OLEH
PRESEPTOR
Epilepsi
Epilepsi merupakan sebagai suatu
keadaan yang ditandai oleh adanya
bangkitan (seizure) yang terjadi
secara berulang sebagai akibat dari
adanya gangguan fungsi otak secara
intermiten, yang disebabkan oleh
lepas muatan listrik abnormal dan
berlebihan pada neuron-neuron secara
paroksismal yang disebabkan oleh
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya epilepsi ditandai dengan
gangguan paroksimal akibat penghambatan
neuron yang tidak normal atau
ketidakseimbangan antara neurotransmiter
eksitatori dan inhibitori. Defisiensi
neurotransmiter inhibitori seperti Gamma Amino
Butyric Acid (GABA) atau peningkatan
neurotransmiter eksitatori seperti glutamat
menyebabkan aktivitas neuron tidak normal
Neurotransmiter eksitatori
(aktivitas pemicu kejang)
yaitu, glutamat, aspartat,
asetil kolin, norepinefrin,
histamine. Neurotransmiter
inhibitori (aktivitas
menghambat neuron) yaitu,
dopamin dan Gamma Amino
Butyric Acid (GABA).
Klasifikasi
Menurut Gidal dkk (2005) klasifikasi
epilepsi berdasarkan tanda-tanda klinik
dan data EEG, dibagi menjadi:
1)Kejang umum (generalized seizure)
a) Absense (Petit mal)
b) Tonik-klonik (grand mal) >>
c) Mioklonik
d) Atonik
2) Kejang parsial
Kejang parsial ini terbagi menjadi:
a) Simple partial seizure
b) Complex partial seizure
3) Kejang tak terklasifikasikan
Jenis ini termasuk serangan epilepsi pada
neonatus misalnya gerakan mata ritmis, dan
gerakan mengunyah serta berenang.
Diagnosis
Anamnesis
Faktor pencetus, usia, durasi, dan
frekuensi bangkitan, interval terpanjang
antara bangkitan, kesadaran antara
bangkitan, terapi epilepsi sebelumnya dan
respon terhadap OAE sebelumnya,
penyakit yang diderita sekarang, riwayat
penyakit neurologis psikiatrik maupun
sistemik yang mungkin menjadi penyebab
maupun komorbiditas, riwayat epilepsi dan
penyakit lain dalam keluarga, riwayat saat
berada dalam kandungan- kelahirantumbuh kembang, riwayat bangkitan
neonatal/ kejang demam, dan riwayat
Pemeriksaan penunjang
a). Pemeriksaan elektro-ensefalografi (EEG)
b). Pemeriksaan pencitraan otak
Berguna untuk mendeteksi lesi epileptogenik di otak
secara non-invasif
Pemeriksaan laboratorium
(1). Pemeriksaan hematologis
Pemeriksaan hematologis di awal pengobatan sebagai salah satu
acuan dalam menyingkirkan diagnosis banding dan pemilihan OAE, 2
bulan setelah pemberian OAE untuk mendeteksi efek samping OAE,
rutin diulang setiap tahun sekali untuk memonitor efek samping OAE,
atau bila timbul gejala klinis akibat efek samping OAE.
(2). Pemeriksaan kadar OAE dilakukan untuk melihat kadar OAE
dalam plasma saat bangkitan belum terkontrol, meskipun sudah
mencapai dosis terapi maksimal atau untuk memonitor kepatuhan
pasien.
Pemeriksaan penunjang lainnya
Dilakukan sesuai dengan indikasi misalnya:
Punksi Lumbal
EKG
Tatalaksana
Prinsip pengobatan epilepsi:
1. Mendiagnosis secara pasti, menentukan etiologi,
serangan dan sindrom epilepsi
2. Memulai pengobatan dengan satu jenis obat
antiepilepsi
3. Penggantian obat antiepilepsi secara terhadap apabila
obat antiepilepsi yang pertama gagal.
4. Pemberian obat antiepilepsi sampai 1-2 tahun bebas
kejang
asam valproate
.
OAE II: Benzodiazepin
4. Serangan mioklonik
. OAE I : Benzodiazepin, asam valproate
. OAE II : Etosuksimid
5. Serangan tonik, klonik, atonik
Semua OAE kecuali etosuksimid
Obat-obatan yang bersifat Antikonvulsi utama yaitu:
. Fenobarbital
Dosis: 2-4 mg/kgBB/hari
. Phenitoin
Dosis: 5-8 mg/kgBB/hari
. Carbamazepine
Dosis: 20 mg/kgBB/hari
. Valproate
Dosis: 30-80 mg/kgBB/hari
Prognosis
Prognosis epilepsi cukup baik, pada
50-70% penderita epilepsi serangan
dapat dicegah dengan minum obatobat, sedangkan sekitar 50% pada
suatu waktu akan dapat berhenti
minum obat
PEMBAHASAN KASUS
Identitas Pasien
Nama
: Tn. A
Umur
: 15 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : siswa
Alamat
: Selayo
Agama
: Islam
Tanggal dirawat : 12 juni 2016
Anamnesa
Berdasarkan anamnesa pada pasien didapatkan
informasi :
Keluhan Utama
Kejang setelah main bola 15 menit SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien kejang setelah main bola15 menit yll
SMRS. Sebelumnya pasien sedang latihan tibatiba pusing dan pingsan, setelah itu pasien
kejang seluruh badan. Pasien tidak ingat berapa
lama kehilangan kesadaran. Keluhan disertai
Pemeriksaan Fisik
1. Umum
Keadaaan umum : sakit sedang
Kesadaran
: composmentis
Kooperatif
: kooperatif
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan
: 40 kg
Nadi
: 88 x/menit
Nafas
: 20 x/menit
Tekanan darah
:120/80 mmHg
Suhu
: 37,8 derajat celcius
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
:
Perkusi
:
Auskultasi
: Distensi [-]
NT [-] , NL [-]
Timpani
: BU +, peristaltik usus normal
Status Neurologikus
GCS 15
: E4 V5 M6
Tanda Rangsangan Selaput Otak :
Kaku kuduk
: tidak ada
Brudzinsky I : tidak ada
Brudzinsky II
: tidak ada
Kernig
: tidak ada
Tanda peningkatan TIK
Pupil
: isokor
Kanan
Kiri
NI
Subjektif
Tajam penglihatan
60/60
60/60
Lapangan pandang
Bola mata
Bulat
Bulat
Ptosis
Tidak ada
Tidak ada
Nistagmus
Tidak ada
Tidak ada
N II
N III
Pupil
-
Bentuk
Ortho 2 mm
Ortho 2 mm
Reflek cahaya
Positif
Positif
N IV, VI
Gerakan mata kebawah
Diplopia
NV
Motorik
Membuka mulut
Menggigit
Mengunyah
Sensorik
Optalmika
Maksila
Mandibula
N VII
Raut wajah
Tidak ada
Tidak ada
Bisa
Bisa
Bisa
Bisa
Bisa
Bisa
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Menggerakkan dahi
Mennutup mata
Bersiul/mencibir
Memperlihatkan gigi
N VIII
Suara berbisik
Detik arloji
Nistagmus
Tidak ada
Tidak ada
N IX
Reflek muntah
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Menelan
Suara
Menoleh kekanan
Menoleh kekiri
Tremor
Tidak ada
Tidak ada
Atrofi
Tidak ada
Tidak ada
NX
Nadi
N XI
N XII
Sistem refleks
Kanan
Kiri
555
555
555
555
Refleks
Kanan
Kiri
Bisep
++
++
Trisep
++
++
Patela
++
++
Babinski
Caddoks
Openheim
Gordon
Hofman-trofner
Fisiologis
Patologis
Fungsi otonom
Miksi
: normal
Defekasi
: normal
Sekresi keringat : normal
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
HGB: 13,9
RBC: 5,72
HCT: 42,3
BASO : 0,3%
LYMPH : 9,1%
NEUT : 83,2%
MONO :6,3%
Rencana Pemeriksaan Tambahan
EEG
CT-Scan
Diagnosis
Diagnosis Klinis: Epilepsi tipe umum tonikklonik
Diagnosis Topik : intra cerebri
Diagnosis Etiologis : idiopatik
Diagnosis Sekunder : Diagnosis Banding
Herniasi
Penatalaksanaan
Terapi umum
Oksigen 2-3 L/menit
IVFD RL 20 tetes/menit
Terapi khusus
Obat anti epilepsi
: Karbamazepin 2 x 300 mg
Neuro protektan
: Piracetam 800 mg 3x1
Prognosis
Quo at vitam
: bonam
Quo at sanam
: dubia ad bonam
Quo at kosmeticum : bonam
Quo at functionam : bonam
RESUME
Pasien laki-laki umur 15 tahun dengan keluhan utama
Kejang setelah main bola15 menit SMRS. Pasien
mempunyai riwayat kejang dan kontrol rutin ke poli
neurologi sejak 2 tahun ini namun beberapa bulan
belakangan ini pasien jarang minum obat kejang dan
kontrol ke RS. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan
kesadaran komposmentis, tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 88 x/menit, nafas 20 x/menit, GCS 15, dan tidak ada
kelainan neurologis lainnya. Pasien didiagnosis dengan:
diagnosis klinis serangan kejang berulang, diagnosis topik
intra cerebri, diagnosis etiologi epilepsi tipe umum tonikklonik, dan tidak ada diagnosis sekunder. Pasien
ditatalaksana dengan oksigen 2-3 L/menit, pemberian
cairan infus RL 20 tetes/menit, Karbamazepin 2 x 300
mg, dan Piracetam 800 mg 3x1.