Anda di halaman 1dari 44

Urolithiasis

Duta Tik 5
Pengertian Urolithiasis

•• Suatu
Suatu keadaan
keadaan terjadinya
terjadinya penumpukan
penumpukan oksalat,
oksalat,
calculi
calculi (batu
(batu ginjal)
ginjal) pada
pada ureter
ureter atau
atau pada
pada
daerah
daerah ginjal.
ginjal. Urolithiasis
Urolithiasis terjadi
terjadi bila
bila batu
batu ada
ada
di
di dalam
dalam saluran
saluran perkemihan.
perkemihan.
•• Batu
Batu saluran
saluran kemih
kemih
(BSK),
(BSK), berupa
berupa bentukan
bentukan
padat
padat (gabungan
(gabungan kristal)
kristal)
dari
dari mineral
mineral yang
yang
terlarut
terlarutdalam
dalamurin.
urin.
(Smeltzer,
(Smeltzer,2019)
2019)
Klasifikasi
Klasifikasi Urolithiasis
Urolithiasis
Nefrolithiasi
Veskollithiasis s Ureterolithiasis

Terdapat Terdapat batu Disebabkan


endapan komponen kristal oleh banyak
mineral pada dan matriks faktor
kandung kemih organik. (idiopatik).
Etiology Urolithiasis
Faktor Faktor
Endogen Eksogen
Faktor genetik, pada Faktor lingkungan,
hypersistinuria, pekerjaan, makanan, dan
hiperkalsiuria dan kejenuhan mineral dalam
hiperoksalouria. air minum.
Etiology Urolithiasis
a. Infeksi
b. Stasis dan Obstruksi Urine
c. Jenis Kelamin
d. Ras
e. Suhu
f. Pekerjaan
Patofisiology Urolithiasis
Diet tinggi mineral Infeksi usus
secara berlebihan
Infeksi pada Ginjal
Gangguan absorbsi
Konsumsi Air Obat-obatan (laksatif,
Kerusakan nefron pada ginjal mineral pada usus
rendah antasida, diuretik)

Gangguan reabsorbsi pada ginjal Mineral diangkat


bersama darah menuju
seluruh tubuh
Penurunan Cairan ke Ginjal Peningkatan mineral di ginjal

Urine Menjadi pekat Peningkatan konsentrasi mineal di urine

Terjadi pengendapan mineral menjadi kristal

Endapan kristal membentuk nukleus dan menjadi batu


Gagal ginjal akut Tidak mendapat penanganan Urolithiasis

Ginjal Ureter Bladder Uretra

Hambatan Aliran urin Obstruksi Pemasangan Batu mencederai saluran kemih


keteter
Hidronefrosis
Peningkatan tekanan Tekanan cairan pd ureter
& pelvis ginjal Sepsis Hematuria

Distensi saluran kemih


Nyeri saat berkemih Nyeri Pinggang Resiko tinggi Infeksi

Gangguan Eliminasi
Urin Resiko Ketidakefektifan
NYERI perfusi ginjal
Manifestasi
Manifestasi Klinis
Klinis

a. Nyeri hebat mencapai skala 9 atau 10 diikuti keluhan mual, wajah


pucat, dan keringat dingin.
b. Gangguan pola berkemih mengandung darah akibat aksi abrasif
batu disuria, hematuria,
c. Demam
d. Gejala gastrointestinal anoreksia, mual, muntah, diare, dan
perasaan tidak mual di perut.
Komplikasi Urolithiasis

a.
a. Disfungsi
Disfungsi kandung
kandungkemih
kemih
b.
b. Infeksi
Infeksi saluran
salurankemih
kemih
c.
c. Sumbatan
Sumbatan
d.
d. Infeksi
Infeksi
e.
e. Kerusakan
Kerusakanfungsi
fungsi ginjal
ginjal
Pemeriksaan Penunjang

a.
a. USG
USG
b.
b. Teknik
Teknik BOF/KUB
BOF/KUB
c.
c. Pemeriksaan
Pemeriksaan CT-Scan
CT-Scan
d.
d. IVP
IVP (Urografi
(Urografi Intravena)
Intravena)
Pemeriksaan
PemeriksaanPenunjang
Penunjang

Rekomendasi Kekuatan
Analisa urine:
Eritrosit, leukosit, nitrit, pH urine, kultur Kuat
urine.

Analisa darah:
Kreatinin, asam urat, Na, K, Ca, hitung Kuat
jumlah jenis darah, CRP.
Pemeriksaan
PemeriksaanPenunjang
Penunjang

Rekomendasi Kekuatan
Pemeriksaan uji koagulasi (aPTT
Kuat
dan INR)
Pemeriksaan analisis batu pada
pasien BSK dengan sinar X
Kuat
terdifraksi atau spektroskopi
inframerah
Penatalaksanaan
1.1. PNL
PNL (Percutaneous
(PercutaneousNephro
NephroLitholapaxy)
Litholapaxy)
2.
2. Litotripsi
Litotripsi
3.
3. Uretroskopi
Uretroskopi
https://youtu.be/oU_GUAWz52w
https://youtu.be/oU_GUAWz52w
4.
4. Ekstrasi
Ekstrasi Dormia
Dormia
5.
5. Pembedahan/operasi
Pembedahan/operasi
Diagnosa Keperawatan
Masalah
Masalahkeperawatan
keperawatanpada
padapre
preoperatif
operatif::
a.
a.Nyeri
Nyeriakut
akutberhubungan
berhubungandengan
denganagen
agenpencedera
pencederafisiologis
fisiologis
(inflamasi)
(inflamasi)
b.
b.Gangguan
Gangguaneliminasi
eliminasiurine
urineberhubungan
berhubungandengan
denganiritasi
iritasikandung
kandung
kemih
kemih
c.c.Defisit
Defisitnutrisi
nutrisiberhubungan
berhubungandengan
denganketidakmampuan
ketidakmampuanmencerna
mencerna
makanan
makanan
d.
d.Ansietas
Ansietasberhubungan
berhubungandengan
dengankekhawatiran
kekhawatiranmengalami
mengalamikegagalan
kegagalan
Diagnosa Keperawatan
Masalah
Masalah keperawatan
keperawatan pada
pada post
post operatif
operatif ::
a.
a. Nyeri
Nyeri akut
akut berhubungan
berhubungan dengan
dengan agen
agen pencedera
pencedera fisik
fisik
b.
b. Gangguan
Gangguan integritas
integritas kulit/jaringan
kulit/jaringan berhubungan
berhubungan dengan
dengan
perubahan
perubahan sirkulasi
sirkulasi
c.
c. Gangguan
Gangguan mobilitas
mobilitas fisik
fisik berhubungan
berhubungan dengan
dengan nyeri
nyeri
d.
d. Resiko
Resiko infeksi
infeksi ditandai
ditandai dengan
dengan efek
efek prosedur
prosedur invasif
invasif
Telaah
Telaah Jurnal
Jurnal
Judul : Effect of comfort care on pain degree
and nursing satisfaction in patients
undergoing kidney stone surgery
Penulis : Guanghong Mei, Wanying Jiang,
Weidong Xu, Haiyan Wang, Xiaohong Wang,
Jiyun Huang, Yugen Luo
Tahun : 2021
Latar Belakang :
Urolitiasis sering terjadi pada sistem kemih. Kebanyakan pasien
tidak memiliki gejala yang jelas, kecuali jika batu kecil bergerak
di pelvis ginjal atau ureter dan menyebabkan obstruksi ureter,
yang sering menyebabkan nyeri hebat. Gejala khasnya adalah
hematuria dan kolik ginjal, yang dapat dengan mudah
menyebabkan obstruksi dan infeksi saluran kemih, dan kerusakan
fungsi ginjal pada kasus yang serius
Tujuan : Untuk mengetahui peran comfort care terhadap
derajat nyeri dan kepuasan keperawatan pada pasien yang
menjalani operasi batu ginjal

Metode penelitian : pasien di CG diberikan perawatan rutin,


sedangkan pasien di NG diberikan perawatan nyaman
berdasarkan CG
Hasil: Skala analog visual (VAS) diterapkan untuk menguji
nyeri pada 12 jam, 24 jam dan 48 jam setelah operasi,
dengan 0-10 poin. Skala kualitas tidur Pittsburgh (PSQI)
diterapkan untuk mengevaluasi kualitas tidur, yang meliputi
kualitas tidur, waktu tidur, durasi tidur, efisiensi tidur,
gangguan tidur, obat hipnotis, dan disfungsi siang hari.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan:
(1) Penilaian rinci kondisi pasien, pendidikan kesehatan, dan
perawat mengarahkan pasien untuk membiasakan diri dengan
lingkungan dan fungsi berbagai pemeriksaan.
(2) Suhu ruang operasi telah disesuaikan terlebih dahulu, dan
posisi yang nyaman untuk operasi diberitahukan kepada
pasien.
Kesimpulan : Intervensi keperawatan yang komprehensif
terutama dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
setelah terapi intervensi untuk sirosis hati dan kanker hati,
menurunkan insiden komplikasi setelah terapi intervensi
dan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup pasien, yang
layak untuk dipopulerkan dan diterapkan secara klinis.
Judul: Impact of Nursing Protocol on
Stone Clearance Rate and Acute
Complications Following Extracorporeal
Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Penulis : Naglaa Fathalla Elsayed
Tahun : 2019
Afiliasi : Faculty of Nursing, Alexandria
University, Egypt
PENDAHULUAN

Nefrolitiasis merupakan gangguan klinis umum dengan


prevalensi tinggi yang terjadi pada sekitar 10% populasi
manusia dengan tingkat kekambuhan rata-rata 25% yg
dianggap sebagai penyakit saluran kemih paling umum
ketiga di seluruh dunia. Extracorporeal Shockwave
Lithotripsy (ESWL) dianggap sebagai pengobatan invasif
minimal untuk pasien dengan urolitiasis. Persiapan
keperawatan pasien termasuk informasi kesehatan rinci
tentang rencana perawatan dapat mempengaruhi
keberhasilan prosedur.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
protokol keperawatan terhadap angka bersihan batu dan
komplikasi akut pasca Extracorporeal Shockwave Lithotripsy
(ESWL) pada pasien dengan batu ginjal dan ureter.

Objek : Unit Shock Wave Lithotripsy, Departemen Urologi


Rumah Sakit Universitas Utama Alexandria, Alexandria, Mesir.
Subjek : Data dikumpulkan dari 60 pasien dengan batu ginjal
dan ureter yang pertama kali dirawat dengan shock wave
lithotripsy. Setiap pasien diwawancarai secara individual
selama sekitar 30 menit setelah penjelasan singkat tentang
tujuan penelitian dan menjamin kerahasiaan informasi.
Hasil:
Tingkat pembersihan batu meningkat secara signifikan setelah
penerapan protokol keperawatan dan mempengaruhi penurunan
tingkat efek samping. Sebaik; menurunkan tingkat paparan
untuk komplikasi akut setelah Shock Wave Lithotripsy pada
pasien dengan batu ginjal dan ureter.

Kesimpulan:
Pengetahuan kesehatan medis dan informasi keperawatan
secara signifikan mempengaruhi hasil pasien dan tingkat
keberhasilan pengobatan.
KASUS
Laki-laki usia 65 tahun dirawat di RS dengan diagnosis medis urolithiasis.
Pasien mengeluh urine tertahan, nyeri berat pada pinggang, nyeri menjalar
ke perut bawah dan pangkal paha, nyeri saat BAK dan urine berwarna
merah atau coklat, urine keruh atau berbau. Hasil pemeriksaan: nyeri tekan
(+), nyeri seperti diiris-iris dengan skala 9, nyeri dirasakan selama 15 menit
sekali. Hematuria (+), inkontinensia urine (+), dan USG ginjal: urolithiasis
pada pelvic ginjal. Vital sign: TD 160/100 mmHg, frekuensi nadi 88
kali/menit, dan frekuensi napas 24 kali/menit. Pemeriksaan lab: urin keruh,
berdarah, dan leukosit 15.000 µm/mL.
Analisa data
no Analisa data Etiologi Masalah
1 Ds: Trauma Nyeri akut
“nyeri berat pada pinggang, nyeri jaringan
menjalar ke perut bawah dan
pangkal paha, nyeri saat BAK”.

Do:
- Nyeri tekan (+)
P= kalkuli
Q= nyeri seperti diiris-iris
R= pinggang menjalar ke perut
bawah dan pangkal paha
S= 9/10
T= 15 menit sekali
- TD: 160/100 mmHg
Analisa data
no Analisa data Etiologi Masalah
2 Ds: Obstruksi Hambatan
“urine tertahan, nyeri saat BAK anatomi eliminasi urine
dan urine berwarna merah atau
coklat, urine keruh atau berbau”.

Do:
- Disuria
- Hematuria
- Inkontinensia Urine
- USG: urolithiasis pada pelvic
- Pemeriksaan lab: urine keruh,
berdarah, leukosit 15.000
µm/mL
no Analisa data Etiologi Masalah
3 Ds: Obstruksi Infeksi
“urine tertahan, urine berwarna saluran kemih
merah atau coklat, urine keruh
atau berbau”.

Do:
- Hematuria
- Inkontinensia Urine
- USG: urolithiasis pada pelvic
- Pemeriksaan lab: urine keruh,
berdarah, leukosit 15.000
µm/mL
Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d. trauma jaringan


2. Hambatan eliminasi urine b.d. obstruksi anatomi
3. Infeksi b.d. obstruksi saluran kemih
Intervensi Keperawatan
n Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
o
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi
intervensi selama 3x24, 1. Identifikasi lokasi,
diharapkan kriteria karakteristik, durasi,
hasil: frekuensi, kualitas,
1. Nyeri menurun intensitas nyeri
2. Tekanan darah 2. Identifikasi skala nyeri
membaik 3. Identifikasi respons nyeri
3. Fungsi berkemih non verbal
membaik
n Diagnosa Intervensi
o
1 Nyeri akut 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyaninan
tentang nyeri
6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Teurapeutik
1. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
Intervensi Keperawatan
n Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
o
2 Hambatan Setelah dilakukan Observasi:
eliminasi intervensi selama 1. Identifikasi tanda dan gejala
urine 3x24, diharapkan retensi atau inkontinensia urine
kriteria hasil: 2. Identifikasi faktor yang
1. Disuria menyebabkan retensi atau
menurun Inkontinenzia urine
2. Frekuensi BAK 3. Monitor eliminasi urine (mis.
membaik frekuensi, konsistensi, aroma,
3. Karakteristik volume, dan warna)
urine membaik
Intervensi Keperawatan
no Diagnosa Intervensi

2 Hambatan Terapeutik
eliminasi 1. Catat waktu-waktu dan pengeluaran kemih
urine 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
3. Ambil sampel urine tengah (midstream) atau kultur
Edukasi
4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
5. Ajarkan mengukur asupan calran dan pengeluaran
urine
Intervensi Keperawatan

n Diagnos Intervensi
o a
2 Hambatan 3. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat
eliminasi untuk berkemih
urine 4. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
5. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat supositorio uretra, jika perlu
n Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
o
3 Infeksi Setelah dilakukan Observasi
intervensi selama 3x24, 1. Identifikasi pasien-pasien
diharapkan kriteria hasil: yang mengalami penyakit
1. Bau urine menurun infeksi menular
2. Kadar sel darah putih Terapeutik
membaik 2. Terapkan kewaspadaan
3. Kultur urine universal (mis. cuci tangan
membaik aseptik, gunakan alat
4. Piuria menurun pelindung diri)
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Nyeri akut b.d. 1. Identifikasi lokasi, S: “Nyeri berkurang”
trauma karakteristik, durasi, O:
jaringan frekuensi, kualitas, • Skala nyeri 6
intensitas nyeri • TD 130/90
2. Identifikasi skala nyeri A: Nyeri akut teratasi sebagian
3. Identifikasi respons nyeri P: Intervensi 1, 2, 4, 5, 6
non verbal I:
4. Identifikasi faktor yang • Mengidentifikasi nyeri
memperberat dan • Mengidentifikasi skala nyeri
memperingan nyeri • Mengidentifikasi faktor yang
5. Identifikasi pengetahuan memperberat dan memperingan
dan keyakinan tentang nyeri
nyeri • Mengidentifikasi pengetahuan
6. Monitor efek samping tentang nyeri
penggunaan analgetik
7. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 Nyeri akut b.d. E:
8. Penilaian rinci kondisi
trauma • Nyeri membaik
jaringan pasien, pendidikan • Skala nyeri 6
• Nyeri ketika BAK berkurang
kesehatan, dan perawat
• Sudah paham mengenai nyeri yang
mengarahkan pasien untuk dialami
R: Memonitor efek samping analgetik
membiasakan diri dengan
lingkungan dan fungsi
berbagai pemeriksaan.
Implementasi dan evaluasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
2 Hambatan 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala S: “sudah tidak terlalu sering
eliminasi retensi atau inkontinensia urine BAK dan sudah tidak bau”
urine b.d. 2. Mengidentifikasi faktor yang O:
obstruksi menyebabkan retensi atau - BAK 5 kali sehari
anatomi Inkontinensia urine - Urine jernih/bening
3. Memonitor eliminasi urine (mis. A: Hambatan eliminasi urine
frekuensi, konsistensi, aroma, teratasi
volume, dan warna) P: intervensi 3, 4, 5, 7, 8
4. Mencatat waktu-waktu dan I:
pengeluaran kemih • Memonitor eliminasi urine
5. Membatasi asupan cairan, jika • Mencatat waktu-waktu dan
perlu pengeluaran kemih
6. Mengambil sampel urine tengah • Membatasi asupan cairan
(midstream) atau kultur • Mengajarkan mengukur
7. Mengajarkan tanda dan gejala asupan cairan dan
infeksi saluran kemih pengeluaran urine
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
2 Hambatan 8. Mengajarkan mengukur E:
eliminasi asupan cairan dan • Konsistensi, aroma, volume, dan
urine b.d. pengeluaran urine warna urine membaik
obstruksi • Frekuensi BAK membaik
anatomi • Asupan cairan pasien 8 gelas per hari
• Pasien paham cara mengukur asupan
cairan dan pengeluaran urine
R: Mengajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
No Diagnosa Implementasi Evaluasi
3 Infeksi b.d. 1. Identifikasi penyakit S: “Urine sudah tidak bau”
obstruksi infeksi menular O:
saluran kemih 2. Terapkan kewaspadaan • Warna urine bening/jerning
universal (mis. cuci • Urine tidak berbau
tangan aseptik, gunakan • Leukosit 10.000 µm/mL
alat pelindung diri) • Hematuria (-)
A: Infeksi Teratasi
P: Intervensi 1 & 2
I:
• Mengidentifikasi penyakit infeksi
menular
• Menggunakan APD dan cuci tangan
aseptic)
E:
• Infeksi tidak menular
R: -

Anda mungkin juga menyukai