3. ETIOLOGI
Trauma tumpul pada panggul yang mengenai buli-buli.
Trauma tembus.
Akibat manipulasi yang salah sewaktu melakukan operasi Trans uretral
Resection (TUR)
4. PATOFISIOLOGI
Bila buli-buli yang penuh dengan urune mengalami trauma,,maka akan terjadi
peningkatan tekanan intra vesikel dapat menyebabkan contosio buli-buli pecah keadaan
ini dapat menyebabkan rutura intraperitonial. Secara anatomik buli-buli atau bladder
terletak didatlam rongga pelvis sehingga jarang mengalami cidera.Ruda paksa kandung
kemih karena kecelakaan kerja dapat menyebabkan fragmen patah tulang pelvis sehingga
mencederai buli-buli. Jika faktur tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau ruptur
kandung kemih,tetapi hanya terjadi memar pada dinding buli-buli dengan hematura tanpa
ekstravasasi urin. Ruda paksa tumpul juga dapat menyebabkan ruptur buli-buli terutama
bia kandung kemih penuh atau dapat kelainan patogenik seperti tuber colosis,tumor atau
obtruksi sehingga rudapaksa kecil menyebabkan ruptur.
Pathways
Resiko Defisit
Nyeri akut nutrisi
(Heardman,2009 . Sylvia,2009).
5. MANIFESTASI KLINIK
Trauma tumpul dapat menyebabkan kontusio (memar berwarna pucat yang
besar atau ekimosis akibat masuknya darah kejaringan). Rupture kandung kemih
secara ekstraperitonial, intraperitoneal atau kombinsi keduanya.
6. KOMPLIKASI
Perdarahan
Syok
Sepsis
Ekstravasasi (penyebaran) darah ke jaringan
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dilakukan uretogram retrograde untuk mengevaluasi cedera uretral. Pasien
dilakukan katerisasi setelah uretogram untuk meminimalkan risiko gangguan
uretral dan komplikasi jangka Panjang yang luas, seperti striktur,
inkontinensia dan impoten.
Hematokrit menurun
Cystografi : menunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapat pinddah
atau tertekan, menunjukkan ekstravasase urine vesika urinaria dapat pindah
atau tertekan yaitu suatu prosedur di mana pewarna radioaktif (senyawa
kontras) yang dapat dilihat dengan X-ray, disuntikkan ke dalam kandung
kemih.
Prosedur selanjutnya adalah dengan melakukan CT scan atau X-ray untuk
melihat kebocoran. Sementara untuk luka kandung kemih yang terjadi
selama prosedur operasi biasanya diketahui tepat pada waktunya sehingga
rangkaian tes tersebut tidak perlu dilakukan.
8. PENATALAKSANAAN
Penanganan rupture traumatic bladder (kandung kemih) meliputi :
Bedah eksplorasi dan perbaikan laserasi
Drainase suprapubic dari kandung kemih
Memasang kateter urine
Perawatan umum pasca bedah dipantau dengan ketat untuk menjamin
drainase yang adekuat sampai terjadi penyembuhan. Pasien rupture kandung
kemih mungkin mengalami perdarahan hebat untuk beberapa hari setelah
perbaikan
Contoh kasus
Seorang laki-laki dirawat di RS keluhan sakit di daerah bawah perut setelah terjatuh dari
motor. Klien memegangi perutnya, klien dapat menunjukkan rasa sakit dengan skala nyeri
7, terdapat jejas di bagian perut bawah. Dari hasil pemeriksaan urine terdapat hematuria,
TD: 100/80 mmHg , RR: 25 x/menit, S: 38 C, N: 62 x/menit, HB : 12 gram/dl, karena
menahan nyeri nafsu makan menurun, tidak mau makan, os tidak paham tentang
penyakitnya
Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, Agama, suku bangsa, pekerjaan, Pendidikan, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Riwayat Kesehatan pasien saat ini yang meliputi keluhan pasien, keluhan
yang lazim ditemukan pada pasien.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Hematuria,perubahan warna atau volume urine. Adanya rasa nyeri: lokasi,
kateter, durasi, dan faktor yang memicu. Syok hipovolemik
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit yang pernah dialami (jenis penyakit, lama dan upaya untuk
mengatasi, riwayat masuk RS)
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit menular atau keturunan dalam keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Kaji Keadaan umum klien apakah Klien tampak sehat/ sakit/ sakit berat,
bagaimana tingkat kesadarannya
b. Pemeriksaan Fisik (Head To toe)
inspeksi wajah, mata dan mulut, auskultasi dada dengarkan ada ronkhi/wheezing,
Pemeriksaan abdominal apakah ada nyeri tekan bagian abdomen, distensi,
guarding, rebound tenderness, hilangnya/ penurunan suara usus dan tanda-tanda
iritasi [eritoneal menunjukan kemungkinan pecahnya kandung kemih
intraperitonea lihat pada bagian Pemeriksaan dubur harus dilakukan untuk
mengevalasi posisi prostat. Posisi prostat yang melayang atau pada posisi anatomis
normal mengindikasikan adanya cedera kandung kemih disertai adanya cedera
kandung kemih disertai adanya ruptur pada uretra. Pemeriksaan rigiditas cincin
panggul dilakukan untuk menentukan stabilitas panggul apabila didapatkan adanya
riwayat trauma panggul.
3. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan Iritasi Kandung Kemih
d. Resiko Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan
e. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer : robekan mukosa pada kandung kemih
f. Defisit pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
4. Intervensi keperawatan
Terapeutik:
- Timbang BB
- Ukur antropometrik komposisi
tubuh
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi:
- jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
5. Resiko infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi (I. 14539)
(D.0142) (L.14137) Observasi:
berhubungan dengan Kriteria hasil : Monitor dan tanda gejala infeksi
ketidakadekuatan - Kebersihan local dan sistemik
pertahanan tubuh tangan Terapeutik:
primer : robekan meningkat - Batasi jumlah pengunjung
mukosa pada kandung - Kebersihan - Cuci tangan sebelum dan
kemih badan sesudah kontak dengan pasien
meningkat dan lingkungan pasien
- Demam - Pertahankan tehnik aseptic pada
menurun pasien berisiko tinggi
- Kemerahan Edukasi :
menurun -Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Keluhan nyeri -Ajarkan mencuci tangan dengan
menurun benar
- Bengkak -Anjurkan meningkatkan asupan
menurun nutrisi
- Kadar sel darah
putih membaik
6. Defisit pengetahuan Proses informasi Edukasi proses penyakit (I.12444)
tentang penyakit (L.10100) Observasi:
(D.0111) Kriteria hasil : Identifikasi kesiapan dan
berhubungan dengan - Memahani kemampuan menerima informasi
kurang terpapar kalimat Terapeutik:
informasi meningkat - Sediakan materi dan media
- Memahami Pendidikan Kesehatan
cerita - Berikan kesempatan untuk
meningkat bertanya
- Menyampaikan Edukasi:
pesan yang - Jelaskan penyebab dan factor
koheren resiko penyakit
meningkat - Jelaskan proses patofisiologi
- Proses pikir munculnya penyakit
teratur - Jelaskan tanda dan gejala yang
meningkat ditimbulkan oleh penyakit
- Proses piker - Jelaskan kemungkinan
logis meningkat terjadinya komplikasi
- Menjelaskan - Ajarkan cara meredakan atau
kesamaan mengatasi gejala yang
antara dua item dirasakan
meningkat - Ajarkan cara meminimalkan efek
- Menjelaskan samping dari intervensi
perbedaan - Informasikan kondisi pasien saat
antara dua item ini
meningkat - Anjurkan melapor jika merasakan
tanda dan gejala memberat atau
tidak biasa
DAFTAR PUSTAKA
Armenakas NA. Renal Trauma. The Merck Manual [Internet]. 2013 July [cited 2016 Jun
1]. Available from:
http://www.merckmanuals.com/professional/injuries-poisoning/genitourinary-tract-
trauma/renal-trauma
DPP Tim Pokja SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1 Cetakan III. Jakarta
DPP Tim Pokja SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
DPP Tim Pokja SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Price, Sylvia A . Wilson ,L.M .2010. Patofisiologi Konsep Proses Penyakit, Edisi 4,Alih
Bahasa Peter Anugrah .Jakarta:Penerbit buku kedokteran EGC
Ns. Eko Prabowo, S.Kep. M.Kes., Andi Eka Pranata, S.ST, M.Kes. (2014). Buku Ajar
Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Cetakan Pertama. Yogyakarta.
Ns. Harmilah, S.Pd., S.Kep., M.Kep., Sp. MB. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Yogyakarta.
Toto suharyanto, Abdul Madjid. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Cetakan kedua. Jakarta.
BIOGRAFI PENULIS
Siti masito lahir pada tanggal 29 Maret 1988, Status Menikah. Pendidikan SD -
SMA di desa Jebus kabupaten Bangkabarat, pendidikan DIII Keperawatan di
AKPER Fatmawati Jakarta. Penempatan SK pertama tahun 2010 bertugas di
RSUD Bangka tengah selama 1 tahun, pindah ke UPTD Pukesmas Koba Tahun
2011-2017, tahun 2018 – sekarang bertugas di UPTD Puskesmas Perlang.