Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

PADA NY. T DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH


DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM

ASTRIYANI GURNING
6942
I. Tinjauan Teori
a. Konsep Medis
a.1 Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih,
meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah
bakteriuria yang bermakna (Hastuti dan Sjaifullah, 2016).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum untuk menyatakan adanya
pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal
sampai infeksi di kandung kemih. Pertumbuhan bakteri mencapai > 100.000 unit
koloni per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan
untuk batasan diagnose ISK (IDI, 2011).
(ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi parenkim ginjal
sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Soegijanto,
2010)
a.2 Anatomi dan Fisiologi
Sistem saluran kemih adalah suatu sistem di mana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
dan di serap oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam
air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem saluran kemih terdiri dari
ginjal, ureter, kandung kemih (vesika urinari) dan uretra. Sistem saluran kemih
pada manusia dapat di lihat pada gambar berikut :

a. Ginjal
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5
cm pada bagian paling tebal dan berbentuk seperti kacang. Terletak pada
bagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri
karena ada hepar di sisi kanan.
Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis
renal. Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak
bergranula. Di sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla
renal, yang berbentuk seperti kerucut di sebut piramid renal, dengan
dasarnya menghadap korteks dan puncaknya di sebut apeks atau papilla
renal. Di antara piramid terdapat jaringan korteks, di sebut kolum renal
(Bertini).
Ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar di sebut
pelvis renal. Pelvis renal bercabang dua atau tiga, di sebut kaliks mayor yang
masing - masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor, yang
langsung menutupi papilla renal dari piramid. Kaliks minor ini menampung
urin yang terus - menerus keluar dari papila. Dari kaliks minor, urin masuk
ke kaliks mayor, ke pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya di
tampung di dalam kandung kemih.
Setiap ginjal terdapat satu juta atau lebih nefron, masing masing nefron
terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas
pembuluh - pembuluh darah, yaitu glomerulus dan kapiler peritubuler, yang
mengitari tubuli.
Komponen tubuler berawal dengan kapsula Bowman (glomerular) dan
mencakup tubuli kontortus proksimal, ansa Henle dan tubuli kontortus distal.
Dari tubuli distal, isinya disalurkan ke dalam duktus koligens (saluran
penampung atau pengumpul ).
Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit, dari jumlah
ini, 124 ml diabsorpsi dan hanya 1 ml dikeluarkan ke dalam kaliks - kaliks
sebagai urin. Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dan
elektrolit berupa ekskresi kelebihan air dan elektrolit, mempertahankan
keseimbangan asam basa, mengekskresi hormon, berperan dalam
pembentukan vitamin D, mengekskresi beberapa obat - obatan dan
mengekskresi renin yang turut dalam pengaturan tekanan darah (Anonim,
2010).
b. Ureter
Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung
dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30
cm, dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga
abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Ureter mempunyai
membran mukosa yang dilapisi dengan epitel kuboid dan dinding otot yang
tebal. Urin disemprotkan ke bawah ureter oleh gelombang peristaltik, yang
terjadi sekitar 1-4 kali permenit dan urin memasuki kandung kemih dalam
bentuk pancaran (Anonim, 2010).
c. Kandung Kemih
Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin
mengalir dari ureter. Ketika kandung kemih kosong atau terisi setengahnya
kandung kemih tersebut terletak di dalam pelvis, ketika kandung kemih terisi
lebih dari setengahnya maka kandung kemih tersebut menekan dan timbul ke
atas dalam abdomen di atas pubis. Dinding kandung kemih terdiri dari
lapisan sebelah luar (peritonium), Tunika muskularis (lapisan otot), Tunika
sabmukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam) (Anonim, 2010).
d. Uretra
Bagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih dengan
luar tubuh ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada
laki-laki, sperma berjalan melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-
laki merupakan tuba dengan panjang kirakira 20 cm dan memanjang dari
kandung kemih ke ujung penis.
Uretra pada laki-laki mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika,
uretra membranosa dan uretra spongiosa (dr. Nursalam, 2007). Uretra wanita
jauh lebih pendek dari pada pria, karena hanya 4 cm panjangnya dan
memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara labia minora kira-
kira 2,5 cm di sebelah belakang klitoris. Uretra ini menjalar tepat di sebelah
depan vagina. Lapisan uretra wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah
luar), lapisan spongiosa dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam)
(Anonim, 2010).

a.3 Patoflowdiagram
 Etiologi
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80%
kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainnya merupakan organisme
yang paling sering menyebabkan ISK: kuman-kuman ini biasanya ditemukan
di daerah anus dan perineum. Organisme lain yang menyebabkan ISK antara
lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus,
Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse negatif. Beberapa faktor
menyebabkan munculnya ISK di masa kanak- kanakInfeksi saluran kemih
sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur tetapi bakteri yang
sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah bakteri gram-
negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke
sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp,
Klebsiella, Enterobacter (Purnomo, 2014).
Selain penyebab terjadinya kejadian ISK dari berbagai jenis mikroba
terdapat banyak faktor risiko yang menyebabkan terjadinya peningkatan
angka kejadian ISK. Faktor risiko lain yang paling sering diidentifikasi
adalah penggunaan antibiotik sebelumnya dan penggunaan katerisasi
(Tenney et al, 2017).
Faktor risiko ISK dalam penggunaan antibiotik sebelumnya disebabkan
akibat resisten terhadap berbagai obat antibiotik
(sulfamethoxazoletrimetropim) dan dalam penggunaan katerisasi, organisme
gram negatif bakteri “Pseudomonas Aeruginosa” adalah patogen yang paling
umum yang bertanggung jawab untuk pengembangan infeksi saluran kemih
diantara pasien kateter yang didapatkan dari pemasangan kateter dalam
jangka panjang, serta bisa diakibatkan juga oleh hygine kateter, disfungsi
bladder pada usia lanjut dan pemasangan kateter yang tidak sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (Irawan & Mulyana, 2018). Faktor risiko lain
yang berhubungan dengan kejadian ISK pada anak yaitu diakibatkan oleh
sebagian besar pada anak perempuan karena anatomi uretra anak perempuan
yang lebih pendek, sebagian besar pula pada anak laki-laki karena tidak
disirkumsisi, kebiasaan membersihkan genetalia yang kurang baik,
menggunakan popok sekali pakai dengan frekuensi penggantian popok sekali
pakai <4 kali perhari dan durasi penggunaan popok yang lama, serta
kebiasaan menahan buang air kecil (Makmunah, 2016)
1. Pathway
Akumulasi etiologi dan
faktor risiko

Kelainan Obstruksi & Mikroorganisme MK: Kurang


Kongenital gangguan pengetahuan
neurogenik

Fungsi Reflek Kurang personal


kutub Kelainan pengaliran tidak hygine saluran
uretrove anatomi lancar kemih bawah
sikuler

Urine statis di Uretra


Ureter VU
sempit

Penimbunan Distensi, Nyeri


cairan & kuman pinggang

Aliran balik
Reflek renointestin

Perkembangan kuman
Mual, muntah,
anoreksia
Infeksi Saluran Kemih

MK: Kekurangan
Respon peradangan volume cairan

Rasa sakit & panas Kandung kemih tidak


pada simpisis, dysuria MK: kuat menampung urine
Hipertermi
Polakisuria,
urgensi
MK: Nyeri Akut MK: Gangguan
eliminasi urin

Gambar 2.1: Pathway Infeksi Saluran Kemih


(ISK) Sumber: (Amin Hardi, 2015)
 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi saluran kemih sangat bervariasi, dari tanpa
gejala (asimptomatis) ataupun disertai gejala (simptom) (Ikram,A.F.Z. 2015)
dari yang ringan (panas, uretritis, sistitis) hingga cukup berat (pielonefritis
akut, batu saluran kemih dan bakteremia) (Semaradana,W.G.P. 2014). Gejala
yang timbul antara lain rasa nyeri pada saluran kemih, rasa sakit saat buang
air kecil atau setelahnya, anyang-anyangan, warna air seni sangat pekat
seperti air teh, nyeri pada bagian pinggang, hematuria (kencing berdarah),
perasaan tertekan pada perut bagian bawah, rasa tidak nyaman pada bagian
panggul serta tidak jarang pula penderita mengalami panas tubuh (Dharma,
P.S.2015). Kasus asimptomatik berhubungan dengan meningkatnya resiko
terjadinya infeksi simptomatik berulang yang dapat menyebabkan kerusakan
ginjal (Anggraini,P. 2014). Manifestasi klinis infeksi saluran kemih juga
bergantung pada lokalisasi infeksi dan umur penderita. Infeksi saluran kemih
atas pielonefritis yang paling sering dijumpai, ditandai dengan adanya
demam, nyeri perut atau pinggang, mual, muntah, kadang-kadang disertai
diare. Pielonefritis pada neonatus umumnya tidak spesifik berupa mudah
terangsang, tidak nafsu makan dan berat badan yang menurun, pada anak
usia <2 tahun dapat disertai demam (Andriani,R. 2010).

 Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic


Menurut Wong (2008) jenis-jenis pemeriksaan diagnostik pada infeksi
saluran kemih (ISK) yaitu :
a) Biopsi ginjal : pegambilan jaringan ginajl dnegan teknik terbuka atau
perkutan untuk pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan
mikroskop cahaya, elektron atau immunofluresen
b) USG ginjal atau kandung kemih : transmisi gelombang ultrasonic
melalui parenkim ginjal, disepanjang saluran ureter dan di daerah
kandung kemih.
c) Pemeriksaan urinalisasi dapat ditemukan proteuria, leukosituria,
(leukosit >5/LPB), hematuria (eritrosit >5/LPB)

 Komplikasi
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan
meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi,
gagal ginjal, komplikasi pada masa kehamilan seperti preeklampsia. Parut
ginjal terjadi pada 8-40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis
akut. Faktor risiko terjadinya parut ginjal antara lain umur muda,
keterlambatan pemberian antibiotik dalam tata laksana ISK, infeksi berulang,
RVU, dan obstruksi saluran kemih (Pardede et al, 2011).
Sedangkan menurut Purnomo (2011), adapun komplikasi yang
ditimbulkan yaitu:
a) Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal
dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b) Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik
secara akut dan kronik.

 Penatalaksanaan Medis
a. Terapi antibiotik untuk membunuh bakteri gram positif maupun gram
negatif.
b. Apabila pielonefritis kroniknya disebabkan oleh obstruksi atau refluks,
maka diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.
c. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk
membilas microorganisme yang mungkin naik ke uretra, untuk wanita
harus membilas dari depan ke belakang untuk menghindari kontaminasi
lubang urethra oleh bakteri faeces.

b. Konsep Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi situasi kesehatan klien. Dasar utama memberikan asuhan
keperawatan sesuai kebutuhan individu merupakan tahap pengkajian (nursalam,
2008).
1. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan
penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi,
psikal assesment. Kaji data menurut Ambarwati Fitri Respati dan Nasution Nita
(2012) adalah :
1. Data umum
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,nomor register,
bahasa yang dipakai, status perkawinan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah,pendidikan, tanggal MRS, diagnosa medis(Wahid, 2013).
2 Alasan masuk rumah sakit/ keluhan utama
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan
pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien
biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing
dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik.
Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya
sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak
atau nyeri pinggang.
3 Riwayat Kejadian / Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dengan effusi pleura akan diawali dengan keluhan batuk, sesak
nafas, nyeri pleuritis, rasa berat pada dada, dan berat badan menurun.
(Muttaqin, 2012)Agar mempermudah perawat mengkaji keluhan sesak
napas, maka dapat di bedakan sesuai tingkat klasifikasi sesak.Pengkajian
ringkas dengan menggunakan PQRST dapat lebih mempermudah perawat
dalam melengkapi pengkajian.
4 Riwayat Kesehatan Terdahulu
a. Riwayat penyakit sebelumnya
Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab infeksi
saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami
klien.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat
meperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit
turunan seperti Diabetes Mellitus, hipertensi. ISK bukanlah penyakit
turunan karena penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi,
higiene seseorang dan gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit
turunan di curigai dapat memperburuk atau memperparah keadan klien.
5 Pengkajian Psiko-sosio-spirutual
Pengakajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien.Perawat mengumpulkan data hasil
pemeriksaan awal kliwn tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini.data
ini penting untuk menentukan tingkat perlunya pengkajian psiko-sosio-
spirituak yang saksama (Muttaqin, 2012)
6 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran
Klien dengan batuk, sesak napas, nyeri pleuritis, rasa berat pada
dada, dan berat badan menurun. (Muttaqin, 2012) effusi pleura biasanya
akan mengalami keluhan.
2)Tanda- tanda Vital
RR cenderung mengikat dank lien biasanya dispneu, suara perkusi
redup sampai pekak vocal premitus menurun, bergantung pada jumlah
cairannya, auskultasi suara napas menurut sampai menghilang.
(Somantri, 2012)
a) Mata
I : konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis
(karena hipoksemia) (Andarmoyo, Sulistyo. 2012).
P : Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
b) Hidung
I : adanya pernafasan cuping hidung
P : Tidak ada pembesaran abnormal,
tidak ada nyeri tekan.
c) Mulut dan Bibir
I : Membrane mukosa sianpsis (karena penurunan
oksigen), bernapas dengan dengan mengerutkan
mulut
P : Tidak ada pmbesaran abnormal, tidak ada nyeri
tekan.
d) Telinga
I : Simetris, tidak ada serumen,
tidak ada alat bantu pendengaran.
P : tidak ada pembesaran abnormal,
tidak ada nyeri tekan.
e) Leher
I : Tidak ada lesi, warna kulit sawo
matang, warna kulit merata.
P: Tidak ada pembesaran vena jugularis
dan tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada nyeri tekan.
f) Paru-paru
I : Peningkatan frekuensi/takipnea, peningkatan kerja napas,
penggunaan otot aksesoris pernapasan pada dada, leher,
retraksi intercostals, ekspirasi abdominal akut, gerakan dada
tidak sama (paradoksik) bila trauma, penurunan
pengembangan thorak (area yang sakit)
P: Terjadi ketertinggalan gerak antara area yang sakit dengan
area yang sehat. Fremitus menurun (sisi yang terlihat).
Pemeriksaan fremitus dilakukan dengan ucapan :
1) Anjurkan klien mengatakan “Tujuh Puluh
Tujuh” atau “ Sembilan Puluh Sembilan” secara
berulang-ulang dengan intonasi sama kuat
2) Dengan menggunakan dua tangan, pemeriksa
menempelkan kedua tangannya kepunggung klien,
dan rasakan getaran dari paru kanan dan kiri.
Apakah bergetar sama atau tidak.
P : Bunyi pekak diantara area yang terisi cairan.
A: Bunyi nafas menghilang atau tidak terdengar
diatas bagian yang terkena
Gejala : kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah / trauma
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori
pernapasan pada dada, retraksi interkostal, bunyi
napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi
terlibat), (Padila,2012)
g) Abdomen
I : Tidak ada lesi, warna kulit merata.
A : Terdengar bising usus 12x/menit.
P: Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada nyeri tekan.
P: tympani
h) Genetalia
I : Tidak ada lesi, rambut pubis merata,
tidak ada jaringan parut.
P: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembesaran abnormal.
i) Kulit
I : pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan. (Padila,
2012).
Untuk pengkajian nutrisi :
a. A (antropometri) meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar
kepala, lingkar lengan atas, IMT (Indeks Massa Tubuh). Indeks masa
tubuh (IMT) mengukur berat badan yang sesuai dengan tinggi badan
dan memberikan alternatif hubungan antara tinggi badan dan berat badan
klien.Hitung IMT dengan rumus . Klien dikatakan memiliki berat badan
yang berlebihan jika skor IMT berada antara 25-30.
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal.
c. C (Chemical) meliputi tanda-tanda klinis, turgor kulit, mukosa bibir,
konjungtiva anemis/tidak.
d. D (Diet) meliputi :
1) Nafsu makan,
2) Jenis makanan yang dikonsumsi
Frekuensi makanan yang diberikan selama di rumah sakit.

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual ataupun potensial. Diagnosa keperawatan
merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan
keperawatan (Dinarti & Mulyanti, 2017).
Adapun dignosa yang diangkat dari masalah sebelum dilakukan
tindakan infasif adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi saluran
kemih
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan nyeri saat
BAK
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang proses penyakit

3. Intervensi
Intervensi yang dapat dilaksanakan oleh perawat berdasarkan standard
intervensi keperawatan Indonesia (SIKI) :
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi saluran
kemih
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri
menurun
 Kriteria hasil :
a) Keluhan nyeri menurun
b) Melaporkan nyeri terkontrol meningkat
c) Meringis menurun
d) Penggunaan analgetik menurun
e) Tekanan darah membaik
 Intervensi

Observasi
a) Identifikasi skala nyeri
b) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
Terapeutik
a) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
b) Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemiihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
a) Anjurkan tekhnik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
b) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan nyeri saat BAK
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak
ada gangguan untuk BAK
 kriteria hasil :
a) Mengompol menurun
b) Karakteristik urin membaik (warna kuniing jernih, bau tidak
menyengat, jumlah urin output 400-800cc/hari)
c) Frekuensi buang air kecil membaik (5-7x/24 jam)
d) Desakan berkemih (urgensi) menurun
e) Disuria menurun
 Intervensi
Observasi
a) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
b) Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensa
urine
c) Monitor eliminasi urine (frekuensi, konsistensi, aroma, volume,
dan warna)
Terapeutik:
a) Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
b) Catat waktu-waktu dan haluran berkemih
Edukasi:
a) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
b) Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
c) Anjurkan minum yang cukup (1,5-2 liter), jika tidak ada
kontraindikasi
d) Ajarkan mengambil sample urine midstream

a) Penatalaksanaan
Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan komponen lain
dari proses keperawatan. Selama implementasi, perawat mengkaji kembali
pasien, modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang
diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk implementasi yang efektif, perawat harus
berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe intervensi, proses implementasi dan
metode implementasi. Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu :
 Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana,
pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan pasien
dan lingkungan.
 Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi dengn
tujuan. Implementasi apat dilakukan dengan intervensi indeoenden, dependen
atau interdependen
 Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien setelah
implementasi dilakukan (potter and pery, 2005)

b) Evaluasi
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
yang berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan pasien dalam
mencapai tujuan tindakan yang disesuaikan pada kriteria hasil dalam tahap
perencanaan (Setiadi, 2012).

II. Tinjauan Kasus


a. Pengkajian
A. Identitas Pasien
1. Nama inisial : Ny. T
2. No RM : 10267027
3. Usia : 31 Tahun 4 Bulan
4. Status Perkawinan : Kawin
5. Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
6. Agama : Kristen
7. Pendidikan :-
8. Alamat Rumah : Kelapa Muda V Blok S
9. Tanggal masuk RS : 16 Desember 2021
10. Diagnose Medis : Infeksi Saluran Kemih
B. Identitas Penaggungjawab
1. Nama : Tn. J
2. Usia : 33 Tahun
3. Hubungan dengan Pasien : Suami
4. Alamat : Kelapa Muda V Blok S

Riwayat kesehatan
a. Kesadaran : Compos Mentis
b. TTV :
N : 77x/mnt S: 36Oc BP: 111/71mmhg
RR: 18x/mnt Sp02: 100% BB: 60,7 Kg TB: 151cm
c. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri setelah BAK sudah 4 hari (skala 2), BAK anyang-
anyangan, sering menahan BAK
d. Riwayat kesehatan saat pengkajian atau riwayat kesehatan sekarang (PQRST):
Pada saat dilakukan pengkajian Kamis, 16 Desember 2021 oleh suster Astri
pada pasien Ny.T, nyeri setelah BAK sudah 4 hari, BAK anyang-anyangan, sering
menahan BAK. Pasien juga sering menahan BAK dan malas untuk minum
e. Riwayat kesehatan lalu
Pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama.
f. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan didalam keluarganya tidak mempunyai penyakit menular
dan penyakit yang sekarang diderita klien.

b. Pemeriksaan Diagnostik
1. Urinalisa Lengkap (16 Desember 2021)

Kejernihan Agak keruh Jernih


Lekosit 1+ Negatif
Darah samar 1+ negatif
Eritrosit 25.2/µL 0.0 – 22.7/µL
Lekosit 32.8/µL 0.0 – 16.9/µL

c. Terapi
Cesfan 2x200mg
Urogetix 2x1tab
harnal ocas 1x0,4 (malam)
d. Analisa Data
NO. DATA MASALAH ETIOLOGI

1 DS : nyeri setelah BAK sudah 4 hari, Nyeri Akut Infeksi


BAK anyang-anyangan, sering mikroorganisme (E-
menahan BAK coli, psudomonas,
DO : pasien tampak meringis, gelisah stophilococus,
N : 77x/mnt, S: 36Oc, TD: prusteus, klebsiella,
111/71mmHg, RR: 18x/mnt Sp02: dll)
100%
Skala nyeri 2 Hidup terutama usus
(pleg player)

Kuman mengeluarkan
endotoksin

Bakteremia sekunder

Peradangan

Peningkatan/dorongan
kontraksi uretra

Depresi safar perifer

Nyeri Akut
2. DS : pasien mengatakan anyang- Gangguan eliminasi Infeksi
anyangan urin mikroorganisme (E-
DO : output urin pasien dari pagi hari coli, psudomonas,
200ml stophilococus,
N : 77x/mnt, S: 36Oc, TD: prusteus, klebsiella,
111/71mmHg, RR: 18x/mnt Sp02: dll)
100%
Hasil periksa urinalisa: Membentuk jaringan
parut
Lekosit : 1+
Darah samar: 1+
Obstruksi saluran kemih
Eritrosit : 25.2/µL yang bermuara pada
vesika urinaria
Lekosit : 32.8/µL

Peningkatan tekanan di
vesika urinaria

Penebalan dinding
vesika urinaria

Penurunan kontraksi
otot kandung kemih

Suit berkemih

Retensi urine

Gangguan Eliminasi
Urine
3. DS : pasien tidak tahu tentang Kurangnya ISK
penyakitnya pengetahuan
Perubahan status
DO : pasien bertanya mengenai kesehatan
penyakit yang dialaminya
N : 77x/mnt, S: 36Oc, TD: Kurang informasi
tentang penyakitnya
111/71mmHg, RR: 18x/mnt Sp02:
100%
Kurangnya
pengetahuan
NO Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana tindakan implementasi evaluasi
jam Tgl 16 Des 2021 Ttd dan nama
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. observasi TTV pasien 16.00 1. Mengkaji skala nyeri Ns.Astri 1. pasien mengatakan nyeri
berhubungan tindakan keperawatan 2. observasi tingkat dan WIB dan lokasi nyeri setelah BAK sudah 4 hari
dengan
diharapkan nyeri lokasi nyeri 2. Mengedukasi pasien 2. pasien mengerti dan
inflamasi dan
dapat berkurang 3. edukasi teknik tehnik relaksasi nafas dapat menggulang
infeksi saluran
kemih relaksasi nafas dalam 16.30 dalam kembali apa yang telah
4.kolaborasi dengan WIB 3.pasien diresepkan diedukasikan
dokter dalam pemberian obat urogetix 2x100mg
terapi
2. Gangguan Setelah dilakukan 1. Observasi TTV pasien 16.00 1. Mengkaji intake dan Ns. Astri 1. pasien mengatakan
eliminasi urin tindakan keperawatan 2. Anjurkan pasien untuk WIB output pasien anyang-anyangan saat BAK
berhubungan
diharapkan BAK tidak menahan BAK 2. mengobservasi warna 2. pasien mengerti dan
dengan nyeri
dengan normal 3. Anjurkan pasien untuk urine dapat menggulang kembali
saat BAK
ditandai dengan : minum air putih yang 16.30 apa yang telah diedukasikan
- Tidak nyeri saat banyak WIB
BAK 4. observasi warna urine
- Tidak ada anyang-
anyangan saat BAK
3. Kurangnya Setelah dilakukan 1. observasi TTV pasien 16.00 1. Mengkaji tingkat Ns. Astri 1. pasien mengatakan tidak
pengetahuan
tindakan keperawatan 2.kaji tingkat WIB pengetahuan pasien tahu mengenai penyakitnya
berhubungan dengan diharapkan sudah pengetahuan pasien 2. pasien mengerti dan
kurangnya informasi
mengetahui sebab dan 16.30 dapat menggulang kembali
tentang proses
penyakit akibat dari WIB apa yang telah diedukasikan
penyakitnya
III. Penutup
a) Kesimpulan
(ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi parenkim ginjal
sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Soegijanto, 2010)
ISK terbagi menjadi 3 bagian :
 Uretritis (infeksi pada uretra)
 Pielonefritis (infeksi pada ginjal)
 Sistitis (infeksi pada vesika urinaria)
b) Saran
Dalam hal ini perawat harus selalu sigap dalam penanganan Infeksi Saluran
Kemih (ISK), karena apabila tidak segera ditangani dapat berakibat hingga gagal
ginjal. Dan kita sebagai tenaga kesehatan juga perlu memberikan edukasi mengenai
cara menjaga kebersihan di daerah kelamin, terutama bagi wanita

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. Sistem Saluran Kemih. http://repository.usu.ac.


Tenney Justin, et al. 2017. Risk Factors for Aquiring Multidrug-resistant Organisms in
Urinary Tract Infections : A Systematic Lierature Review. Saudi Pharmaceutical
Journal. 1-7
Muttaqin, Arif., dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.
Jakarta: Salemba Medika.
Amin, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic,
Nic, Noc. Jogjakarta: Medi Action.
A. Nyeri
Menurut Andarmoyo (2013) nyeri adalah ketidaknyamanan yang dapat
disebabkan oleh efek dari penyakit-penyakit tertentu atau akibat cedera. Sedangkan
menurut Kozier & Erb dalam Nurrahman (2009) mengatakan bahwa nyeri adalah sensasi
yang tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang
lain.
Penilaian skala nyeri dapat dikelompokkan menjadi beberapa:
a) Skala Penilaian Numerik (NRS)
Menggunakan angka 0-10, jika lebih dari 6 konsul anastesi untuk dewasa

b) Neonatal Infant Pain Scale (NPS)


Digunakan untuk usia 0-2 bulan, biasanya diruang NICU, PERINA
c) Wong Baker Pain Rating Scale
Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka

B. Body Mass Index (BMI)


BMI adalah indeks sederhana dari berat badan terhadap tinggi badan yang
digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan Obesitas pada orang
dewasa. IMT didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m) (Kemenkes, 2018)
Rumus :
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m2)
Klasifikasi IMT menurut WHO :
KATEGORI IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
KURUS Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 - 18,4

NORMAL 18,5 - 25,0


Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 - 27,0
GEMUK
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

C. Edukasi ISK
1. Ajarkan mengenai cara membersihkan daerah kewanitaan yang benar
2. Edukasi untuk minum air putih yang cukup minimal 1L/hari
3. Edukasi kontrol apabila masih ada keluhan
4. Edukasi minum obat sesuai advice dokter
5. Edukasi pola hidup bersih dan sehat

D. Tanda dan Gejala infeksi :


1. Rubor (kemerahan), terjadi pada tahap pertama dari inflamasi. Darah berkumpul
pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh (kimia,
prostaglandin, histamin).
2. Tumor (pembengkakan), merupakan tahap kedua dari inflamasi, plasma merembes
ke dalam jaringan intestinal pada tempat cidera. Kinin mendilatasi asteriol,
meningkatna permeabilitas kapiler.
3. Kolor (panas), dapat disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah atau
mungkin karena pirogen yaitu substansi yang menimbulkan demam, yang
mengganggu pusat pengaturan panas pada hipotalamus.
4. Dolor (nyeri), disebabkan pembengkakan pada pelepasan mediator-mediatir kimia
5. Functio Laesa (hilangya fungsi), disebabkan oleh penumpukan cairan pada cidera
jaringan dan karena rasa nyeri. Keduanya mengurangi mobilitas pada daerah yang
terkena.

Anda mungkin juga menyukai