Oleh :
Preseptor :
BAGIAN RADIOLOGI
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya untuk Allah SWT. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah kepada Nabi SAW. Alhamdulillah, dengan nikmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan referat dengan judul “Gambaran Radiologis pada Dextrocardia” yang
merupakan salah satu tugas ilmiah di siklus radiologi yang saat ini penulis jalani.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Lila Indrati, Sp.Rad selaku
preseptor referat ini yang telah memberikan arahan dan petunjuk, dan semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan referat ini. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan referat ini. Semoga referat ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Permukaan anterior jantung dan pembuluh darah besar........................ 3
Gambar 2. 2 Gambar skematik kontur jantung pada radiograf. ................................. 4
Gambar 2. 3 Penampang melintang toraks setinggi vertebrae thoracica VIII ............ 5
Gambar 2. 4 Struktur dinding jantung ...................................................................... 5
Gambar 2. 5 PA normal dan radiografi lateral. ......................................................... 8
Gambar 2. 6 Pengukuran CTR jantung .................................................................... 9
Gambar 2. 7 Pengukuran diameter Aorta ................................................................. 9
Gambar 2. 8 Trakea pada foto toraks PA ............................................................... 10
Gambar 2. 9 Hilus pada foto toraks PA .................................................................. 10
Gambar 2. 10 Lapangan paru pada foto toraks ....................................................... 11
Gambar 2. 11 diafragma pada foto toraks .............................................................. 11
Gambar 2. 12 Sinus kosto frenikus pada foto toraks............................................... 12
Gambar 2. 13 Anatomi normal pada angiografi CT jantung. .................................. 14
Gambar 2. 14 Axial (A) ......................................................................................... 16
Gambar 2. 15 Hipertrofi Ventrikel kanan (PA) ...................................................... 19
Gambar 2. 16 CT-Scan Hipertrofi Ventrikel kanan ................................................ 20
Gambar 2. 17 MRI Hipertrofi Ventrikel Kanan ...................................................... 21
Gambar 2. 18 Foto toraks LVH ............................................................................. 21
Gambar 2. 19 CT-Scan dan MRI pada hipetrofi ventrikel kiri. ............................... 23
Gambar 2. 20 rontgen toraks tetralogy of fallot ...................................................... 25
Gambar 2. 21 MRI tetrology of fallot..................................................................... 26
Gambar 2. 22 Radiografi dextrocardia. ................................................................. 30
Gambar 2. 23 Dextrocardia dengan situs solitus. ................................................... 30
Gambar 2. 24 Dextrocardia dengan situs inversus. ................................................ 31
Gambar 2. 25 Ekokardiografi dextrocardia dengan situs inversus. ......................... 32
Gambar 2. 26 Ekokardiografi dari kasus dextrocardia dan situs inversus totalis.... 32
Gambar 2. 27 Ekokardiografi Dextrocardia situs solitus ........................................ 33
Gambar 2. 28 USG pada Dextrocardia dengan situs inversus ................................ 33
iii
Gambar 2. 29 CT Scan Dextrocardia dengan situs inversus ................................... 34
Gambar 2. 30 CT Scan terkomputasi dada Dextrocardia dengan situs inversus. ..... 35
Gambar 2. 31 CT Scan perut bagian atas pada Dextrocardia dengan situs inversus.35
Gambar 2. 32 Pencitraan resonansi magnetik jantung (T1 bright blood sequence).. 36
Gambar 2. 33 spurious Dextrocardia ..................................................................... 37
Gambar 2. 34 Desktroposisi Jantung ...................................................................... 38
Gambar 2. 35 Rontgen AP Dextrocardia situs inversus. ........................................ 38
Gambar 2. 36 CT-scan Kartagener Syndrome ........................................................ 39
Gambar 2. 37 X-Ray Dextroversion....................................................................... 39
Gambar 2. 38 Angiogram Dextroversi. .................................................................. 40
Gambar 2. 39 Anomali situs di Primary Ciliary Dyskinesia dengan x-ray dada. ..... 40
Gambar 2. 40 Transposisi arteri besar dibandingkan dengan anatomi normal. ........ 41
Gambar 2. 41 Rontgenogram tubuh total bayi dengan sindrom heterotaksis ........... 42
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dextrocardia adalah anomaly posisi jantung dimana jantung berada
dihemitoraks kanan dengan aksis basis ke apeks mengarah kekanan dan kaudal.
Kelainan posisi ini diakibatkan jantung sendiri bukan karena kelainan di luar jantung.
Dextroxardia harus dibedakan dengan dekstroposisi jantung yang didefinisikan
sebagai perpindahan jantung kesebelah kanan sebagai akibat dari sebab diluar jantung
seperti hypoplasia paru kanan, pneumonektomi kanan atau hernia diafragmatikus.1
Pada tahun 1643, Marco Severino untuk pertama kalinya menjelaskan
dextrocardia sebagai kondisi dimana posisi jantung berada di sisi kanan tubuh.
Hampir 200 tahun kemudian, Matthew Bailie menjelaskan pertukaran posisi total,
seperti bayangan cermin dari organ abdomen dan toraks dan memberi istilahsitus
inversus.2
Frekuensi kejadian situs inversus bervariasi pada berbagai populasi, anomali
anatomis ini secara umum terjadi pada 1 dari 10000 orang.3 Pada kebanyakan
janin/bayi dengan dextrocardia ditemukan juga penyakit jantung bawaan. Kelainan
jantung yang ditemukan cukup beragam dan insidensinya bergantung pada
lokasi/situs atrium jantung.4
Dextrocardia biasanya tidak menunjukkan gejala, sedangkan dextrocardia
dengan situs inversus dan sindrom Kartagener dapat memiliki banyak gejala
tergantung pada kelainan yang menyertainya. Pemeriksaan fisik pasien dengan
dextrocardia mungkin menunjukkan adanya sianosis, clubbing, impuls apikal yang
menonjol di sisi kanan toraks, dan suara jantung yang mudah terdengar di sisi kanan
toraks.5
Dextrocardia sering didiagnosis secara kebetulan pada pemeriksaan radiologi
rutin, yang menunjukkan lokasi jantung yang tidak normal. Elektrokardiogram
(EKG) juga dapat mengungkapkan adanya dekstrokardia yang dibuktikan dengan
1
deviasi aksis kekanan, inversi semua kompleks di sadapan I, gelombang p tegak di
AVL, dan tidak adanya perkembangan gelombang R di sadapan anterior. Pembalikan
ekstremitas mungkin menghasilkan temuan EKG yang serupa; namun, dengan pola
EKG normal pada sadapan prekordial. Ekokardiogram, computed tomography (CT)
scan toraks, dan magnetic resonance imaging (MRI) toraks dapat membantu
mengevaluasi dextrocardia dan anomali terkait.5
2
BAB 2
PEMBAHASAN
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Radioanatomi toraks
3
Gambar 2. 2 Gambar skematik kontur jantung pada radiograf.7
Dari kranial ke kaudal,batas kanan jantung dibentuk oleh struktur berikut ini:
V.cava superior
Atrium kanan (Atrium dextrum)
Dari kranial ke kaudal,batas kiri jantung dibentuk oleh struktur berikut ini:.
Arkus aorta (Arcus aortae)
Truncus pulmonalis
Auricula sinistra
Ventrikel kiri (Ventriculus sinister)
4
Gambar 2. 3 Penampang melintang toraks setinggi vertebrae thoracicaVIII dilihat
dari bawah7
5
2.1.1 Foto Toraks
A. Posisi Foto Toraks
1. Foto AP dan PA
Jika yang diambil foto AP, bayangan jantung akan termagnifikasi (besar)
dan menutupi sebagian paru karena letak jantung jauh dari film, itulah sebabnya
dipilih foto PA.Biasanya foto AP diambil jika pasien tidak bisa turun dari tempat
tidur sehingga pasien di foto di tempat tidur sambil berbaring terlentang. Karena
pasien berbaring, pada foto AP costa bagian posterior tampak lebih mendatar,
diagframa tampak lebih tinggi dan volume paru tampak lebih kecil jika di
bandingkan dengan gambaran jika pasien berdiri. Pada foto PA jarak antara
tabung dan film (FFD/ film focused distance) sekitar 1,8 m, biasanya digunakan
tegangan 60-90 kV. Tegangan yang tinggi (120-150kV) dapat digunakan untuk
memperjelas tanda tanda di jaringan paru.8-10
3. Posisi Lain
Posisi lain biasanya digunakan sebagai pelengkap kalau foto PA tidak
terlihat. Bisa juga dilakukan untuk melihat struktur tertentu yang sulit dilihat
dengan posisi standar.8-10
1. Top lordotik (apical lordotik) arah sinar dari AP tapi bersudut 50-600 dari
arah bawah, untuk melihat sarang-sarang dari apeks (puncak paru) yang
pada foto PA tersembunyi dibawah clavicula dan costa I. Dilakukan untuk
memeriksa TB, biasanya jenis minimal lesion.
2. Foto posisi berbaring (recumbency) untuk melihat letak dan sifat-sifat
cairan dalam cavitas, rongga pleura atau sela pleura interlobaris. Sinar
6
diarahkan dari samping ,bisa dari kiri atau kanan. Jadi seperti foto lateral,
hanya saja pasien dalam posisi tidur.
3. Foto posisi oblique dapat menunjukkan area retrocardia, sudut posterior
ruang costophrenicus dan dinding toraks.
4. Foto lateral decubitus dapat menunjukkan adanya cairan dalam pleura,
misalnya untuk membedakan gambaran efusi sub pulmoner (efusi yang
hanya mengisi ruang costo phrenicus) dengan gambaran diagframa yang
terlalu tinggi.
5. Foto ekspirasi maksimal selain dapat digunakan untuk menunjukkan air
atau fluid trapping pada emfisema obstruktif yang mengenai seluruh paru,
lobus atau segmen, serta untuk melihat pergerakkan diagframa pada
kelainan diagframa, misalnya paralisis nervus phrenicus,dll
2. Simetris
Cara mengetahui kesimetrisan foto adalah jarak antara sendi sterno
klavikularis dekstra dan sinistra terhadap garis median adalah sama. Jika jarak
antara kanan dan kiri berbeda berarti foto tidak simetris.9
7
C. Foto Toraks Normal
Dalam keadaan normal anatomi setiap orang dapat berbeda satu sama
lainnya, sedangkan batas antara sakit dan tidak sangat samar. Karena itu amat
penting untuk kita mengetahui batas-batas yang disebut normal.9
(A)Pandangan PA dari toraks normal. RA, atrium kanan; RDPA, arteri pulmonalis desendens
kanan; RPA, arteri pulmonalis utama kanan; SVC, vena kava superior; AA, lengkung aorta;
DA, aorta toraks desendens proksimal; LPA, arteri pulmonalis kiri; RV, ventrikel kanan. (B)
Pandangan lateral dari toraks normal. RV, ventrikel kanan; RSS, ruang kosong retrosternal; AA,
aorta asendens; LPA, arteri pulmonalis kiri; RPA, arteri pulmonalis kanan menghadap; IVC,
vena kava inferior; LA, atrium kiri; LV, ventrikel kiri.11
8
D. Gambaran Toraks Normal
1. CTR <50%
Cardio thoracic index: diameter terjauh jantung dibandingkan lebar
torak,nilainya tidak boleh lebih dari 50%.12
2. Aorta
- Tak melebar: mengukur diameter arcus aorta. Diameter ascus aorta
<6-8 cm (a)12
- Tak elongation: apakah aorta turtous, jarak dari tip aorta ke garis mid
caput klavicula > 1,5-2 cm (b)12
- Tidak ada kalsifikasi
9
3. Mediastinum superior tidak melebar: batas mediastinum tidak melebihi 1/3
hemithoraks.12
4. Trakea di tengah/midline: tidak deviasi kekanan/kiri oleh karena pendesakan
(massa) atau penarikan (atelektasis).12
10
6. Paru12
- Bronkovaskular
- Corakan bronkovaskular: < 2/3 lapangan paru
- Tak tampak infiltrate
- Tak tampak lesi seperti nodul, corakan meningkat
7. Diafragma12
- Kanan lebih tinggi dari kiri
- Licin: tidak suram (bergerak)
11
8. Sinus Kosto frenikus:12
- Sudut yang dibentuk oleh costae dan diafragma lancip
- Bila tumpul biasanya merupakan pertanda adanya cairan di rongga
pleura
9. Tulang:12
- Costae, vertebtratorakalis, clavikula, dan scapula
- Tanda-tanda fraktur dan skoliosis
- Struktur tulang seperti adanya osteoporosis
- Lesi blastik/ lusen
12
2.1.2 CT Scan
Indikasi utama untuk CT jantung adalah untuk mengevaluasi arteri
koroner pada subjek dengan tes stres nuklir tak tentu, untuk mengkarakterisasi
atau mengkonfirmasi anomali koroner atau jantung, untuk menilai lokasi dan
patensi cangkok bypass, dan dalam beberapa kasus, untuk menilai adanya
penyakit aterosklerotik pada subjek yang datang ke unit gawat darurat dengan
nyeri toraks atipikal. Yang terakhir sering dilakukan untuk mengevaluasi
emboli paru dan diseksi aorta secara bersamaan (triple rule-out).11
13
Gambar 2. 13 Anatomi normal pada angiografi CT jantung. 11
(A) Gambar kompositaksial dan (B) volume 3D yang dirender gambar dalam proyeksi miring
anterior kanan, miring anterior kiri, dan cephalad (dari kiri ke kanan). Ao, aorta; AV, aortic valve;
CS, coronary sinus; Diag, diagonal branch; IVC, inferior vena cava; LA, left atrium; LAA, left
atrial appendage; LAD, left anterior descending artery; LCX, left circumflex artery; LM, left main
coronary artery; LIPV, left inferior pulmonary vein; LPA, left pulmonary artery; LSPV, left
superior pulmonary vein; LV, left ventricle; MV, mitral valve; MPA, main pulmonary artery; RA,
right atrium; RCA, right coronary artery; RIPV, right inferior pulmonary vein; RPA, right
pulmonary artery; RSPV, right superior pulmonary vein; RV, right ventricle; RVOT, right
ventricular outflow tract; SVC, superior vena cava.11
14
2.1.3 MRI
Pencitraan MR juga dapat mengevaluasi jantung, karena tidak
menggunakan radiasi pengion, dapat memberikan data morfologi dan fisiologis,
dan dapat dilakukan untuk memberikan gambar cine-loop. Pencitraan jantung MR
tetap menjadi tantangan karena kesulitan yang melekat secara bersamaan
menangani gerakan pernapasan dan jantung, data spasial dan temporal, dan
pemeriksaan yang sesuai dengan pertanyaan klinis spesifik. Dengan demikian,
pencitraan MR sebagian besar merupakan alat pemecahan masalah, bukan studi
skrining.11
Indikasi utama untuk pencitraan MR adalah penyakit jantung bawaan dan
dugaan massa intrakardiak, disfungsi katup, penyakit perikardial, dan kelainan
aorta. Dari sudut pandang fungsional, MR memiliki kemampuan untuk menilai
fungsi dan gerakan jantung, membedakan infark dari iskemia dan membantu
menentukan kelayakan revaskularisasi dan mengukur aliran melintasi katup atau
koarktasio. Di sisi penelitian, pencitraan MR juga menunjukkan beberapa harapan
dalam mengukur tingkat kerusakan dari aterosklerosis arteri koroner dan
mengevaluasi komposisi plak aterosklerotik.11
A
15
Gambar 2. 14 Axial (A)11
Axial (A), short-axis (B), and long-axis (C) gradient echo “white blood” MR images with normal
anatomy. Ao, aorta; LA, left atrium; LPA, left pulmonary artery; LV, left ventricle; RA, right
atrium; RV, right ventricle.11
16
berikut: Hipertensi pulmonal dengan atau tanpa disfungsi ventrikel kiri Kondisi
yang mempengaruhi katup trikuspid yang menyebabkan regurgitasi trikuspid (TR)
yang signifikan.13
Etiologi paling umum dari hipertrofi ventrikel kanan adalah penyakit paru
berat. Gangguan yang menyebabkan hipertensi pulmonal dan hipertrofi ventrikel
kanan sekunder adalah sebagai berikut: Hipertensi arteri pulmonal (PAH),
Hipertensi pulmonal karena penyakit jantung kiri, Hipertensi pulmonal akibat
penyakit paru dan/atau hipoksia, Hipertensi pulmonal tromboemboli kronis
(CTEPH), Hipertensi pulmonal dengan mekanisme multifaktorial yang tidak jelas
Penyebab TR primer meliputi: Cedera katup langsung akibat instrumentasi
jantung, trauma dada, anomali Ebstein, demam rematik, endokarditis infektif dan
marantik, iskemia/infark ventrikel kanan, prolaps katup trikuspid, gangguan
jaringan ikat, sindrom karsinoid, dan TR yang diinduksi obat.13
Penyebab lain yang kurang umum dari hipertrofi ventrikel kanan adalah
ketinggian tinggi, pirau kiri ke kanan, defek septum atrium, defek septum
ventrikel, anomali aliran balik vena pulmonal, sindrom Eisenmenger, stenosis
katup pulmonal atau arteri pulmonalis, hipertiroidisme, fibrosis jantung, dan
kardiomiopati. mempengaruhi RV, dan sindrom jantung atlet. 13
Dalam menentukan hipertrofi ventrikel kanan dibutuhkan anamnesis
berupa gejala yang dirasakan pasien, riwayat penyakit dahulu, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis dapat ditemukan gejala-gejala akibat
hipertensi pulmonal atau regurgitasi katup triskupid yang menyebabkan hipertrofi
ventrikel kanan, seperti nyeri dada saat beraktivitas (angina), biasanya karena
hipoperfusi subendokard yang disebabkan oleh peningkatan tekanan dinding
ventrikel kanan dan kebutuhan oksigen miokard tetapi kadang-kadang disebabkan
oleh kompresi dinamis arteri koroner utama kiri oleh arteri pulmonalis yang
membesar. Risiko ini paling besar untuk pasien dengan batang arteri pulmonalis
dengan diameter setidaknya 40 milimeter Edema perifer akibat kegagalan
ventrikel kanan, peningkatan tekanan jantung pengisian sisi kanan, dan ekspansi
volume ekstraseluler. Sinkop aktivitas karena ketidakmampuan untuk
meningkatkan curah jantung selama aktivitas atau bradikardia refleks yang
sekunder untuk aktivasi mekanoreseptor di ventrikel kanan. Anoreksia dan/atau
17
nyeri perut kuadran kanan atas karena kongesti hepatik pasif. Gejala yang tidak
umum termasuk batuk, hemoptisis, dan suara serak (sindrom Ortner). Kompresi
nervus laringeus rekuren kiri oleh arteri pulmonalis utama yang melebar
menyebabkan suara serak.13
Pada pemeriksaan fisik akan dapat ditemukan adanya peningkatan pada
vena jugularis, udem tungkai dan banyak lagi yang ditemukan. Sedangkan untuk
pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pemeriksaan elektrokardiogram,
pemeriksaan radiologi.13
Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan adalah pemerikaan
konvensional rontgen torak dan pemeriksaan echocardiography. Berikut tanda dan
khas pemeriksaan radiologi pada kasus hipertrofi ventrikel kanan :
18
lateral tampak venrikel kanan yang melekat pada sternum melebihi sepertiga
bagian. (gambar 2.2)15
19
Gambar 2. 16 CT-Scan Hipertrofi Ventrikel kanan16
20
Gambar 2. 17 MRI Hipertrofi Ventrikel Kanan19
Severe idiopathic pulmonary hypertension in a 28 year-old man; pulmonary
arterial pressure at right catheterisation was 70 mmHg. Focal areas of
hyperintense signal are observed at the level of both ventricular junctions on STIR
T2WI (a, arrows) matching mesocardial spots of late enhancement in the same
location (b, arrows). Severe concentric RV hypertrophy is observed on short-axis
cine-SSFP endsystole image with flattening and inversion of the interventricular
septum during contraction (c)
21
CT-SCAN hipertrofi ventrikel
CT menggunakan sinar-X yang dikirim ke seluruh tubuh dan diserap pada
intensitas yang berbeda tergantung pada jaringan. Detektor di sisi lain tubuh
mengidentifikasi sisa sinar-X, yang memungkinkan diferensiasi jaringan CT
jantung sebagian besar digunakan untuk menyingkirkan adanya penyakit arteri
koroner pada pasien dengan risiko menengah Namun, penggunaan CT jantung
diharapkan berkembang pesat, karena memungkinkan evaluasi anatomi dan lesi
onary, dan memfasilitasi pengambilan keputusan sebelum prosedur invasif.
22
Gambar 2. 19 CT-Scan dan MRI pada hipetrofi ventrikel kiri. 21
23
Konvensional rontgen toraks tetralogy of fallot
Gambaran rontgen toraks mungkin normal, atau mungkin menunjukkan
kardiomegali dan bayangan ventrikel kanan (RV) yang menonjol. Meskipun ciri
khas dari tetralogy of fallot pada bayi adalah jantung berbentuk sepatu bot klasik
(gambar 2.5), dimana vaskularisasi yang berkurang di paru-paru dan penonjolan
yang berkurang dari arteri pulmonalis menjadi jelas, bentuk klasik jantung ini
tidak selalu terlihat dalam tetralogy of fallot. Jantung berbentuk sepatu bot dilabeli
berlebihan pada neonatus, yang biasanya memiliki hipertrofi ventrikel kanan.
Namun rontgen toraks pada kasus lordosis, jantung yang normal mungkin tampak
seperti sepatu bot. Penggunaan ekokardiografi telah mengurangi pentingnya
rontgen toraks dalam diagnosis awal penyakit jantung bawaan. Ekokardiografi
harus digunakan untuk mengkonfirmasi temuan radiografi yang sugestif dari
tetralogy of fallot.22
24
Gambar 2. 20 rontgen toraks tetralogy of fallot22
25
Pemindaian computed tomography (CT) memiliki peran yang jarang
dalam evaluasi tetralogy of fallot. Modalitas ini berguna untuk evaluasi
komplikasi bedah seperti infeksi atau pembentukan pseudoaneurisma. Pemindaian
CT heliks dapat digunakan untuk mengidentifikasi kompresi jalan napas yang
disebabkan oleh aorta asendens besar yang terkait dengan tetralogy of fallot.22
26
2.5 Definisi dan Epidemiologi Dextrocardia
a. Definisi
b. Epidemiologi
Dextrocardia adalah kondisi yang sangat langka, dan penelitian telah
mengungkapkan tingkat kejadian dextrocardia menjadi sekitar 1 dari 12.000
kehamilan. Sindrom kartagener memiliki tingkat kejadian sekitar 1 dari 30.000
kelahiran hidup, dan situs inversus totalis terlihat pada sekitar 50% pasien dengan
diskinesia silia primer. Dextrocardia terisolasi terlihat pada 0,6% pasien dengan
27
diskinesia silia primer. Belum ada predileksi terkait etnis atau gender yang
dijelaskan untuk Dextrocardia.5
b. Patofisiologi
Dextrocardia terjadi sebagai akibat kelainan pada perkembangan
embriologis jantung. Jantung adalah organ pertama yang berkembang dalam
embrio. Jantung janin berkembang dari tabung jantung embrio, yang dibentuk
oleh fusi tabung endokardium. Tabung jantung menempel pada aspek kranial ke
batang arteri, dan aspek kaudal terhubung ke saluran vena. Setelah tabung jantung
terbentuk, langkah penting berikutnya dalam perkembangan jantung adalah
looping. Perulangan menentukan posisi ventrikel dalam hubungannya dengan
atrium. Tabung jantung dapat berputar ke kanan (disebut sebagai loop D) atau
loop ke kiri (disebut sebagai L-loop). Dengan D-loop, ventrikel kanan morfologis
terletak di sebelah kanan ventrikel kiri, sedangkan dengan L-loop, ventrikel kanan
morfologis terletak di sebelah kiri ventrikel kiri. 5
Jika loop D-bulboventrikular gagal bermigrasi ke hemitoraks kiri, hal itu
dapat menyebabkan dekstrokardia dengan jantung berada di hemitoraks kanan.
Demikian pula, jika loop L-bulboventrikular menyelesaikan rotasi di hemitoraks
kanan, jantung dapat terletak di hemitoraks kanan. Tidak sepenuhnya jelas
28
keadaan yang menyebabkan penyimpangan ini dalam perkembangan embrio,
namun, hubungan dengan defek pada dynein atau motilitas silia telah
diimplikasikan.25
29
Hemidiafragma kanan muncul pada tingkat yang lebih rendah
dibandingkan dengan kiri.
30
Radiografi dada dapat membantu dalam mengkonfirmasi diagnosis
dextrocardia dengan situs solitus, di mana kasus apeks jantung dan lengkung aorta
akan terletak di sisi kanan dada, dengan gelembung udara lambung yang terletak
di perut kiri atas
b. USG/ Ekokardiografi
Ekokardiografi menunjukkan morfologi atrium kiri dan kanan. Morfologi
atrium kanan memiliki koneksi ke vena cava superior dan inferior dan appendage
atrium yang lebar. Morfologi atrium kiri memiliki appendage atrium kiri yang
sempit.32
31
Gambar 2. 25 Ekokardiografi dextrocardia dengan situs inversus.33
32
Gambar 2. 27 Ekokardiografi Dextrocardia situs solitus. 35
Pasien dengan dekstrokardia, situs solitus atrium dan visera, transposisi
lengkap arteri besar dan penjajaran kiri pelengkap atrium. Pemindaian
parasternalshortaxis tinggi pada septum midatrial menunjukkan orientasi
diagnostik septum atrium (AS, panah kecil) yang terlihat pada penjajaran kiri
pelengkap atrium. Apendiks atrium kanan (RAA) terletak posterior dan di sebelah
kiri arteri yang dialihkan (Ao = aorta; PA = arteri pulmonalis). Korpus atrium kiri
(LA) terletak posterior dari apendiks atrium kanan.
Ultrasonografi menunjukkan anatomi bayangan cermin dari visceral perut.
Ultrasonografi janin dapat digunakan untuk mendeteksi situs inversus in utero,
yang menjadi pengingat tentang kemungkinan penyakit jantung bawaan, yang
kemudian memerlukan evaluasi lebih lanjut. 32
33
Pada gambar hasil USG dengan kasus dextrokardia dengan situs inversus
diatas, aorta dan apeks jantung berada pada sisi kanan.
Tingkat kepercayaan dengan ultrasonografi tinggi. Meskipun
dimungkinkan untuk tergantikan sisi kiri dan kanan tampilan ultrasonografi
dengan menahan transduser ke belakang atau membalikkan gambar secara
elektronik, kesalahan ini hanya terjadi pada pengguna yang tidak berpengalaman.
Diagnosis positif palsu atau negatif palsu dengan ultrasonografi tidak mungkin.
c. CT-Scan
Pemindaian CT menunjukkan anatomi bayangan cermin dari viceral situs
inversus (lihat gambar di bawah). Jantung dan pembuluh darah besar adalah
mirror-image dari anatomi normalnya. Hemitoraks kiri berisi paru-paru trilobed,
sedangkan hemitoraks kanan berisi paru-paru bilobed, dan hati dan kantong
empedu di sebelah kiri, sedangkan limpa dan perut di sebelah kanan.
34
Gambar 2. 30 CT Scan terkomputasi dada pada Dextrocardia dengan situs
inversus.36
Pemindaian tomografi terkomputasi dada diperoleh pada tingkat saluran
keluar aorta pada pria 40 tahun dengan situs inversus dan dekstrokardia. Gambar
ini menunjukkan kebalikan dari anatomi jantung normal. Atrium kiri (LA), atrium
kanan (RA), ventrikel kiri (LV), dan ventrikel kanan (RV) ditampilkan. Aorta
desendens (DA) ada di sebelah kanan
35
Tingkat kepercayaan dengan CT scan tinggi. Dalam mempersiapkan CT
scan, sangat penting memperhatikan posisi pasien — tengkurap atau terlentang —
dan apakah pasien dipindahkan ke kepala pemindai terlebih dahulu atau kaki
terlebih dahulu. Jika orientasi tidak ditentukan dengan benar, orientasi kiri-kanan
ditampilkan dengan tidak benar, dan situs inversus disimulasikan.
d. MRI
MRI adalah tambahan pemeriksaan yang berharga untuk ekokardiografi
dan angiografi dalam menunjukkan kelainan penyakit jantung bawaan dan dalam
membantu perencanaan bedah. Modalitas pencitraan ini sangat membantu dalam
mendiagnosis situs atrium. Morfologi atrium kanan berisi ostium sinus coroner,
koneksi ke vena cava inferior suprahepatik, apendiks atrium piramidal yang besar
dan berbasis lebar, crista terminalis, dan otot pektinat. Morfologi atrium kiri
memiliki ostia untuk vena pulmonalis dan pelengkap atrium dengan dasar sempit
dan berbentuk tabung, bengkok.37,38
36
Tingkat kepercayaan dengan MRI tinggi. Seperti halnya CT scan, jika
teknologi salah mencatat apakah pasien dipindahkan dengan kepala terlebih
dahulu atau kaki terlebih dahulu ke dalam lubang atau apakah pasien tengkurap
atau terlentang, gambar akan dibalik, dan situs anatomi yang salah disimulasikan.
Diagnosis Banding
1. Spurious Dextrocardia
Jantung berada pada sisi kanan dada sebagai akibat dari penyebab
ekstrakardiak, seperti hernia diafragma, pneumonektomi kanan, atau hipoplasia
paru kanan.
37
Gambar 2. 34 Desktroposisi Jantung
Efusi pleura masif di sisi kiri mendorong jantung bersama dengan
mediastinum ke sisi kanan menghasilkan dekstroposisi. Tingkat efusi yang lebih
tinggi di aksila terlihat jelas. Bayangan hati di sisi kanan menunjukkan situs
solitus. Gelembung udara perut tidak terlihat dengan baik. 41,42
38
Gambar 2. 36 CT-scan Kartagener Syndrome.43
Konsolidasi, sumbat lendir dan jalur trem (panah) di zona bawah kedua
paru-paru yang menunjukkan bronkiektasis terlihat. Computed tomography
(HRCT) resolusi tinggi dari paru-paru menunjukkan penebalan dinding bronkial
basilar bilateral yang parah dan bronkiektasis.
39
Gambar 2. 38 Angiogram Dextroversi.45
Pandangan anterior-posterior sebelum injeksi bahan kontras ditampilkan di
sebelah kiri, yang menggambarkan posisi jantung ke kanan. Tengah, film yang
dipilih dari seri angiokardiografi untuk menunjukkan posisi ventrikel kanan dan
atrium kanan. Kanan, diagram kekeruhan dalam film ini. Film-film selanjutnya
menguraikan aorta dan arteri pulmonalis, ditunjukkan oleh garis putus-putus pada
diagram. Pesawat memisahkan kanan dari ventrikel kiri memiliki posisi yang
lebih sagital. Ada tidak ada transposisi pembuluh darah besar. Perhatikan
gelembung gas lambung di bawah daun kiri diafragma.
40
5. Transposition of the great vessel (TGA): Pembuluh darah utama jantung
terhubung secara terbalik dengan pembalikan ruang jantung.
41
menunjukkan tampilan mediastinum yang normal, dengan bayangan timus yang
normal. (d) Gambar menunjukkan pola aliran darah (panah) melalui jantung
dengan transposisi arteri besar
Sindrom heterotaxy atau situs ambiguus (juga umum, tetapi secara etimologis
kurang tepat, dieja situs ambigu) adalah gangguan pada distribusi kiri-kanan
organ dada dan perut yang tidak sepenuhnya sesuai dengan bayangan cermin
lengkap. Ini terjadi dari gangguan perkembangan embriologis awal dengan
sebagian besar kasus bersifat sporadis. Hal ini juga diklasifikasikan di bawah
kelompok sindrom cardiosplenic.49
42
total anomali sambungan vena pulmonal, hepar garis tengah, dan malrotasi,
dengan sebagian besar usus halus di sebelah kanan dan usus besar di sebelah kiri.
b. Prognosis
- Prognosis pasien dengan dekstrokardia tergantung pada ada tidaknya defek
kongenital lain yang menyertai dan jenis anomali kongenital.
- Pasien dengan dekstrokardia terisolasi memiliki umur normal tanpa
komplikasi.
43
- Bayi baru lahir dengan dekstrokardia dan asplenia mudah terkena infeksi
bakteri (terutama infeksi dari organisme berkapsul seperti Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Meningococcus) dan
bakteremia yang mengancam jiwa. Pasien-pasien ini mungkin memerlukan
antibiotik profilaksis.5
c. Komplikasi5
- Gagal untuk berkembang
- Kegagalan pernapasan
- Gagal jantung kongestif
- Infeksi berat, terutama dari organisme berkapsul.
- Infertilitas pada pria pada sindrom Kartagener
- Sinusitis dan pneumonia berulang
- Obstruksi usus karena malrotasi
44
BAB 3
KESIMPULAN
BAB 3 KESIMPULAN
Dextrocardia merupakan suatu kelainan bawaan yang jarang ditemui di
mana jantung berada di sisi kanan rongga dada. Ini sering dikaitkan dengan
anomali perkembangan lainnya dan dalam banyak kasus dextrocardia didiagnosis
secara kebetulan. Pada dextrocardia dapat terjadi dengan sendirinya atau dapat
disertai dengan pembalikan posisi organ lain. Penelitian telah mengungkapkan
tingkat kejadian dextrocardia menjadi sekitar 1 dari 12.000 kehamilan.
Dextrocardia terjadi sebagai akibat kelainan pada perkembangan embriologis
jantung. Dextrocardia terisolasi atau dextrocardia dengan jantung normal tidak
menunjukkan gejala apapun, sedangkan dextrocardia dengan situs inversus dan
sindrom Kartagener dapat memiliki banyak gejala tergantung pada kelainan yang
menyertainya.
Modalitas yang digunakan dalam kasus dextrocardia meliputi radiografi
konvensional, ultrasonography (USG), Ekokardiografi, CT scan, dan MRI.
Rontgen dada dapat membantu dalam diagnosis dekstrokardia dimana ditemukan
Puncak jantung mengarah ke kanan, Lengkungan aorta sisi kanan, dan
Hemidiafragma kanan muncul pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan
dengan kiri. Ekokardiografi menunjukkan morfologi atrium kiri memiliki
appendage atrium kiri yang sempit dan kanan yang memiliki koneksi ke vena cava
superior dan inferior dan appendage atrium yang lebar. Ultrasonografi
menunjukkan anatomi bayangan cermin dari visceral perut yang dapat digunakan
untuk mendeteksi situs inversus in utero. Pemindaian CT menunjukkan anatomi
bayangan cermin dari viceral situs inversus, didapatkan Jantung dan pembuluh
darah besar adalah mirror-image dari anatomi normalnya. Hemitoraks kiri berisi
paru-paru trilobed, sedangkan hemitoraks kanan berisi paru-paru bilobed, dan hati
dan kantong empedu di sebelah kiri, sedangkan limpa dan perut di sebelah kanan.
MRI adalah tambahan pemeriksaan yang berharga untuk ekokardiografi dan
angiografi dalam menunjukkan kelainan penyakit jantung bawaan dan dalam
membantu perencanaan bedah. Modalitas pencitraan ini sangat membantu dalam
mendiagnosis situs atrium.
45
Penatalaksanaan dekstrokardia bervariasi tergantung pada adanya kelainan
kongenital lainnya. Pada pasien yang memiliki malformasi jantung terkait seperti
defek dinding jantung, malposisi pembuluh darah, Tetralogi Fallot, defek septum
dan kelainan katup rekonstruksi bedah mungkin perlu dipertimbangkan. Prognosis
pasien dengan dekstrokardia tergantung pada ada tidaknya defek kongenital lain
yang menyertai dan jenis anomali kongenital.
46
DAFTAR PUSTAKA
11. Chen, M. Y. M., Pope, T. L., Ott, D. J: Basic Radiology, 2nd Ed., The
McGraw-Hill Companies, Inc. 2011:67-68
47
14. Lily I dan Rilanto. Buku Penyakit Kardiovaskuler (PKV). 2012
16. Schoepf, U. J., Kucher, N., Kipfmueller, F., Quiroz, R., Costello, P., &
Goldhaber, S. Z. Right Ventricular Enlargement on Chest Computed
Tomography: A Predictor of Early Death in Acute Pulmonary
Embolism. Circulation. 2004;110(20):3276-80.
22. S Bruce Greenberg, MD; Chief Editor: Eugene C Lin, MD. “Tetralogy of
Fallot Imaging” Tetralogy of Fallot Imaging: Practice Essentials,
Radiography, Computed Tomography. Medscape. 2019.
48
27. Arunabha DC, Sumit RT, Sourin B, Sabyasachi C, Subhasis M.
Kartagener’s Syndrome: a Classical Case. Ethiop J Health Sci.
2014;24(4):363–8.
29. Ogunlade O, Ayoka AO, Akomolafe RO, Akinsomisoye OS, Irinoye AI,
Ajao A, et al. The role of electrocardiogram in the diagnosis of dextrocardia
with mirror image atrial arrangement and ventricular position in a young
adult Nigerian in Ile-Ife: A case report. J Med Case Rep [Internet].
Available from: http://dx.doi.org/10.1186/s13256-015-0695-4
31. Sutton D. Textbook of Radiology and Imaging Seventh Edition. 7th ed.
China: RDC Group Limited; 2003:376 .
35. Rice MJ, Seward JB, Hagler DJ, Edwards WD, Julsrud PR, Tajik AJ. Left
juxtaposed atrial appendages: Diagnostic Two-dimensional
echocardiographic Features. J Am Coll Cardiol [Internet]. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/S0735-1097(83)80148-X
36. Boland MR, Lowery AJ, Walsh S, Beddy D, Prichard RS, O’Shea D, et al.
Incidental Phaeochromocytoma on Staging PET-CT in a Patient with a
Sigmoid Tumour and Situs Inversalis Totalis. Case Rep Surg. 2014:1–4.
37. Kouwenhoven JWM, Bartels LW, Vincken KL, Viergever MA, Verbout
AJ, Delhaas T, et al. The Relation Between Organ Anatomy and Pre-
existent Vertebral Rotation in The Normal Spine: Magnetic Resonance
Imaging Study in Humans with Situs Inversus Totalis. Spine (Phila Pa
1976). 2007;32(10):1123–8.
49
38. Rossi AC, Pluijmert M, Bovendeerd PHM, Kroon W, Arts T, Delhaas T.
Assessment and Comparison of Left Ventricular Shear in Normal and Situs
Inversus Totalis Hearts by Means of Magnetic Resonance Tagging. Am J
Physiol - Hear Circ Physiol. 2015;308(5):H416–23.
42. Baranchuk A, Somani R, Simpson CS, Michael KA, Redfearn DP. Ablation
of a Left Lateral Accessory Pathway in a Patient with Dextroposition of
The Heart. Cardiol J. 2012;19(4):439-40.
44. Sjahriar Rasad. Radiologi Diagnostik UI Edisi Kedua. Vol. 51, Universitas
Indonesia. 1999. 435–444 p.
46. Kennedy MP, Omran H, Leigh MW, Dell S, Morgan L, Molina PL, et al.
Congenital Heart Disease and Other Heterotaxic Defects in A Large Cohort
of Patients with Primary Ciliary Dyskinesia. Circulation.
2007;115(22):2814–21.
47. Mai CT, Isenburg JL, Canfield MA, et al. For The National Birth Defects
Prevention Network. National Population-Based Estimates for Major Birth
Defects, 2010-2014. Birth Defects Res 2019:1– 16.
49. Cohen MS, Anderson RH, Cohen MI, Atz AM, Fogel M, Gruber PJ, et al.
Controversies, Genetics, Diagnostic Assessment, and Outcomes Relating to
The Heterotaxy Syndrome. Cardiol Young. 2007;17(SUPPL. 2):29–43.
50