Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERKEMIHAN : CKD (Chronic Kidney Disease )

DI RUMAH SAKIT Dr. RUBINI MEMPAWAH

KORNELIA LEA

NIM: 201133035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK

PROFESI NERS

2020/2021
BAB I

KONSEP DASAR

1. DEFINISI

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu kondisi gagalnya ginjal dalam
menjalankan fungsinya mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan
elektrolit karena rusaknya struktur ginjal yang progresif ditandai 10 dengan
penumpukan sisa metabolik (toksik uremik) dalam darah (Muttaqin & Sari, 2014).
Chronic kidney Disease ( CKD) atau penyakit ginjal kronis di definisikan
sebagai krusakan ginjal untuk setidaknya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate ( GFR) ( Nahas & Levin,2010). CKD atau gagal ginjal
kronis ( GGK) di definisikan sebagai kondisi diaman ginjal mengalami penurunan
fungsi secara lambat,progresif,irreversible dan samar ( insidius) dimana kemampuan
tubuh gagal dalam mempertahankan metabolism ,cairan dan keseimbanga
elektrolit,sehingga terjadi uremia atau azotemia ( Smeltzer,2009).

2. KLASIFIKASI
Klasifikasi Chronic Kidney Disease Dalam Muttaqin dan Sari, 2011 CKD memiliki
kaitan dengan penurunan Glomerular Filtration Rate (GFR), maka perlu diketahui
derajat CKD untuk mengetahui tingkat prognosanya.
Klasifikasi National Kidney Foundation
Stadium Deskripsi GFR (ml/menit/1,73m2)
Derajat Penjelasan LFG (ml/mn/1.73m2
1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal >90
atau meningkat
2 Kerusakan ginjal dengan GFR 60-89
meningkat atau ringan
3 Kerusakan ginjal dengan GFR 30-59
meningkat atau sedang
4 Kerusakan ginjal dengan GFR 15-29
meningkat atau berat
5 Gagal ginjal <15 atau dialisis
(Sumber: Sudoyo, 2015)

Penurunan GFR menurut Suwitra (2009) dalam Kandacong (2017) dapat


diukur dengan menggunakan rumus Cockroft-Gault untuk mengetahui derajat
penurunan fungsi ginjal:
LFG/GFR (ml/mnt/1.73m²) = ( 140-umur)x BB
72X kreatinin plasma ( mg/dl)
pada perempuan dikalikan 0,85.

3. ETIOLOGI
CKD bisa terjadi karena berbagai kondisi klinis seperti penyakit komplikasi yang
bisa menyebabkan penurunan fungsi pada ginjal (Muttaqin & Sari 2011). Menurut
Robinson (2013) dalam Prabowo dan Pranata (2014) penyebab CKD, yaitu:
a) Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)
b) Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
c) Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)
d) Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
e) Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)
f) Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)

Sedangkan menurut Muttaqqin & Sari (2011) kondisi klinis yang bisa memicu
munculnya CKD, yaitu:
1) Penyakit dari ginjal
a) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonephritis
b) Infeksi kuman: pyelonephritis, ureteritis
c) Batu ginjal: nefrolitiasis
d) Kista di ginjal: polycitis kidney
e) Trauma langsung pada ginjal
f) Keganasan pada ginjal
g) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur 11

2) Penyakit umum di luar ginjal


a. Penyakit sistemik: diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi sangat
berkaitan erat untuk terjadinya kerusakan pada ginjal. Saat kadar insulin dalam
darah berlebih akan menyebabkan resistensi insulin yang dapat meningkatkan
lipolisis pada jaringan adiposa yang membuat lemak dalam darah meningkat
termasuk kolesterol dan trigliserida.
Hiperkolesterolemia akan meningkatkan LDL-kol dan penurunan HDL-kol
yang akan memicu aterosklerosis karena ada akumulasi LDL-kol yang akan
membentuk plak pada pembuluh darah. Terbentuknya plak akan membuat
retensi natrium sehingga tekanan darah naik. Retensi ini yang nantinya akan
merusak struktur tubulus ginjal (Noviyanti dkk, 2015).
b. Dyslipidemia karena dapat memicu aterosklerosis akibat akumulasi LDL-kol
sehingga memunculkan plak pada pembuluh darah yang akan meningkatkan
tekanan darah karena ada retensi natrium bisa membuat ginjal rusak (Noviyanti
dkk, 2015).
c. SLE (Systemic Lupus Erythematosus) adalah penyakit autoimun yang dapat
menyebabkan peradangan pada jaringan dan pembuluh darah di semua bagian
tubuh, terutama menyerang pembuluh darah di ginjal. Pembuluh darah dan
membran pada ginjal akan menyimpan bahan kimia yang 12 seharusnya ginjal
keluarkan dari tubuh karena hal ini ginjal tidak berfungsi sebagaimana
mestinya (Roviati, 2012).

d. Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis karena apabila tidak
segera diobati maka bakteri, virus dan parasit akan menggerogoti organ yang
ditempati hingga nanti akan menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah
dan menyerang organ lain seperti ginjal (Mohamad dkk, 2016).
e. Preeklamsi menyebabkan vasokonstriksi sehingga terjadi penurunan aliran
darah ke ginjal yang berakibat GFR menurun dan laju ekskresi kreatinin dan
urea juga menurun (Fadhila dkk, 2018).
f. Obat-obatan seperti antihipertensi memiliki efek samping yaitu meningkatkan
serum kreatinin jika digunakan dalam jangka panjang (Irawan, 2014).
g. Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar, diare) akan membuat
seseorang mengalami dehidrasi sehingga akan membuat urine menjadi lebih
pekat (Arifa dkk, 2017).

4. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Haryono (2013) & Robinson (2013) CKD memiliki tanda dan gejala sebagai
berikut:
a. Ginjal dan gastrointestinal biasanya muncul hiponatremi maka akan muncul
hipotensi karena ginjal tidak bisa mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
dan gangguan reabsorpsi menyebabkan sebagian zat ikut terbuang bersama urine
sehingga tidak bisa menyimpan garam dan air dengan baik. Saat terjadi uremia
maka akan merangsang reflek muntah pada otak.
b. Kardiovaskuler biasanya terjadi aritmia, hipertensi, kardiomiopati, pitting edema,
pembesaran vena leher.
c. Respiratory system akan terjadi edema pleura, sesak napas, nyeri pleura, nafas
dangkal, kusmaull, sputum kental dan liat
d. Integumen maka pada kulit akan tampak pucat, kekuning-kuningan
kecoklatan,biasanya juga terdapat purpura, petechie, timbunan urea pada kulit,
warna kulit abu-abu mengilat, pruritus, kulit kering bersisik, ekimosis, kuku tipis
dan rapuh, rambut tipis dan kasar.

e. Neurologis biasanya ada neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan dan kaki,
daya memori menurun, apatis, rasa kantuk meningkat. f) Endokrin maka terjadi
infertilitas dan penurunan libido, gangguan siklus menstruasi pada wanita,
impoten, kerusakan metabolisme karbohidrat. g) Sistem muskulosekeletal: kram
otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur tulang. h) Sistem reproduksi: amenore,
atrofi testis.

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien CKD, yaitu:
a. Pemeriksaan pada urine yang meliputi:
1. Volume urine pada orang normal yaitu 500-3000 ml/24 jam atau 1.200 ml
selama siang hari sedangkan pada orang CKD produksi urine kurang dari 400
ml/24 jam atau sama sekali tidak ada produksi urine (anuria) (Debora, 2017).
2. Warna urine pada temuan normal transparan atau jernih dan temuan pada orang
CKD didapatkan warna urine keruh karena disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan karena ada darah, Hb,
myoglobin, porfirin (Nuari & Widayati, 2017).
3. Berat jenis untuk urine normal yaitu 1.010-1.025 dan jika < 1.010 menunjukan
kerusakan ginjal berat ( Nuriari & widayati,2017).
4. Klirens kreatinin kemungkinan menurun dan untuk nilai normalnya menurut
Verdiansah (2016), yaitu:
a.Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2
b. Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2
5. Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) menunjukkan kerusakan glomerulus
bila SDM dan fragmen ada. Normalnnya pada urine tidak ditemukan
kandungan protein.

b. Pemeriksaan darah pada penderita CKD menurut Nuari & Widayati (2017) BUN
meningkat dari keadaan normal 10.0-20.0 mg/dL, kreatinin meningkat dari
nilai <0,95 mg/dl ,ureum lebih dari nilai normal 21-43 mg/dl.
1. hemoglobin biasanya <7-8 gr/dl
2. SDM menurun dari nilai normal 4.00-5.00, defisiensi eritopoetin
3. BGA menunjukkan asidosis metabolik, pH.
4. Natrium serum rendah dari nilai normal 136-145 mmol/L
5. Kalium meningkat dari nilai normal 3,5-5 mEq/L atau 3,5-5 mmol/L
6. Magnesium meningkat dari nilai normal 1,8-2,2 mg/dL
7. Kalsium menurun dari nilai normal 8,8-10,4 mg/dL
8. Protein (albumin) menurun dari nilai normal 3,5-4,5 mg/dL
c. Pielografi intravena bisa menunjukkan adanya abnormalitas pelvis ginjal
danureter. Pielografi retrograde dilakukan bila muncul kecurigaan adanya
obstruksi yang reversibel. Arteriogram ginjal digunakan untuk mengkaji
sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular massa (Haryono, 2013).
d. Ultrasono ginjal digunakan untuk menentukan ukuran ginjal serta ada atau
tidaknya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas (Nuari &
Widayati, 2017)
e. Biopsi ginjal dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel jaringan
untuk diagnosis histologis (Haryono, 2013).

b) PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu

a) Konservatif

- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin

- Observasi balance cairan

- Observasi adanya odema

- Batasi cairan yang masuk.

b) Dialysis
- peritoneal dialysis

biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.

Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak


bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )

- Hemodialisis

Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena


dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis
dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah
maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri

- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi


ke jantung )
c) Operasi

- Pengambilan batu

- transplantasi ginjal
BAB II

WOC CRONIC KIDNEY DISEASE


BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Alam pengkajian

semua data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan klien saat

ini.Pengkajian harus dilakukan secara komperhensif terkait dengan aspek biologis,

psikologis, social, maupun spiritual klien. (Asmadi, 2008) Data dasar pengkajian menurut

Doengoes, 2000 adalah:

a. Aktivitas/istirahat

Kelelahan ekstrem, kelemahan, malaiase, gangguan tidur

(insomnia/gelisah/somnolen), kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentan gerak.

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi lama/berat, hipertensi, DVJ, nadi kuat, edema jaringan umum,

dan pitting pada kaki, telapak tangan, disritmia jantung.Nadi lemah, hipotensi ortostatik

menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada penyakit tahap akhir. Friction rub

pericardial (respon terhadap akumulasi sisa). Pucat, kulit coklat kehijauan,

kuning.Kecenderungan perdarahan.

c. Integritas ego

Faktor stres, contoh finansial, hubungan dan sebagainya.Perasaan tidak berdaya,

tak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,

perubahan kepribadian.

d. Eliminasi

Penurunan frekuensi urine, oliguria, urinaria (gagal tahap lanjut).Abdomen

kembung, diare/konstipasi, perubahan warna urine, contoh kuning pekat, merah, coklat,

berawan.Oliguria, dapat menjadi anuria.


e. Makanan/cairan

Peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan

(malnutrisi).Anoreksia, nyeri ulu hati, mual / muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut

(pernapasan ammonia), Penggunaan diuretik, distensi abdomen/asites, pembesaran hati

(tahap akhir). Perubahan turgor kulit/kelembapan..Edema (umum, tergantung).Ulserasi

gusi, perdarahan gusi/lidah.Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak

bertenaga.

f. Neurosensori

Sakit kepala, penglihatan kabur.Kram otot/kejang, sindrom “kaki gelisah”, kebas

terasa terbakar pada telapak kaki. Kebas/kesemutan dan kelemahan, khususnya

ekstremitas bawah (neuropati perifer), gangguan status mental, contoh: penurunan lapang

pandang perhatian, ketidak mampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau,

penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma. Penurunan DTR. Tanda chvostek dan

Trousseau positif.Kejang, fasikulsi otot, aktifitas kejang.Rambut tipis, kuku rapuh dan

tipis.

g. Nyeri/kenyamanan

Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/nyeri kaki (memburuk saat malam hari),

perilaku hati-hati/distraksi, gelisah.

h. Pernafasan

Nafas pendek, dispnea, nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum

kental dan banyak.Takipnea, dispnea, peningkatan frekuensi atau kedalaman (pernapasan

kausmal).Batuk produktif dengan sputum merahmuda- encer (edema paru).


i. Keamanan

Kulit gatal.Ada/berulangnya infeksi.Pruritus.Demam (sepsis, dehidrasi), normotermia

dapat secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami suhu lebih

rendah dari normal (efek PGK/depresi respon imun).Patekie, area ekimosis pada

kulit.Fraktur tulang, defosit fosfat kalsium (klasifikasi metastatik).Pada kulit, jaringan

lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi.

j. Seksualitas

Penurunan libido, amenore, infertilitas.

k. Interaksi Sosial

Kesulitan menentukan kondisi, contoh: tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi

peran, biasanya dalam keluarga.

l. Penyuluhan/Pembelajaran

Riwayat DM, keluarga (resiko tinggi untuk gagal ginjal), penyakit polikistik, nefritis

herediter, kalkulus urinaria, malignansi. Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat,

racun lingkungan. Penggunaan antibiotik nefrotoksik atau berulang.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah penilaian klinik tentang respons individu,

keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau

potensial, diagnosa Keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi

keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat.. Setelah

dilakukan pengkajian kemungkinan diagnosa yang akan muncul pada klien dengan

penyakit ginjal kronik menurut Nurarif, 2015.

a. D.0003 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan

ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus- kapiler.

b. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi


hb
c. D.0019 Defisit nutrisi b.d kurangnya asupan makanan
d. D.0122 Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan
cairan, kelebihan asupan natrium
e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
f. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
g. Gangguan integritas kulit b.d kelebihan volume cairan, sindrom uremia.

C. Intervensi

Tujuan & Kriteria


No. Diagnosa (SDKI) Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)
1 D.0003 Gangguan L.01003 Pertukaran I.01014 Pemantauan Respirasi
pertukaran gas Gas Observasi
berhubungan Ekspektasi: meningkat - Monitor frekuensi, irama kedalaman dan
dengan Kriteria hasil upaya napas
ketidakseimbanga - Tingkat kesadaran - Monitor pola napas (seperti bradipnea,
n ventilasi-perfusi, meningkat takipnea, hiperventilasi, Kussmaul,
perubahan - Dispnea menurun Cheyne- Stokes, Biot, ataksik)
membran - Bunyi napas - Monitor kemampuan batuk efektif
alveolus-kapiler. tambahan - Monitor adanya produksi sputum
menurun - Monitor adanya sumbatan jalan napas
Gejala dan tanda - Pusing menurun - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
mayor - Penglihatan kabur - Auskultasi bunyi napas
Subjektif: menurun - Monitor saturasi oksigen
1. Dispnea - Diaforesis
No. Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)

Objektif: menurun - Monitor nilai AGD


1. PCO2 - Gelisah menurun - Monitor hasil x-ray toraks
meningkat/m - Napas cuping Terapeutik
e nurun hidung - Atur interval pemantauan respirasi
2. PO2 menurun menurun sesuai kondisi pasien
3. Takikardia - PCO2 membaik - Dokumentasikan hasil pemantauan
4. pH arteri - PO2 membaik Edukasi
meningkat/m - Takikardi - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
e nurun a - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
5. Bunyi napas membaik
tambahan Gejala - pH I.01026 Terapi Oksigen
dan tanda minor arteri Observasi
Subjektif: membai - Monitor kecepatan aliran oksigen
1. Pusing k - Monitor posisi alat terapi oksigen
2. Penglihata - Sianosis membaik - Monitor aliran oksigen secara periodik
n kabur - Pola dan pastikan fraksi yang diberikan
Objektif: napas cukup
1. Sianosis membaik - Monitor kemampuan melepaskan
2. Diaforesis - Warna oksigen saat makan
3. Gelisah kulit - Monitor tanda-tanda hipoventilasi
4. Napas membaik - Monitor tanda dan gejala toksikasi
cuping oksigen dan atelaktasis
hidung - Monitor tingkat kecemasan akibat
5. Pola napas terapi oksigen
abnormal - Monitor integritas mukosa hidung
(cepat/lambat, akibat pemasangan oksigen
reguler/iregule r, Terapeutik
dalam/dangkal - Bersihkan sekret pada mulut, hidung
) dan trakea, jika perlu
6. Warna kulit - Pertahankan kepatenan jalan napas
abnormal (mis. - Siapkan dan atur peralatan
pucat, kebiruan) pemberian oksigen
7. Kesadaran - Berikan oksigen tambahan, jika perlu
menurun - Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen yang
sesuai dengan tingkat mobilitas
pasien
Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur
2 D.0009 Perfusi L.02011 Perfusi I.02079 Perawatan Sirkulasi
perifer tidak Perifer Observasi
efektif Ekspektasi: - Periksa sirkulasi periver (mis. Nadi
berhubungan meningkat Kriteria perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
dengan hasil: suhu, ankle brachial index)
penurunan - Denyut nadi - Identifikasi faktor resiko gangguan
konsentrasi perifer sirkulasi ( mis. Diabetes, perokok, orang
hemoglobin. meningkat tua hipertensi dan kadar kolestrol tinggi)
- Penyembuhan
luka
meningkat
Tujuan & Kriteria
No. Diagnosa (SDKI) Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)
Gejala dan tanda - Sensasi - Monitor panans, kemerahan, nyeri atau
mayor meningkat bengkak pada ekstermitas
Subjektif: - Warna kulit pucat Teraupetik
(tidak tersedia) menurun - Hindari pemasangan infus atau pengambilan
Objektif: - Edema perifer darah di daerah keterbatasan perfusi
1. Pengisian menurun - Hindari pengukuran tekanan darah pada
kapiler >3 - Nyeri ekstremitas ekstermitas dengan keterbatasan perfusi
detik menurun - Hindari penekanan dan pemasangan
2. Nadi perifer - Parastesia tourniquet pada area yang cidera
menurun atau menurun - Lakukan pencegahan infeksi
tidak teraba - Kelemahan otot - Lakukan perawatan kaki dan kuku
3. Akral teraba menurun Edukasi
dingin - Kram otot - Anjurkan berhenti merokok
4. Warna kulit menurun - Anjurkan berolah raga rutin
pucat - Bruit femoralis - Anjurkan mengecek air mandi untuk
5. Turgor menurun menghindari kulit terbakar
kulit - Nekrosis menurun - Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
menurun - Pengisian kapiler darah, antikoagulan,dan penurun kolestrol,
membaik jika perlu
Gejala dan tanda - Akral membaik - Anjurkan minum obat pengontrl tekanan
minor - Turgor kulit darah secara teratur
Subjektif: membaik - Anjurkan menggunakan obat penyekat beta
1. Parastesia - Tekanan darah - Ajarkan program diet untuk memperbaiki
2. Nyeri sistolik membaik sirkulasi ( mis. Rendah lemak jenuh, minyak
ekstremitas - Tekanan darah ikam omega 3)
(klaudikasi diastolik membaik - Informasikan tanda dan gejala darurat yang
intermiten) - Tekanan arteri harus dilaporkan (mis. Raasa sakit yang tidak
Objektif: rata-rata membaik hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
1. Edema - Indeks ankle- hilangnya rasa)
2. Penyembuhan brachial membaik
luka lambat I.06195 Manajemen Sensasi Perifer
3. Indeks ankle- Observasi
brachial<0,90 - Identifikasi penyebab perubahan sensasi
4. Bruit - Identifikasi penggunaan alat pengikat,
femoralis prosthesis, sepatu, dan pakaian
- Periksa perbedaan sensasi tajam dan tumpul
- Periksa perbedaan sensasi panas dan dingin
- Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi
dan tekstur benda
- Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
- Monitor perubahan kulit
- Monitor adanya tromboflebitis dan
tromboemboli vena
Teraupetik
- Hindari pemakaian benda-benda yang
berlebihan suhunya (terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
- Anjurkan penggunaan thermometer untuk
menguji suhu air
- Anjurkan penggunaan sarung tangan termal
saat memasak
- Anjurkan memakai sepatu lembut dan
Tujuan & Kriteria
No. Diagnosa (SDKI) Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)
bertumit rendah
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
- Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika
perlu
3 D.0019 Defisit I.03030 Status Nutrisi I.03119 Manajemen Nutrisi
nutrisi Ekspektasi: membaik Observasi
berhubungan Kriteria hasil: - Identifikasi status nutrisi
dengan kurangnya - Porsi makanan yang - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
asupan makanan. dihabiskan - Identifikasi makanan yang disukai
meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Gejala dan tanda - Kekuatan otot nutrient
mayor pengunyah - Monitor asupan makanan
Subjektif: meningkat - Monitor berat badan
(tidak tersedia) - Kekuatan otot - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Objektif: menelan meningkat Teraupetik
1. Berat badan - Serum albumin - Lakukaoral hygiene sebelum makan, jika
menurun meningkat perlu
minimal 10% - Verbalisasi - Fasilitasi menentukan pedooman diet (mis.
di bawah keinginan untuk Piramida makanan)
rentang ideal meningkatkan nutrisi - Sajikan makanan secara menarik dan suhu
meningkat yang sesuai
- Pengetahuan tentang - Berikan makanantinggi serat untuk
Gejala dan tanda
pilihan makanan mencegah konstipasi
minor
yang sehat - Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
Subjektif:
meningkat protein
1. Cepat kenyang
- Pengetahuan tentang - Berikan makanan rendah protein
setelah makan
pilihan minuman Edukasi
2. Kram/nyeri
yang sehat - Anjurkan posisi dusuk, jika mampu
abdomen
meningkat - Anjurkan diet yang diprogramkan
3. Nafsu makan
- Pengetahuan tentang Kolaborasi
menurun
standar asupan - Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
Objektif:
nutrisi yang tepat makan (mis. Pereda nyeri, antiemetic), jika
1. Bising usus meningkat
hiperaktif perlu
- Penyiapan dan - Kolaborasi dengan ahli gizi menentukan
2. Otot penyimpanan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
pengunyah
makanan yang aman dibutuhkan, jika perlu
lemah
meningkat
3. Otot menelan
- Penyiapan dan I03136 Promosi Berat Badan
lemah
penyimpanan Observasi
4. Membran
minuman yang aman - Identifikasi kemungkinan penyebab BB
mukosa pucat
meningkat kurang
5. Sariawan - Sikap terhadap
6. Serum - Monitor adanya mual muntah
makanan/minuman
albumin turun - Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi
sesuai dengan tujuan
7. Rambut sehari-hari
kesehatan meningkat
rontok - Monitor berat badan
- Perasaan cepat
berlebihan - Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit
kenyang menurun
8. Diare serum
- Nyeri abdomen
Teraupetik
menurun
- Berikan perawatan mulut sebelum pemberian
- Sariawan menurun
makan, jika perlu
- Rambut rontok
- Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien (mis. Makanan dengan tekstur halus,
Tujuan & Kriteria
No. Diagnosa (SDKI) Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)
menurun makanan yang diblender, makanan cair yang
- Diare menurun diberikan melalui NGT atau gastrostomy,
- Berat badan total parenteral nutrition sesuai indikasi)
membaik - Hidangkan makanan secara menarik
- Indeks Massa - Berikan suplemen, jika perlu
Tubuh (IMT) - Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk
membaik peningkatan yang dicapai
- Frekuensi makan Edukasi
membaik - Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
- Nafsu makan namun tetap terjangkau
membaik - Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
- Bising usus dibutuhkan
membaik
- Tebal lipatan kulit
trisep membaik
- Membran
mukosa membaik
4 D.0022 L.03020 I.03114 Manajemen Hipervolemia
Hipervolemia Keseimbangan Observasi
berhubungan Cairan - Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis.
dengan gangguan Ekspektasi: meningkat Ortopnea, dispnea, edema, JVP/CVP
mekanisme Kriteria hasil: meningkat, refleks hepatojugular positif,
regulasi, kelebihan - Asupan cairan suara npas tambahan)
asupan cairan, meningkat - Identifikasi penyebab hipervolemia
kelebihan asupan - Haluaran urin - Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi
natrium. meningkat jantung, tekanan darah, MAP, CVP, PAP,
- Kelembaban PCWP, CO, CI), jika tersedia
Gejala dan tanda membran mukosa - Monitor intake dan output cairan
mayor meningkat - Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar
Subjektif: - Asupan makanan natrium, BUN, hematokrit, berat jenis urine)
1. Ortopnea meningkat - Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik
2. Dispnea - Edema menurun plasma (mis. kadar protein dan albumin
3. Paroxysmal - Dehidrasi menurun meningkat)
nocturnal - Asites menurun - Monitor keceptan infus secara ketat
dyspnea - Konfusi menurun - Monitor efek samping diuretik (mis.
(PND) - Tekanan darah Hipotensi ortostatik, hipovolemia,
Objektif: membaik hipokalemia, hiponatremia)
1. Edema - Denyut nadi radial Terapeutik
anasarka membaik - Timbang berat badan setiap hari pada waktu
dan/atau - Tekanan arteri rata- yang sama
edema rata membaik - Batasi asupan cairan dan garam
perifer - Membran - Tinggikan kepala tempat tidur 30-40°
2. Berat badan mukosa membaik Edukasi
meningkat - Mata cekung - Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5
dalam waktu membaik mL/kg/jam dalam 6 jam
singkat - Turgor kulit - Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg
3. Jugular membaik dalam sehari
Venous - Berat badan - Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan
Pressure membaik dan haluaran cairan
(JVP) dan/atau - Ajarkan cara membatasi cairan
Central Kolaborasi
Venous - Kolaborasi pemberian diuretik
Pressure
(CVP)
Tujuan & Kriteria
No. Diagnosa (SDKI) Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)
meningkat - Kolaborasi penggantian kehilangan kalium
4. Refleks akibat diuretik
hepatojugular - Kolaborasi pemberian continous renal
positif replacement therapy (CRRT), jika
perlu
Gejala dan tanda I.03121 Pemantauan Cairan
minor Observasi
Subjektif: - Monitor frekuensi dan kekuatas nadi
(tidak tersedia) - Monitor frekuensi napas
Objektif: - Monitor tekanan darah
1. Distensi vena - Monitor berat badan
jugularis
- Monitor waktu pengisian kapiler
2. Terdengar
suara napas - Monitor elastisitas atau turgor kulit
tambahan - Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
3. Hepatomegali - Monitor kadar albumin dan protein total
4. Kadar Hb/Ht - Monitor hasil pemeriksaan serum (mis.
turun osmolaritas serum, hematokrit, natrium,
5. Oliguria kalium, BUN)
6. Intake lebih - Monitor intake dan output cairan
banyak dari - Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis.
output (balans frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
cairan positif) tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membran
7. Kongesti paru
mukosa kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat, berat badan
menurun dalam waktu singkat)
- Identifikasi tanda-tanda hipervolemia (mis.
dispnea, edema perifer, edema anasarka,
JVP meningkat, CVP meningkat, refleks
hepatojugular positif, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
- Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan
cairan (mis. Prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar, aferesis,
obstruksi intestinal, peradangan pankreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi
intestinal)
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
5 D.0056 Intoleransi L.05047 Toleransi I.05178 Manajemen Energi
aktivitas Aktivitas Observasi
berhubungan Ekspektasi: meningkat - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dengan Kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
ketidakseimbanga - Frekuensi nadi - Monitor kelelahan fisik dan emosional
n antara suplai meningkat - Monitor pola dan jam tidur
dan kebutuhan
Tujuan & Kriteria
No. Diagnosa (SDKI) Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)
oksigen. - Saturasi oksigen - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
meningkat melakukan aktivitas
Gejala dan tanda - Kemudahan Terapeutik
mayor dalam melakukan - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
Subjektif: aktivitas sehari- stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
1. Mengeluh hari meningkat - Lakukan latihan rentang gerak pasin
lelah - Kecepatan dan/atau aktif
Objektif: berjalan - Berikan aktivitas distraksi yang
1. Frekuensi meningkat menenangkan
jantung - Jarak berjalan - Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika
meningkat meningkat tidak dapat berpindah atau berjalan
>20% dari - Kekuatan tubuh Edukasi
kondisi bagian atas - Anjurkan tirah baring
istirahat meningkat - Anjurkan melakukkan aktivitas secara
- Kekuatan tubuh bertahap
bagian bawah - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
Gejala dan tanda
meningkat dan gejala kelelahan tidak berkurang
minor
- Toleransi dalam - Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
Subjektif:
menaiki tangga kelelahan
1. Dispnea
meningkat Kolaborasi
saat/setelah
- Keluhan lelah - Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
aktivitas
2. Merasa tidak - Dipsnea saat meningkatkan asupan makanan
nyaman aktivitas menurun
setelah - Dipsnea setelah I.05186 Terapi Aktivitas
beraktivitas aktivitas menurun Observasi
3. Merasa lemah - Perasaan lemah - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
Objektif: menurun - Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
1. Tekanan darah - Aritmia saat aktivitas tertentu
berubah >20% beraktivitas - Identifikasi sumber daya untuk aktivitas
dari kondisi menurun yang diinginkan
istirahat - Aritmia setelah - Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi
2. Gambaran beraktivitas dalam aktivitas
EKG menurun - Identifikasi makna aktivitas rutin (mis.
menunjukkan - Sianosis menurun bekerja) dan waktu luang
aritmia - Warna kulit - Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan
saat/setelah membaik spiritual terhadap aktivitas
aktivitas - Tekanan darah Terapeutik
3. Gambaran membaik - Fasilitasi fokus pada kemampuan, buka
EKG - Frekuensi napas defisit yang dialami
menunjukkan membaik - Sepakati komitmen untuk meningkatkan
iskemia - EKG Iskemia frekuensi dan rentang aktivitas
4. Sianosis membaik - Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan sosial
- Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
usia
- Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
Tujuan & Kriteria
No. Diagnosa (SDKI) Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. Ambulasi,
mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
- Fasilitasi ativitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energi, atau gerak
- Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
- Tingkatan aktivitas fisik untuk memelihara
berat badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk
merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas dengan komonen memori
implisit dan emosional (mis. kegiatan
keagamaan khusus) untuk pasien demensia
- Libatkan dalam permainan kelompok yang
tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif
- Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas
rekreasi dan diversifikasi untuk menurunkan
kecemasan (mis. vocal group, bola voli,
tenis meja, jogging, berenang, tugas
sederhana, permainan sederhana, tugas rutin,
tugas rumah tangga, perawatan diri, dan
teka-teki dan kartu)
- Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
- Fasilitasi mengembangkan motivasi dan
penguatan diri
- Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
- Jadwalkan aktvitas dalam rutinitas sehari-
hari
- Berikan penguatan positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari,
jika perlu
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok
atau terapi, jika sesuai
- Anjutkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas, jika perlu
Tujuan & Kriteria
No. Diagnosa (SDKI) Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)
6 D.0077 Nyeri akut L.08066 Tingkat I.08238 Manajemen Nyeri
berhubungan Nyeri Observasi
dengan agen Ekspektasi: menurun - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
pencedera Kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
fisiologis. - Kemampuan - Identifikasi skala nyeri
menuntaskan - Identifikasi respons nyeri non verbal
Gejala dan tanda aktifitas - Identifikasi faktor yang memperberat dan
mayor meningkat memperingan nyeri
Subjektif: - Keluhan nyeri - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
1. Mengeluh menurun tentang nyeri
nyeri - Meringis menurun - Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Objektif: - Sikap protektif respon nyeri
1. Tampak menurun - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
meringis - Gelisah menurun hidup
2. Bersikap - Kesulitan tidur - Monitor keberhasilan terapi komplementer
protektif menurun yang sudah diberikan
(misal - Menarik diri - Monitor efek samping penggunaan analgetik
waspada, menurun Terapeutik
posisi - Berfokus pada diri - Berikan teknik nonfarmakologis yntuk
menghindari sendiri menurun mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
nyeri) - Diaforesis akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
3. Gelisah menurun pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
4. Frekuensi - Perasaan depresi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
nadi (tertekan) bermain)
meningkat menurun - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
5. Sulit tidur - Perasaan takut nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
mengalami cidera kebisingan)
Gejala dan tanda tulang menurun - Fasilitasi istirahat dan tidur
minor - Anoreksia - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
Subjektif: menurun pemilihan strategi meredakan nyeri
(tidak tersedia) - Perineum terasa Edukasi
Objektif: tertekan menurun - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
1. Tekanan darah - Uterus teraba nyeri
meningkat membulat - Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Pola napas menurun - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
berubah - Ketegangan otot - Anjurkan menggunakan analgetik
3. Nafsu makan menurun secara tepat
berubah - Pupil dilatasi - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
4. Proses menurun mengurangi rasa nyeri
berpikir - Muntah menurun Kolaborasi
terganggu - Mual menurun - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
5. Menarik diri - Frekuensi nadi
6. Berfokus pada membaik I.08243 Pemberian Analgesik
diri sendiri - Pola napas Observasi
7. Diaforesis membaik - Identifikasi karakteristik nyeri (mis.
- Tekanan darah pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
membaik intensitas, frekuensi, durasi)
- Proses berpikir - Identifikasi riwayat alergi obat
membaik - Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
- Fokus membaik narkotika, non-narkotik, atau NSAID)
- Fungsi berkemih dengan tingkat keparahan nyeri
membaik
- Perilaku membaik
Tujuan & Kriteria
No. Diagnosa (SDKI) Intervensi (SIKI)
Hasil (SLKI)
- Nafsu makan - Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
membaik sesudah pemberian analgesik
- Pola tidur - Monitor efektifitas analgesik
membaik Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesik yang disukai
untuk mencapai analgesik optimal, jika
perlu
- Perimbangkan penggunaan infus kontinu,
atau bolus opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas untuk
mengoptimalkan respons pasien
- Dokumentasikan respons terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgetik, sesuai indikasi
7 D.0129 Gangguan L.14125 Integritas I.11353 Perawatan Integritas Kulit
integritas kulit Kulit dan Jaringan Observasi
berhubungan Ekspektasi: meningkat - Identifikasi penyebab gangguan integritas
dengan kelebihan Kriteria hasil: kulit (mis. perubahan sirkulasi, perubahan
volume cairan, - Elastisitas status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
sindrom uremia. meningkat lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
- Hidrasi meningkat Terapeutik
Gejala dan tanda - Perfusi jaringan - Ubah posisis tiap 2 jam jika tirah baring
mayor meningkat - Lakukan pemijatan pada area penonjolan
Subjektif: - Kerusakan tulang, jika perlu
(tidak tersedia) jaringan menurun - Bersihkan perineal dengan air
Objektif: - Kerusakan lapisan hangat, terutama selama periode
1. Kerusakan kulit menurun diare
jaringan - Nyeri menurun - Gunakan produk berbahan petrolium atau
dan/atau - Perdarahan minyak pada kulit kering
lapisan kulit menurun - Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
Gejala dan tanda - Kemerahan hipoalergik pada kulit sensitif
minor menurun - Hindari produk berbahan dasar alkohol pada
Subjektif: - Hematoma kulit kering
(tidak tersedia) menurun Edukasi
Objektif: - Pigmentasi - Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
1. Nyeri abnormal lotion, serum)
2. Perdarahan menurun - Anjurkan minum air yang cukup
3. Kemerahan - Jaringan - Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
parut - Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
4. Hematoma
menurun sayur
- Nekrosis menurun - Anjurkan menghindari terpapar suhu
- Abrasi kornea ekstrem
menurun - Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
- Suhu kulit minimal 30 saat berada di luar rumah
membaik - Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
- Sensasi membaik secukupnya
- Tekstur membaik
- Pertumbuhan
rambut membaik
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Allen, Carol Vestal. (1998). Memahami Proses Keperawatan dengan Pendekatan


Latihan. Jakarta: EGC

Bagian Perencanaan. (2017). Profil 2017 Rumah Sakit Umum Daerah Abdul
Wahab Sjahranie. Diunduh pada tanggal 1 Desember 2018
http://www.rsudaws.co.id/uploads/DOWNLOAD/Profil%20RSUD%20A
WS%202017.pdf

Baradero, Mary, dkk. (2009). Klien Gangguan Ginjal. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3. Jakarta: EGC

Hasmi. (2012). Metode Penulisan Epidemiologi. Jakarta: CV. Trans Info Media

Hidayat Alimul Aziz, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Infodatin. (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Diunduh pada tanggal 18


November 2018

http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatin%20ginjal%202017.pdf

Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit yang Tidak Menular. Yogyakarta:


Deepublish
Kementrian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2018). Hasil
Utama RISKESDAS 2018. Diunduh pada tanggal 1 Desember 2018
http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf

Moeloek, F Nila. (2018). Air Bagi Kesehatan: Upaya Peningkatan Promotif


Preventif Bagi Kesehatan Ginjal Di Indonesia. Diunduh pada tanggal 18
November 2018

https://www.persi.or.id/images/2018/data/materi_menkes.pdf

Nuari, Nian A. (2017). Gangguan Pada Sistem Perkemihan &


Penatalaksanaannya, Ed.1. Yogyakarta: Penerbit Deepublish
Nurarif, Huda A, dan Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 2.
Jogjakarta: Mediaction

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Pernefri. (2016). Report Of Indonesian Renal Registry. Diunduh pada tanggal


18 November 2018

https://www.indonesianrenalregistry.org/data/INDONESIAN%20RENAL
%20REGISTRY%202016.pdf

Rajiv, Saran. (2016). The State of Kidney Disease in the US: New Findings &
High Impact Practices Linked to Improved Patient Outcomes. Jurnal
USRDS. Vol.2. Diunduh pada tanggal 18 November 2018

https://www.usrds.org/2016/pres/The_State_of_Kidney_Disease_in_US.p df

Smeltzer, C Suzanne & Bare, G Brenda. (2015). Buku Ajar Keperawatan


Medikal-Bedah Brunner&Suddarth, Ed.8, Vol.2. Jakarta: EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Trihono. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Diunduh pada tanggal 18

November 2018
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf

Anda mungkin juga menyukai