Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
TANGGAL 8 JULI– 12 JULI 2021
DI RUANG BELIBIS RSUD X

OLEH
DEWA AYU MADE FEBRIARI
(193213009/ A-13A)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


PROGRAM SARJANA
STIKES WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN GAGAL GINJAL KRONIS

A. Konsep Gagal Ginjal Kronis


1. Pengertian Gagal Ginjal Kronis
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan
elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan
manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam
darah (Muttaqin dan Sari, 2011).
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan
atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Nahas & Levin,
2010). CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi
dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif,
irreversibel, dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009) Gagal ginjal kronik
merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana
ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia berupa retensi urea dan sampah lain
dalam darah (Brunner & Suddarth, 2002).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
gagal ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami
kerusakan sehingga tidak mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan penumpukan urea dan sampah
metabolisme lainnya serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

2. Etiologi Gagal Ginjal Kronis


Menurut Muttaqin dan Sari (2011) kondisi klinis yang
memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal
sendiri dan di luar ginjal.
a. Penyakit dari ginjal
1) Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulusnefritis.
2) Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis.
3) Batu ginjal: nefrolitiasis.
4) Kista di ginjal: polycstis kidney.
5) Trauma langsung pada ginjal.
6) Keganasan pada ginjal.
7) Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur. b.
Penyakit umum di luar ginjal
1) Penyakit sistemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi.
2) Dyslipidemia.
3) SLE.
4) Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
5) Preeklamsi.
6) Obat-obatan.
7) Kehilangan bnyak cairan yang mendadak (luka bakar).
3. Patofisiologi dan Pathway
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap
fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang
masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit.
Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang
masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan
reabsorpsi tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan
beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan
glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi
ketidakseimbangan antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya
kemampuan pemekatan urin. Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi
beberapa stadium, yaitu :

Stadium Deskripsi GFR (mL/menit/1.73 m2)


1 Fungsi ginjal normal, tetapi temuan 90
urin, abnormalitas struktur atau ciri
genetic menunjukkan adanya
penyakit ginjal
2 Penurunan ringan fungsi ginjal, dan 60-89
temuan lain (seperti pada stadium 1)
menunjukkan adanya penyakit ginjal

3a Penurunan sedaag fungsi ginjal 45-59


3b Penurunan sedang fungsi ginjal 30-44
4 Penurunan fungsi ginjal berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15
PATHWAYS

Infeksi Vaskuler Zat toksik Obs. Saluran Kemih

Reaksi Antigen HIPERTENSI ,DM Tertimbun Ginjal Retensi urin


Antibody
Suplai Darah Ginjal
Terganggu

Sekresi Protein GFR turun


Terganggu
Intoleransi
Aktivitas
GGK
Gangguan
Sindrom Uremia
Pertukaran Gas
Retensi Na
Keletihan dan
Perphospatemia Pruritis
kelemahan

Gangguan Total CES naik Edema Paru


keseimbangan Gangguan
Asam basa
Nyeri Sendi, Pucat,
Integritas Kulit
fatigue, malaise,
Asam Lambung Kapiler Paru
anoreksia
naik Naik
Beban Jantung
Iritasi Lambung Naik Tekanan Vena
Suplai O2 Jar.
Pulmonaris
Menurun

Nausea,Vomitrus
Defisit Nutrisi Payah
Hipertrofi Jantung Kiri
COP turun
Ventrikel Kiri
4. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis
Menurut perjalanan klinis gagal ginjal kronik :
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR
dapat menurun hingga 25% dari normal
b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami poliuria dan
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar creatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah,
latergi, anoreksia, mual, muntah, nokturia, kelebihan volume cairan
(volume overload), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis,
kejang-kejang sampai koma), yang ditandai dengan GFR kurang dari
5-10 ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan
terjadi perubahan biokimia dan gejala yang komplek.
Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi
renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium, kalium, khlorida) (Nurarif dan Kusuma, 2015).

5. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronis


Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan
melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka
dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi
ke jantung)
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Ditujukan untuk menilai keadaan ginjal dan menilai derajat dari
komplikasi yang terjadi.
b. Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (batu a/
obstruksi)
Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal oleh sebab itu penderita
diharapkan tidak puasa.
c. IVP (Intra Vena Pielografi) untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter
Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan
tertentu, misalnya : usia lanjut, DM, dan Nefropati Asam Urat.
d. USG untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, antomi sistem pelviokalises, ureter
proksimal, kandung kemih serta prostat.
e. Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari
gangguan (vaskuler, parenkim, ekskresi ), serta sisa fungsi ginjal.
f. Pemeriksaan radiologi jantung untuk mencari kardiomegali, efusi
perikardial.
g. Pemeriksaan Radiologi tulang untuk mencari osteodistrofi (terutama
untuk falanks jari), kalsifikasi metastasik.
h. Pemeriksaan radilogi paru untuk mencari uremik lung; yang terkhir ini
dianggap sebagai bendungan.
i. Pemeriksaan Pielografi Retrograd bila dicurigai obstruksi yang
reversibel.
j. EKG untuk melihat kemungkinan :hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia).
k. Biopsi ginjal
l. Pemeriksaan Laboratorium yang umumnya dianggap menunjang,
kemungkinan adanya suatu Gagal Ginjal Kronik :
- Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia,
dan hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
- Ureum dan kreatinin : Meninggi, biasanya perbandingan antara
ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1. Ingat perbandingan bisa
meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka bakar
luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih.
Perbandingan ini berkurang : Ureum lebih kecil dari Kreatinin, pada
diet rendah protein, dan Tes Klirens Kreatinin yang menurun.
- Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
- Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama
dengan menurunnya diuresis.
- Hipokalsemia dan Hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya
sintesis 1,24 (OH)2 vit D3 pada GGK.
- Fosfatase lindi meninggi akibat gangguan metabolisme tulang,
terutama Isoenzim fosfatase lindi tulang.
- Hipoalbuminemis dan Hipokolesterolemia; umumnya disebabkan
gangguan metabolisme dan diet rendah protein.
- Peninggian Gula Darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat
pada gagal ginjal, (resistensi terhadap pengaruh insulin pada
jaringan perifer)
- Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan,
peninggian hiormon inslin, hormon somatotropik dan menurunnya
lipoprotein lipase.
- Asidosis metabolik dengan kompensasi respirasi menunjukan pH
yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2
yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organik
pada gagal ginjal.

7. Komplikasi
Komplikasi dari gagal ginjal kronis menurut Smeltzer (2009) yaitu :
- Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik,
katabolisme dan masukan diit berlebih.
- Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk
sampah uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
- Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
reninangiotensin-aldosteron.
- Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah.
- Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium
serum rendah, metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar
aluminium.
- Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal & Sepsis, Neuropati
perifer, Hiperuremia
B. Asuhan Keperawatan
Pengkajian fokus yang disusun berdasarkan pada Gordon dan mengacu pada
Doenges (2001), serta Carpenito (2006) sebagai berikut :
1. Demografi
Penderita CKD kebanyakan berusia diantara 30 tahun, namun ada juga yang
mengalami CKD dibawah umur tersebut yang diakibatkan oleh berbagai hal seperti
proses pengobatan, penggunaan obat-obatan dan sebagainya. CKD dapat terjadi pada
siapapun, pekerjaan dan lingkungan juga mempunyai peranan penting sebagai
pemicu kejadian CKD. Karena kebiasaan kerja dengan duduk / rdiri yang terlalu
lama dan lingkungan yang tidak menyediakan cukup air minum / mengandung
banyak senyawa/ zat logam dan pola makan yang tidak sehat.
2. Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM, glomerulo nefritis,
hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi saluran kemih, dan traktus
urinarius bagian bawah juga dapat memicu kemungkinan terjadinya CKD.
3. Pola nutrisi dan metabolik.
Gejalanya adalah pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB dalam kurun waktu 6
bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual, muntah, asupan nutrisi dan air naik atau
turun.
4. Pola eliminasi
Gejalanya adalah terjadi ketidak seimbangan antara output dan input. Tandanya
adalah penurunan BAK, pasien terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan
tekanan darah atau tidak singkronnya antara tekanan darah dan suhu.
5. Pengkajian fisik
a. Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran pasien dari
compos mentis sampai coma.
b. Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi meningkat dan
reguler.
c. Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan nutrisi, atau
terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.
d. Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran telinga,
hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum, bibir kering dan
pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
e. Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
f. Dada
Dispnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar. Terdapat otot bantu
napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar suara tambahan pada paru
(rongkhi basah), terdapat pembesaran jantung, terdapat suara tambahan pada
jantung.
g. Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan peristaltik, turgor jelek, perut buncit.
h. Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi, terdapat
ulkus.
i. Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan tulang,
dan Capillary Refill lebih dari 2 detik.
j. Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan mengkilat/uremia,
dan terjadi perikarditis.

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme pengaturan tubuh.
2. Kerusakan integritas kulit b/d pruritis.
3. Ketidakimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
4. Intoleransi aktivias b/d ketidakmampuan tubuh memenuhi metabolisme otot dan
rangka.
D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diangnosa Tujuan Intervensi


1 Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
b.d kelembapan ditandai selama 3x24 jam diharapkan integritas kulit 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
dengan : pruritus, kulit meningkat dengan kriteria hasil : perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi,
kering dan bersisik, 1. Elastisitas meningkat penurunan kelembapan, suhu lingkungan ekstrem,
pigmentasi abnormal 2. Hidrasi meningkat penurunan mobiltas)
3. Kerusakan jaringan menurun Terapeutik
4. Kerusakan lapisan kulit menurun 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
5. Pigmentasi abnormal menurun 3. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak
6. Nekrosis menurun pada kulit kering
7. Suhu kulit membaik 4. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan
8. Tekstur membaik hipoalergik pada kulit sensitif
Edukasi
5. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion,
serum)
6. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
7. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
pertukaran gas selama 3x24 jam diharapkan pertukaran gas - Monitor frekuensi, irama kedalaman dan
berhubungan meningkat dengan kriteria hasil : upaya napas
dengan - Tingkat kesadaran meningkat - Monitor pola napas (seperti bradipnea,
ketidakseimbanga - Dispnea menurun takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, CheyneStokes, Biot,
n ventilasi-perfusi, - Bunyi napas ataksik)
perubahan tambahan - Monitor kemampuan batuk efektif
membran menurun - Monitor adanya produksi sputum
alveolus-kapiler. - Pusing menurun - Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Penglihatan kabur - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
menurun - Auskultasi bunyi napas
- Diaforesi - Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
3 Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi
dengan kurangnya asupan
selama 3x24 jam diharapkan status Nutrisi Observasi
makanan.
Membaik dengan kriteria hasil - Identifikasi status nutrisi
1. Porsi makanan yang - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
dihabiskanmeningkat - Identifikasi makanan yang disukai
2. Kekuatan otot pengunyah meningkat - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
3. Kekuatan otot menelan meningkat - Monitor asupan makanan
4. Serum albumin meningkat - Monitor berat badan
5. Verbalisasi keinginan untuk - Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
meningkatkan nutrisi meningkat Teraupetik
6. Pengetahuan tentang pilihan makanan - Lakukaoral hygiene sebelum makan, jika perlu
yang sehat meningkat - Fasilitasi menentukan pedooman diet (mis.Piramida
makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanantinggi serat untukmencegah
konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan makanan rendah protein
Edukasi
- Anjurkan posisi dusuk, jika mampu
- Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis.
Pereda nyeri, antiemetic), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
E. Implementasi
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan
keperawatan.Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi
kriteria hasil. Dalam implementasi terdapat tiga komponen tahap implementasi, yaitu:
tindakan keperawatan mandiri, tindakan keperawatan kolaboratif, dan dokumentasi tindakan
keperawatan dan respons klien terhadap asuhan keperawatan (Allen, 1998)
F. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnyasecara umum, evaluasi ditujukan untuk melihat dan menilai
kemampuan klien dalam mencapai tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah
tercapai atau belum, mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum
tercapai.Evaluasi terbagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan, dirumuskan dengan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP,
subyektif(data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data
(pembandingan data dengan teori), perencanaan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi
yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
Jakarta: EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2), Alih.
Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk. Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD
DI RUANG BELIBIS RSUD X

A. PENGKAJIAN

1. Data Umum

Identitas Klien
Nama : Ny.A
Umur : 48 Th
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Bali
Alamat : Jalan Tukad Batanghari,Panjer
Tanggal Masuk : 8 Juli 2021
Tanggal Pengkajian : 8 Juli 2021
No. Register : 100208.xx
Diagnosa Medis : CKD Stadium V
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.W
Umur : 27 Th
Hub. Dengan Klien : Anak
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jalan Tukad Batanghari, Pamjer

2. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak napas karena kecapekan.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien dibawa ke RSUD X karena mengeluh sesak napas karena kecapekan.
Pasien mengaku baru saja keluar dari RS dua hari yang lalu karena menjaga suaminya
yang kecelakaan di RSUD X . Pasien mengaku sudah setahun terakhir terkena
penyakit ginjal, dan sudah melakukan cuci darah. Pasien mengatakan sesak jarang
terjadi, baru ini yang rasanya sangat sesak. Saat dilakukan pengkajian pasien
memakai nasal kanul 5lpm. Pasien mengaku sesak saat berbaring dan lebih nyaman
ketika dalam posisi duduk. Pasien juga mengeluh sakit ulu hati karena memang
memiliki magh, pasien mengatakan sakitnya seperti tertusuk-tusuk dengan skalanyeri
4 dan sakitnya hilang timbul. Terpasang dc, sirimp-up furosemide 10 mg/jam, dan nasal
kanul 5lpm. Saat dilakukan pengkajian hasil vital sign yaitu TD: 170/90 mmHg,
N:96x/menit, RR:29x/menit, T:36,5o C.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien memiliki riwayat Diabets Mellitus dan Hipertensi sebelum terkena
penyakit ginjal
Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari orangtua (ibu) memiliki penyakit Diabetes Mellitus dan sudah meninggal

Genogram :

AYAH IBU

KLIEN

Keterangan
: Perempuan

: Laki-Laki

: Ny.A

3. Pola Fungsi Kesehatan Gordon

a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan

Pasien mengatakan belum begitu pahap tentang penyakitnya

b. Pola Nutrisi-Metabolik

Pasien mengatakan ketika sakit nafsu makan hilang dan hanya menghabiskan
seperempat porsi makanan

c. Pola Eleminasi

Pola eliminasi pasien di rumah sakit pasien mengatakan BAK 6-8 kali /hari danBAB
1-2 kali/hari.
d. Pola Aktivitas dan Latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4


Makan/ minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilisasi ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi ROM 
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,4:
tergantung total.
Pasien mengatakan ketika sehat,pasien dapat beraktifitas tanpa di bantu.Saat sakit
pasien mengatakan tubuh terasa lemas dan lesu.

e. Pola kognitif dan Persepsi

Fungsi penglihatan,perasa,pembau pasien tidak mengalami disorientasi.pasien juga


dapat mengambil keputusan tentang tindakan yang akan di lakukan untuk kesehatan
pasien

f. Pola Persepsi-Konsep diri

Pasien mengatakan pasien kurang memperhatikan kesehatannya dikarenakan urusan


pekerjaan

g. Pola Tidur dan Istirahat

Pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur 6-8 jam/hari namun setelah sakit
pasien kesulitan tidur dan istirahat karena terkadang nyeri pasien kambuh.

h. Pola Peran-Hubungan

Paien memiliki hubungan baik dengan keluarga dan lingkungan sekitar.

i. Pola Seksual-Reproduksi

Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan terhadap seksualitasnya

j. Pola Toleransi Stress-Koping

Pasien mengatakan masih bisa mengendalikan stress yang dihadapi namun


terkadang pasien merasa takut akan penyaki yang di deritanya.

k. Pola Nilai-Kepercayaan

Adanya perubahan status kesehatan pasien menghambat pasien dalam melaksanakan


ibadah pasien, namun pasien masih selalu berdoa akan kesembuhannya.
4. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum

Posisi klien supin 180o, terpasang sirimp-up furosemide 10mg/jam, dc, dan
nasal kaul 5 lpm. Tidak ada tanda klinis yang mencolok dan tergolong sakit sedang
Pasien dalam keadaan kompos mentis dan GCS E4 M6 V5

b. Tanda Vital

TD: 170/90 mmHg N: 96x/menit


RR: 29x/menit T: 36,5o C
Nyeri :
P: Magh
Q: Tertusuk-tusuk
R: Ulu hati
S: 4
T: Hilang timbul
c. Pemeriksaan Fisik

Kepala dan rambut : Finger print ditengah frontal terhidrasi. Kulit kepala
bersih tidak adaluka ataupun ketombe Penyebaran rambut merata Rambut
berwarna hitam Rambut tidak mudah patah Rambut tidak bercabang,
kelihatan kusam dan tidak ada kelainan lainnya

Mata : Mata lengkap, simetris kanan dan kiri Sklera berwarna putih, Konjungtiva
anemis Palpebra tidak ada edema Kornea mata jernih Adanya reflek cahaya dikedua
mata Pupil isokor kanan dan kiri. VOS 2/6 dan VOD 2/6

Hidung : Terdapat pernafasan cuping hidung Posisi septum nasal ditengah


Lubang hidung bersih tidak ada secret,Dapat membedakan bau parfum dan minyak
kayu putih, dan tidak ada kelainan lainnya

Mulut dan lidah : Keadaan mukosa bibir kering dan pucat.tonsil ukuran normal,
uvula terletak simetris ditengah

Leher : Inspeksi: Tidak tampak deformitas pada trakea, tidak tampak massa dan
lesi, tampak agak kekuningan, tidak tampak pembesaran pada vena jugularis dan
kelenjar limfe Palpasi: Trakea tepat berada di tengah dan tidak teraba deformitas,
tidak teraba massa, tidak teraba pembesaran pada vena jugularis dan kelenjar limfe,
kulit tidak terasa kasar

Dada :

Paru-paru
Inspeksi: Bentuk dada normal, kulit tampak sedikit kekuningan, kulit tampak
kering, pergerakan dada simetris antara kanan dan kiri, terpasang double lumen di
supraclavikula dekstra
Palpasi: Tidak tampak odem, tidak terdapat pitting edema, tidak terdapat nyeri
tekan, taktil fremitus teraba sama, tidak teraba massa
Perkusi: Terdengar resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi: terdengar suara nafas tambahan.

Abdomen :
Inspeksi: Persebaran warna kulit tidak merata, kulit tampak kering, tidak tampak
massa atau lesi, tidak tampak asites
Auskultasi: Bising usus 20 x/i
Perkusi: Tidak terasa adanya gelombang cairan, terdengar timpani
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba adanya massa

Kulit dan kuku :


Inspeksi: Persebaran warna kulit tidak merata pada bagian dada sampai kepala
berwarna agak kekuningan sedangkan dari dada sampai kaki berwarna sawo
matang, Pada bagian yang mengalami hiperpigmentasi dan kering ditemukan di area
kaki dan tangan. Lalu sedikit mengelupas di area tangan dekat siku dan kaki bagian
bawah luar. Skor kulit kering 1 karena tampak ada keputihan, sedikit mengelupas,
dan sedikit kasar. Skor pruritus 0, tidak tampak odem, tidak tampak massa atau lesi,
kuku tampak tidak rata
Palpasi: Tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri tekan, CRT 2 detik, turgor kulit
kembali dalam 2 detik, tidak teraba odem dan tidak terdapat pitting edema, kulit
teraba kasar pada kaki dan tangan

Ekstermitas :
Atas:
Inspeksi: Persebaran warna kulit tidak merata pada kedua tangan, kulit tampak
kering pada kedua tangan, sedikit mengelupas di area dekat siku tangan kanan, tidak
tampak massa dan lesi, tampak hiperpigmentasi pada kedua tangan, tidak tampak
odem, terpasang abocath infus no 22 pada ektermitas atas dekstra, kedua tangan
tampak simetris, tidak ada deformitas
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat piting edema, turgor kulit kembali
dalam 2 detik, tidak teraba massa, kulit teraba kasar pada, CRT 2 detik
Bawah:
Inspeksi: Persebaran warna kulit tidak merata, kulit tampak kering, sedikit
mengelupas pada area kaki kanan bagian bawah luar, tampak bekas luka bakar
terkena air panas pada kaki kanan sejak 1 tahun yang lalu, tampak hiperpigmentasi,
tidak tampak massa dan lesi, tidak tampak deformitas, kedua kaki tampak simetris,
tidak tampak odem
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, tidak teraba deformitas,
tidak terdapat pitting edema, turgor kulit kembali dalam 2 detik, CRT 2 det
5. DATA PENUNJANG (Pemeriksaan Diagnostik) :

Pemeriksaaan laboratorium tanggal 8/7/2021

Leukosit 6,98 10˄3/µL


Eritrosit 3,88 10˄6/µL
Haemoglobin 8,1 gr/dL Hematokrit 25,2 %
PLT 226 10˄3/µL
Ureum 130,6 mg/dL
Kreatinin 5,7 mg/dL
Natrium 125 mmol/L
Kalium 5,6 mmol/L
Chloride 98 mmol/L
GDS sewaktu 120
6. DATA TAMBAHAN

B. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah Kolaboratif /


Keperawatan
DS: Pola napas tidak efektif
- Pasien Paru Paru b.d posisi tubuh
mengatakan yangmenghambat
napasnya sesak ekspansi paru.
- Pasien Permabilitas membran Kapiler
mengatakan alveolar meningkat
nafasnya lebih
enak
ketika duduk Terdengar suara ronchi
DO:
- Terdapat
pernapasan
cuping hidung Pola nafas cepat
- Terdapat
penggunaan
otot bantu Pola Nafas Tidak efektif
pernapasan
- Pola
napas
cepat/takipneu
- RR: 29x/menit
inspirasi
- Terdapat suara
ronkhi
DS: Asam Basa Tidak Seimbang Nyeri akut b.d agen
P: Magh cidera fisiologis
Q: Tertusuk-tusuk
R: Ulu hati
S: 4 Produksi Asam Naik
T: Hilang timbul
Pasien mengatakan nyeri
ulu hati
DO: Iritasi Mukosa Lambung
- Pasien terlihat meringis
saat nyeri timbul
- Pasien terlihat gelisah
- Irama napas Nyeri Akut
cepat/takipneu
- Napsu makan turun
- TD: 170/90 mmHg
- N: 96x/menit
DS: Gangguan Keseimbangan Asam Defisit nutrisi b.d
- Pasienmengatakan Basa kurangnya
mulut terasa pahit asupan makanan
- Pasien mengatakan
nafsu makan berkurang Produksi Asam Meningkat
- Pasien mengatakan
badan terasa lemas
-Pasien mengatakan berat
badan turun 7 kg Mual Muntah

DO:
- Pasien mual muntah Nafsu makan turun
- Nafsu makan turun
- Pasien hanya
menghabiskan 1-2sendok
makan dari makanannya Penurunan Berat Badan
- Mengalami penurunan
BB 7 kg
BB sebelum sakit: 55
kg Defisit Nutrisi
BB sesudah sakit: 48 kg
Tinggi Badan: 160 cm
Pasien terlihat
kurus,mukosa bibir
kering pucat,
Tabel Daftar Masalah Kolaboratif / Diagnosa Keperawatan
NO TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL, JAM
JAM LENYAP /
DITEMUKAN TERATASI
1. 8 JULI 2021 Pola napas tidak efektif b.d posisi 12 JULI 2021
10.00 Wita tubuh yang menghambat 08.00 Wita
ekspansi paru d.d terdengar suara
ronchi dan menggunakan otot
bantu nafas.

2. 8 JULI 2021 Nyeri akut b.d agen cidera 11 JULI 2021


10.00 Wita fisiologis 10.00 Wita

3. 8 JULI 2021 Defisit nutrisi b.d kurangnya 11 JULI 2021


asupan makanan d.d penurunan 12.00 Wita
berat badan hingga 10 %

C. PERENCANAAN

NO DIAGNOS TUJUAN INTERVENSI RASIONAL Nama


. A TTD
1. Pola napas Setelahdilakuka O:  Untuk
tidak n  Monitor pola napas mengetahui
efektif b.d intervensi 4 x (frekuensi,kedalama pola nafas
posisi 24 jam maka n, usaha napas) ,frekuensi dan
Febriar
tubuh yang pola napas  Monitor bunyi napas kedalaman i
menghamba membaik, tambahan usaha nafas )
t dengan kriteria  Monitor sputum  Untuk
ekspansi hasil: N: memantau
paru - Penggunaa  Posisikan bunyi nafas
n otot semi- fowler atau  Mengetahui
- bantu napas fowler karakteristik
berkurang  Berikan minum sputum
- Pernapasan air hangat
cuping  Beri oksigen,  Untuk
- hidung jika perlu memposisikan
sedang E: klien senyaman
- RR : 12- mungkin.
 Ajarkan batuk
20/menit
efektif
 Untuk
mengurangi
utot bantu
nafas

 Untuk
memudahkan
mengekuarkan
sputum

2. Nyeri akut Setelah O:  Mengetahui


b.d dilakukan  Identifikasi karakteristik nyeri
agen intervensi 3 x karakteristik,
cidera 24 jam maka lokasi, durasi,
fisiologis tingkat nyeri frekuensi,  Mengetahui skala Febriar
i
menurun, kualitas,dan nyeri
dengan kriteria intensitas nyeri
 Untuk mengetahui
hasil:  Identifikasi
- Keluhan ketidaknyamanan keefektifan terapi
nyeri secara non verbal komplementer
menurun  Identifikasi untuk
dari skala pengaruh nyeri
sedang 4 ke meminimalisir
pada kualitas hidup
skala ringan  Monitor efek skala nyeri
1-3 samping  Mengurangi skala
- Meringis penggunaan
menurun nyeri
analgetik
- Gelisah N:  Untuk
menurun  Berikan teknik non meminimalisir
- Frekuensi farmakologis
nadi nyeri kambuh
untukmengurangi
membaik rasa nyeri (napas  Untuk
60- dalam, kompres memfasilitasi
100/menit hangat/dingin,terapi
- Pola napas istirahat
pijat, aromaterapi,
membaik terapi musik)  Agar pasien
 Kontrol lingkungan mengetahui
yang memperberat penyebab nyeri
rasa nyeri (mis.Suhu
 Agar pasien
ruangan,pencahayaa
n, mengetahi strategi
kebisngan) nyeri
 Fasilitasi istirahat
 Untuk memonitor
dan tidur.
E: nyeri sendiri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
C:
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
3. Defisit Setelah dilakukan  Identifikasi status  Untuk
nutrisi b.d intervensi 4 x 24 nutrisi mengetahui
kurangnya jam maka status  Identifikasi alergi status nutrisi Febriar
asupan nutrisi membaik, i
terhadap makanan klien
dengan kriteria
makanan  Identifikasi  Untuk
hasil:
d.d makanan yang mengetahui
- Porsi makan yang
penurunan dihabiskan disukai kebutuhan
berat badan meningkat  Monitor asupan kalori klien
hingga 10 % dari ¼ porsi makanan  Untuk
menjadi satu  Monitor berat mengetahui
porsi badan perkembanga
 Frekuensi n
 Monitor hasil
makan berat badan
pemeriksaan
membaik
laboratorium klien
 Nafsu makan
N:  Untuk
membaik
 Berikan makanan memenuhi
 Membrane
mukosa  rendah protein dan kebutuhan
rendah garam nutrisi klen
 Anjurkan posisi  Untuk
duduk, jika mampu memenuhi
E: kebutuhan
 Ajarkan diet yang nutrisi klien
diprogramkan dengan benar
C:
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentuka jumlah
kalori da jenis
nutrient yang
dibutuhka jika
perlu
D. EVALUASI

No Hari/Tgl No Dx Evaluasi TTd

1. Senin,12 Juli 001 S:


2021 - Pasien mengatakan suda lebih
08:00 wita baik tidak sesak lagi
O: Febriari
- Irama napas baik denga frekuensi
22x/menit
- Tidak ada pernapasan cuping
hidung
- Tidak ada otot bantu pernapasan
A: Masalah teratasi
P : Intervensi Dihentikan
2. Minggu,11 Juli 002 S:
2021 -Pasien mengatakan nyeri
10.00 Wita berkurang dari skala 4(sedang) ke
ringan (2) Febriari
O:
-Pasien dapat mengontrol nyeri
dengan teknik napas dalam dan
mengompres air hangat
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi:
 Identifikasi
ketidaknyamanan secara
non verbal
 Fasilitasi istirahat dan tidur
3. S:
- Pasien mengatakan sudah tidak
ada rasa pahit
- Pasien mengatakan nafsu makan
membaik.
Febriari
O:
- Pasien menghabiskan
setengah porsi makanan
- Bibir lembab
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
Denpasar 12 Juli 2021
Mengetahui Mahasiswa

NIM:193213009

Anda mungkin juga menyukai