Anda di halaman 1dari 18

Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023

Laporan
Pendahuluan
Profesi KGD
Nama Mahasiswa :
Siti Syukroh
5022031107

Kasus/Diagnosa Medis: CKD


Jenis Kasus :Non Trauma
Ruangan : ICU
Kasus ke : 2

CATATAN KOREKSI PEMBIMBING

KOREKSI I KOREKSI II

(………………………………………………) (………………………..……...………………)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023

FORMULIR SISTEMATIKA
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS FALETEHAN

1. Definisi penyakit

Penyakit ginjal kronis merupakan penyakit pada ginjal yang perisisten (berlangsung
lebih dari 3 bulan) dengan kerusakan ginjal dan kerusakan Glomerular Fitration
Rate (GFR) dengan angka GFR lebih dari 60 ml/menit/1.73 m2 (Prabowo dan
Pranata, 2014).

Penyakit Ginjal Kronis Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan sebagai


kerusakan fungsi ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan. benupa kelainan struktural
maupun fungsional ginjal dengan atau tanpa disertai penurunan laju filtrasi
glomerulus (Glomerulus Filgion Rate (GFR) dengan manifestasi kelainan patologis
atau terdapat tanda-tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi kimia
darah, urin atau kelainan radiologis (Smeltzer & Bare. 2015)

2. Etiologi
penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi glomerulus atau yang
disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR). Penyebab gagal ginjal
kronik menurut Andra & Yessie,2013):
a. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskulerdapat menyebabkan
iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl.
b. Gangguan imunologis:seperti glomerulonephritis
c. Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang
berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri.
d. Gangguan metabolik : seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak
meningkat sehingga terjadi penebalan membrane kapiler dan di ginjal dan
berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terjadi nefropati amyloidosis yang
disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia abnormal pada dinding pembuluh
darah secara serius merusak membrane glomerulus.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023

e. Gangguan tubulus primer:terjadinya nefrotoksis akibat analgesik atau logam


berat.
f. Obstruksi traktus urinarius :oleh batu ginjal,hipertrofi prostat, dan kontstriksi
uretra.
g. Kelainan kongenital dan herediter:penyakit polikistik sama dengan kondisi
keturunan yang dikarakteristik oleh terjadinya kista atau kantong berisi cairan
didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat
konginetal (hypoplasia renalis) serta adanya asidosis.

3. Manifestasi klinis
Menurut Brunner & Suddart (2010) Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis
adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi sistem
renin angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki,tangan,sakrum), edema
periorbital, Friction rub perikardial, pembesaran JVP.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus, ekimosis,
kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi Pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi Gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan tungkai,
panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023

4. Deskripsi Patofisiologi ( Berdasarkan Kasus Kegawatdaruratan)


Patofisiologi penyakit gagal ginjal pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarnya, tetapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih
sama. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein yang normalnya
dieksresikan kedalam urin tertimbun dalam darah, kegagalan ginjal sebagai fungsi eskresi
menyebabkan terjadinya akumulasi kelebihan cairan ekstra seluler.

keseimbangan cairan, penanganan garam, dan penimbunanan zat-zat sisa masih bervariasi
dan bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari
25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena nefron-
nefron sisa yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa
meningkatkan kecepatan filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresinya serta mengalami hipertrofi. Seiring dengan semakin
banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisia menghadapi tugas yang semakin
berat, sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati (Corwin, 2001).

5. Tahapan/Grade/Tingkatan Penyakit
Menurut Ketut (2010) klasifikasi gagal ginjal kronik di dasarkan atas dua hal yaitu
atas derajat penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi derajat penyakit
di buat atas dasar LFG, yang dihitung menggunakan rumus Kockeroft-Gault
sebagai berikut:
LFG (ml/menit/1,73m3) = ((140-umur)xBB) : (72x Kreatinin Serum) Sedangkan
pada perumpuan hasil dikalikan 0,85
National Kidney Foundation (2011) membagi 5 (lima) stadium penyakit ginjal
kronik yang ditentukan melalui perhitungan nilai Glomerular Filtration Rate (GFR)
meliputi:
1. Stadium I
Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat (>90ml/min/1,73 m2).
Fungsi ginjal masih normal tapi telah terjadi abnormalitas patologi dan
komposisi dari darah dan urine.
2. Stadium II
kerusakan ginjal. Fungsi ginjal menurun ringan dan ditemukan abnormalitas
patologi dan komposisi dari darah dan urine.
3. Stadium III
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023

Penurunan GFR Moderat (30-59ml/min/1,73 m2) . Tahapan ini terbagi lagi


menjadi tahapan IIIA (GFR 45-59) dan tahapan IIIB (GFR 30-44). Pada tahapan
ini telah terjadi penurunan fungsi ginjal sedang.
4. Stadium IV
Penurunan GFR Severe (15-29 ml/min/1,73 m2). Terjadi penurunan fungsi
ginjal yang berat. Pada tahapan ini dilakukan persiapan untuk terapi pengganti
ginjal.
5. Stadium V
End Stage Renal Disease (GFR<15 ml/min/1,73m2), merupakan tahapan
kegagalan ginjal tahap akhir. Terjadi penurunan fungsi ginjal yang sangat berat
dan dilakukan terapi pengganti ginjal secara permanen.

6. Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Hemoglobin dapat ditemukan turun akibat anemia penyakit kronis yang
terjadi pada penyakit ginjal kronis
b. Kadar Kreatinin Darah
c. Elektrolit dan Analisa Gas Darah
Penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan komplikasi berupa hiperkalemia
dan metabolik asidosis. Untuk itu diperlukan pemeriksaan elektrolit dan
analisa gas darah. Pada analisa gas darah, perhatikan kadar HCO3 dan pH
untuk melihat ada tidaknya metabolik asidosis.

7. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis
Pada urinalisis, dapat ditemukan hematuria dan proteinuria. Dapat juga
ditemukan mikroalbuminuria (30 – 300 mg/24 jam)
b. Ultrasonografi Ginjal
Pada pemeriksaan USG, dapat ditemukan ukuran ginjal yang mengecil, adanya
obstruksi atau hidronefrosis dan batu ginjal.
c. X- Ray Kontras
Foto polos intravenous pyelography dapat bermanfaat pada penyakit ginjal
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023

kronik yang dicurigai terjadi akibat batu ginjal. Namun, dokter harus
mempertimbangkan potensi toksisitas ginjal akibat penggunaan kontras
intravena tersebut. Kontras dikontraindikasikan pada pasien dengan laju
filtrasi glomerulus <60 mL/min/1.73 m2. Foto polos abdomen dapat
bermanfaat untuk melihat batu ginjal radioopak tetapi pemeriksaan ini bersifat
tidak spesifik
d. CT Scan dan MRI Abdomen
CT-scan abdomen dapat melihat batu saluran kemih, massa atau kista ginjal.
Kontras intravena dikontraindikasikan pada pasien dengan LFG < 60
mL/min/1.73 m2.
MRI dapat melihat massa ginjal dengan lebih jelas, misalnya pada karsinoma
sel renal. Kontras dengan gadolinium tidak direkomendasikan pada laju filtrasi
glomerulus < 30 mL/min/1.73 m2
e. Biopsy Renal
Biopsi renal umumnya diindikasikan jika diagnosis etiologi penyakit ginjal
kronis tidak jelas. Biopsi juga bermanfaat untuk memandu tata laksana
penyakit ginjal kronis yang diakibatkan oleh etiologi tertentu, misalnya lupus

8. Penatalaksanaan medis
a. Hemodialisa
Penatalaksanaan konservatif dihentikan bila pasien sudah memerlukan
dialisis tetap atau transplantasi. Pada tahap ini biasanya LFG sekitar 5-
10 mL/menit. Dialisis diperlukan bila ditemukan keadaan seperti keadaan
umum buruk dan gejala klinis nyata, K serum >200mg/dL, pH darah <7,1.
Anuri berkepanjangan >5 hari, sindrom uremia; mual, muntah, anoreksia,
neuropati memburuk.

9. Penatalaksaan farmakologis
a. Terapi farmakologis

Komplikasi dapat dicegah atau ditunda dengan pemberian resep antihipertensi,


eritropoitin, suplemen Fe, suplemen fosfat, dan kalsium (Brunner and Suddarth,
2014).
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023

- Hiperfosfatemia dan hiperkalemia ditangani dengan pemberian agen


pengikat fosfat dalam saluran cerna

- Hipertensi ditangani dengan obat antihipertensi dan pengontrol tekanan


intravaskuler

- Edema pulmonal ditangani dengan pembatasan cairan, diet rendah natrium,


diuresis, agen inotropik.

- Anemia ditangani dengan rekombinan eritoproetin

b. Terapi diet

- Pengaturan cermat asupan protein, asupan cairan dan asupan natrium serta
kalium

- Pembatasan protein, yang diperbolehkan harus mengandung nilai biologis


yang tinggi (produk susu, keju, telur, dan daging).

- Diet cairan sebesar 500 hingga 600 ml dan tidak boleh lebih dari jumlah
halauran urin selama 24 jam.

- Asupan kalori dan vitamin harus memadai. Kalori yang diberikan dalam
bentuk karbohidrat dan lemak untuk mencegah pelisutan otot.

c. Dialisis

Dialisis membantu untuk mengoptimalkan atau membantu fungsi ginjal.


Umunya dilakukan untuk pasien yang tidak dapat mempertahankan gaya
hidup yang wajar dengan penanganan konservatif

10. Pemeriksaan fisik (Berdasarkan ABCD/ Kasus Kegawatdaruratan)


A. Primary Survey
Airway dengan kontrol servikal Kaji :

- Bersihan jalan nafas


- Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distress pernafasan
- Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
Breathing dan ventilasi Kaji :
- Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
- Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023

- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas


Circulation Kaji :
- Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembaban kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal

Disability Kaji :
- GCS
- Gerakan ekstremitas
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.

Eksposure Kaji :
- Tanda-tanda trauma yang ada.

A. Sekunder survey
a. Pengkajian Riwayat Penyakit :
Komponen yang perlu dikaji :
- Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
- Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa ke rumah sakit
- Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
- Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada (nyeri)
- Waktu makan terakhir
- Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit sekarang,
imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien.
Metode pengkajian :
Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien :

S (signs and symptoms): Tanda dan gejala yang diobservasi


dan dirasakan klien.
A (Allergis) :
M (medications): E (event leading to injury or illnes)

P (pertinent past medical


hystori)
L (last oral intake solid or
liquid
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023

Alergi yang dipunyai klien. Tanyakan makanan, ada penurunan atau


obat yang telah diminum klien untuk peningkatan kualitas makan.
mengatasi nyeri. Pencetus/kejadian penyebab keluhan.
Riwayat penyakit yang diderita
klien. Makan/minum terakhir; jenis
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023

1) Tanda-tanda vital dengan mengukur :


- Tekanan darah
- Irama dan kekuatan nadi
- Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan
- Suhu tubuh

2) Pengkajian Head to Toe yang terfokus, meliputi :

a) Pengkajian kepala, leher dan wajah

- Periksa rambut, kulit kepala dan wajah


Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan lunak,
adakah perdarahan serta benda asing.
- Periksa mata, telinga, hidung, mulut dan bibir
Adakah perdarahan, benda asing, kelainan bentuk, perlukaan atau
keluaran lain seperti cairan otak.
- Periksa leher
Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trakhea miring atau
tidak, distensi vena leher, perdarahan, edema dan kesulitan
menelan.
b) Pengkajian dada
Hal-hal yang perlu dikaji dari rongga thoraks :
- Kelainan bentuk dada
- Pergerakan dinding dada
- Amati penggunaan otot bantu nafas
- Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera, petekiae, perdarahan,
sianosis, abrasi dan laserasi

c) Pengkajian Abdomen dan Pelvis


Hal-hal yang perlu dikaji :
- Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
- Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, alserasi, abrasi,
distensi abdomen dan jejas
- Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
- Nadi femoralis
- Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
- Distensi abdomen
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2022-2023

d) Pengkajian Ekstremitas
Hal-hal yang perlu dikaji :
- Tanda-tanda injuri eksternal
- Nyeri
- Pergerakan
- Sensasi keempat anggota gerak
- Warna kulit
- Denyut nadi perifer
e) Pengkajian Tulang Belakang
Bila tidak terdapat fraktur, klien dapat dimiringkan untuk mengkaji :
- Deformitas, Tanda-tanda jejas perdarahan, Jejas, Laserasi, Luka
f) Pengkajian Psikosossial Meliputi :
- Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
- Kaji riwayat serangan panik akibat adanya faktor pencetus
seperti sakit tiba-tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh
ataupun anggota keluarga
- Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang
dimanifestasikan dengan takikardi, tekanan darah meningkat dan
hiperventilasi.
LaporanPendahuluanProfesiKGD 2021-2022

11. Patoflow

Penyakit dari ginjal (glomerulonephritis, Penyakit dari luar ginjal :


pyelonephritis, trauma pada ginjal, (DM, hipertensi,kolesterol,dyslipidemia)
obstruksi batu tumor, penyempitan)

Kerusakan pada ginjal

GFR menurun

Gangguan fungsi ginjal berlangsung kronik

CKD

Kerusakan glomerulus penurunan laju filtrasi penurunan fungsi ginjal

Permeabilitas kapiler meningkat Ginjal tidak mampu produksi eritropoitein


mengencerkan urin

Loss protein Na & K meningkat pembentukan eritrosit

Proteinuria masif masuk ke vaskuler anemia

Hipoalbumin berikatan dengan air intoleransi aktivitas

Tekanan osmotik menurun NaOH

Cairan keluar ke ekstravaskuler beban jantung meningkat

Edema perubahan pola nafas

Hipervolemia ketidakefektifan pola nafas


LaporanPendahuluanProfesiKGD 2021-2022

12. Analisa data

Data Etiologi Masalah


DS: CKD Hipervolemia
- Dipsneu
- Ortopneu Kerusakan glomerulus
- Paroxysmal
nocturnal dyspnea Permeabilitas kapiler meningkat
Do :
- Edema Loss protein
- Dipsneu
- Penggunaan otot masuk ke vaskuler
bantu
- Bb meningkat Hipoalbumin
- JPV meningkat
Tekanan osmotik menurun

Cairan keluar ke ekstravaskuler

Edema

Hipervolemia

Ds : CKD pola nafas tidak efektif


- pasien dipsnea
penurunan laju filtrasi
Do :
- Penggunaan otot Ginjal tidak mampu
bantu mengencerkan urin
- Ekspirasi
memanjang Na & K meningkat
- Pola nafas abnormal
Masuk ke vaskuler dan berikatan
dengan air

NaOH

beban jantung meningkat


perubahan pola nafas

pola nafas tidak efektif

Ds : - pasien mengeluh CKD Intoleransi aktifitas


lelah
Do : Penurunan fungsi ginjal
- Frekuensi jantung
meningkat >20% dari Produksi eritropoitein menurun
kondisi istirahat
- Gambaran ekg Pembentukan eritrosit menurun
menunjukkan aritmia
LaporanPendahuluanProfesiKGD 2021-2022
- Gambaran ekg Anemia
menunjukkan
iskemia Intoleransi aktifitas
- sianosis

13. Diagnosa keperawatan


a. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
b. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolik, pneumoritis
c. Intoleransi aktifitas b.d keletihan/kelemahan, anemia
RENCANAASUHANKEPERAWATAN

No Diagnosa Perencanaan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipervolemia - Periksa tanda dan gejala hipervolemia
Hipervolemia b.d
keperawatan selama 2x 24 jam, - Identifikasi penyebab hipervolemia
gangguan mekanisme
status cairan membaik dengan - Monitor status hemodinamika
regulasi
kriteria hasil: - Monitor intake dan output cairan
- Output urin meningkat Terapeutik
- Kekuatan nadi meningkat - Timbang berat badan
- Dipsnea menurun - Batasi asupan cairan dan garam
- Berat badan membaik - Tinggikan kepala 30-40
Edukasi
- Tekanan darah membaik
- Anjurkan melaporkan jika haluaran urin
- Edema perifer membaik
<0.5 ml/kg/jam dalam 6 jam
- Anjurkan melaporkan jika BB bertambah
>1 kg
- Ajarkan pembatasan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik
Pola nafas tidak efektif setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen jalan napas
b.d 2x24 jam pola napas membaik - monitor pola napas ( frekuensi,
dengan kriteria hasil :
kedalaman,usaha napas)\
- Dispnea menurun - monitor bunyi napas tambahan (gurgling,
wheezing, mengi, ronkhi)
- Penggunaan otot bantu napas
menurun - monitor sputum ( jumlah, warna, aroma)
- pertahankan kepatenan jln napas
- Pemanjangan fase ekspirasi
menurun - posisikan semi fowler
- berikan minum hangat
- Orthopnea menurun
- berikan oksigen
- Frekuensi napas membaik

- Kedalaman napas membaik


Intoleransi aktivias b.d Setelah dilakukan asuhankeperawatan Manajemen energi - identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
keletihan/kelemahan, selama 3x24 jam maka tercapai
anemia mengakibatkan kelelahanl
toleransi aktivitas meningkat dengan
- monitor kelelahan fisik dan emosional
kriteria hasil:
- frekuensi nadi meningkat - monitor pola dan jam tidur
- saturasi oksigen meningkat - anjurkan tirah baring
- kemudahan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
meningkat
- keluhan lelah menurun
- dipsnea menurun
- perasaan lemah menurun
- aritmia saat aktivitas menurun
- sianosis menurun
Brunner and Suddarth’s. (2010). Text Book Of Medical-Surgical Nursing 12th Edition. China : LWW.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intevensi Keperawatan Indonesia Cetakan II. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai