Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

D DENGAN VESIKOLITHIASIS

OLEH:

NUR BAETI

A.20.12.067
BAB 1 KONSEP DASAR

1. Definisi
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi substansi
tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat atau ketika terdapat
defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi
dalam urin
2. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah :
a. Faktor endogen
 Faktor genetik
 Familia
 Hiperkalsiuria, Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi natrium,
kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer, sarkoidosis, dan kelebihan vitamin
D atau kelebihan kalsium.
 Hipositraturia, Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal tipe I (lengkap
atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare dan masukan protein tinggi.
 Hiperurikosuria, Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium
 Hiperoksalouria, Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini
disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium intestinal, dan
penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan yang mengganggu absorbsi
garam empedu.
b. Faktor eksogen
Faktor lingkungan, pekerjaan (sopir) , makanan, infeksi bakteri (kurang personal hygine) dan
kejenuhan mineral dalam air minum.
c. Faktor-lainnya.
Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan atau
penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-buli
(Syaifuddin, 1996). Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak
jarang sebagai kalsium fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila
dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan agregasi
pembentukan batu proses pembentukan batu kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi
agregat kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam
urine.
Dan beberapa medikasi yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak klien
mencakup penggunaan obat-obatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D,
laksatif dan aspirin dosis tinggi. (Prof.Dr.Arjatmo T. Ph. D.Sp. And. Dan dr. Hendra U., SpFk,
2001).
Menurut Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin
dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium).

3. Patifisiologi
Batu pada vesika dapat berasal dari vesika urinaria sendiri (batu primer) atau bisa juga berasal
dari ginjal, traktus urinarius bagian atas (batu sekunder). Pada umumnya batu vesika terbentuk
dalam vesika urinari, tetapi pada beberapa kasus tertentu batu terbentuk di ginjal lalu turun
menuju buli-buli, kemudian terjadi penambahan deposisi batu untuk berkembang menjadi lebih
besar. Batu vesika yang turun dari ginjal pada umumnya berukuran kecil sehingga dapat melalui
ureter dan dapat dikeluarkan spontan melalui uretra.
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat
yang sering mengalami hambatan aliran urin yaitu pada sistem kalises ginjal atau vesika. Batu
terdiri dari kristal-kristal yang tersusun dari bahan-bahan organik maupun anorganik yang
terlarut didalam urin. Yang mana kristal tersebut akan tetap berada pada keadaan metastable
(terlarut) didalam urin jika tidak ada keadaan yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal.
Kondisi Metastable dipengaruhi oleh pH larutan, adanya koloiddidalamurine,konsentrasisolute
di dalamurine,laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam
saluran kemih yang bertindak sebagaiinti batu.
Lebihdari80%batusalurankemihterdiriatasbatukalsium,baikyangberikatan dengan oksalat
maupan dengan fosfat, membentuk batu kalsium oksalatdan kalsium
fosfat;sedangkansisanyaberasaldaribatuasamurat,batumagnesiumammoniumfosfat
(batuinfeksi),batuxanthyn,batusistein,danbatu jenis lainnya. Pada penderita usia tua atau
dewasa komposisi batu biasanya merupakan batu asam urat yakni lebih dari 50% dan paling
banyak berlokasi di vesika. Gambaran fisik batu yakni halus maupun keras.

4. Manifestasi klinik
Menurut Brunner & Sudart (2002:1460) dan Soeparman (1999:337) vesikolithiasis memiliki
tanda dan gejala sebagai berikut :
a) Jika terjadi infeksi maka akan ditemukan tanda-tanda yakni sistitis, dan terkadang terjadi
hematuria
b) Timbul nyeri tekak suprasimpisis karena adanya infeksi atau adanya urin retensi saat
dilakukan palpasi
c) Buang air kecil yang kurang lancar dan terkadang terhenti yang akan menimbulkan rasa
sakit bila pasien merubah posisi saat buang air kecil.
d) Koliks
e) Adanya pembesaran prostat yang dapt ditemukan pada pria diatas 50 tahun
f) Timbulnya rasa terbakar saat dan setelah melakukan buang air kecil
g) Timbulnya demam yang disebabkan oleh obstruksi saluran kemih

5. Pemeriksaan penunjang
a. BNO
Untuk melihat adanya batu radio-opak di saluran kemih. Urutasn radio-opak dengan
beberapa jenis batu saluran kemih :

Jenis Batu Radioopasitas


Kalsium Opak
MAP Semiopak
Urat/sistin Non opak
b. IVP
Berguna untuk mendeteksi adanya batu semiopak ataupun batu non opak yang tidak
terlihat di BNO, menilai anatomi dan fungsi ginjal, mendeteksi divertikel,indentasi
prostat.
c. USG
d. Pemeriksaan laboratoruim
Darah rutin, kimia darah, urinalisa dan kultur urin.Pemeriksaan ini sering
dilakukankarenacenderungtidakmahaldanhasilnyadapatmemberikangambaranjenis batu
dalam waktu singkat. Pada pemeriksaan dipstick, batu buli berhubungan dengan
hasilpemeriksaan yangpositifjikamengandungnitrat,leukosit esterase, dandarah.Batu
vesika sering menyebabkan disuria dan nyeri hebat oleh karena itu banyak pasien
yangsering mengurangi konsumsi air sehingga urin akan pekat. Pemeriksaan
mikroskopismenunjukkanadanya seldarahmerahdanleukosit,danadanyakristal yang
menyusun batu vesika. Pemeriksaan kultur juga berguna untuk memberikan antibiotik
yangrasionaljika dicurigai adanya infeksi.
e. Pemeriksaan urin
1. Urinalisis 1
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai
jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes
melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status
kesehatan umum.
2. Pemeriksaan mikroskopik
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna dan
kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai
sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin.
Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak
berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan
biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine
asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh
bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.

f. Penatalaksanaan
a. Konservatif
 Penanganan nyeri
Tujuannya ialah mengurangi rasa nyeri dan dapat menghilangkan
penyebabnya yakni dengan diberikan morfin untuk mencegah syok dan
sinkop akibat nyeri yang timbul. Dan juga dapat dengan cara lain yakni
dengan merendam area panggul dengan air hangat.
 Terapi nutrisi dan medikasi
Terapi diberikan dengan memasukkan cairan adequat dan menghindari
makanan tertentu khususnya yang mengandung 7 kalsium. Hal ini
cukup efektif untuk mencegah pembentukan batu dan mencegah
penambahan ukuran batu. Beberapa terapi medikasi menurut jenis
batunya, anataralain:
A. Batu kalsium dapat diturunkan dengan diet rendah kalsium,
amonium klorida atau asam asetohidroksemik (lithostat)
B. Batu fosfat dapat diturunkan dengan menggunakan jeli
aluminium hidroksida
C. Batu urat atau asam urat dapat menggunakan allofurinol
(zyloprime)
D. Batu oksalat bisa dengancara pembatasan pemasukan oksalat,
terapi gelombang kejut esktrokoproreal dan pengangkatan
batu perkutan atau uretroskopi
 Litrottipsi gelombang kejut esktrokoproreal (ESWL)
Merupakan prosedur non infasif yang digunakan untuk
menghancurkan batu di koliks ginjal. batu dipecahkan dengan
litotriptor secara mekanis melaluisistoskop atau dengan memakai
gelombang ultrasonic atau elektrohidrolik. Setelah batu pecah menjadi
partikel-partikel kecil maka akan dikeluarkan secara spontan.
 Terapi pembedahan
Terapi ini dilakukan jika tersedia alat litrotriptor. Tetapi harus di
diperlukan suatu indikasi misalnya jika batu kadung kemih selalu
menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga perlu diadakan
tindakan pengeluaran. Litotirptor hanya mampu memecahkan batu
dalam ukuran kurang dari 3cm. Untuk ukuran lebih dari 3cm dapat
dilakukan dengan menggunakan batu kejut atau sistolitotomi

BAB 2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


I. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Tn. N
Umur : 50 tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Bantaeng, 12 januari 1972
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : islam
Alamat : JL. SUTOYO
Sumber info : Istri
B. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. I
Umur : 48 Tahun
Tempat/Tanggal Lahir : Rajuni, 28 april 1974
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : JL. SUTOYO
Hubungan klien : Suami

II. Riwayat Kesehatan Saat Ini


A. Keluhan Utama
Klien datang dengan keluhan saat berkemih mendapati nyeri pinggang dan berdarah.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dengan vesikothialisis memiliki gejala buang air kecil susah, adanya darah pada
urin, nyeri pada pinggang. Klien datang kerumah sakit pada tanggal 6 Maret 2017
dengan keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri dan berdarah saat berkemih. pasien
mengeluhkan nyeri pada kandung kemih dan menjalar ke penis, pasien juga mengalami
gangguan gastrointestinal dan perubahan dalam eliminasi urine dengan merasakan
nyeri saat berkemih dan sulit untuk mengeluarkan urine. Pasien juga mengatakan
terdapat darah dalam urinnya saat berkemih.hal ini diakibatkan karena pasien yang
kurang mengkonsumsi air,yaitu hanya 3 gelas dalam sehari, klien lebih suka duduk
santai dengan minum soda atau teh. Klien juga mengaku bahwa saat berkemih
membutuhkan waktu yang agak lama dan perlu melakukan mengejan saat
berkemih.saat berkemih awalnya urin keluar lancar lalu kemudian keluar secara sedikit
demi sedikit. Klien juga tidak pernah mengalami riwayat pemasangan kateter dan tidak
pernah mengalami trauma pada organ reproduksinya
C. Riwayat Penyakit dahulu
1. Riwayat sakit dengan keluhan yang sama disangkal
2. Riwayat sakit jantung disangkal.
3. Riwayat sakit hipertensi disangkal.
4. Riwayat penyakit ginjal disangkal.
5. Riwayat infeksi saluran kemih disangkal.
D. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dan riwayat penyakit
darah tinggi, penyakit ginjal, penyakit batu saluran kemih, diabetes melitus, dan
keganasan.

III. Pemerik saan Fisik


A. Keadaan Umum : Sedang.
B. Kesadaran : Compos mentis.
C. Vital sign : T : 130/80 mmHg R : 20 x/menit N : 84 x/menit S : 36,5 °C
D. Status Umum
1. Kepala : Simetris, mesocephal, rambut tidak mudah dicabut.
2. Mata : Pupil bulat isokor (+/+), refleks cahaya (+/+), eksoftalmus tak ada, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik.
3. Hidung : Tidak ada discharge, tidak ada deviasi septum nasi, tidak ada napas cuping
hidung.
4. Telinga : Simetris, tidak ada kelainan.
5. Mulut/Gigi : Mukosa tidak anemis, lidah kotor (-), gigi palsu (+), tonsil dalam batas
normal.
6. Leher : Trakhea di tengah, limfonodi tidak membesar, kelenjar tiroid tidak
membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
7. Thorax
Paru-paru

8. Inspeksi : Dinding dada simetris kanan-kiri, retraksi tak ada, ketinggalan gerak tidak
ada.

E. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi dan Cairan

1. Sebelum sakit klien mampu makan dengan baik dan teratur yaitu 3x sehari.

2. Setelah masuk rumah sakit pasien mengeluhkan kesulitan makan.

b. Pola Cairan

1. Sebelum sakit klien mampu memenuhi kebutuhan cairannya 7-8 gelas/hari.


2. Setelah masuk rumah sakit kebutuhan hanya terpenuhi 3-5 gelas/hari.

c. Pola Eliminasi

1) BAK

a) Sebelum sakit keluarga menyatakan BAK ± 5x/hari dengan warna urine

kuning jernih, dan bau khas dari urin.

b) Saat sakit keluarga mengatakan klien BAK ± 4-5x/hari : ±550cc/BAK, total

BAK ±2.200cc/hari.

2) BAB

a) Sebelum sakit klien BAB ±1x/hari secara rutin.

b) Selama sakit keluarga mengatakan klien BAB 1x dalam 2 hari

IV. Pemeriksaan penunjang


Hemoglobin : L 10.5 g/dL
Leukosit : 10090 /uL
Hematokrit : L 32 %
Eritrosit : L 3.9 10^6/uL
Hitung jenis :

Basofil : 0.2 %

Eosinofil : L 1,9 %

Batang : L 0.00 %

Segemen : H 81.0 %

Limfosit : L 16.7%

Monosit : 7.9 %

Ureum darah H 70,8 mg/dL


Kreatinin darah 1,21 mg/dL
Produksi urine : < 500-1000 ml
Produksi urine : < 500-1000 ml
Warna kuning, coklat atau gelap.
pH >7,6
Sedimen : sel darah meningkat (90 %)
Biakan Urin : ada bakteri yang berkontribusi dalam proses pembentukan batu saluran
kemih.
V. Penatalaksanaan
A. Terapi Konservatif

Indikasi terapi konservatif :

 Batu Asimptomatik, tanpa obstruksi dan tanpa infeksi


 Diameter < 4 mm
 Tujuannya untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar
B. Terapi Operati
1. EHL (Elektrohidrolik)
- Merupakan salah satu sumber energi yang cukup kuat untuk menghancurkan
batu kandung kemih
- Tidak dianjurkan pada batu yang keras dan besar

2. Litotripsi

- Cukup aman digunakan pada batu kandung kemih

- Batu buli-buli dengan ukuran <2,5 cm

VI. Analisa Data

Hari/Tabggal Data Etiologi

Selasa / 06 DS : Sering berkemih


Maret 2017 a. BAK berwarna merah ↑
b. Saat BAK nyeri Sering berkemih tekanan ureter
pinggang tinggi

DO :
Berkemih Sedikit
Segmen H 81.0 %

Sumbatan Saluran Perkemihan

Selasa / 06 DS : Nyeri Akut


Maret 2017 a. Saat BAK nyeri ↑
pinggang Nyeri pinggang
b. Sering bangun malam ↑
hari Berdarah saat berkemih

VII. Diagnosa Keperawatan


a. Retensi urin b.d sumbatan saluran perkemihan d.d BAK berwarna merah Saat BAK
nyeri pinggang,
b. Nyeri akut b.d nyeri pinggang d.d Saat BAK nyeri pinggang dan sering bangun tidur.

VIII. Intervensi Kperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi


.

1. Retensi urin Tujuan: 1. Jaga intae/asupan


Setelah dilakuakan perawatan selama yang akurat dan catat
1 x 24 jam pernafasan pasien optimal output
dan bersihan jalan nafas tidak 2. Timbang berat badan
terganggu setiap hari dan
monitor status
Kriteria Hasil: pasien.
1. Pola eliminasi berkurang 3. Masukkan kateter
2. Jumlah urin kembali normal urin
3.Intake cairan dipertahankan 4. Monitor status
hidrasi
5. Monitor hasil
laboratorium yang
relevan dengan
retensi cairan.

2. Nyeri Akut Tujuan: 3. Lakukan


Setelah dilakuakan perawatan selama pengkajian nyeri
1 x 24 jam skala nyeri pasien secara
menurun dan pasien menjadi komprehensif
nyaman. yang meliputi
lokasi,
Kriteria Hasil: karakteristik,
1. Nyeri berkurang onset/durasi, dan
2. Mengontrol nyeri frekuensi.
4. Observasi
adanya petunjuk
nonverbal
mengenai
ketidaknyamanan
terutama pada
klien yang tidak
dapat
berkomunikasi
secara efektif
5. Gunakan
tindakan
pengontrol nyeri
sebelum nyeri
bertambah
6. Dukung
istirahat/tidur
yang adekuat
untuk membantu
penurunan nyeri.
Libatkan keluarga dalam
modalitas penurunan
nyeri jika
memungkinkan

IX. Implementasi Keperawatan

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi

1. Selasa / 06 Retensi urin Monitor status hidrasi


Maret 2017

2. Selasa / 06 Manajemen Nyeri Melakukan pengkajian


Maret 2017 nyeri secara
komprehensif yang
meliputi lokasi,
karakteristik,
onset/durasi, dan
frekuensi.

X. Evaluasi Keperawatan

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)


1. Selasa / 06 Retensi Urin S : Klien mengatakan
Maret 2017 “dapat kencing normal
lagi”
O : klien dapat kencing
dengan normal kembali
A : Masalah retensi urin
dapat teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

2. Selasa / 06 Nyeri Akut S : Klien mengatakan


Maret 2017 “nyeri sudah sedikit
berkurang”
O : Klien meringis
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai