Anda di halaman 1dari 43

UROLITHIASIS

OLEH
DANIEL SIHOTANG 1751003
LEA LESTARI 1751021
RIANTY VIANICA SIBUEYA 1751015
HOSEA PERDANA HOTDIMAN SIAHAAN 1751068
DEFINISI

■ Batu Saluran Kemih (Urolithiasis) merupakan


keadaan patologis karena adanya masa keras
seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran
kencing dan dapat menyebabkan nyeri, perdarahan,
atau infeksi pada saluran kencing.
■ Terbentuknya batu disebabkan karena air kemih
jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk
batu atau karena air kemih kekurangan materi-
materi yang dapat menghambat pembentukan batu,
kurangnya produksi air kencing, dan keadaan-
keadaan lain yang idiopatik. Lokasi batu saluran
kemih dijumpai khas di kaliks atau pelvis
(nefrolitiasis) dan bila akan keluar akan terhenti di
ureter atau di kandung kemih (vesikolitiasis) (Potter,
1999).
DEFINISI

■ Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu


ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di
dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu
mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran
perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam
ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter
cukup besar untuk masuk dalam pelvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan
pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh seperti
teh atau merah (Smeltzer & Bare, 2002).
KLASIFIKASI
LETAK BATU

■ Batu Ginjal
■ Batu Ureter
Pada umumnya adalah batu yang
terbentuk di dalam sistim kalik ginjal,
yang turun ke ureter. Terdapat tiga
penyempitan sepanjang ureter yang
biasanya menjadi tempat berhentinya
batu yang turun dari kalik yaitu
ureteropelvic junction (UPJ), persilangan
ureter dengan vasa iliaka, dan muara
ureter di dinding buli.
■ Batu buli-buli
■ Batu Uretra
KOMPOSISI
KOMPOSISI
ETIOLOGI

■ Idiopatik
■ Gangguan aliran air kemih atau obstruksi saluran kemih
■ Gangguan metabolisme seperti hiperkalemia dan hiperkalsuria yang disebabkan
oleh hiperparatiroidisme
■ Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme pembentuk urease (Proteus mirabilis)
■ Dehidrasi dan suhu lingkungan tinggi
■ Diet tinggi kalsium, tinggi purin, tinggi oksalat, dan rendah sitrat (Sjamsuhidajat,
2004)
ETIOLOGI

■ Terbentuknya batu saluran kemih masih idiopatik (belum diketahui penyebab


secara pasti), namun pada umumnya berhubungan dengan gangguan aliran urin,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih dan dehidrasi
■ Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batus aluran kemih, antara lain
ETIOLOGI

■ Faktor Intrinsik : ■ Faktor Ekstrinsik :


■ Herediter (keturunan) ■ Geografis
■ Umur ■ Pada beberapa daerah menunjukan
angka kejadian batu saluran kemih
■ Banyak dijumpai pada usia 30-50 yang lebih tinggi daripada daerah
tahun. lain sehingga dikenal sebagai
■ Jenis Kelamin daerah stone belt (sabuk batu),
sedangkan daerah batu di Afrika
■ Lebih sering pada laki-laki Selatan hampir tidak dijumpai
dibandingkan perempuan. penyakit batu saluran kemih.
■ Iklim dan temperatur
ETIOLOGI

■ Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar
mineral kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih
■ Diet
Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium
mempermudah terjadinya penyakit batu saluran
kemih.
■ Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktivitas atau sedentary life (Price & Wilson,
2005).
MANIFESTASI KLINIS

■ Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah.
■ Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan
nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat).
■ Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha
sebelah dalam.
■ Mual dan muntah
■ Perut menggelembung
■ Demam, menggigil
■ Hematuria (adanya darah di dalam air kemih)
PATHWAY UROLITHIASIS

Hiper Kerusakan Imobilisasi Intake cairan Iklim yang Aktivitas yang Makanan tinggi
Idiopatik ISK
paratiroidisme nefron yang lama yang kurang panas/dingin kurang kalsium, oksalat,
purin
Hiperkalsemia Bakteri pemecah
urea Pengendapan urin 
Statis urin Kelebihan kalsium
Kalsifikasi oksalat, purin
Sedimentasi dan pH urin Asam
Kristalisasi

Proses Kristalisasi

Terbentuknya calculi

UROLITHIASIS Pembedahan

KURANG
Obstruksi saluran kemih
PENGETAHUAN
ANSIETAS
LANJUTAN

Batu pada Ginjal Batu pada Ureter Batu pada Vesika Urinaria

Nyeri mendadak Mengiritasi endotel


dan menyebar dan PD pada ureter Kandung Leher kandung
Kemih kemih
Episode kolik renal
Hematuria Pelepasan mediator
inflamasi (Pirogen) RESIKO Refluks ke Retens urin
Timbul gejala NYERI AKUT ginjal
gastrointestinal INFEKSI
Aktivasi asam GANGGUAN
Arachidonat Hidroureter Hidronefrosis ELIMINASI
NAUSEA
URIN
Merangsang Dilatasi ginjal
thermostat di
Hipotalamus Sering kencing
Statis urin Tekanan pada
struktur ginjal Mengganggu
 suhu tubuh tidur
Dilatasi tubulus
ginjal 
HIPERTERMIA INSOMNIA

Kerusakan fungsi ginjal

GGK
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

■ Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan


hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).
pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam
urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat),
Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5
– 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi
sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular
Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran
pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki
0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen.
Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

■ Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
■ Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
■ Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area
ginjal dan sepanjang uriter.
■ IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal
atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
■ Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu
atau efek ebstruksi.
■ USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

■ Sinar X abdomen (ginjal, ureter, kandung kemih) untuk diagnosis batu ginjal
■ Pielogram intravena / pemindaian untuk mengenali kerusakan structural,
abnormalitas atau obstruksi karena batu
■ itung darah lengkap
■ Kultur urine
■ Urinalisis
PENATALAKSANAAN
■ Batu kecil yang tidak menyebabkan gejala, penyumbatan atau infeksi, biasanya tidak
perlu diobati. Minum banyak cairan akan meningkatkan pembentukan air kemih dan
membantu membuang beberapa batu; jika batu telah terbuang, maka tidak perlu lagi
dilakukan pengobatan segera.
■ Kolik renalis bisa dikurangi dengan obat pereda nyeri golongan narkotik.
■ Batu di dalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang berukuran 1 sentimeter
atau kurang seringkali bisa dipecahkan oleh gelombang ultrasonik (extracorporeal shock
wave lithotripsy, ESWL). Pecahan batu selanjutnya akan dibuang dalam air kemih.
■ Kadang sebuah batu diangkat melalui suatu sayatan kecil di kulit (percutaneous
nephrolithotomy, nefrolitotomi perkutaneus), yang diikuti dengan pengobatan ultrasonik.
■ Batu kecil di dalam ureter bagian bawah bisa diangkat dengan endoskopi yang
dimasukkan melalui uretra dan masuk ke dalam kandung kemih.
■ Batu asam urat kadang akan larut secara bertahap pada suasana air kemih yang
basa (misalnya dengan memberikan kalium sitrat), tetapi batu lainnya tidak dapat
diatasi dengan cara ini. Batu asam urat yang lebih besar, yang menyebabkan
penyumbatan, perlu diangkat melalui pembedahan.
■ Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu
diberikan antibiotik
ESWL (Extracorporeal Shockwave
Lithotripsy)
PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)

PNL (Percutaneous Nephro


Litholapaxy) : yaitu mengeluarkan batu
yang berada di saluran ginjal dengan
cara memasukkan alat endoskopi ke
sistem kaliks melalui insisi pada kulit.
Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu.
Ureteroskopi/Uretero-Renoskopi

■ Memasukkan alat ureteroskopi per-


uretra guna melihat keadaan ureter
atau sistem pielo-kaliks ginjal.
Dengan memakai energi tertentu,
batu yang berada di dalam ureter
maupun sistem pelvikalises dapat
dipecah dengan ureteroskopi.
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN...
1. Anamnesa
a) Data Demografi
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utana
b) Riwayat Penyakit Sekarang
c) Riwayat Penyakit Dahulu
d) Riwayat Penyakit Keluarga
3. Riwayat Penggunaan Obat
Adanya riwayat pengunaan obat-obatan tinggi kalsium, antibiotik, opioda, antihipertensi, natrium
bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin.
YANG PERLU DIPERHATIKAN.... PADA
PEMERIKSAAN FISIK
■ Pola sirkulasi: Adanya peningkatan TD/nadi (nyeri, anseitas, gagal ginjal). Kulit hangat dan
kemerahan, pucat.
■ Pola eliminasi: Riwayat adanya ISK Kronis atau obstruksi sebelumnya (kalkulus). Terjadi penurunan
haluaran urin yang ditandai dengan adanya rasa seperti terbakar, oliguria, hematuria, piuria,
perubahan pola berkemih.
■ Pola intake makanan dan cairan: Klien mual dan muntah, nyeri tekan pada abdomen. Diet rendah
purin, kalsium oksalat, dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan
cukup yang ditandai dengan distensi abdomen, penurunan suara bising usus.
■ Nyeri: Terjadi secara akut atau bisa juga terjadi nyeri kronik. Lokasi nyeri tergantung pada lokasi batu,
contoh pada panggul di region sudut kostovetebral (CVA) dan dapat menyebar ke seluruh punggung,
abdomen, dan turun ke lipat paha serta genitalia. Nyeri dangkal konstan menunjukan kalkulus ada di
pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi
atau tindakan lain yang ditandai dengan prilaku distraksi, terjadi demam dan menggigil.
■ a) Amati pembesaran pada daerah ■ d) Maturitas seksual
pinggang dan abdomen yang mungkin
terlihat karena adanya hidronefrosis. Mengkaji kematangan seksual klien, dari ukuran dan bentuk
penis dan testis, warm dan tekstur kulit skrotum dengan
■ b) Pemeriksaan eliminasi urin karakternya, dan distribusi rambut pubis. Inspeksi juga kulit
yang menutup genitalia untuk kutu,ruam, ekskoriasi,
Perubahan yang terjadi biasanya adalah ataupun lesi.
perubahan pancaran miksi akibat dari obstruksi
pada saluran kemih atau kelainan neurologis ■ e) Penis
atau pascatrauma pada saluran kemih.
Inspeksi struktur penis, termasuk batang, korona,
■ c) Pemeriksaan genitalia eksterna prepusium, glans, dan meatus uretra untuk mengkaji
adanya lesi. Vena dorsalis harus terlihat saat inspeksi.
Mencakup genitalia eksternal dan cincin. Lakukan palpasi untuk mengkaji adanya nyeri ataupun
Melalui inspeksi, perhatikan adanya kelainan kondisi abnormal.
pada penis dan uretra, misalnya mikropenis,
makropenis, hipospadia, kordae, epispadia, ■ f) Skrotum
stenosis pada meatus eksterna,
fimosis/parafimosis, fistel uretrokutan, ulkus, Inspeksi bentuk, ukuran dan kesimetrisan juga adanya lesi
tumor, dan keganasan penis. dan edema.
■ b. Auskultasi ■ d. Palpasi
Kaji adanya bruit renal dan paling Pemeriksaan kandung kemih dengan
terdengar tepat di atas umbilikus palpasi dan perkusi kandung kemih
sekitar 2cm dari sisi kanan atau sisi kiri dilakukan untuk menentukan batasnya
garis tengah. dan adanya nyeri tekan pada area
suprasimfisis. Perhatikan adanya
■ c. Perkusi
benjolam atau masa atau jaringan
Memberikan ketokan pada sudut parut di suprasimfisis. Masa yang
kostovertebra (CVA). Pada klien dengan teraba mungkin merupakan kandung
pielonefritis, batu ginjal pada pelvis, kemih yang penuh sebagai akibat dari
dan batu ureter akan terasa nyeri. retensi urin yang dialami.
DIAGNOSA

■ 1. Nyeri berhubungan dengan iritasi blas


■ 2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
■ 3. Resiko tinggi terhadap cidera saluran perkemihan b.d adanya batu pada saluran
kemih ( ginjal ).
■ 4. Resiko infeksi b.d iritasi kandung kemih
■ 5. Gangguan kebutuhan volume cairan lebih dari kebutuhsn tubuh berhubungan
dengan retensi natrium
■ 6. Gangguan Nutrisi kurang dari keb. Tubuh b.d peningkatan asam lambung
Dx : Nyeri berhubungan dengan iritasi
blas
■ Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya.
■ Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan DN, gelisah, meringis, merintih,
menggelepar. Membantu evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan batu.
■ Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia sehubungan dengan proksimitas
pleksus saraf dan pembuluh darah yang menyuplai area lain.
■ Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan gelisah, takut/cemasmasase ringan/kompres hangat
pada Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti punggung, lingkungan yang tenang)
Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan ototBantu/dorong pernapasan dalam,
bimbingan imajinasi dan aktivitas.
■ Mengalihkan perhatian dan membantu relaksasi ototKolaborasi pemberian obat sesuai program
terapi: Analgetik,Antispasmodik,Kortikosteroid Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan selama
episode akut untuk menurunkan kolik ureter dan meningkatkan relaksasi otot/mentalMenurunkan
refleks spasme, dapat menurunkan kolik dan nyeri.Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan
Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan risiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi
Dx : Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi
kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter,
obstruksi mekanik dan peradangan
■ Mengamati karakteristik urine, volume urin saat berkemi, bau dan warna. Memberikan informasi
tentang fungsi ginjal, dan adanya komplikasi.
■ Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi Kalkulus dapat menyebabkan ekstibilitas yang
menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segeraDorong meningkatkan pemasukan cairan
Peningkatan hidrasi membilas bakteri,darah dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.periksa
semua urine catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa Penemuan batu
memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi.
■ Observasi perubahan status mental,perilaku atau tingkat kesadaran Akumulasi sisa uremik dank e
tidak seimbangan elektrolit dapat menjadi toksik di SSP
■ .Awasi pemeriksaan laboratorium,contoh BUN, elektrolit, kreatinin Peninggian BUN,kreatinin dan
elektrolit mengidentifikasikan disfungsi ginjal.
Dx : 3. Resiko tinggi terhadap cidera saluran
perkemihan b.d adanya batu pada saluran kemih (
ginjal ).
■ Pantau urine warna,bau, PH urin.- Untuk deteksi dini terhadap masalah.
■ Saring semua urine,observasi terhadap kristal.
■ Simpan kristal untuk dilihat dokter kirim ke laboratorium Untuk mendaptakan data- data keluarnya
batu,perubahan diet yang didasari oleh komposisi batuKonsultasi dengan dokter bila pasien sering
berkemih,jumlah urine sedikit dan terus menerus,perubahan urine. menunjukkan perkembangan
obstruksi dan kebutuhan intervensi progresif.Temuan-temuan iniBerikan obat-obatan sesuai program
untuk mempertahankan PH urine tepat. Dengan perubahan PH urine / peningkatan keasamaan /
alkalinitas,factor solubilitas untuk batu dapat di control.
Dx : Gangguan kebutuhan volume cairan
lebih dari kebutuhsn tubuh berhubungan
dengan retensi natrium
■ Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan
tekanan nadi, takikardia, demam, takipnea Tanda adanya syok septik, endotoksin sirkulasi
menyebabkan vasodilatasi, kehilangan cairan dari sirkulasi, dan rendahnya status curah
jantung.Awasi haluaran urine.
■ Oliguria terjadi sebagai akibat penurunan perfusi ginjal, toksin dalam sirkulasi mempengaruhi
antibiotik.Kaji suhu tiap 4 jam, serta adanya nyri yang timbul. Peningkatan suhu dan timbulnya nyri
menunjukan adanya infeksi.Pasang slang kateter Slang kateter berfungsi untuk mengeluarkan urin
dalam kandung kemih, sehingga ada penumpukan urin yang menyebabkan infeksi pada kandung
kemih.
■ Kaji dan laporkan tanda dan gejala infeksi mengintervensi tindakan selanjutnya.
Dx : Gangguan Kelebihan volume cairan
b.d retensi natrium
■ Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan membandingkan pengeluaran actual dan yang diantisipasi
membantu dalam evaluasi adanya kerusakan ginjalkurangi pemasukan cairan mempertahankan
keseimbangan cairan untuk homeostatisKaji adanya odema Odema menunjukan adanya
penimbunan cairan yang berlebihIdentifikasi output urin Untuk membantu intervensi dalam
pemberian Input cairan.
Dx : Nutrisi kurang dari keb. Tubuh b.d
peningkatan asam lambung
■ Catat intake dan output makanan secara akurat Monitoring asupan nutrisi bagi
tubuhKaji adanya anoreksia, hipoproteinmia, diare Gangguan nutrisi dapat terjadi
secara perlahan.
■ Diare sebagai reaksi edema intestinal.
■ Memberikan asupan makanan sedikit tapi sering.
■ Memperbaiki status nutrisi klien
PENCEGAHAN
PENCEGAHAN PRIMER

■ Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan


perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk menghindari terjadinya penyakit
BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal 2 liter per hari. Konsumsi air putih
dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi pembentuk batu
dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama bagi individu yang
pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.
PENCEGAHAN SEKUNDER

■ Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan penyakit agar tidak
menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang telah menderita
penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini. Diagnosis Batu
Saluran Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium, dan radiologis.
■ Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah organ yang bersangkutan :
a. Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam (tidak selalu).
b. Pada keadaan akut, paling sering ditemukan kelembutan pada daerah pinggul (flank tenderness),
hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu melewati ureter menuju kandung
kemih.
■ Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu peningkatan jumlah leukosit dalam
darah, hematuria dan bakteriuria, dengan adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine
harus diuji karena batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara batu
fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.
■ Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:
■ Sinar X abdomen
■ Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu
dan dapat membedakan klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat
dan kalsium fosfat, sedangkan dengan densitas rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan campuran.
Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun batu diluar ginjal.
■ Intravenous Pyelogram (IVP)
■ Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem
saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
■ Ultrasonografi (USG)
■ USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan adanya obstruksi. Pemeriksaan dengan ultrasonografi
diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan ini adalah
kesulitan untuk menunjukan batu ureter, dan tidak dapat membedakan klasifikasi batu.
■ Computed Tomographic (CT) scan
■ Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan lokasi batu.
PENCEGAHAN TERSIER

■ Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi sehingga
tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Sasarannya ditujukan
kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat.
Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang
tersebut lebih memahami tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah
rusak akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi
kekambuhan penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
■ Pada beberapa pasien, selain tindakan umum (minum), modifiksi diet dan obat- obatan mungkin
diperlukan untuk mencegah kambuhnya batu ginjal. Beberapa tindakan pencegahan
kekambuhan yang sesuai dengan jenis-jenis batu penyebabnya, yaitu
■ Terhadap Batu Kalsium Oksalat/fosfat
■ Dapat dengan modifikasi diet dan terapi obat-obatan.
■ Kurangi konsumsi soft drink. Karena soft drink yang mengandung asam fosfat berhubungan dengan
peningkatan 15% kekambuhan batu dalam 3 tahun. Bagaimana mekanisme tak begitu jelas, tapi
diduga sedikit kelebihan asam akan meningkatkan ekresi kalsium dan asam urat.
■ Kurangi makan protein terutama protein hewani karena banyak mengandung asam amino yang
mengandung sulfur. Hasil metabolismenya akan meningkatkan asam sulfur dan ini akan
berpengaruh terhadap ekresi kalsium, asam urat dan sitrat. Juga dianjurkan mengurangi konsumsi
makanan yang mengandung oksalat, seperti teh, kopi, bayam, dan lain-lain
■ Obat-obatan : Obat-obatan yang dapat digunakan yaitu thiazide, Alupurinol, Pemberian Kalium sitrat,
kalium bikarbonat, natrium bikarbonat serta jouice orange sebagai alternatif untuk meningkatkan pH
urin, dan Selulosa fosfat akan mengikat kalsium dan eksresi di urin Diuretik.
■ Terhadap batu asam urat :
■ Sering terjadi karena pH urin yang rendah karena itu perlu diusahakan selain mengatasi
hiperurikosuria juga perlu alkalinisasi urin. Dalam hal ini dianjurkan pemberian allopurinol dan
Natrium Bikarbonat secukupnya.
■ Terhadap batu sistin :
■ Pemberian cairan yang banyak dan alkalinisasi urin. Namun sering tidak adekuat untuk mencegah
pembentukan batu sistin. Disamping pemberian minum yang cukup banyak pemberian Penicillamine
0,25-1,5mg / hari akan mencegah kekambuhan dan pH dibuat 8.

Anda mungkin juga menyukai