2
3
4
5
6
7
7
KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Muttaqin dan Sari, 2014). Chronic
Kidney Disease atau disebut juga gagal ginjal kronik terjadi ketika ginjal tidak
fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit, serta asam basa. (Suharyanto
progresif dan lambat pada setiap nefron, gagal ginjal (biasanya berlangsung
beberapa tahun dan irreversible (NANDA, 2015). Gagal ginjal kronik atau
CKD adalah suatu kondisi di mana ginjal rusak dan tidak dapat menyaring
tambahan ke dalam urin untuk gagal ginjal yang memerlukan dialisis, dimana
mesin menyaring darah seperti ginjal yang sehat akan, atau transplantasi
ginjal, dimana ginjal yang disumbangkan dari orang lain (Center for Disease
Control, 2015).
8
B. Etiologi
refluks nefropati.
poliarterisis nodosa.
hiperparatiroidisme, amiloidosis.
timah.
C. Patofisiologi
Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronik dimulai pada fase awal
sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai
fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifesasi klinis gagal ginjal
kronik mungkin minimal karena nefron-nefron sisa yang sehat mengambil alih
9
fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatan kecepatan filtrasi,
10
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang
ikut rusak dan akhirnya mati. Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya
pembentukan jaringan paut dan aliran darah ginjal akan berkurang. Pelepasan
rennin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan sehingga dapat
respon dari kerusakan nefron dan secara progesif fungsi ginjal menurun secara
dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang
memberikan banyak manifestasi pada setiap organ tubuh (Muttaqin dan Sari,
2014)
fungsi ginjal tidak berjalan kerusakan nefron lebih dari 75% fungsi
11
D. Pathway
TERLAMPIR
12
Lanjutan pathway
13
E. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan
yang bersifat sistemik. Gagal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi
sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini ada tanda dan gejala gagal ginjal ronik :
2) Kardiovaskuler
3) Respiratory system
efusi pleura, cracles, sputum yang kental, uremia pleuritis dan uremia
14
4) Gastrointestinal
5) Integument
6) Neurologis
gatal pada lengan dan kaki. Selain itu juga adanya kram pada otot reflek
enchepalophaty.
7) Endokrin
karbohidrat.
8) Hematopoitiec
15
masalah yang serius pada system hematologi ditunjukkan dengan adanya
9) Muskuloskletal
Tabel 2.1 Tabel Manifestasi klinis syndrome uremik pada gagal ginjal
kronik (Suharyanto dan Madjid 2009)
Manifestasi Klinis Syndrome uremik pada gagal ginjal kronik
Sistem Tubuh Manifestasi Sistem Tubuh Manifestasi
Biokimia Asidosis metabotik Saluran cerna Anoreksi, mual,
(HCO3- serum 18 -20 muntah
mEq/L) Nafas bau amoniak
Azotemia (penurunan Mulut kering
GFR, menyebabkan Perdarahan saluran
peningkatan BUN cerna
dan kreatinin) Diare stomatitis,
Hiperkalemia parotis
Retensi Na
Hipermagnesia
Hiperurisemia
Berkemih Poliuria, berlanjut Metabolisme Protein, sintesis
menuju oliguri, lalu abnormal
anuri Hiperglikemia,
Nokturia kebutuhan insulin
Proteinuri menurun
Lemak, peningkatan
kadar trigliserid.
Sex Libido hilang, Neuromuskuler Mudah lelah, otot
amenore, impotensi mengecil dan lemah.
dan sterilitas. SSP: penurunan
ketajaman mental,
penurunan
kesadaran, koma.
Otot berkedut,
kejang.
kardiovaskuler Hipertensi, retinopati Pernafasan Kussmaul, terdapat
dan ensefalopati suara nafas
hipertensif, beban tambahan, dispnea,
sirkulasi berlebih, edema paru,
edema, gagal jantung pneumonitis.
kongestif, dan
disritmia.
Hematologik Anemia, hemolisis, Kulit Pucat, pruritis,
kecenderungan Kristal uremia, kulit
perdarahan, resiko kering dan memar,
16
infeksi edema.
F. Komplikasi
a. Hipertensi
jaringan parut dan aliran darah ginjal akan berkurang. Pelepasan rennin
b. Hiperkalemia
henti jantung.
c. Anemia
d. Asidosis
17
e. Hiperurisemia
tinggi. Batas untuk wanita adalah 6 mg/dL, dan 6,8 mg/dL untuk laki-
laki.
f. Dehidrasi
g. Gastrointestinal
h. Endokrin
infertilitas.
i. Penyakit jantung
20
G. Penatalaksanaan
1. Tindakan konservatif
1) Peranan diet
3) Kebutuhan cairan
disease).
21
2. Terapi simtomatik
harus segera diberikan intavena bila pH < 7,35 atau serum bikarbonat
< 20 mEq/L.
6) Anemia
mendadak.
7) Keluhan gastrointestinal
yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai anus.
8) Kelainan kulit
22
9) Kelainan neuromuscular.
subtotal paratiroidektomi.
yang diderita.
2.8.2 Terapi pengganti ginjal, dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,
yaitu pada GFR kurang dari 15 menit. Terapi tersebut dapat berupa
apabila kadar kreatinin serum biasanya diatas 6 ml/100ml pada laki-laki atau
Menurut Padila (2012), Anggraini & Putri (2016), Muttaqin & Sari
kronik adalah :
23
2.10.1 Pengkajian
1) Identitas klien
2) Keluhan utama
muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum) dan
24
5) Psikososial
keluarga.
6) Aktifitas / istirahat.
rentang gerak
7) Sirkulasi
dada (angina).
8) Integritas ego
lain, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
perasaan.
25
b) Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
9) Eliminasi
10) Makanan/cairan
bertenaga.
11) Neurosensori
faskulasi otot.
26
12) Nyeri/kenyamanan
13) Pernafasan
edema paru).
14) Seksualitas
cairan klien, tidak hanya diisi oleh mahasiswa saja, namun juga
diisi oleh klien. Hal tersebut bertujuan untuk melatih klien dalam
27
30
Tanggal :
Berat Badan :
Waktu Cairan masuk (intake) Cairan keluar (output)
(WIB) makan Minum infus urin BAB Muntah IWL
07.00
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
14.00
Subtotal
Dst
Total/24
jam
paru-paru yaitu :
dangkal.
30
31
metabolik.
3) Intervensi :
otot progresif.
31
32
3) Intervensi :
tindakan dialisis.
adekuat.
3) Intervensi :
perifer/kongesti vaskuler.
32
33
3) Intervensi :
makan.
33
34
diet.
mampu ditoleransi.
3) Intervensi :
urin.
34
35
metabolik.
3. Intervensi :
2.10.4 Implementasi
2010).
2.10.5 Evaluasi
klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. tujuan evaluasi adalah untuk
35
4.1.1 Pengkajian
1. Identitas klien
40
36
41
2. Riwayat penyakit
41
42
b. Selama sakit
Frekuensi 3x1 sehari. 3x1 sehari.
Jenis Susu RGRP (sonde Susu RGRP (sonde
NGT). NGT).
Porsi ± 100 cc sekali makan. ± 100 cc sekali makan.
Keluhan - (pasien terpasang - (pasien terpasang
NGT, penurunan NGT, penurunan
kesadaran). kesadaran).
Pola eliminasi
a. BAB
1) Sebelum sakit
Frekuensi BAB 1x/ hari 1x/hari
Konsistensi Lunak Lunak
Warna Kuning kecoklatan. Kekuningan
Keluhan Tidak ada. Tidak ada
2) Selama sakit
Frekuensi BAB Belum BAB sejak 1x/hari
tanggal 20 Mei 2017.
Konsistensi - Lunak
Warna - Kuning kehitaman
keluhan - (pasien penurunan - (pasien penurunan
kesadaran). kesadaran).
b. BAK
1) Sebelum sakit
Frekuensi BAK 4-5 x/hari. 4-5 x/hari
Jumlah urine ± 100 cc sekali BAK ± 125 cc sekali BAK
Warna Kekuningan. Kekuningan
Keluhan Tidak ada. Tidak ada.
2) Selama sakit
Frekuensi Pasien terpasang DC. Pasien terpasang DC
Jumlah urine ± 50 cc / 8 jam ± 50 cc / 8 jam
Warna Kekuingan agak keruh. Kekuningan agak keruh.
Keluhan Oliguria (urin keluar Oliguria (urin keluar
hanya sedikit) hanya sedikit).
Pola istirahat tidur
a. Sebelum sakit Keluarga pasien Keluarga mengatakan
mengatakan pasien pasien tidak mengalami
tidur/ istirahat dengan gangguan tidur, jumlah
cukup, jumlah jam tidur jam tidur dalam sehari
± 10 – 11/ hari. 9-10 jam.
42
43
43
44
Pasien 1
Pasien 2
44
45
4. Pemeriksaan fisik
2. Kepala
Bentuk kepala Mesochepal Mesochepal
Kulit kepala Tampak berminyak Tampak berminyak
Rambut Tampak kering beruban Tampak kering beruban
3. Muka
a. Mata
- Palpebra Tidak ada edema Tidak ada edema
45
46
Jantung
- Inspeksi - Bentuk dada simetris, - Bentuk dada
ada luka di mid axila simetris, tidak ada
kiri, gambaran EKG : jejas, gambaran
sinus ritme. EKG : SR
- Palpasi - ICS teraba di ICS VII - ICS teraba di ICS V
- Perkusi - Suara jantung pekak - Suara jantung pekak.
- Auskultasi - Bunyi jantung regular - Bunyi jantung
(lub dub), tidak ada regular (lub dub),
suara tambahan. tidak ada suara
tambahan.
6. Abdomen
- Inspeksi - Bentuk abdomen - Bentuk abdomen
simetris, tidak ada simetris, tidak ada
jejas, tidak ada asites. jejas, tidak ada asites.
- Auskultasi - Bising usus terdengar - Bising usus terdengar
15x/mnt 12x/mnt.
- Perkusi - Kuadran I pekak, - Kuadran I pekak,
kuadran II, III, IV kuadran II, III, IV
46
47
thympani. thympani.
- Palpasi - Tidak ada nyeri tekan - Tidak ada nyeri tekan
(pasien mengalami (pasien mengalami
penurunan kesadaran). penurunan
kesadaran).
7. Genetalia Terpasang selang DC Terpasang selang DC
8. Rektum Bersih Bersih
9. Ekstremitas
a. Atas
- Kekuatan otot - Tidak terkaji, pasien - Tidak terkaji, pasien
kanan/kiri penurunan kesadaran. penurunan kesadaran.
- ROM kanan dan - Pasif/pasif - Pasif/pasif
kiri
- Perubahan - Tidak ada - Ada (post kecelakaan
bentuk tulang 4 tahun yang lalu)
- Perabaan akral - Dingin - Dingin
- Pitting edema - Ada edema kaki kanan - ada edema kaki kanan
dan kiri, grade III, dan kiri, grade III,
CRT >2 detik. CRT >2 detik.
10. Hasil pengkajian 10 (resiko tinggi) 15 (resiko sedang)
dekubitus
11. Hasil pengkajian 50 (tinggi) 50 (tinggi)
resiko jatuh
Pasien 1
Hasil :
47
48
b. Pemeriksaan : Sputum
Hasil :
Hasil :
48
49
d. Pemeriksaan : Kristal
Hasil :
Hasil :
f. Pemeriksaan : Cairan
Hasil :
49
50
Kejernihan Jernih - -
Bekuan Tidak ada - -
Protein kuantitatif 0.8 gr/Dl -
Tes Rivalta Negative - -
Glukosa 337 mg/Dl -
LDH 111 /uL -
Jumlah sel 34 /uL <1000
Hitung jenis sel MN 97 % 30.75
Hitung jenis PMN 3 % <110
Hasil :
Hasil :
50
51
Pasien 2
a. Pemeriksaan : Mikroskopis
Hasil :
Hasil :
51
52
Hasil :
Hasil :
Hasil :
52
53
BE -0.7 mmol/L -2 - +3
PCO2 53.7 mmol/L 27.0 – 41.0
O2 78.8 mmol/L 80.0 – 100.0
Hematokrit 32 % 37 – 50
HCO3 26.1 21.0 – 28.0
Total CO2 27.7 mmol/L 19.0 – 24
O2 Saturasi 93.5 mmol/L 94.0 – 98.0
LAKTAT
Arteri 1.40 % 0.36 – 0.75
Kesimpulan : Asidosis Respiratory dengan gagal nafas tipe 2
53
54
bernafas.
5. Terdapat penurunan
ekspansi paru kanan
< paru kiri pada
pasien.
6. Terdapat
penggunaan otot
bantu pernafasan
pada pasien.
7. Hasil pemeriksaan
Thorax :
- Terdapat
penarikan
trachea ke
kanan.
- Edema pulmo
dan efusi pleura
kanan.
8. Irama nafas tidak
teratur
9. Hasil TTV :
- TD = 123/61
mmHg
- N = 72 x/mnt
- RR = 30 x/mnt
- S = 36,2 0C
- SPO2 = 100%
54
55
- B (Biochemical)
1. Hemoglobin =
9.8 g/dL
(normal = 12.0
– 15.6 g/dL)
2. Hematokrit =
32%
55
56
(normal = 33 –
45 %)
- C (Clinical)
1. Kulit tampak
pucat
2. Konjungtiiva
mata anemis
(pucat).
3. Mukosa bibir
kering
4. Pasien
terpasang NGT.
- D (Diet)
1. Pasien
mendapat diet
nutrisi susu
sonde dengan
rendah garam
dan rendah
protein.
2. Diet sonde
diberikan
melalui NGT
±100 cc
sebanyak 3x1
sehari.
56
57
batang.
7. Hasil px. Kristal
mikroskopis
ditemukan bakteri
(+) dan jamur (+).
Pasien 2
57
58
6. Hasil
pemeriksaan
urin:
- Creatine = 5.4
(normal = 0.6 –
1.2)
- Ureum = 143
(normal = <50)
7. Hasil balance
cairan pada
tanggan 21 Mei
2017 adalah +
920cc
- B (biochemical) :
1. Hemoglobin = 7.2
g/dL (normal =
12.5 – 15.6 )
2. Hematokrit =23 %
(normal= 33 – 45 )
3. Albumin = 2.6
g/dL
(normal = 3.2 –
4.6)
- C (Clinical) :
1. Kulit tampak
pucat
2. Konjungtiva
anemis (pucat)
3. Mukosa bibir
kering
4. Pasien terpasang
NGT.
- D (Diet) :
1. Pasien mendapat
diet nutrisi berupa
susu (sonde)
rendah garam
rendah protein.
2. Diet sonde
diberikan melalui
selang NGT ±
3x100 cc dalam
sehari.
58
59
59
60
tipe 2.
5. Pasien tampak
kejang kemudian
dipasang alat
ventilator.
6. Pasien terpasang
ventilator SIM V
VC peep 8.
7. SPO2 pasien 75%
(sebelum dipasang
ventilator)
8. SPO2 menjadi 98%
(setelah dipasang
ventilator)
Pasien 1
jalan nafas.
regulasi.
Pasien 2
ventilasi perfusi.
regulasi.
60
61
4.1.4 Perencanaan
61
62
62
63
Pasien 2
1. Setelah dilakukan tindakan - Manajemen asam basa : asidosis
keperawatan selama 3x24 respiratorik (1913) :
jam diharapkan gangguan 1. Monitor pola pernafasan.
pertukaran gas pada pasien 2. Monitor tanda dan gejala
dapat teratasi/dapat kelebihan asam karbonat dan
berkurang dengan kriteria asidosis respiratorik (missal :
hasil : tremor, dengan durasi memanjang,
- Tidak ada dispnea. kondisi ketidakseimbangan
- Tidak ada gejala distres menuju koma, level pH kurang
pernafasan. dari 7.35, level PaCO2 lebih besar
- Menunjukkan perbaikan dari 45 mmHg).
ventilasi dan oksigen 3. Pertahankan kepatenan jalan
jaringan adekuat dengan nafas.
hasil analisa gas darah. 4. Pertahanakan bersihan jalan nafas
(missal : suction, memasang alat
bantu nafas dengan tepat).
5. Posisikan pasien pada perfusi
ventilasi yang optimal (semi
fowler) dengan tepat.
6. Instruksikan pada pasien dan
keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan sesuai prosedur.
7. Berikan terapi oksigen yang
sesuai.
8. Sediakan ventilasi mekanaik yang
sesuai.
2. Setelah dilakukan tindakan - Manajemen jalan nafas (3140) :
keperawatan selama 3x24 1. Monitor pola nafas pasien dan
jam diharapkan ketidak- TTV.
efektifan pola nafas pasien 2. Posisikan pasien untuk
dapat teratasi/dapat mengurangi sesak nafas (semi
berkurang dengan kriteria fowler/ 300).
hasil : 3. Motivasi pasien untuk bernafas
- Tidak ada sesak nafas pelan dan dalam.
- RR dalam batas normal 4. Auskultasi suara nafas, catat area
(16-24 x/mnt) yang ventilasinya menurun.
- Ekspresi wajah tampak 5. Monitor status pernafasan dan
rileks oksigenasi yang sesuai.
63
64
64
65
4.1.5 Pelaksanaan
13.10 Mengobserv
asi adanya
sumbatan
pada jalan
nafas pasien
65
66
66
67
08.00 Menjaga
lingkungan
aseptik
pasien
(memandi-
kan pasien).
67
68
68
69
meninggal
dunia.
10.15 Tindakan
keperawatan
dihentikan
pasien
dinyatakan
meninggal
dunia.
69
70
4.1.6 Evaluasi
70
71
71
72
72
73
73
74
Pasien 2
Dx 1 Hari pertama pasien S:- S:-
belum mengalami O: O:
gangguan pertukaran - Hasil analisa gas - Kondisi pasien
gas. darah : asidosis menurun.
respiratory - Pola nafas tidak
dengan gagal teratur.
nafas tipe 2. - Pasien sempat
- pH = 7.290 mengalami
(normal 7.310 – kejang.
7.420) - TD = 52/24
- PCO2 = 53.7 mmHg
(normal 27.0 – - RR = 15 x/mnt
41.0) - N = 82 x/mnt
- Pasien terpasang - Dilatasi pupil =
ventilator SIM V 4/4
VC peep 8. - Reflek pupil = -/-
- RR = 33 x/mnt - GCS = 3 E1 V1
- SPO2 = 97 % M1 (koma).
A : masalah gangguan - SPO2 = 75 %
pertukaran gas (dengan
belum teratasi. ventilator)
P : lanjutkan intervensi. A : masalah tidak
- Monitor pola teratasi.
nafas pasien. P : intervensi tidak
- Monitor tanda- dilanjutkan karena
tanda apnea. keluarga
- Monitor menghendaki DNR
penggunaan (Do Not
ventilator. Resusitation).
- Monitor hasil px. Pada pukul 10.15
analisa gas darah. pasien dinyatakan
meninggal dunia.
74
75
75
76
- SPO2 = 75 %
(dengan
ventilator)
A : masalah tidak
teratasi.
P : intervensi tidak
dilanjutkan karena
keluarga
menghendaki DNR
(Do Not
Resusitation).
Pada pukul 10.15
pasien dinyatakan
meninggal dunia.
76
77
77
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan dengan
Chronic Kidney Disease pada pasien 1 (Ny.S) dan pasien 2 (Ny.S) yang
dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2017 – 24 Mei 2017 dengan masalah kelebihan
bab ini berisi tentang perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus
yang disajikan untuk membahas fokus pada dignosa keperawatan yang akan
diuraikan dengan konsep. Isi pembahasan sesuai tujuan khusus yaitu pengkajian,
5.1 Pengkajian
78
78
79
didapatkan keluhan utama lemas dan edema pada ekstremitas. Pada riwayat
36,2 0C. Kesadaran sopor, GCS: 6 E:2, V:2, M:2. Pada pola eliminasi
hasil suara nafas tambahan ronchi basah, pola nafas tidak teratur. Terdapat
edema pada kedua ekstremitas atas grade III (kedalaman 5-7 mm waktu
kembali 7 detik) dan terdapat edema pada ektremitas bawah pasien dengan
grade III. Hasil pemeriksaan urin Creatine = 4.0 mg/dL (normal = 0.6 – 1.2
Hasil pengkajian balance cairan pada hari sbelumnya tanggal 21 Mei 2017
adalah +1190 cc. Pasien mempunyai jadwal HD rutin 2x dalam satu minggu
keluhan utama edema tangan dan kaki. Pada riwayat penyakit sekarang
didapatkan data subyektif tidak terkaji dan data objektif sebagai berikut TD:
produksi urin yaitu ± 50cc/8jam yang terdapat pada selang DC pasien. Pada
79
80
ronchi basah, pola nafas tidak teratur. Terdapat edema pada kedua
ekstremitas atas grade III (kedalaman 5-7 mm waktu kembali 7 detik) dan
terdapat edema pada ektremitas bawah pasien dengan grade III. Pada
pemeriksaan urin terdapat Creatine = 5.4 (normal = 0.6 – 1.2) Ureum = 143
(normal = <50). Hasil balance cairan pada hari sebelumnya tanggal 21 Mei
teori yang ada yaitu kelebihan volume cairan ditunjukkan dengan adanya
kondisi pasien dan teori yaitu terdapat edema, penurunan produksi uirn,
terjadi hipertensi.
80
81
lain terdapat edema grade III ekstremitas atas dan ekstremitas bawah pada
146) Oliguria (produksi urin sedikit) terlihat pada DC pasien ± 50cc dalam 8
jam. Kesadaran sopor, GCS: 6 E:2, V:2, M:2. Hasil balance cairan adalah
+1290 cc. Hasil pemeriksaan urin = Creatine = 4.0 mg/dL (normal = 0.6 –
1.2 mg/dL) Ureum = 126 mg/dL (normal = <50 mg/dL), hemoglobin: 9.8
(2015) yaitu adanya edema, bunyi nafas tambahan, gangguan pola nafas,
yang terdapat pada pasien 2 antara lain terdapat edema grade III ekstremitas
atas dan ekstremitas bawah pada pasien. TD: 146/108 mmHg, pasien tampak
dispnea (RR= 28 x/mnt) Hasil lab. Terdapat perubahan berat jenis urin
yaitu: 1.010 (normal: 1.015 - 1.025). Oliguria (produksi urin sedikit) terlihat
pada DC pasien ± 50cc dalam 8 jam. Kesadaran sopor, GCS: 6 E:2, V:1,
81
82
M:2. Hasil balance cairan adalah +880 cc. Hasil pemeriksaan urin: Creatine
= 5.4 mg/dL (normal = 0.6 – 1.2 mg/dL) Ureum = 143 mg/dL (normal = <50
perubahan berat jenis urin, bunyi nafas tambahan, gangguan pola nafas,
dan teori hal ini ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda edema, gangguan
tekanan darah, perubahan berat jenis urin, bunyi nafas tambahan, gangguan
82
83
setiap kondisi atau perilaku pasien dengan kriteria hasil yang diharapkan
Time adalah batas pencapaian dalam rentang waktu tertentu, harus jelas
3x24 jam kelebihan volume volume cairan dapat teratasi atau berkurang
dengan kriteria hasil tidak ada edema ekstremitas, BB dalam batas normal,
tidak ada pitting edema, tekanan darah dalam batas normal, tidak ada suara
nafas tambahan.
dan pasien 2 yaitu yang pertama pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi
83
84
kurang yang dapat memperberat fungsi ginjal. Intervensi yang ketiga adalah
hitung catatan intake dan output yang akurat (balance cairan) yang bertujuan
84
85
Salah satu pemicu kondisi tersebut adalah peningkatan volume cairan dalam
Intervensi yang akan dilakukan pada pasien 1 dan pasien 2 sesuai antara
fakta dengan teori yaitu antara lain pemantauan TD, suara nafas tambahan,
Implementasi pada pasien 1 pada tanggal 22 Mei 2017 pukul 08.35 WIB
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah pasien terdapat edema grade III,
tampak oliguria (urin yang keluar hanya sedikit) terlihat pada selang DC
85
86
kasar. Implementasi yang ketiga pada pukul 09.10 WIB adalah mengantar
pada pukul 14.00 WIB yaitu didapatkan respon objektif hasil balance caira
hari pertama +11290 cc. Pemantauan status hidrasi pada pasien GGK
serum px. lab yang abnormal (creatinin, ureum, natrium) pada pukul
07.10 WIB yaitu didapatkan respon objektif creatinin 4.0 mg/dL (0.6 - 1.2),
ureum 126 mg/dL (normal <50), natrium 121 mmol/L. implementasi kedua
86
87
pada pukul 07.40 WIB yaitu memberikan terapi diuretik sesuai indikasi
terapi diuretik sesuai indikasi (furosemid 40mg/12 jam) pada pukul 07.30
+1080 cc.
tanggal 22 Mei 2017 pada pukul 07.35 WIB adalah mengobservasi adanya
objektif TD: 142/77 mmHg, ekstremitas atas dan ekstremitas bawah pasien
terdapat edema grade III, tampak oliguria (urin yang keluar hanya sedikit)
terlihat pada selang DC pasien yaitu ±50 cc, saat dilakukan auskultasi pada
tambahan ronchi basah kasar. Implementasi ketiga pada pukul 07.45 adalah
mg/dL (0.6 - 1.2), ureum 143 mg/dL (<50), implementasi keempat adalah
87
88
terapi diuretik sesuai indikasi pada pukul 07.20 WIB didapatkan respon
perawatan).
sesuai dengan fakta pada pasien dan sesuai dengan teori yang ada.
5.5 Evaluasi
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. tujuan evaluasi adalah untuk melihat
88
89
mekanisme regulasi pada tanggal 22 Mei 2017 adalah untuk subyektif tidak
data antara lain : terdapat edema ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
suara nafas ronkhi basah kasar pada pemeriksaan paru-paru. Hasil balance
monitor balance cairan setiap hari, monitor hasil px. laboraturium yang
Evaluasi hari kedua pada tanggal 23 Mei 2017 didapatkan hasil subjektif
tidak terkaji, objektif didapatkan hasil terdapat edema ekstremitas atas dan
x/mnt, terdapat suara nafas ronkhi basah kasar pada pemeriksaan paru-paru.
Hasil balance cairan per 24 jam hari kedua adalah +1140 cc. Hasil px.
mg/dl (normal 0.6 – 1.2 mg/dl), Natrium = 121 (normal 132 – 146). Analisa
intervensi antara lain monitor balance cairan setiap hari. Monitor hasil px.
89
90
Evaluasi hari ketiga tanggal 24 Mei 2017 didapatkan hasil subjektif tidak
27 x/mnt. Terdapat suara nafas ronkhi basah kasar pada pemeriksaan paru-
paru. Hasil balance cairan selama 24 jam hari ketiga adalah +1080 cc.
lanjutkan intervensi. Monitor balance cairan setiap hari. Monitor hasil px.
dengan tim kesehatan lain. Hasil evaluasi yang sudah didapatkan pada
sebagian sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan. Kriteria
90
91
kriteria tidak ada pitting edema belum tercapai dikarenakan masih terdapat
edema ekstremitas atas dan ektremitas bawah pada pasien, sedangkan untuk
tidak ada suara nafas tambahan pada pemeriksaan paru-paru belum tercapai
karena dengan adanya suara nafas abnormal jika terdapat kelebihan cairan di
Putri, 2016).
dengan hasil studi kasus tidak ada kesenjangan hal ini terbukti dengan hasil
Tabel. 5.5.1 adalah tabel hasil analisa keseimbangan cairan pada pasien 1
Berdasarkan hasil studi kasus ini didapati bahwa hasil balance cairan
91
92
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Anggraini dan Putri, 2016)
Evaluasi yang didapatkan pada pasien 1 sesuai dengan teori yang ada
yaitu ditunjukkan dengan adanya penurunan jumlah cairan setiap hari serta
mekanisme regulasi pada hari pertama tanggal 22 Mei 2017 didapatkan hasil
subjektif terdapat edema ekstremitas atas dan edema ekstremitas bawah pada
balance cairan per 24 jam hari pertama adalah + 880 cc. Analisa masalah
Evaluasi hari kedua pada tanggal 23 Mei 2017 didapatkan hasil subjektif
tidak terkaji, objektif didapatkan hasil terdapat edema ekstremitas atas dan
edema ekstremitas bawah pada pasien. TD= 80/50 mmHg, RR= 31 x/mnt,
N= 102 x/mnt, terdapat suara nafas tambahan ronkhi basah kasar pada
pemriksaan paru-paru. Hasil balance cairan per 24 jam hari kedua adalah +
92
93
dialisis.
Evaluasi hari ketiga pada tanggal 24 Mei 2017 didapatkan hasil subjektif
tidak terkaji, objektif didapatkan hasil terdapat edema ekstremitas atas dan
ronkhi basah kasar pada pemriksaan paru-paru. Hasil balance cairan hari
mengehendaki DNR.
Evaluasi akhir pada pasien 2 yaitu kondisi pasien menurun, pola nafas
DNR (Do Not Resusitation). Pada pukul 10.15 pasien dinyatakan meninggal
dunia.
dengan tim kesehatan lain. Hasil evaluasi yang sudah didapatkan pada
gangguan mekanisme regulasi pada pasien 2 terhadap Ny. S tidak ada yang
sesuai dengan kriteria hasil, antara lain edema pada ekstremitas pasien
balance cairan setiap hari, TD pasien menurun, masih terdapat suara nafas
93
94
penimbangan BB setiap hari, untuk kriteria tidak ada pitting edema belum
bawah pada pasien, sedangkan untuk tidak ada suara nafas tambahan pada
hasil bahwa antara teori dengan hasil studi kasus ada kesenjangan hal ini
Tabel. 5.5.2 adalah tabel hasil analisa keseimbangan cairan pada pasien 2
bertambah dan pada hari ketiga hanya sampai pukul 10.00 WIB.
Berdasarkan hasil studi kasus ini didapati bahwa hasil balance cairan
94
95
ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini dan Putri
jumlah cairan dalam penghitungan balance cairan setiap hari serta TD dalam
batas normal.
Pada pasien 2 pada hari kedua pasien mengalami gagal nafas sehingga
harus dipasang alat bantu nafas yaitu ventilator dengan mode SIM V VC
yang menjalani hemodialisis (Anggraini dan Putri, 2016). Hal ini sesuai
dalam satu minggu yaitu pada hari senin dan kamis, namun kondisi pasien
tidak semakin membaik dan pada hari Rabu, 24 Mei 2017 pada pukul 10.15
95
BAB VI
dan pasien 2 (Ny.S) dengan Chronic Kidney Disease di ruang HCU Melati
1 rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta dengan metode studi kasus maka
6.1.1 Pengkajian
x/mnt, S: 36,2 0C. Kesadaran sopor, GCS: 6 E:2, V:2, M:2, pola eliminasi
tambahan ronchi basah, pola nafas tidak teratur, edema pada kedua
pola nafas tidak teratur, edema pada kedua ekstremitas atas dan bawah.
96
96
97
6.1.3 Perencanaan
dan cepat), hitung catatan intake dan output yang akurat (balance cairan).
6.1.4 Tindakan
6.1.5 Evaluasi
Anggraini dan Putri (2016), namun tidak dapat teratasi pada pasien 2
97
98
6.2 Saran
melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lain sesuai dengan SOP yang
98
99
Disease.
cairan.
99
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F & Putri, AF. 2016. Pemantauan Intake Output Cairan Pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik Dapat Mencegah Overload Cairan. Vo. 19 No.3
pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
Center for Disease Control. 2015. National Center for Chronic Disease
Prevention and Health Promotion: Chronic Kidney Disease Initiative
Dinas Kesehatan Jawa Tengah (Dinkes Jateng). 2008. Buku Kesehatan Jawa
Tengah Tahun 2008 dilihat 17 Maret 2017. http://www.Dinkes Jateng
Prov.Go.Id.
Mailani, F. 2015. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisis: Systematic Review. Ners Jurnal Keperawatan. Vol. 11 No.
1 ISSN 1907-686X
100
Muttaqin, A & Sari, K. 2014. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika
WHO. 2014. Chronic Kidney Disease Health Topic dilihat tanggal 20 Maret 2017.
www.WHO.int/en/
101