Anda di halaman 1dari 50

CARDIOVASKULAR NORMAL

CARDIO VASKULAR SYSTEM


Makalah

Tutorial C3
dr. Hans Dharma, Sp.KJ

Disusun oleh :

Linna Asni Zalukhu 121.0211.025

Agnes Listyanakristi P 121.0211.053

Maya Sari Lanita 121.0211.082

Nindya Nadila 121.0211.092

Titan Muhammad Rijali 121.0211.110

Mohammad Hargo 121.0211.143

Diary Arina Qonita 121.0211.147

Alivia Febianita 121.0211.164

Chevi Hidayat 121.0211.176

Muhammad Gilang P 121.0211.179

Bagus Indra Wicaksana 121.0211.195

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA

TAHUN AJARAN 2013/2014

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang
telah dilimpahkan kepada kami tutorial C3 selaku penyusun, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini kami lakukan untuk pembelajaran dan memenuhi
standar penilaian dan juga sebagai acuan belajar kami untuk ujian SOCA. Makalah
ini berisi materi mengenai cardiovaskular. Dalam proses penyusunan laporan ini
kami telah memperoleh banyak dorongan dan bantuan baik berupa bimbingan
maupun berupa sumbangan materi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat dr.
Hans Dharma, Sp.KJ selaku pembimbing tutorial C3, serta rekan-rekan lain yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun.
Kami berharap, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami sendiri sebagai penyusun pada khususnya. Demikian pengantar
yang dapat kami sampaikan. Terima kasih.

Jakarta,
Desember 2013

C3

2
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................ i
Daftar Isi ................................................ ii
Daftar Gambar ................................................ v

BAB I
Case ................................................ 1
Terminologi ................................................ 3
Problems ................................................ 4
Hipotesis ................................................ 5
Mekanisme ................................................ 6
I don’t know ................................................ 7
Learning Issues ................................................ 8

BAB II
EMBRIOLOGI
KARDIOVASKULAR NORMAL
Fase Permulaan ................................................ 10
Perkembangan Tubulus Kordis ................................................ 12

Pembentukan Sekat ................................................ 14


Atrioventrikularis
Pembentukan Katup Atrioventrikuler ................................................ 14

Pembentukan Sekat didalam ................................................ 15


Trunkus Arteriosus dan Konus
Kordis
Perkembangan Katup Semilunaris ................................................ 16

ANATOMI KARDIOVASKULAR
NORMAL

3
Letak ................................................ 17
Lapisan Pembungkus Jantung ................................................ 17
Lapisan Jantung ................................................ 17
Ruangan Jangtung ................................................ 18
Katup jantung ................................................ 18
Vaskularisasi ................................................ 19
Inervasi ................................................ 19

HISTOLOGI
KARDIOVASKULAR NORMAL
Jantung
Lapisan Endokardium ................................................ 20
Lapisan Miokardium ................................................ 21
Lapisan perikardium ................................................ 22
Pembuluh Darah
Klasifikasi
Arteri besar ................................................ 24
Arteri sedang ................................................ 25
Arteriol ................................................ 26
Vena besar ................................................ 27
Vena sedang ................................................ 28
Venula ................................................ 29
Kapiler kontinyu ................................................ 30
Kapiler berfenestra ................................................ 30
Kapiler sinusoid ................................................ 31

4
FISIOLOGI KARDIOVASKULAR
NORMAL
Jantung
Aktivitas listrik ................................................ 32
Kontraksi otot jantung ................................................ 33
Siklus jantung
Curah jantung ................................................ 34
Pembuluh Darah ................................................ 36
Arteri
Arteriol ................................................ 37
Kapiler ................................................ 37
Vena ................................................ 38
Tekanan darah ................................................ 38
Reflek baroreseptor ................................................ 40
................................................ 41
BAB III
Penutup ................................................ 43
Daftar Pustaka ................................................ 44

5
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 ……………………………………………... 10
Gambar 2 ……………………………………………... 10
Gambar 3 ……………………………………………... 11
Gambar 4 ……………………………………………... 11
Gambar 5 ……………………………………………... 12
Gambar 6 ……………………………………………... 13
Gambar 7 ……………………………………………... 13
Gambar 8 ……………………………………………... 14
Gambar 9 ……………………………………………... 14
Gambar 10 ……………………………………………... 15
Gambar 11 ……………………………………………... 16
Gambar 12 ……………………………………………... 16
Gambar 13 ……………………………………………... 19
Gambar 14 ……………………………………………... 21
Gambar 15 ……………………………………………... 21
Gambar 16 ……………………………………………... 22
Gambar 17 ……………………………………………... 23
Gambar 18 ……………………………………………... 24
Gambar 19 ……………………………………………... 25
Gambar 20 ……………………………………………... 26
Gambar 21 ……………………………………………... 27
Gambar 22 ……………………………………………... 28
Gambar 23 ……………………………………………... 29
Gambar 24 ……………………………………………... 30
Gambar 25 ……………………………………………... 31
Gambar 26 ……………………………………………... 31
Gambar 27 ……………………………………………... 41

6
BAB I

CASE
HALAMAN 1.

Seorang laki-laki, berusia 25 tahun ingin menjadi petugas keamanan disuatu


perusahaan. Bapak ini telah melewati berbagai tes, antara lain : Tes fisik, tes
kesehatan, dan yang terakhir adalah wawancara. Bapak ini melakukan latihan dulu
sebelum tes, supaya peredaran darahnya lancar. Keesokan harinya, Bapak ini
menjalani tes fisik berupa lari mengelilingi lapangan. Setelah berlari mengelilingi
lapangan, temannya melihat wajahnya terlihat lebih merah. Bapak ini juga
merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Setelah menyelesaikan tes fisik, Bapak
ini kemudian menjalani tes kesehatan.

7
HALAMAN 2.

Dokter melakukan pemeriksaan fisik pada Bapak ini.

Hasil pemeriksaan fisik yang didapat adalah :

Nadi : 110 x/menit HR : 110 x/menit

Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher : JVP normal

Thorax : Bentuk dan gerak simetris

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Normal

Perkusi : Batas jantung normal

Abdomen : Normal

Ekstremitas : tidak ada kelainan

Pada akhir pemeriksaan supaya data lebih lengkap dokter meminta bapak
ini untuk melakukan pemeriksaan EKG untuk mengetahui kelistrikan jantung.

8
TERMINOLOGI
 JVP : Jugular Venous Pressure adalah tekanan sistem vena yang
diamati secara tidak langsung (indirek). Secara langsung (direk), tekanan
sistem vena diukur dengan memasukan kateter yang dihubungkan dengan
sphygmomanometer melalui vena subclavia dextra yang diteruskan hingga
ke vena centralis (vena cava superior).

Karena cara tersebut invasif, digunakanlah vena jugularis


(eksterna dexter). Sebagai pengganti sphygmomanometer dengan titik nol
(zero point) ditengah atrium kanan. Titik ini kira-kira berada pada
perpotongan antara garik tegak lurus dari angulus Ludovici ke bidang yang
dibentuk kedua linea midaxillaris.

Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal dengan


posisi tegak. Ia baru terlihat pada posisi berbaring di sepanjang permukaan
musculus sternocleidomastoideus.

JVP yang meningkat adalah tanda klasik hipertensi vena


(seperti gagal jangtung kanan). Peningkatan JVP dapat dilihat sebagai
distensi vena jugularis, yaitu JVP tampak hingga setinggi leher, jauh lebih
tinggi daripada normal.

9
PROBLEMS
1. Adakah pengaruh latihan sebelum tes fisik dengan lancarnya peredaran
darah?
2. Apakah jantung yang berdegup kencang mempengaruhi wajahnya yang
terlihat lebih merah? Bagaimana mekanismenya?

10
HIPOTESIS
1. Normalitas Kardiovaskular Sistem

11
MEKANISME
♂, 25 tahun

Tes fisik :

- Sebelum tes, melakukan latihan agar peredaran darah lancar


- Setelah tes, wajah terlihat lebih merah dan jantung berdegup lebih cepat

Tes Kesehatan :

Nadi : 110 x/menit HR : 110 x/menit

Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher : JVP normal

Thorax : Bentuk dan gerak simetris

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Normal

Perkusi : Batas jantung normal

Abdomen : Normal

Ekstremitas : tidak ada kelainan

12
I DON’T KNOW

1. Embriologi Kadiovaskular Normal


2. Anatomi Kadiovaskular Normal
3. Histologi Kadiovaskular Normal
4. Fisiologi Kadiovaskular Normal

13
LEARNING ISSUES
1. Embriologi Kadiovaskular Normal
- Fase Permulaan
- Perkembangan Tubulus Kordis
- Pembentukan Sekat Atrioventrikularis
- Pembentukan Katup Atrioventrikuler
- Pembentukan Sekat didalam Trunkus Arteriosus dan Konus Kordis
- Perkembangan Katup Semilunaris

2. Anatomi Kardiovaskular Normal


- Letak
- Lapisan Pembungkus Jantung
- Lapisan Jantung
- Ruangan Jangtung
- Katup jantung
- Vaskularisasi
- Inervasi

3. Histologi Kardiovaskular Normal


- Jantung
 Lapisan Endokardium
 Lapisan Miokardium
 Lapisan Perikardium
- Pembuluh Darah
 Klasifikasi
a. Arteri Besar

14
b. Arteri Sedang
c. Arteriol
d. Vena Besar
e. Vena Sedang
f. Venula
g. Kapiler Kontinyu
h. Kapiler Berfenestra
i. Kapiler Sinusoid

4. Fisiologi Kardiovaskular Normal


- Jantung
 Aktivitas Listrik
 Kontraksi Otot Jantung
 Siklus Jantung
 Curah Jantung
- Pembuluh Darah
 Arteri
 Arteriol
 Kapiler
 Vena
 Tekanan Darah
 Reflek Baroreseptor

15
BAB II

PEMBAHASAN
EMBRIOLOGI

Embriologi jantung terjadi pada pertengahan minggu ketiga kehamilan


(tepatnya hari ke 18), terjadi karena mudigah bertambah besar, sehingga makanan
yang diterima secara difusi dari induknya tidak mencukupi lagi pada saat ini dan
mudigah membutuhkan suplai darah jantung, pembuluh darah untuk pertumbuhan
selanjutnya.

A. Fase Permulaan

Sel-sel mesenkim di dalam lapisan splanchicus mesoderm berlipat ganda


dan membentuk kelompok angiogenesik yang terpisah satu sama lain.

Gambar 1

Kelompok ini mula-mula terletak pada sisi kiri mudigah, tetapi dengan cepat
menyebar ke arah kepala. Kelompok ini kemudian berongga, bersatu dan
membentuk jalinan pembuluh darah kecil yang berbentuk tapak kuda .

Gambar 2

16
Bagian depan tengah jalinan ini dikenal sebagai daerah kardiogenik.
Diatasnya rongga selom intraembrional yang akhirnya berkembang menjadi rongga
perikardium.

Pada hari ke 19, dari mesoderm mudigah akan terbentuk 2 tubulus


endokardial. Dan pada hari ke 21, tubulus ini bersatu membentuk tubulus cordis
primitif.

Gambar 3

Tubulus ini berkembang menjadi :

 Sinus venosus
 Atrium primitive
 Ventrikel primitive
 Bulbus kordis

Dan pada hari ke 22 jantung mulai berdenyut. Gambar 4

Pada minggu ke IV, tubulus kordis menekuk dan melipat. Bulbus kordis
terdorong ke inferior dan anterior dan bagian kanan mudigah. Primitif ventrikel
berpindah ke kiri. Primitif atrium dan sinus venosus berpindah ke superior dan
posterior. Dengan ini, pada hari ke 28, tubulus kordis berbentuk S.

17
Gambar 5

Pertumbuhan jantung yang besar terjadi pada minggu 5-8. Tubulus jantung
berkembang dengan bersekat-sekat sehingga membentuk : 4 kamar (2 atrium dan 2
ventrikel) dan pembuluh darah yang keluar dan masuk ke jantung. Pertama kali
diawali oleh terbentuknya sekat atau septum. Sekat ini terbentuk oleh pertumbuhan
massa jaringan yang aktif dan saling mendekat dan pertumbuhan aktif satu
massatunggal yang terus meluas.

B. Perkembangan Tubulus Kordis


 Septum Interatrial

Membagi atrium atas kiri dan kanan. Terdiri atas : septum primum dan
septum sekundum yang saling overlap. Kedua bagian ini berhubungan dengan
massa jaringan yang disebut bantalan endokardium. Lobang diantara lembaran
bawah septum primum dan bantalan endokardium disebut ostium primum.

Dalam perkembangan selanjutnya, perkembangan bantal endokardium akan


menutup ostium primum. Lobang pada septum secundum disebut foramen ovale.
Bagian atas septum primum berangsur-angsur menghilang, bagian yang tertinggal
menjadi katup foramen ovale.

Darah mengalir melalui celah ini dari atrium kanan ke kiri dan mendorong
septum primum ke kiri. Setelah lahir (paru-paru mulai berfungsi). Darah dari atrium
kiri mendorong septum primum dan sekundum dan menutup septum interatrial.
Yang tersisa bentuk cekungan pada septum inter atrial yang disebut: Fossa Ovalis

18
Gambar 6

 Septum Interventriculare

Menjelang akhir minggu keempat, kedua ventrikel sederhana mulai


melebar. Dinding medial yang sedang meluas ini berhimpitan dan tumbuh ke
superior dari dasar ventrikel. Perhimpitan ini berangsur-angsur bersatu dan
membentuk septum interventriculare. Bagian superior septum berasal dari septum
aortico pulmonarius yang akan menjadi trunkus arteriosus ke trunkus pulmonarius
dan aorta ascendens.

Gambar 7

19
C. Pembentukan Sekat Atrioventrikularis

Katup atrioventrikulare, muskulus papilaris, dan korda tendine berasal dari


lantai ventrikel. Pada akhir minggu ke 4, terdapat 2 bantalan mesenkim yaitu
bantalan endokardium pada tepi atas dan bawah kanalis atrio ventrikularis. Selain
itu ada bantalan endokardium lateral kanan dan kiri. Bantalan-bantalan ini makin
menonjol dan akan bersatu, menyebabkan pembagian kanalis atrio ventrikularis
menjadi orifisium atrioventrikulare kanan dan kiri.

Gambar 8

D. Pembentukan Katup Atrioventrikuler

Setelah bantalan endokardium bersatu, setiap orifisium atrioventrikulare


dikelilingi oleh proliferasi jaringan mesenkim setempat, sehingga terbentuk katup-
katup. Jaringan yang terletak diatas permukaan ventrikel yang berproliferasi ini
menjadi berongga, karena aliran darah. Katup-katup yang terbentuk berhubungan
dengan dinding ventrikel melalui tali-tali otot. Jaringan otot pada tali-tali ini
berdegenerasi, diganti oleh jaringan penyambung yang meliputi endokardium,
disebut muskuli papilaris, yang dihubungkan pada trabekula oleh korda tendinae.

Gambar 9

20
E. Pembentukan Sekat didalam Trunkus Arteriosus dan Konus Kordis

Selama minggu ke lima, dibagian sefalik trunkus arteriosus terbentuk rigi-


rigi yaitu:

 Rigi trunkus superior kanan


 Tumbuh ke distal dan kiri
 Rigi trunkus superior kiri
 Tumbuh ke distal dan kanan

Dalam pertumbuhannya kearah sakus trunko aortikus, berputar satu sama


lain.

Gambar 10

Setelah penyatuan sempurna, rigi-rigi membentuk sekat yang dikenal :


septum. Aortiko pulmonale yang membagi trunkus : saluran aorta dan saluran
pulmonalis. Pada saat yang sama, pada dinding dorsal kanan dan ventral kiri konus
kordis, tumbuh rigi yang serupa.

Setelah sekat trunkus selesai, rigi konus tumbuh saling mendekati. Rigi
konus kanan berakhir pada pinggir atas orifisium atrioventrikularis kanan. Rigi
konus kiri meluas ke sepanjang sisi kanan kaki depan septum interventrikulare pars
muskularis.

Setelah kedua rigi konus bersatu, sekat membagi konus menjadi :

 Bagian anterolateral (saluran keluar ventrikel kanan)


 Bagian posteromedial (saluran keluar ventrikel kiri

21
Gambar 11

Foramen interventrikulare yang terdapat di atas septum interventrikulare


pars muskularis mengecil. Foramen ini kemudian menutup karena pertumbuhan
jaringan bantalan endokardium bawah. Setelah menutup sempurna, foramen
interventikulare menjadi septum interventrikulare pars membranasea

F. Perkembangan Katup Semilunaris

Dalam saluran aorta dan saluran pulmonalis terbentuk tonjolan. Tonjolan


ini berangsur-angsur cekung pada permukaan atasnya, sehingga membentuk
valvula semilunaris.

Gambar 12

22
ANATOMI

A. Letak

Jantung adalah organ otot sekepalan tangan yang terletak di antara sternum
dan vertebra, terletak di atas diafragma, miring ke depan kiri. Pada bagian depan
dibatasi oleh sternum dan costae 3,4,5, bagian paling anterior adalah apex kordis di
ICS 4-5 midclavicula sinistra, panjang 12 cm, lebar 9 cm, berat 300-400 gram.

B. Lapisan Pembungkus Jantung

Pembungkus jantung terdiri dari :

 Perikardium fibrosa

Terketak di luar, melekat pada sternum di ligament sternopericardiaca.

 Perikardium serosa
- Lamina parietal

Membatasi pericardium fibrosum dan melipat di pembuluh darah besar.

- Lamina visceral (epikardium)

Menempel pada jantung, disebut juga epikardium.

C. Lapisan Jantung

Lapisan jantung terdiri dari :

 Perikardium (epikardium)

Merupakan membrane tipis terluar.

 Miokardium (otot jantung)

Merupakan serat otot bentuk spiral dan melingkari.

 Endokardium (endotelium)

Merupakan lapisan tipis endothelium.

23
D. Ruang Jantung

Jantung mempunyai empat ruang yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel
kanan, dan ventrikel kiri. Atrium adalah ruangan sebelah atas jantung dan
berdinding tipis, sedangkan ventrikel adalah ruangan sebelah bawah jantung dan
mempunyai dinding lebih tebal karena harus memompa darah ke seluruh tubuh.

Atrium kanan berfungsi sebagai penampung darah rendah oksigen dari


seluruh tubuh. Atrium kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru-
paru dan mengalirkan darah tersebut ke paru-paru. Ventrikel kanan berfungsi
menerima darah dari atrium kanan dan memompakannya ke paru-paru. Ventrikel
kiri berfungsi untuk memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh.

E. Katup Jantung

Katup jantung terdiri dari :

 Atrioventrikular

Merupakan katup yang terletak di antara atrium dan ventrikel.

- Trikuspidalis

Terletak di antara atrium dextra dan ventrikel dextra. Terdiri dari 3 buah
katup. Terdapat chorda tendinea di ujungnya yang menempel pada muskulus
papillaris pada ventrikel. Muskulus papillaris berfungsi untuk membuka dan
menutupnya katup.

- Bikuspidalis (mitral)

Terletak di antara atrium sinistra dan ventrikel sinistra. Terdiri dari 2 buah
katup. Terdapat chorda tendinea di ujungnya yang menempel pada muskulus
papillaris pada ventrikel. Muskulus papillaris berfungsi untuk membuka dan
menutupnya katup.

24
 Semilunar

Berbentuk setengah lingkaran. Terdiri dari 3 buah katup. Fungsi dari katup
semilunar adalah untuk mencegah kembalinya aliran darah ke ventrikel.

- Pulmonal
- Aorta
F. Vaskularisasi
 Arteri

A. Atrium dextra
A. coronaria
dextra a. Coronaria
descencedens
posterior
Aorta

a. Circumflex
A. coronaria
sinistra
a. Descendens
anterior sinistra

Gambar 13
 Vena
- V. Tabesia dari miokardium atrium kanan dan ventrikel kanan.
- V. Kardiaka anterior mengosongkan sebagian besar isi ventrikel
langsung ke atrium kanan.
- Sinus koronarius, pengembalian vena miokard ke atrium kanan melalui
ostinum sinus koronarius di samping V. Cava inferior.
G. Inervasi

Dipersarafi oleh sarah otonom di nodus SA

 Saraf simpatis : pada nodus SA dan AV (mempercepat).


 Saraf parasimpatis (N.Vagus) : pada nodus SA dan AV (memperlambat).

25
HISTOLOGI

Jantung

A. Ruangan
 Atrium Dextra dan Sinistra
 Ventriculus Dextra dan Sinistra
B. Lapisan Dinding
 Endokardium
 Miokardium
 Perikardium ( 2 LapisBerisi cairan)
- Lamina Visceralis Pericardii( EPICARDIUM )
- Lamina Parietalis Pericardii
C. Struktur Tambahan
 Rangka Fibrosa
 Valvula
 Musculus Papillaris
 Chordae Tendineae

1. Lapisan Endocardium
a. Sel Endotel :
- Poligonal Gepeng
- Berlanjut Dengan Endotel Pembuluh Darah
b. Lapisan Subendotel
- Lapisan jaringan pengikat longgar tipis : Fibroblas, serat kolagen, dan
sedikit serat elastis .
- Lapisan jaringan pengikat padat tebal : Lebih banyak serat elastis
dan sedikit berkas otot polos.
c. Lapisan Sub-Endorkardial
- Jaringan pengikat longgar
- Mengandung pembuluh darah , saraf, dan sistem konduksi jantung
- Mengikat endokardium dengan miokardium

26
Gambar 14

2. Lapisan Miokardium
a. Gambaran Umum
- Lapisan paling tabal: Otot otot jantung
- Sel Kontraktil (Utama)
- Sel berfungsi konduksi
- Anyaman serabut elastis diantara sel sel otot jantung
b. Dinding Atrium
- Terdapat anyaman serabut elastis antara berkas otot jantung
c. Dinding Ventriculus
- Lebih tabal dari pada dinding atrium
- Sedikit serabut elastis
- Tonjolana tonjilan berkas otot jantung kedalam rongga

Gambar 15

27
3. Lapisan Pericardium

Pembungkus serosa berbentuk kantong dan permukaan dilapisi oleh mesotel


yg berisis cairan 2 lapisan, yaitu :

a. Lamina Parietalis
- Lapisan tipis jaringan pengikat: Serabut elastis, serabut kolagen,
fibroblas, sel makrofag, dan sel sel mesotel
b. Lamina Visceralis (Epicardium)
- Menempel pada miokardium
- Permukaan bebas ditutupi oleh selapis sel sel mesotel
- Dibawah mesotel: Jaringan pengikat longgar tipis mengandung serabut
elastis, pembuluh darah, dan serabut saraf

Sistem Pembuluh Darah

Terdiri dari:

 Arteri
 Vena
 Penghubung arteri dan vena
 Pembuluh darah bentuk khusus

Gambar 16

28
1. Klasifikasi Pembuluh Darah
a. Arteri
- Arteri Besar (Arteri tipe elastika/penyalur)
- Arteri Sedang (Arteri tipe muskoler/distribusi)
- Arteri Kecil
b. Vena
- Vena Kecil
- Vena Sedang
- Vena Besar
c. Penghubung Arteri dan Vena
- Metarteriola
- Kapiler
 Kapiler Berfenestra
 Kapiler tidak berfenestra
 Kapiler glomerulus
- Anastomosis Arterivenosa
d. Pembuluh Darah Bentuk Khusus
- Sinus Venosus

2. Struktur Umum Pembuluh Darah

Dinding pembuluh darah terdiri dari 3 lapis kecuali kapiler :

a. Tunica Intima (1)


- Lapisan dalam yg ditutupi oleh sel endotel
b. Tunica Media (2)
- Lapisan tengah
c. Tunica Adventitia (3)
- Lapisan luar

Gambar 17

29
ARTERI BESAR

1. Tunica Intima
- Endotel
- Lapisan Sub-endotelial
 Jaringan pengikat longgar kadang kadang sel otot polos
 Sedikit serabut kolagen, elastis dan fibroblas
2. Tunica Media ( Tebal : 500 m)
- Membran Elastica Interna
- 40 - 70 Lembar lamina elastic berjarak 5 m - 15 m
- Celah-celah diisi sel otot polos, fibroblast, serat kolagen membrane
elastic externa tipis
3. Tunica Adventitia (Tipis)
- Jaringan pengikat serabut kolagen memanjang
- vasa vasorum

Contoh :

- AORTA
- - A. SUBCLAVIA
- - A. ANONIMA
- - A. CAROTIS COMMUNIS
- - A. SUBCLAVIA

Gambar 18

30
ARTERI SEDANG

1. Tunica Intima
- Endotel
- Lapisan Sub-Endotel: Jaringan pengikat kadang kadang sedikit sel sel
otot polos
- Membran Elastica Interna: Mencolok (bergelombang)
2. Tunica Media
- Lapisan jaringan otot polos dapat mencapai 40 lapisan
- Diantara lapisan otot polos terdapat lapisan elastic bercampur serat
retikuler
- Otot polos tersususn melingkar
- Membrana Elastica Externa
3. Tunica Adventitia
- Mungkin lebih tebal dari pada Tunica Media
- Serat serat elastis, kolagen, memanjang, fibroblas
- Vasa Vasorum

Gambar 19

31
ARTERIOL

1. Tunica Intima
- Endotel
- Lamina Basalis tipis
- Lapisan subendotelial tipis dengan sel elastis dan retikuler
- Membrana elastica interna tipis
2. Tunica Media
- Paling banyak 2 lapis otot polos melingkar
3. Tunica Adventitia
- Jaringan pengikat longgar tipis

Gambar 20

32
VENA BESAR

1. Tunica INTIMA ( 45 m - 68 m)


- Endotel
- Jaringan pengikat sangat tipis
2. Tunica Media
- Tidak berkembang dengan baik
- Seringkali tidak ada
3. Tunica Adventitia
- Merupakan bagian utama dari dinding
- Jaringan pengikat: Serabut elastis, dan serabut kolagen yg memanjang
- Terutama mengandung serabut otot polos memanjang

Contoh :

- VENA CAVA
- VENA PORTAE
- V. LIENALIS

Gambar 21

33
VENA SEDANG (2 – 9 mm)

1. Tunica Intima (Tipis)


- Sel endotel
- Jaringan pengikat tipis sedikit serabut elastis
2. Tunica Media (Lebih Tipis daripada Arteri Sedang)
- Terutama sel otot polos sirkuler
- Otot polos dipisahkan serabut kolagen memanjang
- Sedikit fibroblas
3. Tunica Adventitia (Lebih Tebal daripada Tunica Media)
- Jaringan pengikat longgar dengan berkas tebal serabut kolagen
memanjang dan anyaman serabut elastis
- Bagian dalam sering ada berkas sel sel otot polos memanjang

Gambar 22

34
VENULA (15 m - 200 m)

Menerima darah dari kapiler

1. Dinding
a. Tunica Intima
- Endotel
- Jaringan pengikat, beberapa sel otot polos, makin besar diameternya sel
sel makin rapat
b. Tunica Media
- Satu atau beberapa lapis sel sel otot polos
c. Tunica Adventitia
- Fibroblas dan serabut tipis elastic dan kolagen memanjang
2. Sifat
- Permeabilitas Cukup Tinggi

Gambar 23

35
KAPILER KONTINYU

1. Sel Endotel Tidak Berfestra


- Sel Endotel Memiliki Gelembung Pinositik
- Berfungsi transpor makromolekul
2. Penyebaran
- Jaringan Otot
- Jaringan Pengikat
- Kelenjar Eksokrin
- Jaringan Saraf Sawar Darah Otak

Gambar 24

KAPILER BERFENESTRA

- Fenestra pada sitoplasma endotel : 60-80 nm


- Diafragma menutupi fenestra: lebih tipis dari membran sel
- Lamina basalis utuh
- Transport cepat
- Terdapat pada
 Ginjal
 Usus
 Kelenjar
 Endokrin
- Kapiler berfenestra tanpa diafragma (kapiler glomerulus)
- Fenestra tanpa diafragma
- Lamina basalis tebal

36
- Khas untuk filtrasi darah pada glomerulus ginjal

Gambar 25

KAPILER SINUSOID

- Menghubungkan
 VENA dan VENA
 ARTERIA dan VENA
- Berkelok kelok
- Diameter: 30 m - 40 m
- Hubungan endotel tidak rapat
- Endotel berfenestra banyak tanpa diafragma
- Penyebaran
 Terutama di hepar
 Jaringan hematopoiesis
 Lien

Gambar 26

37
FISIOLOGI
Jantung

1. Aktivitas Listrik

Kontraksi sel otot jantung mendorong darah dicetuskan oleh potensial aksi
yang menyebar melalui membrane sel-sel otot. Jantung berkontraksi atau berdenyut
secara berirama akibat potensial aksi yang ditimbulkanya sendiri,suatu sifat yang
dikenal sebagai ototritmisitas.

a. Terdapat dua jenis sel jantung:


- sel kontraktil,sekitar 99% terdpat di jantung
- sel otoritmik sel yang mencetuskan dan menghantarkan potensial aksi yang
bertanggung jawab untuk berkontraksi sel-sel pekerja.

Berbeda dengan sel saraf dan sel otot rangka yang membranya tetap berada
pada potensial istrahat yang konstan, kecuali apabila sel di rangsang. Sel-sel jantung
tidak memilki potansial istrahat sel-sel ini memperlihatkan aktivitas
pemacu(pacemaker activity), yaitu membrane mereka secara perlahan mengalami
depolarisasi atau bergeser antara potensial-potensial aksi sampai ambang tercapai.

b. Bagian-bagian sel jantung yang mengalami otoritmisitas :


- nodus sinoatrium (SA) daerah kecil khusus di dinding atrium kanan dekat
lubang muara vena kava superior
- nodus atrioventrikel (AV) sebuah berkas kecil sel-sel otot jantung khusus
didasar atrium kanan dekat septum, tepat di atas pertautan atrium ventrikel.
- berkas his suatu jaras sel-sel khusus yang berasal dari nodus AV dan masuk
ke septum antrioventrikel, tempat berkas tersebut bercabang membentuk
berkas kanan dan kiri yang berjalan ke bawah melalui septum, melingkari
ujung bilik ventrikel dan kembali ke atrium di sepanjang dinding luar.
- serat purkinje serat-serat terminal halus yang berjalan dan berkas his
menyebar keseluruh miokardium ventrikel seperti ranting-ranting pohon.

c. Penyebaran eksitasi jantung

38
Sebuah potensial aksi yang di mulai di nodus SA pertama kali menyebar ke
dua atrium. Penyebran impuls tersebut dipermudah oleh dua jalur penghantar
atrium khusus, jalurantar atrium dan jalur antarnodus. NodusAV adalah satu-
satunya titik tempat potensial aksi dapat menyebar dari atrium ke ventrikel. Dari
nodus AV, potensila aksi menyebar cepat keseluruh ventrikel, diperlancar oleh
sistem penghantar khusus terdiri dari berkas his dan serat purkinye.

2. Kontraksi Otot Jantung

Potensial aksi di sel kontraktil jantung

Merambat melalui tubulus transfersus

↓+

Pengeluaran Ca di reticulum sarkoplasma + masuknya Ca dari CES

↓ ↓

Ca meningkat di sitosol

Kompleks troponin-tropomiosin di filament tipis tergeser

Siklus jembatan silang antara filament tebal dan tipis

Filament tipis bergeser ke dalam di antara filament tebal

Kontraksi

39
3. Siklus Jantung

Darah dari vena ke dalam atrium sehingga tekanan atrium meningkat

Katup AV terbuka

Ventrikel dalam keadaan diastole

Volume ventrikel meningkat

Akhir diastole ventrikel nodus SA mencapai ambang dan membentuk potensial


aksi

Volume diastolic akhir, end diastolic volume (EOV)

Terjadi kontraksi ventrikel meningkat sehingga mendorong katup AV ini menutup

Semua katup menutup, interval waktu ini disebut kontraksi ventrikel


isovolumetrik (volume dan panjang konstan )

Kontraksi ventrikel meningkat sehingga melebihi tekanan aorta, katup aorta


terbuka, ventrikel sistol

40

Kurva tekanan aorta meningkat darah dialirkan ke pembuluh-pembuluh darah


yang kecil

Setelah darah disemprotkan ke aorta volume ventrikel perlahan menurun,


ventrikel pada akhir sistol ketika fase ejeksi usai disebut volume sistolik akhir
(esv)

Jumlah darah yang keluar dari setiap ventrikel pada setiap kontraksi dikenal
sebagai volume stoke (sv)

Ketika ventrikel mulai berelaksasi karena repolarisasi

Tekanan ventrikel menurun dibawah tekanan aorta

Katup aorta menutup

Takik dikrotik

Ventrikel tidak mengalirkan darah ke aorta tapi tekanan ventrikel masih lebih
tinggi dari atrium sehingga katup AV masih tertutup

Relaksasi ventrikel isovolumetrik

41

Repolarisasi atrium dan depolarisasi vebtrikel terjadi secara bersamaan sehingga


dalam keadaan diastole selama ventrikel dalam keadaan sistol

4. Curah Jantung

Curah jantung atau cardiac output adalah volume darah yang di pompa oleh
tiap ventrikel per menit. Dua factor penentu curah jantung adalah kecepatan denyut
jantung dan volume sekuncup.

Kecepatan denyut jantung rata-rata adalah 70 kali permenit, yang di


tentukan oleh oirama nodus SA, sedangkan volume sekuncup rata-rata adalah 70
ml per denyut, sehingga curah jantung rata-rata adalah 4900 ml/menit.

Curah jantung = Kecepatan denyut jantung x volume sekuncup

CO = 70 denyut/menit x 70 ml/denyut

= 4900 ml/menit = 5 l/menit

Jantung di persyarafi oleh kedua divisi system saraf otonom yang dapat
memodifikasi kecepatan kontraksi.

Sistem saraf parasimapatis akan membuat jantung bekerja dengan santai,


dibawah system saraf parasimpatis jantung akan berdenyut lebih lambat, waktu
kontraksi atrium dan ventrikel akan memanjang. Ini sesuai dengan kenyataan
bahwa system para simpatis mengkontrol kerjan jantung dalam situasi yang santai
dan senang.

Sistem saraf simpatis sebaliknya dengan parasimpatis, sistema saraf


simapatis akan mebuat jantung bekerja lebih cepat karena dia akan membuat
kontraksi jantung lebih cepat ini, ini di lakukan saat seseorang sedang berolahraga.

42
- Volume sekuncup

Jumlah darah yang di pompa keluar tiap-tiap ventrikel sekali berdenyut.


Terdapat dua jenis control yang mempengaruhi volume sekuncup.

 Kontrol intrinstik yang berkaitan dengan seberapa banyak aliran balik vena
 Kontrol ekstrinstik yang berkaitan dengan tingkat stimulasi simpatis pada
jantung.

Pembuluh Darah

1. Arteri

Arteri berfungsi sebagai jalur cepat untuk menyampaikan darah dari jantung
ke jaringan, karena radiusnya besar dan resistensinya rendah. Jantung secara
bergantian berkontraksi untuk memompa darah ke arteri dan berelaksasi untuk
memasukkan darah dari vena. Tidak ada darah yang dipompa jantung saat
berelaksasi. Namun aliran kapiler tidak berfluktuasi selama sistol dan diastol, darah
terus mengalir melalui kapiler untuk mencapai jaringan. Gaya pendorong yang
dihasilkan oleh sifat elastis dinding pembuluh darah karena kandungan elastin dan
kolagen pada lapisan media arteri.

2. Arteriol

Pada saat mencapai suatu organ yang diperdarahinya, arteri akan bercabang
menjadi arteriol. Arteriol merupakan pembuluh darah dengan resistensi tertinggi.
Resistensi pada pembuluh darah dipengaruhi oleh viscositas darah, panjang
pembuluh darah, dan jari-jarinya. Jari-jari pada arteriol dapat mengalami konstriksi
dan dilatasi karena struktur pada tunika media lebih banyak berisi otot polos yang
dipengaruhi saraf simpatis. Kontrol yang mempengaruhi diameter arteriol antara
lain

43
a. Perubahan Metabolik Lokal

Misalnya saat beraktivitas, otot akan kekurangan O dan CO akan


menumpuk, disertai penumpukan laktat dan peningkatan kebutuhan energi. Pada
saat itu arteriol akan mengalami dilatasi tanpa melibatkan saraf atau hormon.
Sebaliknya bila otot yang diperdarahi kebutuhan oksigennya berkurang arteriolnya
akan mengecil.

b. Pengaruh Fisik

Misalnya panas akan menimbulkan vasodilatasi dan dingin menyebabkan


vasokonstriksi. Respon miogenik misalnya saat jari tangan diikan ujungnya akan
menjadi putih, dan ketika dibuka ujunnya akan menjadi hiperemis dan akhirnya
kembali mejadi normal.

3. Kapiler

Fungsi utama kapiler merupakan tempat pertukaran antara darah dengan


jaringan. Pertukaran darah terjadi melalui difusi. Karena perbedaan tekanan
hidrostatik intra dan ekstravaskuler, juga tekanan onkotik intra dan ekstravasculer.
Perpindahan cairan terjadi karena perbedaan tekanan antara dua tekanan tersebut.
Tekanan hidrostatik cenderung mendorong cairan keluar dan tekanan onkotik
cenderung menahan atau menarik cairan ke dalam kapiler. Pada kapiler arteri total
tekanan hidrostatik lebih tinggi daripada tekanan onkotik sehingga cairan keluar ke
interstitium. Pada kapiler vena tekanan onkotik lebih besar daripada tekanan
hidrostatik sehingga cairan dari interstitium akan tertarik ke kapiler.

4. Vena

Vena memiliki jari-jari besar, sehingga resistensi mereka terhadap aliran


darah. Selain berfungsi sebagai saluran berisistensi rendah untuk mengembalikan
darah ke jantung, vena-vena sistemik juga berfungsi sebagai reservoir darah.

44
a. Struktur

Vena memiliki dinding yang jauh lebih tipis dengan otot polos yang lebih
sedikit daripada arteri. Karena di jaringan ikat vena serat-serat kolagen jauh lebih
banyak dari pada serat elastin. Vena sangat mudah diregangkan dan kurang
memiliki kemampuan recoil elastis.

Vena-vena yang mendapat kelebihan pasokan darah hanya akan teregang


untuk mengakomodasi darah tambahan itu tanpa kecenderungan menciut. Dengan
cara ini vena berfungsi reservoir darah; yaitu apabila kebutuhan akan darah rendah,
vena-vena dapat menyimpan darah ekstra sebagai cadangan karena sifat mereka
yang mudah diregangkan.

b. Aliran Balik Vena Ditingkatkan oleh Sejumlah Faktor Ekstrensik


- Efek aktitivitas simpatis pada aliran balik vena

Otot polos vena dipersarafi oleh banyak serat saraf simpatis. Stimulasi
simpatis menimbulkan vasokonstriksi vena, yang cukup untuk meningkatkan
tekanan vena; hal ini kemudian meningkatkan gradien tekanan untuk mendorong
lebih banyak darah dari vena ke dalam atrium kanan. Vasokonstriksi vena
meningkatkan aliran balik vena dengan mengurangi kapasitas pengisian. Dengan
menurunnya kapasitas pengisian vena, darah yang mengalir dari kapiler ke vena
akan sedikit yang tertahan dan terjadi peningkatan aliran ke jantung.

- Efek aktvitas otot rangka pada aliran balik vena

Banyak vena besar di ekstremitas terletak di antara otot-otot rangka


sehingga pada saat otot-otot ini berkontraksi, vena-vena tersebut tertekan.
Penekanan vena eksternal ini menurunkan kapasitas vena dan meningkatkan
tekanan vena, sehingga cairan yang terdapat di dalam vena terperas ke arah jantung.

45
- Efek katup vena pada aliran balik vena

Darah hanya dapat terdorong ke arah depan karena vena-vena besar


diperlengkapi dengan katup-katup satu arah yang terdapat pada jarak 2 sampai 4cm;
katup-katup ini memungkinkan darah bergerak ke depan ke arah jantung tetapi
mencegah darah mengalir kembali ke jaringan.

- Efek aktivitas pernafasan pada aliran balik vena

Akibat aktivitas pernafasan, tekanan di dalam rongga dada rata-rata 5


mmHg di bawah tekanan atmosfer. Pada saat berjalan melalui rongga dada, sistem
vena yang mengembalikan darah ke jantung dari bagian bawah tubuh terpajan ke
tekanan subatmosfer ini. Karena sistem vena di tungkai dan abdomen mendapat
tekanan atmosfer normal, terjadi gradien tekanan eksternal antara vena-vena bawah
(tekanan atmosfer) dan vena-vena dada (5 mmHg lebih kecil daripada tekanan
atmosfer). Perbedaan tekanan ini memeras darah dari vena-vena bagian bawah
menuju ke vena-vena dada, sehingga aliran balik vena meningkat

- Efek penghisapan jantung pada aliran balik vena

Jantung memiliki peran dalam pengisian dirinya sendiri. Selama kontraksi


ventrikel, katup-katup AV tertarik ke bawah, sehingga rongga atrium membesar.
Akibatanya, tekanan atrium secara sementara turun di bawah 0 mmHg, sehingga
gradien tekanan vena ke atrium meningkat dan aliran balik vena juga meningkat.

5. Tekanan Darah

Pengaturan tekanan darah arteri rata-rata dilakukan dengan mengontrol


curah jantung, resistensi perifer total, dan volume darah. Tekanan ini harus di atur
secara ketat karena dua alasan:

 Tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong gaya
cukup. Tanpa tekanan ini, otak dan jaringan lain tidak tidak akan menerima
aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi
arteriol ke organ-organ.

46
 Tekanan tidak boleh terlalu tinggi, sehingga menimbulkan beban kerja
tambahan bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah
serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus.

Gambar 27

6. Reflek Baroreseptor

Setiap perubahan pada tekanan darah rata-rata akan mencetuskan refleks


baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan mempengaruhi jantung serta
pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total
sebagai usaha untuk memulihkan tekanan darah ke normal. Seperti refleks lainnya,
refleks baroreseptor mencakup reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen,
dan organ efektor.

Reseptor terpenting yang berperan dalam pengaturan terus-menerus tekanan


darah, yaitu sinus karotikus dan baroreseptor lengkung aorta, adalah
mekanoreseptor yang peka terhadap perubahan tekanan arteri rata-rata dan tekanan
nadi. Baroreseptor tersebut tersebut terletak di tempat strategis untuk menyediakan
informasi penting mengenai tekanan darah arteri di pembuluh darah arteri di

47
pembuluh-pembluh yang mengalir ke otak (baroreseptor sinus karotikus) dan di
arteri utama sebelum bercabang-cabang untuk memperdarahi bagian tubuh lain
(baroreseptor lengkung aorta).

48
BAB III

PENUTUP

Demikian makalah kardiovaskular ini kami buat dan kami susun. Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami mohon maaf
apabila dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan.

Oleh karena itu, kami selaku anggota tutorial C3 mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca agar makalah yang akan kami buat
selanjutnya dapat menjadi lebih baik.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi tutorial C3 khususnya dan bagi
para pembaca umumnya. Amin.

49
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadler, Tw. 2009. Embriologi Kedokteran. Edisi 10. Jakarta: EGC.
2. Snell, Richard. 2006. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: ECG.
3. Mescher, A L. 2009. Histologi Dasar JUNQUEIRA Teks dan Atlas. Edisi
12. Jakarta: EGC.
4. Gunawijaya, F A dan Kartawiguna E. 2010. Penuntun Preaktikum:
Kumpulan Foto Mikroskopik Histologi. Edisi 3. Jakarta: Universitas
Trisakti.
5. Guyton, A C dan Hall, J E. 2006. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC.
6. Sherwood, Lauralee. 2007. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 6.
Jakarta: EGC.

50

Anda mungkin juga menyukai