Spastisitas
Spastisitas merupakan suatu keadaan peningkatan tonus otot dalam
otot yang lemah. Pada awalnya tahanan diakibatkan oleh adanya
tegangan yang cepat diikuti dengan relaksasi secara tiba-tiba.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gangguan mobilitas fisik yaitu, (Adha,2017):


a. Pengaturan posisi tubuh sesuai dengan kebutuhan pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas
dapat disesuaikan dengan tingkat gangguan, seperti posisi fowler,
sim, trendelenbrug, dorsal recumbent, lithotomi dan genu pectoral.
24

b. Latihan ROM pasif dan ROM aktif


Pasien gangguan mobilitas fisik karena stroke non hemoragik
memerlukan Latihan ROM yang dilakukan 2x sehari yaitu pasa pagi
dan sore hari selama 10-15 menit, sehingga dapat membantu
peningkatan otot dalam penyembuhan dengan baik.
Tujuan dari Latihan ROM yaitu untuk mempertahankan,
memperbaiki dan juga meningkatkan kekuatan otot dalam
kemampuan menggerakkan persendian, antara lain dengan gerakan
sendi :
1) Fleksi yaitu gerakan menekuk sendi (memperkecil sudut).
2) Ekstensi yaitu gerakan meluruskan persendian.
3) Abduksi yaitu menggerakkan anggota gerak menjauhi sumbu
tubuh (lateral).
4) Adduksi yaitu menggerakkan anggota gerak mendekati
sumbu tubuh (medial).
5) Rotasi yaitu gerakan sendi memutar atau menggerakkan satu
bagian melingkari aksis tubuh.
6) Pronasi yaitu gerakan memutar lengan ke bawah atau
menelungkupkan tangan (inferior).
7) Supinasi yaitu gerakan memutar lengan ke atas atau
menengadahkan tangan, menghadap ke atas (superior).
8) Inversi yaitu gerakan sendi kearah dalam.
9) Eversi yaitu gerakan sendi kearah luar.
c. Latihan ambulasi
Ambulasi merupakan kemampuan dalam berjalan dari satu tempat
ke tempat lainnya secara mandiri dengan alat bantu atau tanpa alat
bantu (Wilkinson,2016). Latihan ambulasi yang dapat dilakukan
sebagai berikut :
1) Membantu pasien duduk diatas tempat tidur.
2) Membantu pasien turun dari tempat tidur, berdiri, kemudian
duduk dikursi roda.
25

3) Membantu pasien berjalan dan ikuti sesuai dengan Langkah.

C. Konsep Dasar ROM (Range Of Motion)

1. Pengertian ROM

ROM (Range Of Motion) merupakan Tindakan atau Latihan otot


maupun persendian yang diberikan kepada pasien yang mengalami
mobilitas sendi terbatas karena penyakit, disabilitas atau trauma. ROM
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kekakuan pada sendi serta
kelemahan pada otot yang dapat dilakukan dengan ROM aktif maupun
ROM pasif tergantung dengan kondisi dan keadaan pasien.

2. Jenis ROM

Rom dibagi menjadi dua yaitu ROM aktif dan ROM pasif

a. ROM aktif merupakan Gerakan yang dilakukan seseorang


(pasien) dengan menggunakan energi sendiri atau dilakukan
dengan mandiri. Perawat memberikan motivasi dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri
secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien
aktif) dengan kekuatan otot 75%
b. ROM pasif merupakan energi yang dikeluarkan untuk latihan
berasal dari orang lain (perawat) atau dibantu secara penuh
dalam melakukan latihan. Perawat melakukan gerakan
persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal
(klien pasif) dengan kekuatan otot 50%.

3. Kekuatan otot

Kekuatan otot merupakan tenaga yang dikeluarkan otot atau


sekelompok otot untuk berkontraksi pada saat menahan beban
maksimal. Daya tahan otot merupakan kapasitas sekelompok otot untuk
melakukan kontraksi yang terus menerus saat menahan suatu beban
submaksimal dalam jangka waktu tertentu.
26

Penilaian kekuatan otot dapat dinilai menggunakan nilai


kekuatan otot seperti di bawah ini:

Tabel 2.2
Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Skala Presentasi Karakteristik
kekuatan
otot
0 0 Paralisis sempurna

1 10 Tidak ada Gerakan, kontraksi otot dapat


dipalpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan

Gerakan yang normal melawan gravitasi


3 50
Gerakan penuh yang normal melawan
4 75 gravitasi dan melawan tahanan minimal
Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
5 100 penuh

(Sumber : Hidayat, Aziz Alimul. Pengantar Kebutuhan Dasar


Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, 2012)

4. Kemampuan Rentang gerak

Rentang gerak adalah jumlah maksimum Gerakan yang mungkin


dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh : sagital,
prontal, transversal.

Tabel 2.3
Rentang gerak sendi dan luas rentang gerak

No Nama Sendi Tipe Gerakan Rentang Gerak


Fleksi 45
1 Leher
Ekstensi 45
27

Hiperekstensi 10
Fleksi lateral 40-45
Fleksi 180
Ekstensi 180
Hiperekstensi 45-60
Abduksi 180
2. Bahu
Adduksi 320
Rotasi dalam 90
Rotasi luar 90
Sirkumduksi 360
Fleksi 150
3. Siku
Ekstensi 150
Supinasi 70-90
4. Lengan Bawah
Pronasi 70-90
Fleksi 80-90
Ekstensi 80-90
Pergelangan
5. Hiperekstensi 89-90
tangan
Abduksi 30
Adduksi 30-50
Fleksi 90
Ekstensi 90
6. Jari tangan Hiperekstensi 30-60
Abduksi 30
Adduksi 30
Ibu jari Fleksi 90
Ekstensi 90
7.
Abduksi 30
Adduksi 30
Fleksi 90-120
Ekstensi 90-120
Hiperekstensi 30-50
8. Pinggul Abduksi 30-50
Adduksi 30-50
Rotasi dalam 90
Rotasi luar 90
Fleksi 120-130
9 Lutut
Ekstensi 120-130
Dorso fleksi 20-30
Pergelangan Plantar fleksi 45-50
10
kaki Inversi 10 atau kurang
Eversi 10 atau kurang
Fleksi 30-60
11 Jari kaki
Ekstensi 30-60
28

Abduksi 15 atau kurang


Adduksi 15 atau kurang

5. Prinsip-Prinsip Dalam Latihan ROM

Menurut potter & Perry (2005), hal yang harus diperhatikan perawat
dalam melakukan latihan ROM adalah:
a. Dalam melatih ROM aktif, klien diarahkan melakukan gerakan yang
sudah diajarkan, setiap gerakan dilakukan tiga kali dengan frekuensi
dua kali sehari. Lakukan secara sistematis dengan urutan yang sama
setiap sesinya dan hiindari perasaan ketidaknyamanan dalam
melakukan gerakan.
b. Yakinkan kepada klien alasan dilakukannya latihan ROM.
c. Dalam melakukan gerakan sendiri tidak boleh melebihi dari rentang
gerak bebasnya dan dihentikan pada titik nyeri.
d. Untuk meningkatkan kolaborasi, pilihlah waktu sesuai kenyamanan
psien dan terbebas dari rasa nyeri.
e. Posisikan klien dengan normal, posisi tubuh lurus nyaman
f. Saat melakukan gerakan, lakukan secara perlahan, lembut, dan
berirama.
g. Untuk mrnghindari ketegangan dan injuri otot, Latihan dilakukan
pada sendi secara proporsional.
h. Berikan posisi yang memungkinkan agar gerakan sendi lebih leluasa.
i. Jelaskan pada klien bahwa gerakan sendi yang adekuat adalah
gerakan yang sampai mengalami tahanan bukan nyeri.
j. Tidak dianjurkan melakukan gerakan pada sendi yang mengalami
nyeri.
k. Amati respon non verbal pada klien pada saat Latihan.
l. Apabila terjadi spasme otot, Latihan harus segera dihentikan dan
berikan klien istirahat.
29

6. Intensitas Latihan

Dosis dan intensitas Latihan ROM menunjukkan hasil yang bervariasi.


Secara teori, dosis dan intensitas Latihan ROM tidak bisa disebutkan
secara spesifik. Tetapi dari beberapaa literature dan penelitian tentang
manfaat Latihan ROM bisa dijadikan rujukan intervensi dalam
melakukan Latihan ROM.
Menurut Potter & Perry (2005), Latihan ROM minimal dilakukan 2 kali
dalam sehari, sedangkan menurut Syahrim dkk (2019) dalam
penelitiannya, dosis latihan yang digunakan adalah dua kali sehari dengan
intensitas latihan 4 kali dalam seminggu. Latihan dilakukan dalam waktu
15-35 menit dengan masing-masing gerakan sebnayak 10 hitungan. Hasil
dari penelitian tersebut menunjukkan responden mengalami peningkatan
kekuatan otot dan kemampuan fungsional secara signifikan.

7. Prosedur Latihan ROM

a. Kaji klien dan rencanakan pada klien program latihan yang sesuai.
b. Jelaskan dan beritahu kepada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan, area yang akan digerakkan serta peran klien dalam
latihan.
c. Jaga privasi klien.
d. Pastikan bahwa pakaian yang digunakan oleh klien tidak
menyebabkan hambatan dalam gerakan.
e. Anjurkan klien dalam posisi yang nyaman.
f. Lakukan latihan sesuai dengan yang akan diajarkan.
g. Kaji pengaruh atau efek latiahan terutama hemodinamik klien.
h. Atur Kembali posisi pasien dengan nyaman.

D. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan seseorang yang memiliki hubungan secara


resmi yang dihubungkan dengan ikatandarah, tindakan adopsi,
30

perkawinan maupun perwalian, hubungan sosial atau hidup bersama


dan adanya ikatan emosional (Siti Nur Kholifah,2016)
Menurut Friedman (2010) keluarga adalah unit dari masyarakat dan
sistem yang mempengaruhi kehidupaan masyarakat. Dalam anggota
keluarga yang menderita penyakit, keluarga inti sangat berperan aktif
dalam proses penyembuhan. Dengan memberikan pengobatan secara
komprehensif serta memotivasi agar bisa melawan penyakit yang
dideritanya, tidak hanya itu keluarga adalah fasilitator yang pertama
dalam proses penyembuhan penyakit yang didertita oleh salah satu
anggota keluarganya.

2. Struktur Keluarga

Menurut Friedman (2010),struktur keluarga terdiri dari :


a. Jika isi pesan dan pengirim pesan dapat tersampaikan, dan pesan
tersebut bersifat timbal balik, maka mode komunikasi dan proses
dalam keluarga akan berhasil.
b. Struktur kekuatan, kemampuan individu untuk mempengaruhi dan
mengontrol perilaku orang lain.
c. Struktur peran, serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai
dengan status sosialnya.
d. Nilai dan norma keluarga, nilai adalah kepercayaan dan sikap
yang membatasi keluarga, norma adalah pola perilaku anggota
keluarga.

3. Tugas keluarga

Tugas keluarga menurut Prayitno, 2014, yaitu :


a. Mengenal masalah kesehatan
Kesehatan merupakan suatu kebutuhan yang tidak boleh
diabaikan pada setiap anggota keluarga, karena kesehatan
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Seluruh
angota keluarga perlu mengenal dan mengetahui kesehatan
31

serta hal yang dapat mempengaruhi kesehatan anggota


keluarga yang lainnya.
b. Mengambil keputusan yang tepat
Suatu tindakan keluarga dalam memilih dan menentukan
tindakan kesehatan yang akan diambil. Dengan penuh
pertimbangan dan keputusan yang perlu diambil untuk
keselamatan anggota keluuarga.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
Salah satu tugas yang harus dilakukan keluarga saat ada
keluarga yang sakit adalah merawat dengan sepenuh hati.
d. Menggunakan fasilitas pelayanan Kesehatan
Masih terdapat keluarga yang membawa anggota keluaganya
berobat ke mantri atau dukun, tidak langsung di bawa ke
pelayanan kesehatan seperti puskesmas

4. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998); Setiawati & Dermawan


(2005) yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi ini sangat erat hubungannya dengan fungsi internal
keluarga, dan fungsi internal keluarga menjadi dasar kekuatan
keluarga. Fungsi afektif sangat berguna untuk memenuhi
kebutuhan sosial dan psikologis. Keberhasilan fungsi afektif
tercermin dari kebahagiaan dan kegembiraan seluruh anggota
keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi dimulai dengan kelahiran manusia. Keluarga
merupakan tempat dimana individu belajar bersosialisasi,
misalnya bayi yang baru lahir akan menatap ayah, ibu dan orang-
orang yang ada disekitarnya.
32

c. Fungsi ekonomi
Pemenuhan kebutuhan semua anggota keluarga seperti memnuhi
kebutuhan pangan, sandang dan papan.
d. Fungsi perawatan
Kesehatan keluarga juga berperan dalam pelaksanaan praktik
keperawatan yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau
merawat anggota keluarga yang sakit.
e. Biologis
Fungsi biologi, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan
keturunan tetapi untuk pemeliharan dan membesarkan anak untuk
kelanjutan generasi selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota
keluarga dan memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi Pendidikan
Fungsi Pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.

E. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keluarga merupakan suatu tahapan dimana suatu


perawat mengambil informasi dari keluarga dengan menggunakaan
pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data dan menganlisa
sehingga dapat diketahui kebutuhan keluarga yang dibina. Metode
yang digunakan dalam pengkajian bisa melalui tahap wawancara,
observasi vasilitas dan keadaan rumah, pemeriksaan fisik dari anggota
keluarga serta measurement dari data sekunder (hasil lab, papsmear,
dll).(Susanto,2012,hal.93)
33

Pengkajian keluarga merupakan proses pengkajian yang


perlu dilakukan untuk membina hubungan yang baik dengan
keluarga.
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain:
a. Pengkajian keperawatan keluarga
Komponen pengkajian keperawatan keluarga yaitu sebagai
berikut:
1) Data umum
Identitas kepala keluarga, tipe keluarga, suku bangsa
(etnis), agama dan kepercayaan, status ekonomi keluarga.
2) Riwayat tahapan perkembangan keluarga
Tahap perekembangan keluarha saat ini, tahaap
perkembangaan keluarga yang belum terpenuhi, riwayat
kesehatan keluarga masa lalu, riwayat kesehatan keluarga
saat ini (masing-masing anggota keluarga), sumber
pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan keluarga.
3) Data lingkungan
Karakteristik rumah tinggal seperti ttipe rumah, denah
rumah, gambaran dan kondisi rumah, pola pembersihan
rumah dan lingkungan rumah, perasaaan subjektif
keluarga terhadap tempat tinggal keluarganya, tempat
pembuangan sampah, karakteristik tetangga dan
lingkungan rumah, mobilitas geografis, perkumpulan
keluarga dan interaksi dengan masyarakat lain, sistem
pendukung keluarga.
4) Struktur keluarga
Pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan keluarga,
peran keluarga, peran informasi, nilai dan norma
keluarga.
34

5) Fungsi keluarga
Fungsi afektif, sosial, pemenuhan kesehatan, reproduksi,
ekonomi.
6) Stress dan koping keluarga
Stress jangka pendek dan jangka Panjang, kemampuan
keluarga dalam berespon terhadaap stressor, strategi
koping yang digunakan, strategi adaptasi disfungsional.
7) Pemeriksaan fisik
Hal yang dilakukan dalam keperawatan keluarga
ditujukan untuk semua anggota keluarga yang meliputi :
pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan sistem
kardiovaskuler, pemeriksaan respirasi, pemeriksaan
gastrointestinal, sistem persyarafan, sistem
musculoskeletal dan genitalia.
8) Harapan keluarga
Perawat menanyakan harapan keluarga terhadap masalah
kesehatan yang terjadi,harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan keluarga.

2. Fokus Pengkajian Stroke

a. Keluhan utama
Menurut Rasyid (2017) stroke merupakan syndrome klinis
akibat gangguan pembuluh darah ke otak yang timbul secara
mendadak.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji kesehatan pasien apakah ada Riwayat hipertensi,
kardiovaskular, DM, tinggi kolesterol, obesitas, anterosklerosis,
pemakaian kontrasepsi yang disertai hipertensi dan
meningkatnya kadar estrogen, konsumsi alkohol serta merokok.
35

c. Riwayat kesehatan sekarang


Kaji kesehatan klien apakah terjadi kehilangan komunikasi,
gangguan persepsi, motorik, merasa kesulitan untuk melakukan
aktivitas karena kelemahan, merasa mudah Lelah, susah istirahat
dan kejang otot.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga degeneratif yang ada
di keluarga.
e. Data fokus
1) Aktivitas dan Latihan
a) Kesulitan melakukan aktivitas karena kelemahan
b) Mudah lelah, susah beraktivitas
c) Gangguan tonus otot dan terjadi kelemahan
d) Gangguan tingkat kesadaran
e) Gangguan penglihatan
2) Sirkulasi
a) Adanya riwayat penyakit jantung
b) Hipotensi arterial terkait embolisme
c) Frekuensi nadi bervariasi karena ketidakefektifan
fungsi jantung
3) Integritas Ego
a) Perasaan tidak berdaya
b) Emosi labil
c) Kesulitan untuk mengekspresikan diri
4) Eliminasi
a) Perubahan pola perkemihan
b) Distensi abdomen
5) Makan dan cairan
a) Tidak nafsu makan, mual muntah.
b) Kehilangan sensasi (rasa kecap pada lidah)
c) Disfagia, peningkatan lemak dalam darah
36

d) Kesulitan menelan
6) Neurosensory
a) Adanya sinkope/pusing
b) Kesemutan, kelemahan, kebas pada sisi yang mati
c) Penglihatan menurun
d) Sentuhan
e) Gangguan indera pengecap dan penciuman
f) Tingkat kesadaran
g) Gangguan fungsi : penurunan memori
h) Ekstremitas
i) Afasia : gangguan Bahasa yang mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam berkomunikasi
7) Nyeri
a) Sakit kepala dengan intensitas berbeda
b) Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah
8) Pernafasan
a) Merokok
b) Ketidakmampuan menelan
c) Pernafasan sulit, tidak teratur, terdengar suara ronki.
9) Keamanan
a) Motorik dan sensosrik : masalah penglihatan,
perubahan persepsi terhadap orientasi tentang tubuh
b) Tidak mampu mengenali objek, warna, wajah yang
pernah dikenali
c) Gangguan berespon terhadap panas atau dingin
d) Tidak mandiri, perhatian terhadap keamanan sedikit
e) Kurang kesadaran diri.
10) Interaksi sosial masalah bicara, tidak mampu berkomunikasi
f. Pengkajian fisik terkait dengan hambatan mobilitas fisik
1) Kekuatan otot , pada penilaian menggunakan nilai kekuatan
otot pada sisi yang sakit didapatkan nilai 0
37

2) Kemampuan mobilitas
Pengkajian kemampuan mobilitas dilakukan bertujuan
untuk menilai kemampuan gerak ke posisi miring, berdiri,
bangun, duduk dan berpindah tanpa bantuan.
3) Kemampuan rentang gerak sendi
Pengkajian rentang gerak Range Of Motion (ROM) pada
penelitian seperti leher, bahu, siku, lengan , pergelangan
tangan, jari-jari, panggul, lutut sampai kaki.

3. Analisa data

Setelah dilakukan pengumpulan data, segera lakukan


analisis data yaitu dengan mengaitkan data dan menghubungkan
dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga. Berikut caara dalam menganalisis data :

a. Validasi data yaitu meneliti kembali data yang telah


dikumpulkan dalam pengkajian.
b. Mengelompokkan data berdasarkan berdasarkan
biopsikososial spiritual.
c. Membandingkan dengan standar keperawatan.
d. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.
e. Data dibagi dalam bentuk data subjektif dan data obbjektif.

Menurut suprajitmo (2016, p. 42-43) perumusan masalah


dalam keperawatan keluarga mengguanakan aturan yang telah
disepakati, terdiri dari:

a. Masalah (P, problem), merupakan suatu pernyataan tidak


terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga atau anggota (individu) keluarga.
b. Penyebab (E, etiologi, ) merupakan suatu pernyataan yang dapat
menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas
38

keluarga, yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang


tepat, merawat anggota keluarga, memelihara lingkungan serta
memanfaatkan fasilitas pelayanan Kesehatan.
c. Tanda (S, sign) merupakan sekumpulan data subjektif dan data
objektif yyang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung
atau tidak, yang mendukung masalah dan penyebab.

4. Perumuusan masalah keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis


mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan uuntuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017). Perumusan
diagnose keperawatan keluarga yang disusun berdasarkan diagnosis,
seperti:
a. Diagnosis sehat/wellness
Diagnosis yang digunakan pada saat keluarga memiliki potensi
untuk ditingkatkan, yang belum ada data maladaptive. Dalam
perumusan diagnose potensial terdiri dari komponen problem
(P) saja atau P (problem) dan S (Symptom/sign), tanpa
komponen E (etiologi).
b. Diagnosis ancaman (Resiko)
Diagnosis resiko digunakan jika timbul masalah atau gangguan
Kesehatan di dalam keluarga, yang didukung adanya beberapa
data maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan keluarga
nyata atau gangguan terdiri dari problrm (P), etiologi (E), dan
symptom (S).
c. Diagnosis nyata (gangguan)
Diagnosis yang digunakan pada saat sudah timbul gangguan
atau masalah kesehatan yang ada pada keluarga. Yang
39

didukung dari data maladaptive. Diagnosis nyata atau


gangguan dirumuskan dari problrm (P), etiologi (E), dan
symptom (S/sign).

Sedangkan etiologi mengacu kepada 5 tugas keluarga yaitu :

a. Ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.


b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam
melakukan Tindakan yang tepat.
c. Ketidakmampuan keuarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat lingkungan rumah
yang memperngaruhi Kesehatan.
e. Ketidakmampuan keluarga dalam mengetahui fasilitas
kesehatan yang ada.

Setelah data dianalisis dan ditetapkan masalah keperawataan


keluarga, selanjutnya masalah kesehatan keluarga yang ada perlu
diprioritaskan bersama keluarga dengan memperhatikan sumber
daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga.

Penilaian skoring diagnosa keperawatan dilakukan jika


perawat merumuskan diagnosa keperawatan sehingga perlu disusun
skala prioritas melalui proses scoring.

Tabel 2.4
skoring diagnosa keperawatan (Ballon dan Magiya,2014)
No Kriteria Score Bobot
1. Sifat masalah Aktual : 3
1 Resiko : 2
Potensial :1
2. Kemungkinan Mudah :2
masalah yang 2 Sebagian : 1
dapat diubah Tidak dapat :0
40

3. Potensi masalah Tinggi :3


untuk dicegah 1 Cukup :2
Tidak dapat :1
4. Menonjolnya Segera ditangani :2
masalah 1 Tidak perlu ditangani : 1
Tidak di rasakan adanya
masalah : 0
Cara melakukan proses skoring diagnosa keperawatan :

a. Tentukan skor sesuai kriteria dengan rumus :

Skor diperoleh
X bobot
Skor tertinggi
b. Jumlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5.
c. Nilai tertimggi menentukan urutan diagnose keperawatan
keluarga.
Penentuan prioritas masalah disesuaikan dengan kriteria skala :
a. Untuk kriteria pertama
Prioritas utama diberikan pada yang tidak/kurang sehat
karena perlu segera dilakukan suatu tindakan dan biasanya
disadari oleh keluarga.
b. Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan :
1) Pengetahuan yang ada saat ini, teknologi dan tindakan
untuk menangani masalah.
2) Sumber daya keluarga seperti fisik, keuangan dan
tenaga.
3) Sumber daya perawat seperti pengetahuan
keterampilan dan waktu
4) Sumber daya masyarakat seperti fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat dan dukungan sosial.
c. Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :
1) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan
penyakit.
41

2) Lamanya suatu masalah yang terjadi.


3) Tindaakan yang sedang dijalankan secara tepat dalam
memperbaiki masalah.
4) Adanya kelompok beresiko tinggi atau rawat.
d. Untuk kriteria keempat
Perlu menilai persepsi bagaimana keluarga dalam menilai
masalah keperawatan. Terdapat skor tinggi jika keluarga
menyadari suatu masalah dan merasa untuk harus
menangani segera masalah tersebut. Skor tertinggi akan
didahulukan dan berada pada urutan awal sampai mencapai
skor terendah.

5. Diagnosa keperawatan

Diagnosis yang dapat muncul pada pasien stroke yang telah di


sesuaikan dengan (SDKI DPP PPNI, 2016) yaitu : Gangguan mobilitas
fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular pada penyakit
stroke. Dengan tanda dan gejala mayor dan minor yaitu :

Tabel 2.5 Gejala dan tanda mayor minor

Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda minor


Subjektif Subjektif
Mengeluh sulit menggerakkan 1. nyeri saat bergerak
ekstrimitas 2. enggan melakukan
pergerakan
3. merasa cemas saat
bergerak
Objektif Objektif
1. kekuatan otot menurun 1. sendi kaku
2. rentang gerak (ROM) menurun 2. Gerakan sendi
terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. fisik lemah
42

6. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah


perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan
keperawatan pada klien atau pasien berdasarkan analisa pengkajian
agar masalah kesehatan dan keperawatan pasien dapat diatasi (Nuratif
Huda, 2016). Untuk mengatasi diagnose keperawatan gangguan
mobilitas fisik maka dirumuskan perencanaan keperawatan yang
disusun oleh Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) yaitu :
Tabel 2.4 Rencana Tindakan keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA
HASIL
1. Gangguan Setelah dilakukan Dukungan ambulasi
mobilitas fisik tindakan (I.06171)
berhubungan keperawatan • Observasi
dengan selama 6x45 menit 1. Identifikasi
gangguan diharapkan adanya nyeri
neuromuscular gangguan mobilitas atau keluhan
(D.0054) fisik teratasi fisik lainnya
dengan kriteria 2. identifikasi
hasil (L.05042) : toleransi fisik
1. Pergerakan melakukan
ekstermistas ambulasi
meningkat. 3. monitor
2. kekuatan otot frekuensi
meningkat. jantung dan
3. Rentang gerak tekanan darah
(ROM) sebelum
meningkat memulai
ambulasi
4. monitor kondisi
umum selama
melakukan
ambulasi

• Terapeutik
1. Fasilitasi
aktifitas
ambulasi
dengan alat
bantu
43

2. Fasilitasi
melakukan
mobilisasi fisik
3. Libatkan
keluarga dalam
meningkatkan
ambulasi

• Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi
2. Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan
ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan

7. Pelaksanaan Tindakan keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiataan


yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry,
2011).
Implementasi merupakan tahapan keempat dari proses
keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan.
Melaksanakan intervensi/ aktivitas yang ditentukan. Pada tahap ini
perawatsiap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
diacatat dalam rencana keperawatan klien. Agar intervensi
perencanan dapat tepat waktu dan efisien terharhadap biaya, pertama
harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila
perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilakukan dan
mengkomunikasikan informasi kepada penyedia perawatan
kesehatan lainnya. Kemudian dengan menggunakan data, dapaat
44

mengevaluasi dan merevisi rencana keperawatan dalam tahap proses


kepererawatan berikutnya (Wilkinson,2012).
Komponen tahap implementasi antara lain :
a. Tindakan keperawatan mandiri.
b. Tindakan keperawatan edukatif.
c. Tindakan keperawatan kolaboratif.
d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien
terhadap asuhan keperawatan.
8. Evaluasi keperawatan

Menurut setiadi (2012) dalam buku konsep dan penulisan


asuhan keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya.
Tahapan dua jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan
dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera
setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan
guna menilai keefektifan tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Penurumusan evaluasi formatif ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yaitu subjektif,
objektif, Analisa data, perencanaan.
1) S (subjektif) : data subjektif dari hasil keluhan klien,
kecuali pada klien yang afasia.
2) O (objektif) : data objektif dari hasil observasi yanhh
dilakukan oleh perawat.
3) A (Analisis) : masalah dan diagnosis keperawatan klien
yang dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data
objektif.
45

4) P (perencanaan) : perencanaan kembali tentang


pengembangan tindakan keperawatan baik yang sekarang
maupun yang akan datang dengan tujuan memperbaiki
keadaan kesehatan klien.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah
semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan. evaluasi
sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yang telah diberikan.
Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian
tujuan keperawatan (Setiadi,2012) yaitu :
1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien
menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditentukan.
2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi
Sebagian atau klien masih dalam proses pencapaian
tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada
sebagaian kriteria yang telah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika
klien hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak
ada kemajuan sama sekali.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode


deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan
(memaparkan) peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kini. Deskripsi
peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data
faktual daripada penyimpulan. Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa
manipulasi dan peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan
mengapa fenomena itu bisa terjadi, oleh karena itu penelitian jenis ini tidak
memerlukan adanya suatu hipotesis (Nursalam,2017).
Rancangan penelitian yang digunakan oleh penulis adalah
rancangan penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan rancangan
penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif
misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi.
(Nursalam,2017)
Penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan fokus
pasien stroke non hemoragik dengan gangguan mobilitas fisik.
Studi kasus deskriptif pada penelitian ini yaitu mendeskripsikan
bagaimana gangguan mobilitas fisik pada 2 pasien stroke non hemoragik di
puskesmas Dukuh.

B. Subjek Penelitian

Teknik penelitian dengan cara pengambilan sampel convenience


sampling metode dimana subyek yang digunakan penelitian dipilih sesuai
dengan keinginan penulis dan sesuai dengan kriteria inklusi yang telah
dikehendaki (Nurasalam,2016). Subjek penelitian diambil dari dua orang
pasien dengan stroke non hemoragik yang mengalami gangguan mobilitas
di Puskesmas dengan kriteria subyek :

46
47

1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
(Nursalam,2016). Berikut ini kriteria inklusi dalam penelitian,
antara lain :
a. Keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami
Stroke non Hemoragik yang mengalami Hemiparesis atau
Hemiplagia
b. Klien dan keluarga bersedia menjadi responden.
c. Klien yang berusia 50-65 tahun
d. Klien dengan gangguan mobilitas
2. Kriteria Ekslusif
Kriteria Ekslusif adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena sebagai sebab dan
masalah (Nursalam, 2016 ). Berikut ini kriteria ekslusif penelitian :
a. Klien dalam kondisi kegawatan medis.
b. Klien selama proses keperawatan tidak koopratif.
c. Klien dengan komplikasi penyakit.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat
Tempat yang ditentukan penulis untuk melakukan pengelolaan kasus
karya tulis ilmiah ini di puskesmas Dukuh.
2. Waktu untuk melaksanakan pengelolaan kasus karya tulis ilmiah ini
dilakukan pada rentang waktu dari bulan Januari sampai dengan bulan
April.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang


diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat
diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional.
48

menjelaskan semua variabel dan istilah yang akan digunkan dalam


penelitian secara operasional, sehingga mempermudah pembaca/penguji
dalam mengartikan makna penelitian (Nursalam,2017)
Definisi operasional yang terdapat dalam karya tulis ilmiah ini antara lain:
1. Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan
dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota
keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses
keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO,2014).
2. Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak
dengan tanda klinis fokal atau global yang berlangsung lebih dari 24
jam tanpa adanya tanda-tanda penyebab non vaskuler, termasuk
didalamnya tanda-tanda perdarahan subarachnoid, perdarahan
intraserebral, iskemik atau infark serebri (Mutiarasari, 2019). Stroke
atau sering disebut CVA (Cerebro-Vascular Accident) merupakan
penyakit atau gangguan fungsi saraf yang terjadi secara mendadak
yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah dalam otak (Hariyanti
et al.,2020)
Stroke non hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan
jaringan otak yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak
sehingga mengganggu kebutuhan aliran darah dan oksigen di jaringan
otak. Stroke non hemoragik dapat disebablklan oleh thrombosis dan
emboli, sekitar 80-85% menderita penyakit stroke non hemoragik dan
20% sisanya adalah stroke hemoragik yang dapat disebabkan oleh
pendarahan intraserebrum hipertensi dan perdarahan subarachnoid
(Wilson & Price,2016).
Stroke non hemoragik adalah gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan. (Arya, 2011)
3. Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari
satu atau lebih ektremitas secara mandiri (Tim Pokja SDKI DPP PPNI
49

2016). Perubahan dalam tingkat mobilitas fisik dapat mengakibatkan


instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan
gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal, pembatasan
gerakan volunteer, atau kehilangan fungsi motorik. Dimana seseorang
tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu
pergerakan (Potter & Perry, 2010).
4. ROM
ROM (Range Of Motion) merupakan Tindakan atau Latihan otot
maupun persendian yang diberikan kepada pasien yang mengalami
mobilitas sendi terbatas karena penyakit, disabilitas atau trauma. ROM
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kekakuan pada sendi serta
kelemahan pada otot yang dapat dilakukan dengan ROM aktif maupun
ROM pasif tergantung dengan kondisi dan keadaan pasien.

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan dan proses


pengumpulan karakteristik subyek penelitian yang diperlukan dalam suatu
penelitian ( Deswani, 2011 ). Menurut Sugiyono ( 2017 ) penelitian
deskriptif menggunakan teknik pengumpulan data yaitu :
1. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mendapatkan data subyektif yaitu dengan
cara mengajukan pertanyaan kepada klien seperti identitas klien dan
keluarga, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan bagaimana perawatan terhadap
anggota keluarga dalam yang mengalami masalah gangguan mobilitas
fisik : ketidakmampan keluarga merawat pasien stroke. Data tersebut
diperoleh melalui wawancara klien, keluarga dan tenaga medis yang
bersangkutan dengan klien serta dilakukan secara langsung.
50

2. Observasi
Observasi yang dilakukan yaitu dengan pengkajian fisik atau
pengamatan secara langsung pada klien dan keluarga mengenai keadaan
klinis dan respons pasien terhadap tindakan keperawatan keluarga.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah pengumpulan data dari klien dan keluarga.
Data tersebut yaitu seperti hasil laboratorium. Pemeriksaan diagnosis
dan dokumen lain yang berhubungan dengan data klien untuk
memperkuat hasil observasi dan wawancara.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses dalam menyusun data secara sistematis


dengan data yang didapat yaitu hasil wawancara dan dokumentasi dengan
cara data dikategorikan dan membuat kesimpulan supaya mudah dipahami
oleh diri sendiri maupun orang lain. Teknik data sendiri mempunyai prinsip
yaitu mengolah data sehingga menjadi data yang sistematis, teratur dan
terstruktur (Sugiyono,2016). Pada studi kasus karya ilmiah ini, analisis data
dilakukan secdarda deskriptif yaitu dengan menggambarkan proses asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah gangguan mobilitas fisik :
ketidakmampuan keluarga dalam merawat pasien stroke mulai dari
pengkajian, diagnosis, implementasi dan evaluasi.

G. Etika Penelitian

Untuk menghindari tindakan yang tidak etis maka diperlukan etika


penelitian. Menurut Hidayat (2014) prinsip etika penelitian sebagai berikut:
1. Lembar pengesahan (informed consent)
Di dalam lembar pengesahan ini berisi tentang penjelasan mengenai
penelitian yang akan disampaikan, tujuan penelitian, manfaat
penelitian yang diperoleh oleh responden, tata cara ada di lembar
persetujuan tertera jelas dan mudah dipahami sehingga responden yang
membaca dapat memahami penelitian yang akan dijalankan. Jika
51

responden bersedia maka mengisi dan menandatangani lembar


persetujuan.
2. Anonimitas
Didalam menjaga kerahasiaan responden maka, pada lembar
persetujuan tidak perlu dicantumkan nama responden. Tetapi cukup
dituliskan kode atau nama samarannya saja.
3. Confidentiality ( kerahasiaan )
Confidentiality yaitu tidak akan menginformasikan data dan hasil dari
penelitian yang dilakukan berdasarkan data individual, namun hanya
dilaporkan berdasarkan data kelompok saja.
DAFTAR PUSTAKA

Adha, S. (2017). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN MOBILITAS


FISIK PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK DI IRNA C RSSN
BUKIT TINGGI.

Universitas Airlangga. (2021). Stroke Non-Hemoragik. Retrieved from Fakultas


Keperawatan: http://ners.unair.ac.id/site/index.php/news-fkp-unair/30-
lihat/1107-stroke-non-hemoragik

Anjeli, P. d. (2021). GANGGUAN MOBILITAS FISIK DENGAN PENERAPAN


ROM PADA PASIEN STROKE. Seminar Nasional, 1 (2).

Cahyaningtyas, N. (2022). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA PASIEN STROKE
NON HEMORAGIK PUSKESMAS JETIS KOTA BLORA.

Dewi, S. (2021). Gambaran Kemampuan Komunikasi Verbal Pada Pasien Stroke


Di Rumah Sakit Umum Daerah Buleleng Bali Tahun 2021.

Fitriani, D. (2021). STUDI LITELATUR GAMBARAN TINDAKAN


KEPERAWATAN RANGE OF MOTION (ROM) PADA PASIEN
STROKE NON HEMORAGIK DENGAN MASALAH GANGGUAN
MOBILITAS FISIK.

KDM. (2019). Retrieved from blogperawat.net:


https://www.blogperawat.net/2019/01/sop-rom-aktif-dan-pasif.html

Kemenkes. (2022). Informasi. Retrieved from


https://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/hipertensi-penyakit-jantung-
dan-pembuluh-darah

Dinas Kesehatan Pekalongan. (2020). Profile Kesehatan Kota Pekalongan Tahun


2019. Retrieved from
https://dinkes.pekalongankota.go.id//upload/file/file_20210629020936.pdf
Meita, S. (2020). GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
STROKE NON HEMORAGIK DENGAN GANGGUAN MOBILITAS
FISIK DI RUANG SAHADEWA RSUD SANJIWANI GIANYAR
TAHUN 2020.

Nareza, d. M. (2022). Tumor Otak. Retrieved from alodokter:


https://www.alodokter.com/tumor-otak

Parwati, N. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


MASALAH UTAMA HIPERTENSI PADA Tn. R DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA. Karya Tulis
Ilmiah.

Tugurejo, R. (2022). Artikel Kesehatan. Retrieved from RSUD Tugurejo Provinsi


Jawa Tengah: https://rstugurejo.jatengprov.go.id/artikel-kesehatan/cedera-
kepala-penyebab-utama-cacat-usia-
muda/#:~:text=Adapun%20cedera%20kepala%20adalah%20cedera,kepala
%2C%20dan%20lain%2Dlain

Yuniarsih, A. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG


MENGALAMI STROKE HEMORAGIK DENGAN HAMBATAN
MOBILITAS FISIK DI RUANG KRISSAN RSUD BANGIL
PASURUAN . Karya Tulis Ilmiah.

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2013. Gangguan gastrointestinal Aplikasi


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A.H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan


Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC, Edisi Revisi, Jilid
II. Yogyakarta: Mediaction

Sjamsuhidayat, R & De Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Cetakan
II. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Cetakan II.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
LAMPIRAN

Lampiran 1

LEMBAR BIMBINGAN

PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN

JURUSAN KEPERAWATAN-POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Nama Mahasiswa : KHOIRUN NISA

NIM : P1337420320094

Nama Pembimbing : Suryo Pratikwo, S.Pd.,SKM.,M.Kees.

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Pasien Stroke Dengan


Fokus Studi Gangguan Mobilitas Fisik Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Pekalongan

TANDA
NO HARI / MATERI SARAN TANGAN MNTR
TANGGAL BIMBINGAN PEMBIMBING KAPRODI

1. Selasa , 23 Judul • Asuhan


Agustus 2022 keperawatan
keluarga pada
pasien Tn.X dan
Tn.Y dengan
masalah gangguan
mobilitas fisik di
puskesmas dukuh
kota pekalongan
diganti dengan
asuhan keperawatan
keluarga pada
pasien stroke
dengan fokus studi
gangguan mobilitas
fisik di puskesmas
dukuh kota
Pekalongan
• ACC judul

• Penomoran
2. Rabu , 24 BAB 1 • Penjabaran latar
Oktober 2022 belakang
disesuaikan dengan
kasus
• Prevalensi
dilengkapi

• Tujuan umum dan


3. Selasa , 25 BAB 1 tujuan khusus
Oktober 2022 disesuaikan buku
panduan
• manfaat teoritis dan
manfaat praktis
disesuaikan buku
panduan
• ACC
• isi disesuaikan
4. Selasa , 16 BAB 2 seperti, konsep
November dasar stroke,
2022 mobilitas fisik,
konsep keluarga dan
konsep asuhan
keperawatan

• urutan disesuaikan
5. Selasa , 23 BAB 2 dengan buku
November panduan
2022 • konsep dasar asuhan
keperawatan di
lengkapi

• margin dirapikan
6. Rabu , 25 sesuai buku
November BAB 2 panduan
2022 • spasi dalam table di
sesuaikan dengan
buku panduan
• penomoran
disesuaikan
• Acc BAB 2

• Definisi
7. Senin, 28 operasional,
November BAB 3 dijelaskan 1 per 1
2022 • Metode operasional
dicantumkan apa
yang akan
dilakukan

BAB 3 • Redaksi kriteria


8. Rabu, 30 inklusi di ubah
November • Penomoran di
2022 definisi operasional
• Acc BAB 3

Pekalongan, 14 Desember 2022

Ketua Program Studi D III Keperawatan Pekalongan

Hartati,SKM,M.Kes.

NIP. 196810071988032001

N ASUHAN KEPERAWATAN
Lampiran 2

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian

1. Struktur dan sifat keluarga

a. Kepala keluarga

1) Nama KK :
2) Jenis kelamin :
3) Umur :
4) Agama :
5) Pendidikan :
6) Pekerjaan :
7) Alamat :

b. Susunan anggota keluarga

No Nama Jenis Status Umur Pendidikan Pekerjaan Ket.


kelamin

c. Tipe keluarga :

d. Genogram :

e. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan saat ini :

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :

3) Riwayat keluarga inti :


57
4) Riwayat keluarga sebelumnya :

f. Pengambilan keputusan :

g. Hubungan dengan keluarga :

2. Kebutuhan dalam sehari-hari

a. Kebutuhan nutrisi

1) Jenis makanan :

2) Kebiasaan makan/tradisi :

3) Keluhan saat makan :

4) Frekuensi makan dan minum :

5) Cara memilih, mengolah, menyajikan dan menyimpan bahan


makanan :

6) Riwayat alergi makanan :

b. Kebutuhan eliminasi

1) Frekuensi BAB dan BAK :

2) Konsistensi :

c. Istirahat tidur

1) Tidur siang : jam/hari

2) Tidur malam : jam/hari

d. Aktivitas dan olahraga

1) Aktivitas yang dilakukan :

2) Keluhan yang dirasakan setelah berolahraga :


e. Kebersihan diri

1) Frekuensi mandi dalam sehari :

2) Berapa kali ganti pakaian :

3) Rekreasi waktu senggang :

4) Pola asuh anak :

3. Faktor sosial ekonomi

a. Penghasilan keluarga dalam sebulan

1) Kurang dari Rp. 500.000 (.....)

2) Rp. 500.000 s/d Rp. 1.000.000 (.....)

3) Lebih dari Rp. 1.000.000 (.....)

b. Pengelolaan keuangan keluarga :

c. Hubungan dengan masyarakat :

d. Asuransi yang dimiliki keluarga:

1) BPJS PBI :

2) BPJS Non PBI :

3) Tidak punya :

4. Faktor lingkungan

a. Karakteristik rumah

1) Ukuran rumah :

2) Kondisi dalam dan luar rumah :

3) Kebersihan rumah :
4) Ventilasi rumah :

5) Saluran pembuangan air limbah :

6) Air bersih :

7) Pengelolaan rumah :

8) Kepemilikan rumah :

9) Kamar mandi/WC :

10) Denah rumah :

b. Kondisi lingkungan

1) Karakteristik tetangga dan komunitas sekitar :

2) Mobilitas geografis keluarga :

3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :

4) Sistem pendukung keluarga :

5. Psikologis

a. Status emosi :

b. Konsep diri :

c. Pola koping terhadap stress:

d. Pola interaksi :

e. Pola komunikasi :

f. Pola pertahanan :

6. Derajat kesehatan

a. Kejadian kesakitan :
b. Riwayat penyakit dahulu :

c. Riwayat penyakit sekarang :

d. Riwayat kesehatan keluarga:

e. Perilaku keluarga dalam penanganan anggota yang sakit :

f. Kejadian cacat :

g. Kejadian kematian dalam satu tahun terakhir :

h. Tugas keluarga :

i. Pemeriksaan fisik (head to toe) :

1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan :

2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota


keluarga :

3) Aspek pemeriksaan fisik

a) Vital signs :

b) Rambut :

c) Kepala :

d) Mata, mulut, THT :

e) Leher :

f) Thorax :

g) Abdomen :

h) Ekstremitas atas dan bawah :

i) Genetalia :
B. Diagnosis Keperawatan Keluarga

1. Analisis dan Sintesis Data

Data Problem Etiologi

DS:

DO:

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan

3. Penilaian Skoring

a. Diagnosa 1 : ....

No Kriteria Nilai Bobot

1. Sifat masalah
Tidak/ kurang sehat 3
Ancaman kesehatan 2 1
Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah 2
Sebagian 1 2
Tidak dapat diubah 0
3. Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Masalah yang benar-benar harus segera 2
ditangani 1 1
Ada masalah tetapi tidak segera ditangani 0
Masalah tidak dirasakan
4. Prioritas Diagnosa Keperawatan

Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor


1
2
3
C. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

No Diagnosa Tujuan Tujuan Kriteria Standar Intervensi


keperawatan umum khusus

D. Implementasi

No Hari tanggal Diagnosa Implementasi Ttd

E. Evaluasi

Tanggal No. Dx Implementasi Evaluasi Paraf

F. Analisis Hasil

Analisis Pasien 1 Pasien 2


Lampiran 3

SOP ROM

STANDART
OPERASIONAL SOP RANGE OF MOTION (ROM)
PROSEDUR
Pengertian Latihan gerak aktif-pasif atau range of motion (ROM)
merupakan Latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakkan persendian
secara normal dan lengkap

Tujuan 1. Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan


kelemahan pada otot yang dapat dilakukan secara
aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan
pasien.
2. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas
dan kekuatan otot.

Indikasi 1. Pasien yang mengalami hambatan mobilitas fisik


2. Pasien yang mengalami keterbatasan rentang gerak

Prosedur kerja Tahap kerja


Gerakan rom
1. Leher
Tekuk kepala kebawah dan keatas lalu menoleh
kesamping kanan dan kiri
2. Lengan/ Pundak
Angkat tangan keatas lalu kembali ke bawah, setelah
itu ke samping dan ke bawah lagi
3. Siku
Dengan menekuk lengan, Gerakan lengan ke atas
dan ke bawah
4. Pergelangan tangan
Tekuk pergelangan tangan kedalam dan keluar lalu
samping kiri ke kanan
5. Jari tangan
Tekuk keempat jari tangan kea rah dalam lalu
regangkan kembali. Kepalkan seluruh jari lalu buka.
Tekuk tiap jari satu persatu
6. Lutut
Angkat kaki keatas lalu lutut ditekuk kemudian
diturunkan lagi. Gerakkan kaki kesamping kanan
dan kiri lalu putar kearah dalam dan luar

64
7. Pergelangan kaki
Tekuk pergelangan kaki keatas lalu luruskan. Tekuk
jari kaki keatas dan kebawah
8. Jika mampu berdiri lakukan gerakan badan
Membungkuk kemudian putar pinggang ke samping
kanan dan kiri.
Tidak dipaksakan dalam latihan, lakukan sesering
mugnkin

Evaluasi a. Respon
Respon verbal : klien mengatakan tidak kaku lagi
Respon non verbal : klien tidak terlihat sulit untuk
menggerakkan sisi tubuhnya yang kaku.
b. Beri reinforcement positif
c. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
d. Mengakhiri kegiatan dengan baik

Anda mungkin juga menyukai