GAMBARAN RADIOLOGI
PADA EDEMA PARU
Disusun Oleh:
Monica Ratnasari Po
2265050114
Pembimbing:
dr. Gregorius Septayudha S, Sp. Rad
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Gambaran
Radiologi pada Edema Paru” sebagai salah satu pemenuhan tugas Kepaniteraan
Klinik Bagian Kepaniteraan Klinik Ilmu Radiologi Periode 3 Januari – 5 Februari
2022.
Adapun referat ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi materi
maupun cara penulisan sehingga perlu dikaji lebih dalam lagi. Namun penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis untuk
dapat menyelesaikan referat ini dengan baik. Penlis membuka diri jika ada kritik dan
saran yang ditujukan pada tulisan ini.
Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan menerima segala bentuk
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
penulisan referat berikutnya. Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang
ikut serta dalam membantu penyelesaikan tulisan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
I.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................2
II.1 Radioanatomi Paru..............................................................................................2
II.2 Definisi Edema Paru...........................................................................................3
II.3 Etiologi................................................................................................................3
II.3.1 Ketidak-seimbangan Starling Forces:..........................................................3
II.3.2 Perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler....................................4
II.4 Manifestasi Klinis Edema Paru...........................................................................5
II.5 Pemeriksaan Radiologi pada Edema Paru..........................................................6
BAB III KESIMPULAN............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................16
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar II. 1 Foto Polos Thorax Normal Proyeksi Postero-Anterior (PA).................2
Gambar II. 2 Foto Thoraks PA dengan ilustrasi .........................................................3
Gambar II. 3 Ilustrasi Radiologi Edema Paru8............................................................6
Gambar II. 4 Radiologi Edema Paru...........................................................................7
Gambar II. 5 Foto thoraks dengan gambaran pembuluh darah lobus paru superior....7
Gambar II. 6 Garis Kerley B.......................................................................................8
Gambar II. 7 Garis Kerley A (panah putih), garis Kerley B.......................................9
Gambar II. 8 Foto thoraks PA dengan gambaran perihilar haze.................................9
Gambar II. 9 Edema Alveolar....................................................................................10
Gambar II. 10 Foto thoraks PA dengan gambaran kardiomegali..............................11
Gambar II. 11 Foto thoraks PA dengan gambaran kardiomegali (No.1), dan
redistribusi Pembuluh darah (No.2).............................................................................12
Gambar II. 12 Foto thoraks PA dengan penebalan fisura interlobaris (panah merah)
dan kardiomegali.........................................................................................................12
Gambar II. 13 Foto thoraks PA dengan gambaran konsolidasi pada lapang paru
kanan lobus medial (panah merah)..............................................................................13
Gambar II. 14 Bat’s wing Appereance......................................................................14
iv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Masuknya cairan ekstravakular ke dalam paru merupakan permasalahan klinis
yang sangat penting. Edema paru adalah keadaan dimana terkumpulnya cairan
esktravaskular pada jaringan parenkim paru yang dapat disebabkan oleh tekanan
intravaskular yang tinggi (edema paru kardiogenik) atau karena peningkatan
permeabilitas memberan kapiler (edema paru non kardiogenik) yang mengakibatkan
terjadinya ektravasasi cairan secera cepat sehingga menyebabkan gangguan
pertukaran udara di alveoli secara progresif dan mengakibatkan hipoksia.1
Penyakit edema paru pertama kali di Indonesia terjadi pada tahun 1971. Sejak
saat pertama kali ditemukan, jumlah kasus mengalami kecenderungan meningkat. Di
Indonesia insiden terbesar terjadi pada tahun 1998 dengan incidence rate (IR) = 35,19
per 10.000 penduduk dan CFR 2%. Pada tahun 1999 menurun sebesar 10,17%,
namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 pada tahun 2000;
19,24 pada tahun 2002 dan 23,87 pada tahun 2003.2
Edema paru merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang membutuhkan
penanganan segera, selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa radiologi foto rotgen thorax, pemeriksaan
ultrasonography (USG), dan CT Scan pada pasien untuk menegakkan diagnosis. Foto
rontgen thorax diperlukan untuk evaluasi pengobatan.3
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Radioanatomi Paru
Gambaran radiologi pada foto polos thorax yang normal, warna paru
merupakan kombinasi gabungan dari warna udara yang hitam (radiolusen) dan warna
jaringan lunak-padat yang putih (radioopak). Jika uadara dalam alveoli diganti
dengan cairan, eksudat, darah, atau jaringan padat, atau alveoli yang kehilangan
udaranya, maka di daerah itu akan terjadi bayangan putih (radioopak). Ini berarti
kemungkinan adanya kelainan pada paru, berupa infiltrat, abses, tumor, ateletaksis,
atau edema. Sebaliknya bila udara di suatu tempat jumlahnya bertambah maka akan
nampak bayangan radiolusen berupa kavitas atau bula. Bila seluruh alveoli berisi
lebih banyak udara, paru-paru menjadi emfisematus, hiperradiousen.4
Corakan paru yang nampak pada foto disebabkan oleh pembuluh darah.
Pembuluh darah ini berasal dari arteri pumonalis, dari hilus pembuluh darah ini akan
semakin mengecil di perifer. Pada foto yang kondisinya baik pembuluh darah kecil-
kecil masih tampak di tepi thorax. Pembuluh darah vena tidak banyak yang tampak,
hanya beberapa saja yaitu di daerah perikardial kanan. Jadi pada foto thorax normal,
vena ini tidak banyak memberi sumbangan pada corakan paru, kecuali bila vena ini
melebar karena terbendung, maka corakan vaskuler bertambah yaitu di suprahilar
kanan dan kiri (berupa inverted moustache/kumis terbalik).4
3
normal dari tekanan vena pulmonalis yaitu antara 8-12 mmHg.
Penyebab dari keadaan tersebut antara lain:
a. Peningkatan tekanan vena paru tanpa adanya gangguan
fungsi ventrikel kiri (stenosis mitral)
b. Peningkatan tekanan paru sekunder karena gangguan
fungsi ventrikel kiri
c. Peningkatan tekanan paru sekunder karena peningkatan
arteri pulmonalis (over perfusion pulmonary edema)
2. Penurunan tekanan onkotik plasma
Hipoalbuminemia sekunder oleh karena penyakit ginjal, hati,
protein-losing enteropaday, penyakit dermatologi atau penyakit
nutrisi. Tetapi hipoalbuminemia saja tidak menimbulkan edema
paru, diperlukan juga peningkatan tekanan kapiler paru
3. Peningkatan tekanan negatif intertisial
Edema paru dapat terjadi akibat perpindahan yang cepat dari udara
pleural, contoh yang sering menjadi etiologi adalah:
a. Pneumothorax atau efusi pleura
b. Tekanan pleura yang sangat negatif oleh karena obstruksi
saluran napas akut bersamaan dengan peningkatan end-
expiratory volume (asma)5
II.3.2 Perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler
4
II.4 Manifestasi Klinis Edema Paru
a. Sesak napas yang bertambah hebat dalam waktu singkat (jam atau hari)
b. Batuk dengan sputum berwarna kemerahan (pink frothy sputum)
c. Pada pasien dengan edema paru kardiogenik, ditemukan adanya riwayat atau
keluhan janntung sebelumnya (aritmia, infark jantung, kelainan katup).6
Selain itu manifestasi klinis edema paru secara spesifik dibagi dalam 3 stadium
berikut:
1) Stadium 1
Keluhan pada stadium ini hanya berupa sesak napas saat melakukan aktivitas
fisik.
2) Stadium 2
Pada stadium ini terjadi edema paru intertisial. Batas vaskular paru menjadi
tidak jelas, hilus juga menjadi kabur, dan septa interlobularis menebal (garis
Kerley B). akibat penumpukan cairan di jaringan sering terdengar takipneu.
3) Stadium 3
Pada stadium ini terjadi edema alveolar. Pertukaran gas sangat terganggu,
terjadi hipoksemia dan hipoksia. Penderita mengalami sesak napas yang hebat
dengan batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru menurun.7
5
II.5 Pemeriksaan Radiologi pada Edema Paru
6
Gambar II. 4 Radiologi Edema Paru
7
Gambar II. 5 Foto thoraks dengan gambaran pembuluh darah lobus paru superior
yang normal (kiri) dan pada saat terjadi gagal jantung (kanan) serta pelebaran
pedikel vaskular (panah merah)
2. Edema Intertisial
a. Garis Kerley
Bocornya cairan ke dalam interlobular dan interstisium peribronkial akibat
dari peningkatan tekanan dalam kapiler. Garis kerley A merupakan garis
linear panjang yang membentang dari perifer menuju hilus yang
disebabkan oleh distensi saluran anastomose antara limfatik perifer
dengan sentral. Garis kerley B terlihat sebagai garis pendek dengan arah
horizontal 1-2 cm yang terletak dekat sudut kostofrenikus yang
menggambarkan adanya edema septum interlobular. Garis kerley C
berupa garis pendek, yang biasanya bercabang dan tersebar tidak
beraturan pada seluruh paru namun perlu pengalaman untuk melihatnya
karena terlihat hampir sama dengan pembuluh darah.8,9
8
Gambar II. 6 Garis Kerley B
Gambar II. 7 Garis Kerley A (panah putih), garis Kerley B (kepala panah putih), dan garis
Kerley C (kepala panah hitam)
9
Ketika cairan masuk ke ruang interstisium peribronkovaskular maka akan
terlihat sebagai penebalan dari dinding bronkus (peribronchial cuffing)
dan gambaran pembuluh darah yang kabur karena dikelilingi oleh edema.8
Gambar II. 8 Foto thoraks PA dengan gambaran perihilar haze pada gagal jantung stadium
interstisial
3. Edema Alveolar
Pada stadium ini terjadi kebocoran cairan ke ruang interstisium yang tidak
dapat dikompensasi oleh drainase limfatik sehingga cairan dapat masuk ke
dalam alveoli (edema alveolar) dan ke cavum pleura (efusi pleura).8
10
b. Efusi Pleura
Efusi pleura terjadi bilateral pada 70% kasus CHF, jika terjadi efusi pleura
unilateral, biasanya efusi lebih sering terjadi pada paru kanan daripada
paru kiri. Pada foto polos thoraks proyeksi PA setidaknya harus terdapat
175 ml cairan pada cavum pleura sehingga bisa terlihat yang ditandai
dengan sudut costofrenikus yang tumpul.7
11
c. Penebalan
Fisura
Interlobaris
Cairan terkumpul di rongga subpleura, antara pleura visceral dan
parenkim paru. Cairan dapat terkumpul di fisura manapun (fissura mayor,
minor, accessory fissures, azygous fissure).7
13
Gambar II. 14 Bat’s wing Appereance
14
BAB III
KESIMPULAN
Secara radiologis, edema paru dapat dibagi menjadi edema paru interstisial
dan edema paru alveolar. Edema paru adalah suatu kegawatdaruratan medis yang
membutuhkan penanganan segera, selain dari anamnesis yang terarah dan
pemeriksaan fisik, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang radiologi berupa foto
thoraks pada pasien dengan kecurigaan edema paru untuk menegakkan diagnosis,
selain itu pemeriksaan rontgen thoraks diperlukan untuk evaluasi pengobatan.
Pemeriksaan foto thorax dapat dipakai untuk membedakan edema paru
kardiogenik dan non kardiogenik. Gambaran radiologi edema paru pada foto polos
thoraks berupa blurring vaskular, kerley lines, Bat’s wing appearance, konsolidasi,
dan penebalan fisura interlobaris.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Harun S dan Sally N. Edem Paru Akut. 2009. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B,
Alwi I, Simadibrata M, Setiati,editor. Buku AjarI lmu Penyakit Dalam 5th ed.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. p. 1651-3
2. Soemantri. 2011. Cardiogenic Pulmonary Edema. Naskah Lengkap PKB
XXVI Ilmu Penyakit Dalam 2011. FK UNAIR-RSUD DR.Soetomo, p.113-9
3. Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta EA. Edema Pulmo. Dalam: Oentari
W, Menaldi SL, editors. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jilid: 1. Jakarta:
Media Aesculapius. 2014.p.846-8
4. Rasad S. Radiologi Diagnostik. Edisi: II. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
2009.p.131-44
5. Harun S, Sally N. Edema paru akut. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2009.p.1651-7.
6. Chait A. Interstitial Pulmonary Edema. Radiologic Notes in Cardiology. 2019;
45: 1323-3130
7. Ware LB, Matthay MA. Acute Pulmonary Edema. New England Journal
Medicine. 2005
8. Cremers S, Bradshaw J, Herfkens S. Chest X-Ray Heart Failure. The
Radiology Assistant. 2010 (diakses pada 12 Oktober 2019). Available at:
https://radiologyassistant.nl/chest/chest-x-ray-heart-failure.
9. Koga, T, Fujimoto, K. Kerley’s A, B and C Lines. New England Journal
Medicine. 2009 (diakses pada 14 Oktober 2019) Available at:
https://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMicm0708489
16