Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADAPASIEN

GAGAL GINJAL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

NAMA :

1. Mughniy
2. Ayu Karisa Bela
3. Ayu Ruzika
4. Chindi Renate. A
5. Cindy Purnama. S
6. Clara Febiola

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM II/SRIWIJAYA

PALEMBANG
1. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan
suatu penyakit gangguan renal, dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit,
sehingga dapat menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen) dalam darah.Hal ini diakibatkan dari destruksistruktur
ginjalbersifat progresifdan lambat pada setiap bagian nefron (biasanya
berlangsung beberapa tahun dan tidak irreversible) (Brunner &
Suddarth, 2002; Mutaqin, 2014; Price & Wilson, 2006).
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan
asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi dua
kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif & Kusuma, 2013).
Jadi gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang terjadi
ketika fungsi ginjal mengalami penurunan untuk mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit, dalam hal ini bersifat progresif dan
irreversible.Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan retensi urea dan
sampah nitrogen dalam darah.
1. ANATOMI FISIOLOGI
a ) ANATOMI b) FISIOLOGI

Gambar 2.1 ginjal


a. Ginjal, terletak pada dinding posterior abdomen, terutama
di daerah lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang,
dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang
peritoneum. Fungsi utama ginjal yaitu mempertahankan
volume dan komposisi
b. Ureter, perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari
pelvis ginjal yang merentang sampai ke kandung kemih,
berfungsi menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih
c. Kandung kemih, satu kantong berotot yang dapat
mengempis, terletak di belakang simfisis pubis yang bekerja
sebagai penampung
d. Uretra, saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari
kandung kemih sampai ke luar tubuh yang berfungsi
mengeluarkan urine dari kandungkencing
3. PATOFISIOLOGI DAN PATOFLOW
Menurut Pranata & Prabowo (2014) dan Harrison (2013) Gagal ginjal kronis
seringkali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya, sehingga merupakan
penyakit sekunder. Penyebab yang sering adalah diabetes melitus dan hipertensi. Selain
itu ada beberapa penyebab lain dari gagal ginjal kronis yaitu penyakit glomerular
kronis (glomerulonefritis), infeksi kronis (pyelonefritis kronis, tuberculosis), kelainan
kongenital (polikistik ginjal), penyakit vaskuler (renal nephrosclerosis), obstruksi
saluran kemih (nephrolithisis), penyakit kolagen (systemik lupus erythematosus) dan
obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida).

Pada awalnya beberapa penyakit ginjal terutama menyerang glomerulus


(glomerulonefritis), sedangkan jenis yang lain menyerang tubulus ginjal atau dapat
juga mengganggu perfusi darah pada parenkim ginjal (nefrosklerosis) sehingga
menyebabkan suplai darah ke ginjal turun maka laju filtrasi glomerulus menurun
sehingga menyebabkan seseorang menderita gagal ginjal kronis, akibatnya sekresi
protein terganggu, retensi natrium dalam darah, dan sekresi eritropoetin turun.
PATOFLOW

Kelainan congenital,
infeksi kronis,SLE, zat Arterioskleriosis Suplai darah
toksik, nephrolithiasis, GFR turun GGK
ginjal turun
penyakit vaskuler

Sekresi protein Sekresi


terganggu Retensi Na eritropoetin
turun

Tekanan kapiler naik


Sindrom uremia Produksi Hb
turun
Urokrom perpostemia Volume interstisial
Gangguan tertimbun naik
keseimbangan Suplai nutrisi
dikulit
asam basa dalam darah
pruritus Edema Beban jantung naik
turun
Perubahan
warna kulit Bendungan atrium kiri naik
Mual Kerusakan Kelebihan Suplai oksigen
muntah integritas kulit volume cairan ke jaringan
Kapiler paru naik menurun

Ketidakseimbangan Edema paru


nutrisi kurang dari Keletihan
kebutuhan tubuh
Gangguan
pertukaran gas Intoleransi aktivitas
(Nurarif &Hardhi, 2013)
4. MANIFESTASI KLINIS

1. Gejala uremik (kelelahan, kelemahan, sesak napas, kebingungan mental, mual dan muntah,
perdarahan, dan kehilangan nafsu makan), serta gatal, intoleransi dingin, berat badan, dan
neuropati perifer yang umum pada pasien dengan stadium 5.
2. Edema, perubahan dalam output urin (volume dan konsistensi), “Berbusa” urin (proteinuria
indikatif), dan perut distensi.
3. Laboratorium test
4. Penurunan: bersihan kreatinin, bikarbonat (asidosis metabolik), hemoglobin / hematokrit
(anemia), toko besi (defisiensi zat besi), tingkat vitamin D, albumin (kekurangan gizi),
glukosa (mungkin akibat dari degradasi menurunkan insulin dengan gangguan fungsi ginjal
atau miskin asupan oral), kalsium (dalam tahap awal CKD).
5. Peningkatan: kreatinin serum, nitrogen urea darah, kalium, fosfor, PTH, tekanan darah
(hipertensi adalah penyebab umum dan hasil CKD), glukosa (diabetes yang tidak terkontrol
merupakan penyebab CKD), low-density lipoprotein dan trigliserida, kadar T4
(hipotiroidisme), kalsium (dalam ESRD).
6. Anemia
5. KOMPLIKASI
Komplikasi pada Gagal Ginjal Kronik yaitu:
Menurut Pranata & Prabowo (2014) Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit
gagal ginjal kronik adalah:
a. Penyakit tulang Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan
mengakibatkan dekalsifikasi matriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh
(osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.
b. Penyakit kardiovaskuler Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara
sistemik berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan kelainan hemodinamik
(sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
c. Anemia Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian hormonal
(endokrin). Sekresi eritropoetin yang mengalami defisiensi di ginjal akan mengakibatkan
penurunan hemoglobin.
 
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan penunjang diagnostik Gagal Ginjal
Kronik menurut (Pranata&Prabowo,2014:201):
a. Biokimiawi Pemeriksaan utama dari analisa fungsi ginjal adalah ureum dan kreatinin
plasma. Untuk hasil yang lebih akurat untuk mengetahui fungsi ginjal adalah dengan
analisa creatinine clearance (klirens kreatinin). Selain pemeriksaan fungsi gnjal
(renal function test), pemeriksaan kadar elektrolit juga harus dilakukan untuk
mengetahui status keseimbangan elektrolit dalam tubuh sebagai bentuk kinerja
ginjal.
b. Urinalisis Urinalisis dilakukan untuk menapis ada/ tidaknya infeksi pada ginjal atau
ada/ tidaknya perdarahan aktif akibat inflamasi pada jaringan parenkim ginjal.
c. Ultrasonografi ginjal Imaging (gambaran) dari ultrasonografi akan memberikan
informasi yang mendukung untuk menegakkan diagnosa gagal ginjal. Pada klien
gagal ginjal biasanya menunjukkan adanya obstruksi atau jaringan parut pada ginjal.
Selain itu, ukuran dari ginjal pun akan terlihat.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah
komplikasi, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011) :
a. Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti
hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas biokimia,
menyebabkan cairan, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan
kecenderungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
b. Koreksi hiperkalemi Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat
menimbulkan kematian mendadak. Hal pertama yang harus diingat adalah jangan menimbulkan
hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan
EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake
kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
c. Koreksi anemia Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi, kemudian
mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada
keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi
yang kuat, misalnya ada infusiensi coroner.
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Tidak ada spesifikasi khusus untuk kejadian gagal ginjal, namun laki-laki sering
memiliki risiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat
b. Anamnesa
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang menyertai.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pada klien dengan gagal ginjal kronis kaji onset penurunan urine output, penurunan
kesadaran, kelemahan fisik, perubahan pola napas karena komplikasi dari gangguan
system ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas.

d. Riwayat kesehatan dahulu


Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan berbagai penyebab.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga silsilah keluarga tidak
terlalu berdampak pada penyakit ini.
f. Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Kondisi klien dengan gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatigue), tingkat kesadaran bergantung
pada tingkat toksisitas.

g. Sistem pernapasan
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi asidosis/ alkalosis respiratorik
maka kondisi pernapasan akan mengalami patologis gangguan.
i. Sistem hematologi
Ditemukan adanya friction rub pada kondisi uremia berat. Selain itu, biasanya terjadi
TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik, palpitasi jantung, nyeri dada, dyspneu,
gangguan irama jantung dan gangguan sirkulasi lainnya.
j. Sistem perkemihan
Dengan gangguan/ kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi, sekresi, reabsorpsi,
dan sekresi), maka manifestasi yang paling menonjol adalah penurunan urine output <
400 ml/hari bahkan sampai pada anuria (tidak adanya urine output).
k. System pencernaan
Gangguan system pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan gagal ginjal kronis yaitu
1. Hiverpolemia b.d gangguan mekanisne regulasi
2. Gangguan integritas kulit/ jaringan b.d kelebihan volume cairan
3. Defisit nutrisi b.dketidakmampuan mencerna makanan
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Luaran keperawatan Intervensi keperawatan


1. Hiverpolemia Setelah dilakukan tindakan Observasi
b.d gangguan keperawatan selama …X24 1. Periksa tanda dan
mekanisne jam keseimbangan cairan gejala
regulasi meningkat dengan kriteria hypervolemia
hasil : 2. Identifikasi
1. Asupan cairan penyebab
meningkat hypervolemia
2. Output urin 3. Monitor status
meningkat hemodinamik,
3. Membran mukosa tekanan darah,
meningkat MAP, CVP, PAP,
4. Edema menurun PCWP, CO jika
tersedia
4. Monitor intaje dan
output cairan
5. Monitor tanda
hemokonsentrasi (
kadar Natrium,
BUN, hematocrit,
berat jenis urine)
Therapeutik
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi
integritas kulit/ keperawatan selama …X24 1. Identifikasi penyebab
jaringan b.d jam integrasi kulit dan gangguan integritas
kelebihan jaringan meningkat dengan kulit (mis. Perubahan
volume cairan kriteria hasil : sirkulasi, perubahan
1. Kerusakan jaringan status nutrisi,
mennurun peneurunan
2. Kerusakan jaringan kelembaban, suhu
kulit menurun lingkungan ekstrem,
3. Nyeri menurun penurunan mobilitas)
Terapeutik
2. Ubah posisi setiap
2 jam jika tirah
baring
3. Lakukan pemijatan
pada area
penonjolan tulang,
jika perlu
4. Bersihkan perineal
dengan air hangat,
terutama selama
periode diare
5. Gunakan produk
berbahan petrolium
atau minyak pada
kulit kering
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi
b.dketidakmamp keperawatan selama …X24 1. Identifikasi status
uan mencerna jam status nutrisi membaik nutrisi
makanan dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi
1. Porsi makan dan intoleransi
membaik makanan
2. Berat badan 3. Identifikasi
membaik makanan yang
3. Indeks massa tubuh disukai
(IMT) membaik 4. Identifikasi
kebutuhan kalori
dan jenis nutrient
Terapeutik
1. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
3. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
4. Berikan makan
tinggi serat untuk
mencegah

Anda mungkin juga menyukai