Anda di halaman 1dari 38

RHEUMATOID

ARTRITIS
ISS 6
PENGERTIAN

Rheumatoid Artritis adalah: suatu penyakit


autoimun dimana persendian mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri
dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi.
KLASIFIKASI
Rheumatoid Probable
01 Arthritis 04 Rheumatoid
Klasik Arthritis
Rheumatoid
Possible Rheumatoid
02 Arthritis 05
Arthritis
Defisit
Buffer (2010) mengklasifikasikan rheumatoid arthritis
menjadi 4 tipe, yaitu:

1. Rheumatoid arthritis klasik: terdapat 7 kriteria dengan


tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

2. Rheumatoid arthritis deficit: terdapat 5 kriteria dengan


tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable rheumatoid arthritis : terdapat 3
kriteria dengan tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 6 minggu.

4. Possible rheumatoid arthritis: terdapat 2


kriteria dengan tanda dan gejala sendi yang
harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
dalam waktu 3 bulan.
ETIOLOGI

a. Faktor kerentanan genetik (HLA-DRA)


b. Reaksi imunologi
c. Reaksi inflamasi pada sendi dan tendon
d. Faktor rheumatoid dalam darah dan cairan sinovial
e. Proses inflamasi yang berkepanjangan
f. Kerusakan kartilago artikular
PATOFISIOL Inflamasi pada sendi

OGI Edema kongesti Eksudat fibrin Infiltrasi

Sinovial menjadi tebal Pada sendi


artikular
Persendian meradang kartilago

Jaringan granulasi (pannus)


https://dokterpost.com/
alur-diagnosis-klinis- Pannus meluas ke tulang
pasien-dengan-keluhan-
utama-pembengkakan-
sendi/
Gangguan pada nutrisi Kartilago
kartilago artikular nekrosis
MANIFESTASI
KLINIS
1. Nyeri persendian
2. Bengkak
3. Kekakuan pada sendi
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam
MANIFESTASI
KLINIS
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan disekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi
KOMPLIKASI

Kelumpuha Tromboembol Penyumbatan


n i pada pembuluh
darah
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan
radiologi

Pemeriksaan Aspirasi
laboratorium cairan sinovial
PENATALAKSAAN

Farmakologi
1. Pemberian obat anti inflamasi NSAID
2. Glukokortikoid
3. Terapi DMARD’S
4. Analgesik
PENATALAKSAAN

Non-Farmakologi
1. Kompres
2. Massage
3. Aromatherapi
01
ASUHAN
KEPERAWAT
AN
KASUS
Perempuan usia 58 tahun dirawat di RS dengan diagnosis medis
rhematoid arthritis. Pasien mengeluh nyeri sendi, sendi membengkak,
sendi kemerahan, terasa hangat, dan kaku, terutama di pagi hari atau
setelah lama tidak digerakkan. Hasil pemeriksaan fisik: nyeri dan
bengkak pada kedua tangan dan kaki, tubuh terasa lelah dan lemah,
hilang nafsu makan, berat badan menurun dan demam ringan. Hasil
pemeriksaan fisik: TD 140/90mmHg, frekuensi nadi 88 kali/menit, dan
frekuensi napas 24 kali/menit. Pemeriksaan lab: leukosit 17.000
µm/mL, LED = 30 mm/jam, pemeriksaan serologi rheumatoid factor
(RF) (+), dan anti cyclic citrullinated antibody (ACPA) (+).
PENGKAJIAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas pasien
Nama : Ny. W
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 58 tahun
Diagnosa medis : Rhematoid Arthritis
ANALISA DATA
No. Data fokus Etiologi Problem
1. DS: Factor
Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri sendi pencedera
DO: bilogis
TD : 140/90
Pulse : 88x/menit
Leukosit : 17.000 µm/mL
RF (+)
ACPA (+)
ANALISA DATA
2. DS: Kekakuan Gangguan
Pasien mengatakan sendi sendi mobilitas
membengkak, kemerahan, terasa fisik
hangat dan kaku
DO:
• Bengkak pada kedua tangan dan
kaki
• Tubuh lelah dan lemah
• RF (+)
• ACPA (+)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d factor pencedera biologis d.d
Leukosit : 17.000 µm/mL dan RF (+)
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi d.d
Bengkak pada kedua tangan dan kaki
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnose Rencana Rasional
Luaran dan kriteria Intervensi
hasil

1 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi 1. Untuk


b.d factor Tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, mengetahui
pencedera dalam 3x24 jam karakteristik, durasi, derajat nyeri
biologis d.d pasien bertoleransi frekuensi, kualitas, intesitas yang
Leukosit : terhadap nyeri dengan nyeri, dan respon non verbal dirasakan
17.000 kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor yang pasien
µm/mL dan 1. Kemampuan memperberat dan 2. Untuk
RF (+) menuntaskan memperingan nyeri memberi
aktivitas cukup 3. Terapeutik kenyaman
meningkat (dari 2 Berikan teknik non lebih pada
ke 4) farmakologis untuk pasien untuk
2. Tekanan darah mengurangi rasa nyeri terhindar
membaik (kompres hangat) nyeri
Edukasi 3. Untuk memberi
4. Jelaskan strategi kenyamanan dan
meredakan nyeri mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
4. Menambah
5. Kolaborasi pemberian pengetahuan pasien
analgesic dan antibiotic untuk meredakan nyeri
secara mandiri
5. Untuk mengurangi
rasa nyeri berat
2 Gangguan Setelah dilakukan 1. Identifikasi toleransi 1. mengetahui
mobilitas Tindakan keperawatan fisik melakukan Batasan gerak
fisik b.d dalam 3x24 jam ambulasi pasien
kekakuan pasien bertoleransi 2. Monitor kondisi 2. Mengetahui
sendi d.d terhadap nyeri dengan umum selama kemampuan
Bengkak kriteria hasil : melakukan dalam toleril
pada kedua 1. Kaku sendi cukup ambulasi gerakan
tangan dan meningkat (dari 1 3. Libatkan keluarga 3. Keluarga
kaki ke 4) untuk membantu membantu agar
2. Rentang gerak pasien dalam pasien merasa
(ROM) cukup meningkatkan lebih nyaman
meningkat (dari 1 ambulasi 4. Meningkatkan
ke 4) 4. Jelaskan tujuan pengetahuan
3. Kelemahan fisik dan prosedur pasien
menurun (dari 2 ke ambulasi 5. Agar pasien
5) 5. Ajarkan ambulasi dapat melakukan
sederhana yang ambulasi mandiri
harus dilakukan
EVALUASI
Hari/ Dx Evaluasi
tanggal/jam
Jum’at, 20 1 S :
januari 2023 “pasien mengatakan nyeri sendi masih terasa”
09.00 wib “pasien mengatakan saat beraktivitas terasa nyeri”
“ pasien mengatakan sudah bisa melakukan kompres mandiri”

O:
tekanan darah : 130/90 mmHg
leukosit : 17.000 µm/mL
RF (+)
ACPA (+)

A:
nyeri akut belum teratasi
P:
Intervensi 1,3,4, & 5 dilanjutkan
I :
3. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intesitas
nyeri, dan respon non verbal
4. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(kompres hangat)
5. Kolaborasi pemberian analgesic dan antibiotic
E:
- Tanyakan kualitas nyeri dan amati perilaku non verbal pasien
- Melakukan kompres hangat
- Pemberian obat dengan dosis dan jenis analgesic dan antibiotik
sesuai indikasi
R:
5. Kolaborasi pemberian analgesic dan antibiotic
Jum’at, 2. S:
20 “Pasien mengatakan belum bebas melakukan pergerakan”
januari “Pasien mengatakan keluarga membantu dalam aktivitas”
2023 “pasien mengatakan sudah memahami prosedur ambulasi yang
09.00 dilakukan perawat”
wib
O:
Bengkak di area kaki dan tangan
Tubuh Lelah dan lemah
RF (+)
ACPA (+)

A: gangguan mobilitas fisik belum teratasi

P : intervensi 1,2,3, 5 dilanjutkan


I:
1. Mengobservasi rentang gerak pasien
2. Memantau tanda-tanda vital Tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
skala nyeri
3. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien melakukan aktivitas
sehari hari

E:
4. Kemampuan ROM pasien terbatas
5. Pemeriksaan tanda tanda vital, TTV tidak ada perubahan
6. Keluarga diberi arahan bagaimana membatu pasien dalam aktivitas
yang sulit dilakukan

R:
Memperagakan gerakan ambulasi yang dapat dilakukan pasien secara
mandiri seperti berjalan dari kamar tidur ke kamar mandi
02

TELAAH
JURNAL
• Tujuan

Mengetahui pengaruh terapi


yoga “pranayama” dan
Aromatherapy
terhadap penurunan tingkat
nyeri theumatoid arthritis
pada lansia di Panti Wredha
Budhi Dharma Yogyakarta
Metode penelitian

Menggunakan metode pre-eksperimental,


dengan pendekatan pretest-posttest, dengan 20
responden menggunakan teknik purposive sampling.

Sample:
- 62 lansia
Hasil

karakteristik nyeri responden setelah diberikan


perlakuan senam yoga, mengalami penurunan dimana
mayoritas dalam kategori nyeri ringan sebanyak 18
orang (90%), nyeri sedang sebanyak 2 orang (10%),
sedangkan nyeri berat tidak ada (0%).
Kesimpulan

Ada pengaruh pemberian terapi yoga


“pranayama” dan Aromatherapy terhadap penurunan
tingkat nyeri theumatoid arthritis pada lansia di Panti
Wredha Budhi Dharma Yogyakarta.
• Tujuan

penelitian ini adalah


untuk mengetahui pengaruh
terapi back massage terhadap
penurunan nyeri Rheumatoid
Arthritis pada lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas
Kampar Tahun 2020.
• Metode
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Quasi Eksperimental atau eksperimental
Semu.

• Sampel
30 responden
• Hasil
Dari hasil uji statistik non parametrik Wilcoxon
Signed Rank Test didapatkan nilai P Value adalah 0,
000 (P< 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terapi
back massage terhadap penurunan nyeri Rheumatoid
Arthritis pada lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Kampar Tahun
Kesimpulan

1. Rata-rata skala nyeri pada lansia yang menderita


Rheumatoid Arthritis sebelum diberikan terapi back
massage adalah 4, 97 dengan standar deviasi 0, 669.

2. Rata-rata skala nyeri pada lansia yang menderita


Rheumatoid Arthritis setelah diberikan terapi back
massage adalah 3, 27 dengan standar deviasi 0, 868.
Kesimpulan

3. Rata-rata penurunan skala nyeri pada lansia yang


menderita Rheumatoid Arthritis sebelum dan sesudah
diberikan terapi back massage adalah 1,70.

4. Ada pengaruh terapi back massage terhadap


penurunan nyeri Rheumatoid Arthritis pada lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Kampar
REFERENSI

● Hidayat, A. A (2021): Buku Pengayaan Uji Kompetensi Keperawatan Gerontik,


Surabaya: Health Books Publishing
● M. Asikin, dkk. (2016). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: Erlangga
● Putri, RM, Lutfi, A., & Alini, A. (2020): Pengaruh Terapi Back Massage
Terhadap Penurunan Nyeri Rheumatoid Artritis Pada Lansia. Jurnal Ners, 4 (2),
40-46.

Anda mungkin juga menyukai