Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga pembuatan karya tulis berupa Referat yang
berjudul “Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan Pada Bayi dan Anak” dapat
tersusun dan terselesaikan tepat pada waktunya.
Terimakasih penulis ucapkan kepada dr. Didik Haryanto, SpA (K)
selaku pembimbing atas saran dan bimbingannya dalam pembuatan karya tulis ini.
Adapun pembuatan tulisan ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan selama kepaniteraan klinik penulis di bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUP Dr. M. Djamil Padang, serta meningkatkan pemahaman dan penerapan
klinis yang baik terkait “Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan Pada Bayi dan
Anak”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih memiliki
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan.Akhir kata,
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
2.3.10. Sianosis ................................................................................................. 27
2.4. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................... 31
2.4.1. Pemeriksaan Laboratorium ........................................................................ 31
2.4.1.1. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit pada penyakit jantung bawaan .... 31
2.4.1.2. Pulse Oximetry .............................................................................................. 32
2.4.2. Pemeriksaan USG ...................................................................................... 33
2.4.3. Pemeriksaan EKG ...................................................................................... 33
2.4.4. Pemeriksaan Echocardiography................................................................. 35
2.4.5. Pemeriksaan Rontgen ................................................................................ 37
2.4.6. CT Scan ..................................................................................................... 43
2.4.7. Pemeriksaan MRI ...................................................................................... 43
2.5. Tatalaksana ......................................................................................................... 43
3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 47
3
DAFTAR SINGKATAN
4
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 ........................................................................................................ 18
2 Gambar 2 ........................................................................................................ 24
3 Gambar 3 ........................................................................................................ 25
4 Gambar 4 ........................................................................................................ 25
5 Gambar 5 ........................................................................................................ 31
6 Gambar 6 ........................................................................................................ 32
7 Gambar 7 ........................................................................................................ 32
8 Gambar 8 ........................................................................................................ 33
9 Gambar 9 ........................................................................................................ 33
10 Gambar 10 ...................................................................................................... 34
11 Gambar 11 ...................................................................................................... 36
12 Gambar 12 ...................................................................................................... 37
13 Gambar 13 ...................................................................................................... 37
14 Gambar 14 ...................................................................................................... 38
15 Gambar 15 ...................................................................................................... 38
16 Gambar 16 ...................................................................................................... 39
17 Gambar 17 ...................................................................................................... 40
5
DAFTAR TABEL
1 Tabel 1 .............................................................................................................. 8
2 Tabel 2 ............................................................................................................ 34
6
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 ................................................................................................. 52
2. Lampiran 2 ................................................................................................. 54
3. Lampiran 3 ................................................................................................. 57
4. Lampiran 4 ................................................................................................. 58
5. Lampiran 5 ................................................................................................. 60
7
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung bawaan merupakan salah satu defek lahir pada bayi
yang paling umum terjadi, karena adanya gangguan pada proses perkembangan
abnormalitas struktur dan fungsi sirkulasi jantung yang muncul pada saat lahir,
walaupun penyakit ini sering baru ditemukan dikemudian hari. Penyakit jantung
bawaan terjadi.1
PJB 6-10 dari 1000 kelahiran hidup, dengan rata-rata 8 per 1000 kelahiran
hidup.Dari kedua kelompok besar PJB yaitu PJB non sianotik merupakan
rumah sakit rujukan dinegara maju dibandingkan negara berkembang, karena pada
negara maju semua penderita PJB telah dapat terdeteksi pada masa neonatus atau
rumah sakit rujukan setelah anak besar. Dengan perkataan lain banyak neonatus
atau bayi yang belum sampai diperiksa oleh dokter telah meninggal, sehingga PJB
pada rumah sakit rujukan di negara berkembang jauh dari kenyataan pada
populasi.28
8
Defek Septum Ventrikel (DSV) merupakan jenis PJB yang paling
sering ditemukan, sekitar 20-30% dari seluruh PJB. Duktus Arteriosus Persisten
10% dari seluruh PJB. Pada bayi berat lahir rendah (<2000 gram) ditemukan pada
36 % kasus dan berat lahir > 2000 gram sebanyak 12 %.28Pulmonal stenosis
paling sering menyebabkan kematian. Hal ini menjadi salah satu masalah utama
didunia. Pada beberapa penyakit jantung bawaan dengan masalah yang kompleks
hal ini masih menjadi penyebab tingginya angka mortalitas dan morbiditas.
kematian pada anak dengan kelainan kogenital, 45% disebabkan oleh karena
penyakit jantung bawaan. Selain itu, dalam penelitian lain dilaporkan juga bahwa
morbiditas pada bayi, serta mempengaruhi kualitas hidup pada usia anak dan
remaja. Selain itu juga mempengaruhi interaksi sosial dan kualitas hidup orang tua
pada anak dengan penyakit jantung bawaan. Penyakit jantung bawaan ini dapat
menunjukkan gejala dan dapat segera di diagnosis segera setelah bayi lahir,
namun kebanyakan kelainan ini tidak terdiagnosa hingga penyakit sudah berada
9
deteksi dini penyakit jantung bawaan maka dapat mencegah perburukan klinis
Anak
Anak.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang sudah didapatkan dari lahir
jantung pada fase awal perkembangan janin. Penyakit jantung bawaan ini paling
11
a. Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru
yang menurun (oligemia paru):
Tetralogi fallot
Atresia pulmonal dengan defek septum ventrikel
Atresia pulmonal dengan septum ventrikel utuh
Atresia trikuspid
Anomali ebstein
b. Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru
yang meningkat (pletora paru):
Transposisi arteri besar
Trunkus arteriosus
Ventrikel tunggal
Anomali total drainase vena pulmonal
2.2. Faktor Risiko pada Bayi dan Anak yang Menderita Penyakit Jantung
Bawaan
risiko penyakit jantung bawaan (PJB) akan meningkat tiga kali bila ada salah satu
dari keluarga generasi pertama yang memiliki PJB. Kejadian PJB tidak hanya
dapat berulang pada satu keluarga, tetapi jenis PJB pun seringkali sama.22 Saat
sebesar 1% sampai 4%. Persentase ini meningkat menjadi 3,5%-12% jika terdapat
dua anggota keluarga dalam keluarga generasi pertama yang menderita PJB.22
Jenis PJB yang paling sering berulang pada keluarga generasi pertama adalah
12
Ventrical Septal Defect (VSD), defek septum atrial (Atrial Septal Defect/ASD),
duktus arteriosus yang tetap terbuka (patent dectus arteriosus/PDA), dan tetralogi
fallot (TF). Telah dilakukan penelitian di Denmark yang mengamati 18.000 pasien
dengan PJB selama 28 tahun, mendapatkan data untuk risiko terjadinya PJB pada
generasi pertama, kedua, ketiga berturut-turut: 3.2 (95% IK 3.0-3.5), 1.8 (95% IK
1.1-2.9), atau 1.1 (95% IK 0.8-1.5). Risiko relatif pada kembar monozigot 15,2
Keadaan ibu saat hamil yang dapat meningkatkan terjadinya PJB adalah
demam saat trimester pertama, infulenza, usia ibu lebih dari 35 tahun, dan
berkurangnya kadar antioksidan dalam darah selama ibu hamil juga berperan
terhadap terjadinya nonsindromik PJB. Hobbs dkk melaporkan bahwa pada 311
ibu yang melahirkan anak dengan PJB tanpa sindrom lain, rerata konsentrasi
plasma glutation tereduksi, glutaminlsistein, dan vitamin B-6 dalam darah lebih
Pada bayi yang lahir dari ibu dengan penyakit diabetes melitus (DM),
insiden terjadinya PJB sebesar 4%, insiden ini lima kali lebih besar dibandingkan
angka pada populasi umum. Bayi yang lahir dari ibu yang menderita DM
pasti, tetapi diduga akibat hiperinsulinemia dan hiperglikemia pada masa fetus.
13
2-4 minggu, sedangkan pada kasus stenosis subaortik, hipertrofi akan menghilang
kehamilan dapat mengganggu kardiogenesis pada fetus. Selain itu, pada beberapa
bawaan.2 Riwayat pemakaian obat anti epilepsi pada ibu hamil seperti hidantoin
anomali ebstein, dan konsumsi alkohol dapat menyebabkan ASD dan VSD.22
Tabel 1. Daftar obat yang dapat menimbulkan kelainan jantung bawaan dan
bentuk kelainan yang ditimbulkan.
Maternal medical use
Lhitium Ebstein’s anomaly, MR, TR
Vitamin A > 10,000 IU/d Outflow tract defect
Isotretinoin Overraiding aorta
Hipoplastic aortic arch,ASD, VSD
Trimethadion TOF, HLH, TGA
Phenytoin Coarc,PDA, AS, PS
Valproic acid Outflow tract, VSD, TOF
Talidomid PS, TGA, TAPVR, VSD, ASD, TA,
TOF
Ibuprofen TGA, AVSD, VSD
naproven Any defects
trimmetoprien Any defects
sulfonamide
sultasalazine Any defects
tricyclic / tetracyclic VSD
anti depresant
paroxitime VSD, ASD
angiotensin-converting Enzime ASD, VSD, PS, PDA
inhibitor
Maternal illegal drug:
Alkohol VSD
14
Cigarette Smoking ASD, AVSD, TOF
Cocain and Marijuana Single ventricle, Ebstein’s anomaly,
VSD
Dikutip dari: Sayasathid J, Sukonpan K, Somboonna N. Epidemiology and Etiology of Congenital Heart
Diseases. Thailand: Cardiac Center, Faculty og Medicine, Naresuan University. Di unduh dari :
www.intechopen.compada 30 September 2015.
pada janin salah satunya kelainan jantung bawaan adalah rubella. Infeksi rubella
pada ibu pada trimester pertama kehamilan biasanya akan menyebabkan banyak
menyebabkan Congenital Rubella Syndrome (CRS), dan defek yang dapat muncul
pada sindroma ini salah satunya adalah penyakit jantung bawaan pada
mendapatkan abnormalitas jantung adalah temuan klasik pada infant dengan CRS
dimana insidennya sekitar 65%. Kejadian penyakit jantung bawaan yang sering
penyakit jantung bawaan lain seperti stenosis katup aorta, defek septum (atrium
dan ventrikular), TGA, TOF, atresia trikuspid, dan stenosis pembuluh darah
sistemik lainnya.3
Bayi kurang bulan adalah bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi
kurang dari 37 minggu. Kelahiran dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu
15
mempunyai resiko tinggi terhadap berbagai penyakit yang berhubungan dengan
dari bayi prematur adalah respon dari duktus arteriosus terhadap oksigen.
Biasanya bayi prematur akan memiliki duktus arteriosus yang masih terbuka
karena respon otot polos duktus terhadap oksigen belum berkembang sepenuhnya.
Hal ini juga disebabkan karena kadar Prostaglandin E 2 (PGE2) dalam sirkulasi
masih tinggi dan respon jaringan duktus yang prematur terhadap PGE2 menjadi
kelahiran dengan berat badan berat lahir sangat rendah, hampir 900 memiliki
tersering pada bayi dengan berat badan lahir rendah adalah Tetralogi of fallot,
atresia. Oleh karena itu, berat badan dapat digunakan sebagai informasi yang
2.3. Keluhan Klinis yang Sering Dijumpai pada Anak dan Bayi yang
klinis yang dijumpai pada PJB. Adanya keringat yang berlebihan lebih banyak
dijumpai pada anak dengan pirau kiri ke kanan yang bermakna di tingkat atrium
atau ventrikel. Bayi yang berkeringat berlebihan pada saat minum merupakan
tanda yang cukup reliabel untuk adanya gagal jantung yang mengancam.22
16
2.3.2. Squatting (Sering Berjongkok)
harus dipikirkan adanya penyakit jantung bawaan, terutama adanya tetralogi fallot
(TF). Setelah aktivitas, aliran balik vena dari ekstremitas bawah mengandung
kadar oksigen yang sangat rendah, dengan posisi jongkok, aliran balik darah vena
ekstremitas bawah ditahan sehingga saturasi oksigen darah campur (mixed vein)
tetekuknya arteri dan vena di tungkai, tetapi mendekatkan jantung pada tungkai
sehingga meningkatkan volume darah sentral, tekanan darah, dan curah jantung.22
2.3.3. Palpitasi
disebabkan oleh karena adanya gangguan impuls listrik yang mengontrol irama
Pada ventrikular septal defect (VSD) aliran darah akan mengalir melewati
pirau yang menyebabkan aliran darah paru dan aliran darah dari seluruh tubuh
bercampur. Gejala yang terjadi tergantung pada seberapa besar lubang yang
terbentuk. Makin besar lubang atau piraunya, maka akan makin besar beban
jantung yang menyebabkan usaha jantung untuk memompa darah akan meningkat
dan timbullah gejala takikardi hingga akhirnya jantung tidak lagi sanggup untuk
Gejala takikardi dapat juga terjadi pada penyakit jantung bawaan lainnya
seperti pada penyakit jantung bawaan non sianotik dengan lesi obstruktif tanpa
17
pirau. Obstruksi pada alur keluar ventrikel kiri dapat terjadi pada tingkat
subvalvar, valvar, maupun supra valvar hingga ke arkus aorta. Akibat kelainan ini,
ventrikel kiri harus memompa lebih kuat untuk melawan obstruksi sehingga
terjadi peningkatan beban tekanan pada ventrikel kiri, sehingga timbullah gejala
takikardi. 2
Pada anak dengan penyakit jantung bawaan dengan pirau kiri ke kanan
yang besar dan dengan tingginya aliran darah paru memiliki risiko untuk
menderita infeksi saluran nafas berulang. Namun infeksi nafas saluran atas
bawaan yang berisiko untuk terjadinya infeksi saluran nafas bawah berulang
lebih tinggi dalam hal kesulitan menyusui dan letargi.Penelitian oleh Knowles et
kesehatan pada anak – anak dengan penyakit jantung bawaan seperti kesukaran
badan lahir rata-rata lebih rendah 200 gram, lebih sering mendapatkan pengobatan
lebih jarang dalam mengikuti aktivitas olahraga dan aktivitas sosial lainnya. Pada
anak dengan pirau yang besar terjadi gejala fatigue dan dispneu.5, 6
18
Studi yang didapatkan oleh Sulaiman tahun 2011 menerangkan bahwa
pada pasien Tetraogy of Fallot memiliki ambang ventilasi anaerobik sebesar 89%
Anak dengan PJB rawan mengalami gangguan pertumbuhan dan hal ini
jantung bawaan :
jumlah volume, ini yang menyebabkan shunt dari kiri ke kanan. Pada lesi ini
Hal ini akan menghasilkan peningkatan konsumsi total body oxygen yang
gagal tumbuh.12
19
Pada PJB sianotik selain terjadi hipoksia, juga terjadi pencampuran
darah yang kaya oksigen dan yang rendah oksigen. Akibat terjadinya
aktivitas fungsi jantung paru yang diikuti dengan termoregulasi yang tidak
asidosis. Keadaan ini terutama terjadi pada PJB dengan gagal jantung
kongestif. Anak dengan gagal jantung kiri atau PJB yang disertai dengan
sianosis akan mengalami sesak dan mudah lelah sebelum dapat menghabiskan
3) Hipermetabolisme
masukan energi dan penggunaan energi. Anak dengan PJB rentan mengalami
infeksi, infeksi ini akan menyebabkan kenaikan suhu basal dan stress
20
besar untuk mencukupi metabolisme yang tinggi, sehingga yang disimpan
4) Malabsorbsi
5) Hipoksia kronis
menyebabkan berkurangnya sel lemak pada awal kehidupan anak PJB. Selain
itu hipoksia kronis juga memegang peranan penting dalam terjadinya anorexia
Jari tabuh atau Clubbing finger adalah istilah klinis deskriptif, merupakan
pembengkakan jaringan lunak dari falang terminal dari digit dengan kelainan
sudut normal antara kuku dan bantalan kuku. Hippocrates pertama kali
menjelaskan bahwa clubbing finger terjadi pada pasien dengan empiema, kemudin
21
penyakit gastrointestinal. Clubbing finger juga dapat terjadi, tanpa penyakit dasar
yang jelas, sebagai bentuk idiopatik atau sebagai sifat dominan Mendel.13
1. Pachydermoperiostosis
(PDP) namun hal ini jarang terjadi. Clubbing finger utama telah
muda.13
2. Osteoarthropathy hipertrofik.
1. Penyakit paru
paru-paru dan diamati lebih sering pada pasien dengan karsinoma paru sel
kecil (4%).13
2. Penyakit Jantung
22
Penyakit jantung bawaan sianotik, penyebab lain dari endokarditis
3. Penyakit Gastrointestinal
peptikum esofagus.
4. Keganasan
trombositosis, edema papil, edema perifer, efusi pleura, asites, dan kuku
putih.13
Jari tabuh merupakan klinis umum yang dapat ditemukan pada banyak
jelas. Namun banyak penelitian telah menunjukkan bahwa hal ini juga terjadi
Banyak vasodilator yang biasanya tidak aktif jika darah melewati paru-paru,
proses inaktivasi terjadi pada pasien dengan shunt kanan-ke-kiri. Pasien dengan
23
Setelah koreksi bedah dilakukan (shunt berkurang), clubbing membaik. Faktor
penyakit organ yang dipersarafi sistem vagal. Hipotesis mekanisme saraf cukup
lemah karena kurangnya bukti clubbing pada gangguan neurologis dan adanya
clubbing pada penyakit organ yang tidak dipersarafi oleh sistem vagal.
distal jari ; Namun, banyak penyakit dengan hipoksia tidak berhubungan dengan
clubbing.
Gambar 1.Gambar tersebut memperlihatkan clubbed fingers. phalangeal depth ratio merupakan ratio dari
falang distal dengan diameter interphalangeal. Clubbing finger bisa didiagnosis jika diameter falang distal
(A) lebih besar daripada diameter interfalang (B) (ie, phalangeal depth ratio>1).
24
menyebabkan terjadinya clubbing finger. Faktor ini telah terbukti memiliki
Berikut gambaran bising jantung yang dapat ditemukan pada kelainan jantung
bawaan.26
Tetralogi Fallot
- S1 normal, S2 biasanya tunggal (yakni A2),
- Terdengar bunyi ejeksi sistolik di daerah pulmonal, yang makin
melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi (berlawanan
dengan stenosis pulmonal murni).
- Bising ini adalah stenosis pulmonal, darah dari ventrikel kanan
yang melintas ke arah ventrikel kiri dan aorta tidak mengalami
turbulensi oleh karena tekanan sistolik antara ventrikel kanan dan
kiri hampir sama.
Transposisi Arteri Besar
- S1 normal, S2 tunggal dankeras, akibat posisi antero-posterior,
pembuluh darah besar.
- Biasanya tidak terdengar bising jantung
- Kalau kedengar, biasanya berasal dari stenosis pulmonal. Atau
defek septum ventrikel.
Atresia Pulmonal tanpa defek septum ventrikel
- Tidak terdengarnya bising jantung
Atresia tricuspid
- Bila tidak ddisertai atresia pulmonal masih terdengar bising sistolik
di daerah parasternal kiri.
Anomali Eibstein
- S2 split dan sering terdengar bunyi S4 sehingga akan menimbulkan
triple atau quadruple rhythm.
25
- Terdapat bising sistolik akibat insufisiensi tricuspid atau akibat
penyakit penyerta.
Trunkus Arteriousus
- S1 normal, s2 tunggal,karena hanya ada satu katup semilunar
- Bising ejeksi sistolik dan klik ejeksi sering terdengar di basis
jantung
- Diastolic flow murmur melalui katup mitral akibat aliran darah ke
atrium kiri yang bertambah.
- Diastolic dini akibat katup trunkus yang inkompeten
- Bising kontinu bila terdapat strenosis pulmonal pada setengah
kasus
Anomali Total Drainase Vena Pulmonalis
- S2 yang keras dan split lebar , namun tidak ada bising
- Paru terdengar ronki halus
- S2 bervariasi, dengan bising ejeksi sistolik di daerah pulmonal
dengan bising mid- diastolic, yakni tricuspid flow murmur di
sternum bawah
2.3.9. Kardiomegali
miokardia, penyakit arteri koroner, defek jantung kongenital dengan gagal jantung
ataupun beberapa keadaan lain seperti tumor jantung, anemia berat, kelainan
26
Pembesaran ruang jantung dapat terlihat pada VSD yang besar.
Pembesaran jantung dan gejala lainnya mulai tampak pada minggu ke 2-3
kehidupan yang akan bergtambah berat dan progresif, jika tidak diatasi
segera. Gagal jantung dapat muncul pada usia 8-12 minggu dan biasanya
infeksi paru yang menjadi pencetusnya yang ditandai dengan sesak nafas,
Pada TGA dapat terjadi pembesaran ruang jantung, ini terlihat pada
bergantung pada derajat shunt dari kiri ke kanan. Pembesaran jantung pada
Pembesaran jantung juga dapat terjadi pada defek septum atrium (ASD).
2.3.10. Sianosis
yang dikarenakan peningkatan kadar sisa hemoglobin pada darah arteri (penyakit
27
Sianosis terbagi atas sentral dan perifer. Sianosis sentral merupakan hasil dari
keadaan paru), atau pencampuran darah arteri dan vena (pirau kanan ke kiri, pirau
oksihemoglobin di kapiler serta pada keadaaan aliran darah yang lambat (gagal
atau karena kelainan paru. Pada sianosis karena kelainan intrakardiak tidak akan
membaik walaupun diberikan oksigen dan akan bertambah buruk bila anak
menangis. Jika sianosis sentral dijumpai segera setelah lahir, maka PJB yang
Pada TGA sianosis terjadi saat atau segera setelah lahir. Dipsneu,
setelah bulan ke 3 kehidupan. Bersamaan dengan sianosis bayi baru lahir juga
28
Tetralogy of Fallot.
nyaman dengan melakukan squatting. Sianosis yang terjadi bisa dengan atau
tanpa disertai kehilangan kesadaran. Setelah usia 2 tahun clubbing akan dapat
terlihat.
Atresia triscuspid.
Einsemegger syndrome.
kanan kemudian berubah dari kanan ke kiri pada kasus septum ventricular
yang memerlukan pengenalan klinis yang cepat dan tatalaksana yang memadai
kejang, bahkan kematian. Cyanotic spells disebut juga dengan hypoxic spells,
hypercyanotic spells, tet spells atau paroxismal dispnea. Keadaan ini sering kali
ditemukan pada penyakit jantung bawaan (PJB) sianotik terutama pada tertralogi
fallot, namun dapat juga terjadi pada PJB sianotik lain seperti atresia pulmonal
dengan VSD, transposisi arteri besar (TGA), atresia trikuspid dan sindrom
29
Cyanotic spells terjadi akibat beberapa hal, diantaranya adalah
hal tersebut akan mengakibatkan peningkatan frekuensi laju jantung ( heart rate ),
peningkatan curah jantung (cardiac output) dan venous return, peningkatan pirau
dari kanan dan kiri, selanjutnya terjadi peningkatan pCO2 , penurunan pO2 arteri
akan meningkatkan alir balik vena sistemik yang akan menyebabkan peningkatan
tekanan di ventrikel kanan dan kemudian kembali lagi meningkatkan pirau dari
Biasanya serangan sianotik tipikal terjadi pad apagi hari setelah anak
bangun tidur yang mungkin terjadi akibat perubahan vaskular bed di sirkulasi
ansietas, demam, anemia, hipovolemia namun dapat juga terjadi tanpa sebab yang
jelas. Serangan sianosis jarang terkadi pad abayi kurang dari 6 bulan. Serangan
sianotik paling sering pada usia 4 tahun dan jarang terjadi setelah umur 4 tahun.30
Presentasi klinis serangan sianotik pada bayi dan anak berupa anak
terlihat lemah dan bertambah biru (sianotik) denga pola pernafasan cepat dan
dalam (hyperpnea) untuk kemudian terjadi asidosis metabolik yang berat. Bising
jantung melemah karena peningkatan pirau dari kanan ke kiri. Dapat juga terjadi
penurunan kesadaran dan kejang yang dapat mengancam jiwa. Pada anak yang
lebih besar seperti pada anak usia sekolah, akan mengalami squatting yang
dengan akibat berkurangnya pirau dari kanan ke kiri di tingkat ventrikel sehingga
30
2.4. Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien dengan penyakit jantung bawaan sianotik, tardapat pirau vena
menuju arteri disertai aliran kembali darah vena yang miskin oksigen menuju
sirkulasi sitemik. Kondisi ini menyebabkan hipoksia pada sirkulasi sistemik dan
jaringan tubuh.31Selain itu, prevalensi anemia didapati tinggi pada pasien penyakit
didefinisikan Hb<15 g/dL. Pada studi Amoozgar pada tahun 2008 sampai 2009
yang dilakukan pada 60 pasien PJB asianotik didapatkan 50,7% memiliki Hb<12
g/dL, sedangkan pada 40 pasien PJB sianotik sekitar 75,9% memiliki Hb<15
g/dL.32
mineral, hemolisis atau penyebab lain yang tidak diketahui. Pada pasien PJB
sianotik didapatkan pada lebih dari sepertiga kasus mengalami anemia defisiensi
besi, yang diperkirakan oleh karena agregasi yang dicetuskan penyakit lain atau
Pada penelitian lain didapatkan hasil yang berbeda, dimana nilai Hb yang
dievaluasi pada26 orang pasien ToF secara signifikan lebih tinggi dibanding
Keadaan hipoksia pada PJB dapat mencetuskan polisitemia. Hal ini terjadi
31
Ogunkunle pada tahun 2012 telah meneliti kadar hematokrit pasien PJB sianotik
2.4.1.2.Pulse Oximetry
pemeriksaan pulse oximetry secara rutin pada semua bayi baru lahir setelah usia
24 jam atau sebelum pasien dipulangkan untuk mendeteksi adanya PJB kritis
secara cepat dan akurat. Skrining di anjurkan dilakukan pada tangan dan salah
satu kaki.22
kritis dengan pemeriksaan pulse oximetry pada bayi baru lahir. Hasil skrining
disebut positif bila: (1) saturasi oksigen <90%, (2) saturasi oksigen kedua
ekstremitas <95% pada 3 kali pemeriksaan dalam jarak 1 jam, atau (3) adanya
perbedaan saturasi oksigen absolut >3% antara tangan kanan dan kaki pada 3 kali
pemeriksaan dalam jarak 1 jam. Bila hasil pemeriksaan pada salah satu
ekstremitas ≥95% dan perdedaan saturasi oksigen absolut ekstremitas atas dan
Skrining
<90% dalam Tka atau 90% - <95% dalam Tka dan ≥95% dalam Tka atau Kaki dan
Kaki Kaki atau >3% berbeda antara ≤3% berbeda antara Tka dan
Tka dan Kaki Kaki
kehamilan muda. Keempat bilik jantung akan tampak dan dapat dinilai dan
diperiksa. Arteri besar akan tampak hampir 100% pada minggu 13-14 kehamilan.
33
Pada bayi EKG sering tidak menunjukkan kelainan dan pada anak
dengan defek septum ventrikel yang kecil hasil EKG biasanya normal.
Namun pada defek yang sedang dapat ditemukan hipertrofi ventrikel kiri
akibat pirau kiri ke kanan yang akan menyebabkan beban tekanan pada
menunjukkan kelainan, tetapi jika defek PDA cukup besar, pada beberapa
ventrikel kiri.9
Pulmonary Stenosis.
Aorta Stenosis.
Pada stenosis katup aorta ringan EKG tampak normal. Pada kasus
34
aorta gambaran EKG biasanya menggambarkan hipertrofi ventrikel kanan
yang jelas.9
Tetralogy of Fallot.
menggunakan echocardiography.
dapat ditentukan segmen septum mana yang terlibat, berapa besar ukuran
35
komponen septum atau tidak, hubungan katup-katup terhadap defek, serta
colour doppler dapat dilihat gambaran aliran darah yang khas pada duktus
atrium kiri > 1,3 kemungkinan besar terdapat duktus arterious persisten
dievaluasi pirau dari kiri ke kanan di tingkat atrium dan menyingkirkan lesi-lesi
tambahan, serta nilai ukuran ruang-ruang jantung. Pada anak yang lebih besar
Pulmonary Stenosis.
lanjut dan pasien perlu dievaluasi ulang 2 tahun. Jika perbedaan tekanan
berkisar 30-50 mmHg perlu dievaluasi ulang setelah 1 tahun dan jika tambah
36
Pemeriksaan katup aorta dan bicuspid.
dan pembuluh darah. Dengan M-mode tampak garis koaktasi katup terletak
eksentrisk. Jika stenosi pada subvalvular atau supravalvular juga akan tampak
Tetralogy of Fallot.
septum ventrikel yang besar di sertai overriding aorta. Katup pulmonal tidak
selalu dapat terlihat jelas. Dengan teknik Doppler dapat dilihat arus dari
kanan dengan arteri pulmonal. Meskipun gambaran Doppler yang bagus tidak
tipe kelainan jantung, terutama pada tipe sianotik pada bayi dan anak- anak,
seperti:
37
(TOF). Terlihat pada bayi yang menderita atresia tricuspid. EKG dapat
pada axis kanan (RAD), hipertrofi ventrikel kanan (RVH) dan kadang
‘superior’ axis QRS (hemiblok anterior kiri), RAH dan hipertrofi ventrikel
kiri (LVH)
mana biasanya tidak ada; Adanya peningkatan vaskularitas pada apex paru
kanan yang tampak pada hilus kanan lebih luas berbanding diameter
internal trakea.
38
pulmonal mengindikasikan TGA, TAPVR, sindrom hipoplastik jantung
kecil, lapang, paru kehitaman, dan pembuluh kelihatan kecil dan tipis.
penurunan aliran darah pulmonal misalnya stenosis atau atresia pada katup
Karakteristik dengan adanya margin kabur dan tidak jelas pada pembuluh
cortriatriatum.11
Berikut kelainan jantung bawaan dan hasil gambaran rontgen yang dapat
ditemukan:
yang cukup besar akan menunjukkan pembesaran atrium kiri dan vetrikel
biasanya tampak pada bayi prematur dengan PDA. Pada PDA yang besar
39
Gambar 5. Paten duktus arteriosus disebabkan oleh hipertensi pulmonal.
Hipertensi pulmonal adalah pembesaran arteri pulmunal. Kumparan metalik diletakkan
untuk menutup duktus arteriosus persisten.19
pirau.9
Pulmonary Stenosis
40
Pada stenosis katup pulmonal ukuran jantung masih normal dengan
derajat stenosis.9
tapi dapat ditemukan dilatasi aorta asenden atau aortic knobs yang
41
Gambar 8. Tanda kardiomegali dengan disposisi apex ventrikel kiri ke dinding dada kiri.
Atrium kiri mendisposisi esofagus ke kanan. Tanda vaskularitas pulmonal normal. 21
Tetralogy of Fallot
sepatu.9
Gambar 9. Foto rontgen thoraks posis PA, memperlihatkan ukuran jantung normal
dengan bentuk sepatu boot (boot shape).21
42
Gambar 10. Jantung membesar dengan penyempitan pedikel memberi tampakan yang
disebut “telur atas tali”. Mediastinum superior tampak sempit diakibatkan oleh hubungan
anteroposterior transposisi arteri besar dan ketiadaan timus pada radiologis.21
2.4.6. CT Scan
penyakit jantung bawaan. CT scan dapat digunakan untuk menilai aorta, arteri
hubungan antara bronkus lobus atas dan arteri pulmonal, arteri coroner, katup,
vena sistemik (vena cava superior, vena cava inferior, vena hepatik) secara
sistematis.
evaluasi dari bentuk dan fungsi jantung, baik berupa stenosis dan regurgitasi
didapatkan data berupa ukuran dari bilik jantung, fungsi dan massa ventrikel
jantung secara kuantitatif dan karakteristik aliran abnormal dari jantung secara
MRI dapat di identifikasi kelainan anatomi berupa ukuran shunt, bukti adanya
2.5. Tatalaksana
Intervensi awal untuk mengatasi spells pada bayi yaitu dengan posisi knee-
chest yang dapat dilakukan dengan berbaring atau bayi diletakkan pada bahu ibu.
43
berakibat berkurangnya pirau dari kanan ke kiri sehingga terjadi peningkatan
sirkulasi pulmonal. Bayi akan lebih tenang dan darah balik vena iskemik akan
berkurang. Pada anak besar dengan squatting (berjongkok) yang juga merupakan
pirau dari kanan ke kiri di tingkat ventrikel. Pemberian oksigen pada keadaan ini
Apabila intervensi di atas tidak berhasil, maka harus diberikan terapi sebagai
berikut :
44
3. Bila belum ada perbaikan dapat diberikan morfin 0.1-0.2/kgBB i.m.
dengan efek yang diharapkan dapat menekan pusat pernafasan dan sedasi
aliran darah paru. Dapat diberikan cairan koloid atau kristaloid yang dapat
anak dengan tetralogi fallot menggunakan single dose fentanyl intranasal, terjadi
terjadinya serangan sianotik yang sering atau tidak pada bayi atau anak dengan
PJB sianotik menentukan apakah penderita perlu tindakan operasi paliatif segera
45
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
6-10 bayi tiap kelahiran hidup. Untuk ituperlu dilakukan deteksi dini kelainan
jantung bawaan agar dapat dilakukan tatalaksana segera. Deteksi dini dapat
riwayat keluarga, riwayat konsumsi obat-obatan, alkohol, dan merokok pada ibu,
kehamilan preterm, berat badan lahir rendah (BBLR), dan infeksi pada saat
kehamilan.
Deteksi dini juga dapat dilakukan pada bayi post natal. Deteksi dini dapat
dinilai berdasarkan manifestasi klinis berupa sianosis, sesak, jari tabuh, hambatan
tumbuh, dada berdebar, nyeri dada, penurunan toleransi latihan, infeksi saluran
nafas berulang. Selain itu, pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan kardiomegali,
46
DAFTAR PUSTAKA
2015.
3. Nazme NI, Hussain M, Hoque MD.M, Dey AC, Das AHC. Study of
38(3):141.
Quality of Life Outcomes for Children with Serious Congenital Heart Defect.
47
8. Differential Diagnosis of Pediatric,Surajgupte. Manugupta : New Delhi India.
2002.
10. Cardiovaskular Magnetic Resonance made Easy oleh anitha varghese, Dudley
http://eprints.undip.ac.id/44211.
http://emedicine.medscape.com/article/1105946-overview#a6.
Kita: Jakarta.
16. Samik Wahab A. Kardiologi Anak: Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak
48
17. Sreedhar CM, Ram S, Alam A, Indrajit IK. Cardiac MRI in Congenital Heart
18. Steinmetz M, Preuss HC, Lotz C. Non-Invasive Imaging for Congenital Heart
19. Hopkins R, Carol P and Sanjay G. Radiology For Anaesthesia and Intensive
20. Jones J. Atrial Septal Defec. 2010. [Diunduh tanggal 30 September 2015].
Tersedia di : http://radiopaedia.org.
www.bcm.edu/radiology/cases/pediatric/text/3a-desc.htm.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/poppy.roebiono/material/diagnosisdantat
24. Hariyanto D. Profil Penyakit Jantung Bawaan di Instalasi Rawat Inap Anak
2012;14(3):152-7.
2000;2(3): 155-162.
49
26. Sastroasmoro S, Bambang M. Penyakit Jantung Bawaan dalam Buku Ajar
28. Anidar, dkk. Kelainan Jantung pada Anak yanng sering ditemukan dalam
2012: 65.
2014:201, 211.
31. Ontoseno T. Iron Deficiency, Low Arterial Oxygen Saturation and High
Pediatric Patient with Congenital Heart Disease. ICRJ Vol.5 No. 2, 2011:70-
71.
33. Ogunkunle OO. Erythrocyte Indice of Iron Status in Children with Cyanotic
50
34. Donald school textbook for tranvaginal sonography, asim k, jose B second
35. Park MK. Park’s Pediatric Cardiology for Practitioners. Sixth Edition.
51
LAMPIRAN
52
14 parasternal kiri PBF menurun BVH, QRS Single
Sianotik, murmur kompleks ventrikel + PS
sistolik di ICS 2-3 sama pada
parasternal kiri semua lead
15 Sianotik, murmur PBF menurun LVH Tricuspid
sistolik di ICS 3-4 atresia
parasternal kiri
16 Sianotik, murmur PBF menurun, RVH ToF
ejeksi sistolik di ICS boot shape heart
2-3 parasternal kiri
17 Sianotik PBF menurun RVH Sindrom
eisenmenger
Sumber : pediatric cardiology update 2012
53
Lampiran 2. Diagnosa Banding murmur sistolik pada batas atas sternalis kiri atas
(area pulmonal)
Kondisi Temuan fisikal Temuan Foto Dada Temuan EKG
yang penting
Stenosis Katup bising ejeksi Arteri pulmonal Normal kalau
Pulmonal sistolik, Grade 2- cabang utama ringan
5/6 menonjol (Dilatasi Deviasi axis kanan
Thrill (±)* poststenosis) (RAD)
Split S2 lebar pada Corakan vaskular Hipertrofi
kondisi ringan paru (PVM) ventrikel kanan
Klik ejeksi (±) Normal (RVH)*
pada RIC2 kiri* Hipertrofi atrium
Transmisi ke kanan (RAH)
belakang kalau berat
54
Kedengaran pada (LVH)
RIC2 kanan *
Thrill (±) pada
RIC2 kanan dan
suprasternalis
notch*
Klik ejeksi pada
apex, RIC3 kiri
atau RIC2 kanan
(±)*
Split S2 pada
kondisi berat
Tetralogi Falot Murmur ejeksi Penurunan PVM* RAD
(TOF) sistolik yang Ukuran Jantung RVH atau BVH
panjang, grade 2- normal* (biventricular
4/6, lebih keras Jantung berbentuk hypertrophy)
pada mid-left sepatu (Boot- RAH (±)
sternal border shaped)
(MLSB) Arkus aorta kanan
Thrill (±) (25%)
Keras, S2 tunggal
(=A2)
Sianosis, clubbing
Koartasio Aorta Murmur ejeksi 3 tanda klasik pada LVH pada anak
(COA) sistolik, grade 1- foto polos atau RBBB (or RVH)
3/6 “E” sign pada pada bayi
Terkuat pada area esophagogram
interskapula kiri barium*
(belakang)* Rib Notching (±)
Hipertensi pada
lengan
Biasanya
berhubungan pada
AS, katup
bikuspid aortik,
atau regurgitasi
mitral (MR)
Paten Duktus Murmur kontinu Penigkatan PVM* Normal, LVH,
Arteriosus (PDA) pada area LAE (pembesaran BVH
infraklavikula atrial kiri), LVE
kiri* (pembesaran
Sistolik kresendo ventrikel kiri)*
jarang
Grade 2-4/6
Thrill (±)
Bounding pulses
Anomali Total Bising ejeksi Peningkatan RAD
Drainase Vena sistolik, grade 2- PVM* RAH
55
Pulmonalis 3/6 RAE and RVE RVH*
(TAPVR) Split lebar dan S2 Penonjolan MPA
terfiksir (±) Snowman sign
Ritme Quadruple
dan Quituple*
Diastolic rumble
pada batas bawah
sternalis kiri*
Sianosis ringan
dan clubbing (±)*
Anomali Parsial Temuan fisik sama Peningkatan Sama seperti di
Drainase Vena seperti pada ASD PVM* ASD
Pulmonalis S2 tidak terfiksir RAE dan RAE*
(PAPVR) melainkan “scimitar” sign
berhubungan (±)
dengan ASD*
*Temuan yang merupakan ciri khas dari kondisi.
Sumber: Park MK. Park’s Pediatric Cardiology for Practitioners. Sixth Edition..
Elsevier Saunders. US.2014: 31-33
56
Lampiran 3. Diagnosa Banding bising sistolik pada batas atas sternalis kanan
(Area Aorta)
Stenosis Katup Aorta Bising Ejeksi LVE ringan (±) Normal atau
Sistolik, Grade 2- Aorta asendan LVH dengan
5/6 pada RIC2 atau aortic knob atau tanpa
kanan, “strain”
kedengaran
paling keras pada
RIC3 kiri
Thrill (±), batas
atas sternalis
kanan dan arteri
karotis
Klik Ejeksi*
Trasmisi baik ke
leher
S2 tunggal*
Stenosis Subaorta Bising Ejeksi Biasanya normal Normal atau
Sistolik, Grade 2- LVH
4/6
Bising regurgitasi
aorta hampir ada
pada stenosis
yang diskret*
Tidak ada klik
ejeksi
Stenosis Aorta Thrill (±) Tidak ada Normal, LVH
Supravalvular Klik Ejeksi tidak kelainan atau BVH
ada
Nadi dan tekanan
darah mungkin
lebih besar pada
lengan kiri*
Kelainan wajah
dan retardasi
mental*
Bising dapat
ditransmisi baik
ke belakang
(Stenosis
Pulmonal)
Sumber: Park MK. Park’s Pediatric Cardiology for Practitioners. Sixth Edition..
Elsevier Saunders. US.2014: 31-33
57
Lampiran 4. Diagnosa Banding bising sistolik pada batas bawah sternalis kiri
Kondisi Temuan fisik Temuan Foto Temuan EKG
yang penting dada
Defek Septum Regusgitasi Peningkatan Normal
Ventrikular (VSD) Sistolik, grade 2- PVM* LVH atau BVH
5/6* LAE dan LVE
Holosistolik (kardiomegali)*
tidak
Terlokalisir pada
batas bawah
sternalis kiri
Thrill biasanya
ada*
P2 keras
Endocardial Cushion Temuan sama Sama seperti pada QRS superior,
Defect (ECD), seperti pada VSD besar LVH atau BVH
Komplit VSD
Diastolic rumble
pada batas
bawah sternalis
kiri*
Ritme galop
pada bayi*
Vibratory Innocent Bising Ejeksi Normal Normal
Murmur (Still’s) Sistolik, Grade
2-3/6
Musikal atau
getaran dengan
aksentuasi
midsistolik
Maximal pada
batas bawah
sternalis kiri dan
apex*
Hypertrophic Bising Ejeksi Normal atau LVE LVH
Obstructive Sistolik, Grade Abnormal:
Cardiomyopathy 2-4/6 gelombang Q
(HOCM), Idiopathic Nada sedang dalam pada Lead
hyperthropic Maximal pada V5 dan V6
Subaortic Stenosis batas bawah
(IHSS) sternalis kiri atau
apex
Thrill (±)
Kemungkinan
adanya
regurgitasi mitral
Regurgitasi Trikuspid Regurgitasi Normal PVM RBBB, RAH
58
(TR) sistolik, grade 2- RAE pada kondisi dan first-degree
3/6* berat AV block pada
Ritme triple atau Ebstein’s
quadruple (pada AnomalyT
anomali
Eibstein)
Sianosis ringan
(±)
Hepatomegali
dengan nadi
hepar teraba
serta penigkatan
JVP (Jugular
Venous
Pressure) pada
kondisi berat
TOF Bising lebih Penurunan PVM* RAD
keras pada batas Ukuran Jantung RVH atau BVH
atas sternalis kiri
normal* (biventricular
(ULSB) Jantung berbentuk hypertrophy)
sepatu (Boot- RAH (±)
shaped)
Arkus aorta kanan
(25%)
Sumber: Park MK. Park’s Pediatric Cardiology for Practitioners. Sixth Edition..
Elsevier Saunders. US.2014: 31-33
59
Lampiran 5. Diagnosa Banding bising sistolik pada apex
Kondisi Temuan fisik yang Temuan Foto Temuan EKG
penting Dada
MR Regurgitasi sistolik, LAE dan LVE LAH dan LVH
berkemungkinan
tidak holosistolik,
Grade 2-3/6*
Transmisi ke axilla
(kurang jelas pada
anak)
Lebih keras pada
mid- precordium
Prolaps Katup Klik midsistolik Normal Gelombang T
Mitral (MVP) dengan atau tanpa yang terbalik pada
bising akhir sistolik lead aVF
*
Frekuensi tinggi
kelainan thorax
(pektus
ekskavatum,
punggung tegak)
Stenosis Katup Bising dan klik LVE ringan (±) Normal atau LVH
Aorta ejeksi kedengaran Aorta asendan dengan atau tanpa
terbaik pada apex atau aortic knob “strain”
berbanding RIC 2 menonjol
kanan
HOCM atau IHSS Bising pada IHSS Normal atau LVH
berkemungkinan LVE Kelainan:
maximal pada apex Gelombang Q
(dapat pada Lead V5 dan
menunjukkan V6
adanya MR)
Vibratory Innocent Bising Normal Normal
Murmur berkemungkinan
kedengaran paling
keras pada apex
Sumber: Park MK. Park’s Pediatric Cardiology for Practitioners. Sixth Edition..
Elsevier Saunders. US.2014: 31-33
60