SYOK HIPOVOLEMIK
A. Definisi
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan
hipodinamik dan metabolic yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi
untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh
(Sudoyo & Aru, 2006). Secara patofisiologis syok merupakan gangguan
hemodinamik yang menyebabkan tidak adekuatnya hantaran oksigen dan
perfusi jaringan (Hardisman, 2013).
Syok hipovolemik adalah suatu kondisi dimana terdapat kehilangan
volume sirkulasi efektif yang disebabkan oleh kehilangan cairan eksternal
akibat hemoragi dan perpindahan cairan internal seperti dehidrasi berat,
edema atau asites, dan kehilangan cairan akibat diare atau muntah (Baughman
dan Diane, 2000). Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah
dimana terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan
beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan
berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik adalah syok
yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di intravaskuler (Dewi &
Rahayu, 2010). Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat
berkurangnya volume plasma di intravaskuler (Hardisman, 2013).
B. Etiologi
Syok hipovolemik adalah terganggunya sistem sirkulasi akibat dari
volume darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini dapat terjadi
akibat pendarahan yang masif atau kehilangan plasma darah. Kekurangan
volume darah sekitar 15-25% biasanya akan menyebabkan penurunan
tekanan darah sistolik, sedangkan defisit volume darah lebih dari 45%
umumnya fatal. Syok setelah trauma biasanya jenis hipovolemik yang
disebabkan oleh perdarahan (internal atau eksternal) atau karena kehilangan
cairan ke dalam jaringan kontusio atau usus yang mengembang, kerusakan
jantung dan paru- paru dapat juga menyokong masalah ini secara
bermakna. Syok akibat
kehilangan cairan berlebihan juga timbul pada pasien luka bakar yang luas
(Caterino, Jeffrey M., Kahan, Scott, 2003). Penyebab syok hipovolemik dapat
diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang terdiri dari :
1. Perdarahan
a. Eksternal : Kehilangan darah karena perdarahan yang mengalir keluar
tubuh disebabkan oleh trauma tembus atau trauma tumpul. Trauma
yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan
darah yang besar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan 500-1000
ml perdarahan atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml
perdarahan.
b. Internal :
1) Hematom subkapsular hati
2) Aneurisma aorta pecah karena kelainan pembuluh darah
3) Perdarahan gastrointestinal
4) Perlukaan berganda
2. Kehilangan plasma
a. Luka bakar luas
b. Pankreatitis
c. Deskuamasi kulit
d. Sindrom Dumping
e. DHF
f. Peritonitis
g. Obstruksi ileus
3. Kehilangan cairan ekstraseluler
a. Muntah (vomitus)
b. Dehidrasi
c. Diare
d. Terapi diuretik yang sangat agresif
e. Diabetes insipidus
f. Infusiensi adrenal
C. Patofisiologi
Pelepasan norepinefrin dari ujung saraf simpatis Perubahan Perfusi Jaringan Perubahan Perfusi Tidak Efektif
Penurunan
Pengalihan metabolis m seluler
Vasokontriksi pembuluh darah, perangsangan otot jantung anaerobPenurunan
menjadi perfusi ke otak perfusi ke ginjal
Penurunan perfusi ke paru-paruPenurunan perfusi ke hati
Memicu hiperventila si
Produksi asam laktat berlebih
Penurunan kesadaran Kerusakan Pertukaran Gas
Risiko Infeksi
Oliguri
Gejala umum dari syok hipovolemik menurut Sudoyo & Aru (2006) yaitu :
B. Pengkajian Sekunder
Menurut Horne (2000), pengkajian pada klien syok hipovolemik meliputi:
1. Penampilan umum (GCS)
2. Riwayat penyakit/pengkajian SAMPLE
(Sign and Symptom, Allergies, Medications, Past Illness, Last Meal, Event leading to
injury or illness)
3. Pengkajian nyeri (PQRST)
4. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala meliputi pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual,
muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria.
5. Pengkajian fisik
Pada pengkajian fisik dapat dilakukan dengan inspeksi dan didapatkan hasil takipnea dan
hiperventilasi, pada pemeriksaan secara palpasi didapatkan hasil kulit dingin, berkeringat,
dan saat diauskultasi didapatkan takikardia dan nadi lemah halus. Selain itu, secara umum
hasil pengkajian akan didapati penurunan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung,
turgor kulit menjadi buruk, lidah kering dan kasar, mata cekung, vena leher kempes,
peningkatan suhu, dan penurunan berat badan akut. Pasien syok hipovolemik akan
tampak pucat, hipotensi terlentang, dan oliguria.
6. Pengkajian perubahan pada hipovolimea
D. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru dan edema
paru
Airway Management:
a. Buka jalan napas klien dengan triple airway manuever
b. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
c. Kaji klien untuk perlunya pemasangan alat bantu jalan napas
d. Lakukan fisioterapi dada jika diperlukan
e. Keluarkan sekret klien dengan batuk ataupun suction
f. Auskultasi suara napas dan catat jika ada suara napas tambahan
g. Atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan
h. Monitor respirasi dan status oksigen klien
Cardiac Care:
a. Evaluasi adanya nyeri dada
b. Monitor balanca cairan
c. Monitor irama jantung (EKG)
d. Pertahankan tirah baring selama fase akut
7. Kecemasan berhubungan dengan ancaman biologis, psikologis, dan / atau integritas sosial
Anxiety Reduction:
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Berikan informasi mengenai semua tindakan yang dilakukan
c. Monitor tingkat kecemasan klien
d. Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
e. Kolaborasikan dengan dokter pemberian analgesik
DAFTAR PUSTAKA
Baughman & Diane, C. (2000). Keperawatan Medikal-Bedah: Buku Saku dari Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Caterino, Jeffrey M., Kahan, Scott. (2003). Emergency Medicine. Pennnsylvania : Blackwell.
Dewi, E., & Rahayu, S. (2010). Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik. Solo: FIK UMS.
Dochterman, J.M., Bulechek, G.M. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC). 5th ed.
America: Mosby Elseiver.
Guyton, A.C and J. E. Hall. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC
Hardisman. (2013). Memahami Patofisiologis dan Aspek Klinis Syok Hipovolemik . Jurnal
Kesehatan Andalas. 2(3). 1 - 5.
Horne, M. M., & Swearingen P. L. (2000). Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan Asam Basa.
Jakarta: EGC.
Nanda International. (2017). Diagnosa Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2015-2017. Jakarta:
EGC.
Sudoyo, A. W. dkk. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Burnner &
Suddarth. Jakarta: EGC.