Tatalaksana Penatalaksanaan impetigo utamanya adalah pemberian antibiotik topikal. Antibiotik sistemik dapat diberikan jika lesi luas atau tidak berespon dengan tatalaksana topikal. Dahulu, pasien disarankan untuk menggunakan desinfektan pada lesi impetigo, namun studi-studi yang lebih baru menyebutkan bahwa hal ini tidak mempengaruhi luaran klinis secara bermakna. Pasien dapat diminta meakukan kompres pada area lesi menggunakan handuk air hangat, yang bisa ditambahkan vinegar, kemudian usap krusta secara perlahan1,3. 1. Antibiotik Topikal Tinjauan Cochrane tahun 2012 menunjukkan bahwa mupirocin dan asam fusidat topikal sama atau lebih efektif dibandingkan antibiotik oral untuk impetigo1. Beberapa antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah : • Asam fusidat 2% dioleskan tipis-tipis pada lesi sebanyak 3 kali sehari selama 7-12 hari • Mupirocin 2% dioleskan tipis-tipis pada lesi sebanyak 3 kali sehari selama 7-10 hari. Jika tidak ada respon klinis, lakukan evaluasi ulang dalam 3-5 hari. • Retapamulin 1% dioleskan tipis-tipis pada lesi sebanyak 2 kali sehari selama 5 hari2
Perlu diketahui bahwa resistensi terhadap asam fusidat pernah dilaporkan di
Belanda4 2. Antibiotik Sistemik Antibiotik sistemik digunakan pada impetigo yang luas atau tidak berespon dengan tatalaksana lini pertama2,3. Pilihan antibiotik yang dapat digunakan adalah: • Dicloxacillin 250 mg sebanyak 4 kali sehari per oral selama 7 hari, sebaiknya tidak diberikan pada pasien anak • Cephalexin 250 mg sebanyak 4 kali sehari per oral selama 7 hari. Dosis anak 25-50 mg/kg/hari dibagi menjadi 3-4 dosis • Erythromycin 250 mg sebanyak 4 kali sehari per oral selama 7 hari. Dosis anak 40 mg/kg/hari dibagi menjadi 3-4 dosis • Klindamisin 300-400 mg sebanyak 4 kali sehari per oral selama 7 hari. Dosis anak 20 mg/kg/hari dibagi menjadi 3 dosis5. Edukasi Edukasi yang perlu disampaikan pada pasien impetigo antara lain : • Jika pasien ingin menghilangkan krusta, lakukan kompres pada area lesi menggunakan handuk air hangat, bisa ditambahkan vinegar ke dalam air hangat, kemudian usap krusta secara perlahan. • Anak sebaiknya tidak masuk sekolah atau daycare dulu hingga lesi menjadi krusta atau sudah menggunakan antibiotik selama 24 jam. • Cuci tangan setelah mengoleskan obat atau menyentuh lesi kulit • Gunakan handuk, sapu tangan, dan lap basah yang terpisah agar tidak menularkan impetigo pada orang lain • Pada impetigo yang rekuren, pertimbangkan untuk mengambil sampel swab nasal untuk menilai apakah pasien merupakan karier aureus3,6 Referensi 1. Koning, S., et al., Interventions for impetigo. Cochrane Database of Systematic Reviews, 2012 (1). 2. Hartman-Adams, H., C. Banvard, and G. Juckett, Impetigo: diagnosis and treatment. Am Fam Physician, 2014. 90 (4): p. 229-35. 3. Oakley A. Management of Impetigo. BPJ, 2009. 19:8-11. https://bpac.org.nz/bpj/2009/february/docs/bpj19_impetigo_pages_8-11.pdf 4. Rijnders MIA, Wolffs PFG, Hopstaken RM, et al. Spread of the epidemic European fusidic acid- resistant impetigo clone (EEFIC) in general practice patients in the south of The Netherlands. Journal of Antimicrobial Chemotherapy, 2012. 67(5): 1176–1180. doi:10.1093/jac/dkr590 5. Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, et al. Practice Guidelines for the Diagnosis and Management of Skin and Soft Tissue Infections: 2014 Update by the Infectious Diseases Society of America. Clinical Infectious Diseases, 2014. 59(2), e10–e52. doi:10.1093/cid/ciu296 6. Lewis, L.S. Impetigo. Pediatrics: General Medicine 2018; https://emedicine.medscape.com/article/965254-overview