NIM : 433131490120053
A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses
eliminasi urin adalah ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
Eliminasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu eliminasi urin dan eliminasi fekal.
Eliminasi urin berkaitan dengan sistem perkemihan, sedangkan eliminasi fekal
erat kaitannya dengan saluran pencernaan.
Gangguan eliminasi urin merupakan suatu kehilangan urin involunter yang
dikaitkan dengan distensi berlebih pada kandung kemih. (Nanda International,
Diagnosis Keperawatan 2012 – 2014)
Gangguan eliminasi fekal merupakan penurunan pada frekuensi normal
defekasi yang disertai oleh kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses atau
pengeluaran feses yang keras, kering dan banyak. (Nanda International,
Diagnosis Keperawatan 2012 – 2014)
Metabolisme mengikat
Peradangan
Kompresi pada ureter / uretra Kompresi pada saluran kemih
Terbentuknya jaringan parut
Panas / demam
Penekanan pada medulla ginjal / pada sel – sel ginjal Defisit Nutrisi
Nyeri Akut / Nyeri Kronis Retensi Urin Sistem pencernaan
Lambung
Gangguan fungsi ginjal
Ureum bertemu dengan HCL
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urin (D.0040)
b. Inkontinensia Fekal (D.0041)
c. Inkontinensia Urin berlanjut (D.0042)
d. Inkontinensia Urin berlebih (D.0043)
e. Inkontinensia Urin Fungsional (D.0044)
f. Inkontinensia Urin Refleks (D.0045)
g. Inkontinensia Urin stress (D.0046)
h. Inkontinensia Urin Urgensi (D.0047)
i. Kesiapan peningkatan eliminasi urin (D.0048)
j. Konstipasi (D.0049)
k. Retensi urin (D.0050)
l. Risiko Inkontinensia Urin Urgensi (D.0051)
m. Risiko Konstipasi (D.0052)
3. Intervensi Keperawatan
a. Dx 1 : Gangguan Eliminasi Urin
Intervensi utama : Manajemen Eliminasi Urin (I.04152)
a) Observasi
a) Identifkasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
b) Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau inkontinensia
urine
c) Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, dan warna)
b) Terapeutik
a) Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
b) Batasi asupan cairan, jika perlu
c) Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
c) Edukasi
a) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
b) Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
c) Anjurkan mengambil specimen urine midstream
d) Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
e) Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot pinggul/berkemihan
f) Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
g) Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat suposituria uretra jika perlu
Intervensi Pendukung :
1) Kateterisasi urin
Tindakan
a) Observasi
o Periksa kondisi pasien (mis, kesadaran, tanda – tanda vital,
distensi kandung kemih, inkontinensia urin, reflex berkemih)
b) Terapeutik
o Siapkan peralatan, bahan – bahan dan ruangan tindakan
o Siapkan pasien, bebaskan pakaian bawah dan posisikan dorsal
recumbent (untuk wanita) dan supine (untuk laki – laki)
o Pasang sarung tangan
o Bersihkan daerah perineal atau preposium dengan cairan NaCl
atau aquades
o Lakukan insersi kateter urin dengan menerapkan prinsip
aseptic
o Sambungkan kateter urin dengan menerapkan prinsip aseptic
o Sambungkan kateter urin dengan urine bag
o Isi balon dengan NaCl 0,9% sesuai dengan anjuran pabrik
o Fiksasi selang kateter diatas simfisis atau dipaha
o Pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah dari kandung
kemih
o Berikan label waktu pemasangan
c) Edukasi
o Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan kateter urine
o Anjurkan menarik nafas saat insersi dilakukan
2) Perawatan kateter urin
Tindakan
a) Observasi
o Monitor kepatenan kateter urin
o Monitor tanda dan gejala infeksi saluran kemih
o Monitor tanda dan gejala obstruksi aliran urin
o Monitor kebocoran kateter, selang dan kantong urin
o Monitor input dan output cairan
b) Terapeutik
o Gunakan teknik aseptic selama perawatan kateter urin
o Pastikan selang kateter dan kantung urin terbebas dari lipatan
o Pastikan kantung urin diletakkan dibawah ketinggian kandung
kemih dan tidak dilantai
o Lakukan perawatan perineal minimal 1 hari sekali
o Lakukan irigasi rutin dengan cairan isotonis untuk mencegah
kolonisasi bakteri
o Kosongkan kantung urin jika kantung urin telah terisi
setengahnya.
o Ganti kateter urin dan kantung urine secara rutin sesuai
protocol atau sesuai indikasi
o Lepaskan kateter urin sesuai kebutuhan
o Jaga privasi selama melakukan tindakan
c) Edukasi
o Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur dan risiko sebelum
pemasangan kateter.
3) Pencegahan infeksi
Tindakan
a) Observasi
o Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
b) Terapeutik
o Batasi jumlah pengunjung
o Berikan perawatan kulit pada area edema
o Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
o Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi
c) Edukasi
o Jelaskan tanda dan gejala infeksi
o Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
o Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
o Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
o Anjurkan meningkatkan asupan cairan
d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian imunisasi
b. Dx 2 : Inkontinensia Fekal
Intervensi Utama :
1) Latihan eliminasi fekal
Tindakan
a) Observasi
o Monitor peristaltic usus secara teratur
b) Terapeutik
o Anjurkan waktu yang konsisten untuk buang air besar
o Berikan privasi, kenyamanan dan posisi yang meningkatkan
proses defekasi
o Gunakan enema rendah jika perlu
o Ubah latihan program eliminasi fekal, jika perlu
o Anjurkan dilatasi rectal digital, jika perlu
c) Edukasi
o Anjurkan mengkonsumsi makanan tertentu, sesuai program
atau hasil konsultasi
o Anjurkan asupan cairan yang adekuat sesuai kebutuhan
o Anjurkan olahraga sesuai toleransi
d) Kolaborasi
o Kolaborasi penggunaan suppositoria
2) Perawatan inkontinensia fekal
Intervensi Pendukung :
1) Dukungan emosional
2) Dukungan perawatan diri : BAB/BAK
3) Manajemen diare
4) Manajemen nutrisi
5) Perawatan perineum
c. Dx 3 : Kesiapan peningkatan eliminasi urin
Intervensi Utama :
1) Manajemen eliminasi urin
a) Observasi
o Identifkasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
o Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
o Monitor eliminasi urine (mis. frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, dan warna)
b) Terapeutik
o Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
o Batasi asupan cairan, jika perlu
o Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
c) Edukasi
o Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
o Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran urine
o Anjurkan mengambil specimen urine midstream
o Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
o Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
o Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
o Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Intervensi Pendukung :
1) Promosi eliminasi urin
Tindakan
a) Observasi
o Identifikasi masalah dan faktor – faktor yang berhubungan
dengan eliminasi urin
o Periksa gejala dan tanda retensi urin atau inkontinensia urin
b) Terapeutik
o Fasilitasi berkemih sebelum prosedur tindakan
o Fasilitasi mengukur intake cairan dan output urin
o Berikan terapi modalitas penguatan otot – otot
panggul/berkemih
o Berikan minum air putih 8 gelas perhari, jika tidak ada
kontraindikasi
c) Edukasi
o Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat
untuk berkemih
2) Dukungan kepatuhan program pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi