Perembesan Pelepasan
cairan intersitial Peningkatan Katekolamin
volume
Penurunan
curah jantung
Kerusakan
metabolisme sel
Terjadi akibat gangguan kontraktilitas myocardium
sehingga jantung gagal berfungsi sebagai pompa untuk
mempertahankan curah jantung yang adekuat
Syok kardiogenik ditandai dengan penurunan kekuatan
kontraksi serat myocardium yang mengakibatkan
penurunan curah jantung
Penyebab syok kardiogenik:
Disfungsi Sistolik: Infark myocard, kardiomiopathy,
hipertensi pulmonal
Disfungsi Diastolik: Hipertrophy ventrikel,
kardiomiopathy
Gangguan Struktur: Stenosis/ regurgitsi, rupture septal
Disritmia: Bradiaritmia, takiaritmia
Penurunan curah jantung
Kompensasi KompensasiPelepasan
Peningkatan SVR
Aldosteron & ADH Katekolamin
Peningkatan
volume darah
adekuat
Peningkatan
preload, stroke Peningkatan
volume & HR kebutuhan oksigen
myocard
Edema sistemik
Dipsnea Penurunan
& pulmonal
curah jantung
Penurunan
oksigenasi
Gangguan &
Penurunan suplai Penurunan Disfungsi
Kerusakan
oksigen sel perfusi jaringan myocard
metabolisme sel
Iskemia
Terjadi akibat adanya hambatan aliran darah yang
menuju jantung (Venous return) sehingga
menimbulkan perubahan hemodinamik seperti:
Penurunan Cardiac Output (CO)
Penurunan Tekanan Darah
Peningkatan Systemic Vaskular Resistance (SVR)
Penyebab Syok Obstruktif antara lain:
Tamponade jantung (terdapat darah dalam rongga
pericardium)
Tension pneumothorak
Emboli paru
Kompresi/ penekanan pada jantung sehingga terjadi
restriksi pengisian diastolik ventrikel kanan
Kompresi struktural
Penurunan Penurunan
Venous Return outflow
Penurunan
stroke volume
Penurunan
curah jantung
Penurunan suplai
oksigen seluler
Penurunan
perfusi jaringan
Kerusakan
metabolisme sel
Terjadi akibat adanya gangguan vasomotor sehingga
volume darah yang bersirkulasi tidak adekuat
menunjang perfusi jaringan
Gangguan vasomotor ini disebabkan oleh maldistribusi
aliran darah karena vasodilatasi perifer
Dilatasi pembuluh darah masif akan mengakibatkan
penurunan SVR yang pada akhirnya terjadi penurunan
preload
Syok distributif dibagi menjadi 3 yaitu:
Syok Sepsis (disebabkan oleh infeksi)
Syok Neurogenik (disebabkan oleh cidera medulla
spinalis, depresi pusat vasomotor, anestesi spinal)
Syok Anafilaktik (disebabkan oleh reaksi
hipersensitivitas/ alergi)
Syok Sepsis
Suatu infeksi berat yang merupakan manifestasi SIRS
(Systemic Inflamatory Response Syndrome) disertai
dengan hipotensi (penurunan tekanan darah sistolik <
90 mmHg) dan tanda-tanda hipoperfusi lainnya
meskipun telah dilakukan resusitasi cairan secara
adekuat
SIRS merupakan respon tubuh terhadap inflamasi
sistemik yang mencakup 2 atau lebih keadaan berikut:
Suhu tubuh > 38 derajat celcius atau < 36 derajat celcius
Heart rate > 100 kali per menit
Respiration rate > 20 kali per menit atau PaCO2 < 32 mmHg
Leukosit > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 dengan neutrofil
batang > 10%
Syok Neurogenik
Pada umumnya terjadi pada cedera tulang belakang
(cedera cervical & high thoracic spinal cord injury)
Adapun gangguan neurologis akibat syok neurogenic
antara lain paralisis flacid, hilangnya refleks fisiologis
pada extremitas serta priapismus
Syok Anafilaktik
Terjadi akibat reaksi antigen-antibodi (IgE).
Adanya antigen menyebabkan pelepasan mediator
kimia seperti histamin, serotonin sehingga
mengakibatkan peningkatan permeabilitas endotelial
vaskuler yang disertai bronkospasme
Gejala yang bisa muncul antara lain pruritus, urtikaria,
angiodema, palpitasi sampai dypsnea
Infeksi masif Cedera spinal Reaksi Alergi
Antibodi (IgE)
Pelepasan toxin Kehilangan Pelepasan
tonus simpatis histamin Konstriksi otot
polos (spasme
bronkus, laring)
Vasodilatasi
pembuluh darah
Penurunan Peningkatan
tekanan darah permeabilitas
kapiler
Penurunan
Penurunan suplai venous return Ekstravasasi Hipovolemia
oksigen seluler cairan relatif
intravaskuler
Penurunan
Penurunan stroke volume
perfusi jaringan Edema
Penurunan
Kerusakan
curah jantung
metabolisme sel
Hal-hal yang harus di nilai saat menerima pasien yang
mengalami syok antara lain:
Frekuensi & kekuatan tekanan nadi: Takikardi (kecuali
pada syok kardiogenik bisa bradikardi), tekanan lemah
sampai tak teraba
Tekanan darah: Hipotensi
Jugular Vena Pressure:
Meningkat pada syok kardiogenik & syok obstruktif
Menurun pada syok hipovolemik & syok distributif
Frekuensi respirasi: Takipneu hingga kusmaul
Perfusi perifer: Akral dingin, Capillary Refill Time
melambat > 2 detik
Kesadaran: Somnolent hingga koma (gangguan kesadaran)
Produksi urine berkurang
Syok pada trauma bisa disebabkan oleh perdarahan &
non perdarahan
Perdarahan:
External: Luka terbuka akibat trauma contoh perdarahan
akibat patah tulang femur, dll
Internal: Luka pada organ bagian dalam tubuh contohnya
rupture spleen, rupture ginjal, dll
Non perdarahan:
Tension pneumothoraks
Tamponade cordis
Syok neurogenik
Syok Sepsis
Pada kasus traumatic lakukan pemeriksaan secara
berurutan dengan sistematis menggunakan prinsip
ABCDEFG (Innitial Assesment).
A (Airway)
Pastikan jalan nafas aman, tidak ada sumbatan atau
obstruksi
Jika ada sumbatan makan singkirkan terlebih dahulu
Persiapkan intubasi bila perlu
B (Breathing)
Pastikan pernafasannya adekuat, lakukan pemeriksaan
dengan prinsip 3L (Look, Listen & Feel):
Look: lihat pergerakan dinding dada
Listen: dengarkan suara nafas
Feel: rasakan hembusan nafas
Berikan oksigen & pertahankan SpO2 > 95%
C (Circulation)
Hentikan perdarahan eksternal baik dengan penekanan
langsung maupun tidak langsung
Pada perdarahan internal harus dipastikan dulu organ
yang berdapak sehingga diperlukan operasi cito (segera)
Pasang akses IV berukuran besar (no. 14 atau no. 16)
dengan transfusi set atau minimal menggunakan infus set
makro
Lakukan pemberian cairan hangat dengan tetesan cepat
dan sesuai dengan prinsip 3:1 yang artinya untuk
kehilangan 1 liter darah maka bisa digantikan dengan
3 liter cairan kristaloid, atau
1 liter cairan klolid, atau
1 liter whole blood transfusion
Berikut tabel estimasi kehilangan darah pada pasien
dengan BB 70 kg
Persentase Derajat I Derajat II Derajat III Derajat IV
kehilangan darah < 15% 15%-30% 30%-40% > 40%
Kehilangan darah (ml) < 750 750-1500 1500-2000 >2000
Frekuensinadi <100 100-120 120-140 >140
Tekanan darah Normal Normal Menurun Menurun
Frekuensi nafas 14-20 20-30 30-40 >40
CRT Normal Lambat > 2 Lambat > 2 Tidak
detik detik terdeteksi
Extremitas Normal Pucat Pucat Pucat & dingin
Urine Output (ml/jam) >30 20-30 10-20 0-10
Status mental Sadar, Haus, gelisah, Gelisah, agresif, Somnolen
haus agresif somnolen hingga koma
Penggantian cairan 3:1 Kristaloid Kristaloid Kristaloid & Kristaloid &
koloid atau koloid atau
darah darah
D (Disability)
Lakukan pemeriksaan kesadaran, respon pupil serta
fungsi sensorik maupun motorik
E (Exposure)
Lakukan pemeriksaan seluruh permukaan tubuh untuk
mengetahui jejas lain akibat paparan tertentu
F (Folley Catheter)
Pasang urine catheter untuk memantau urine output
G (Gastric tube)
Pasang NGT (Naso Gastric Tube) sebagai dekompresi
lambung untuk meminimalisir aspirasi
Posisikan pasien dalam kondisi modified tredelenburg
yaitu dengan menyanggah kaki dengan ketinggian ±
30 cm agar darah sekitar 300 cc-500 cc pindah ke
sirkulasi central. Pastikan tidak ada cidera spinal/
trauma cervical
Pada kasus syok lainnya dilakukan penanganan
spesifik antara lain:
Syok Hipovolemik
Hentikan kehilangan cairan
Kembalikan pada volume sirkulasi
Resusitasi dengan prinsip 3:1
Saat resusitasi cairan ada 3 hal yang harus ditentukan
terlebih dahulu antara lain:
Estimated Blood Volume (EBV) yaitu 70 ml x BB (kg)
Presentase derajat kehilangan darah akut
Estimated Blood Loss (EBL) yaitu presentase derajat kehilangan
darah x EBV
Berikut jenis cairan yang bisa diberikan dalam keadaan syok
hipovolemik:
Cairan Kristaloid
Cairan ini memiliki waktu paruh pendek, efek samping minimal serta
lebih murah
Contoh cairan Ringer lactate (RL), Nacl 0,9%
Cairan Koloid
Memiliki waktu paruh agak lama (4-6 jam) dengan efek samping lebih
banyak dan cukup mahal
Contoh cairan dextran 70, albumin, dll
Komponen darah
Bisa digunakan Whole blood atau PRC (Packed Red Cell)
Syok Kardiogenik
Terdapat 3 masalah utama pada syok kardiogenik yaitu:
Masalah Volume
Berikan cairan dulu dan nilai kecukupan cairan
Masalah Pompa
Jika TDS > 100 mmHg berikan vasodilator
Jika TDS 70-100 mmHg tanpa tanda syok maka diberikan inotropik
Jika TDS 70-100 mmHg dengan tanda syok maka diberikan vasopresor
Jika TDS < 70 mmHg dengan tanda syok maka diberikan vasopresor kuat
Masalah Irama
Penanganan berdasarkan keadaan takiaritmia atau bradiaritmia
Tatalaksana lanjutan setelah permasalahan utama di atasi
yaitu pompa balon intra-aorta, angiografi, PCI, bedah.
Syok Distributif
Syok Septik
Resusitasi cairan kemudian mulai antibiotik spektrum luas
dalam 1 jam pertama
Lakukan kultur (darah, eksudat, urine, sputum) untuk
mengetahui jenis bekteri agar antibiotik yang diberikan lebih
spesifik
Syok Anafilaktik
Obat yang biasa digunakan yaitu Epinefrine & Dipenhydramine
Epinefrine bekerja dengan vasokonstriksi perifer, bronkodilatasi
dan menekan efek histamin sedangkan dipenhydramine
memblok pelepasan histamin akibat reaksi alergi
Pertahankan keadekuatan airway dengan cara pemberian
bronkodilator melalui nebulizer
Syok Neurogenik
Lakukan stabilisasi spinal dengan menggunakan servical collar
untuk mencegah bertambahnya kerusakan spinal
Obat golongan vasopressor untuk mempertahankan tekanan
darah dan perfusi organ
Obat atropine sulphate untuk mengatasi bradikardia
Obat golongan kortikosteroid untuk mencegah kerusakan
sekunder spinal chord akibat pelepasan mediator kimia
Hati-hati dalam pemberian cairan karena hipotensi yang terjadi
bukan akibat kehilangan cairan/ darah
Pantau hipothermia akibat disfungsi hipotalamus
Syok Obstruktif
Lakukan penilaian awal sedini mungkin untuk mengetahui
penyebab obstruktif
Atasi penyebab obstruktif dengan tindakan:
Pericardiosintesis pada tamponade cordis
Needle decompresion/ Needle thoracosintesis serta chest tube
insertion pada tension pneumothoraks
Terapi trombolitik pada emboli paru untuk mengembalikan
sirkulasi paru
Keadaan yang merupakan kriteria bahwa tindakan
yang dilakukan berhasil yaitu perfusi jaringan akan
optimal dengan kriteria:
Kulit hangat, tidak pucat & turgor kembali cepat
Capillary Refill Time (CRT)< 2 detik
Vena jugular tidak kolaps/ distensi
Tekanan darah ± 20 mmHg dari tekanan darah pre-syok
Input maupun Output cairan balance
Heart rate 60-100 x/menit, tekanan kuat serta irama
teratur
Respiration rate 10-20 x/menit teratur
Urine output 30-60 ml/jam
MAP (Mean Arterial Pressure ) 70 mmHg