Apabila di kemudia hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan kasus
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang,
Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Alfia Salmadhea Nur Pramesthi NIM. P133
7420119311 dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik Dengan Range Of Motion (ROM) Genggam Bola Karet Mini di
Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran” ini telah diperiksa dan disetujui untuk d
iuji.
Semarang, …………….
Mengetahui
Pembimbing
Proposal Karya Tulis Ilmiah oleh Alfia Salmadhea Nur Pramesthi NIM P133
7420119311 dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik Dengan Range Of Motion (ROM) Genggam Bola Karet Mini di
Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran” telah dipertahankan di depan dewan pen
guji pada tanggal (Tanggal)
Dewan Penguji
Mengetahui,
a.n. Direktur
Ketua Jurusan Keperawatan
Suharto, S.Pd., MN
NIP. 196660510198031001
KATA PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penyebab kematian dan disabilitas tertinggi di Indonesia salah satunya
adalah stroke. Tak hanya di Indonesia bahkan juga di dunia. Selain itu stroke
dapat berdampak pada kecacatan permanen. 3 penyebab dari penyakit
tersebut yaitu adanya sumbatan pada pembuluh darah yang terjadi di daerah
otak sehingga terjadi gangguan suplai darah yang dapat menyebabkan
kematian atau iskemik saraf otak (Presley, 2013).
Stroke menjadi penyebab utama kematian secara global. Diagnosis
tergantung pada gambaran klinis dan penggambaran otak untuk membedakan
antara stroke hemoragik dan non hemoragik (Agusrianto & Rantesigi, 2020).
Stroke adalah penyakit yang timbul akibat terputusnya suplai darah
menuju otak karena adanya semburan pembuluh darah atau terjadi sumbatan
berupa gumpalan darah (Puspitawuri et al., 2019).
Data kematian stroke menurut World Health Organization (WHO)
menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian di dunia pada tahun 2014
sebanyak 36 juta yang disebabkan oleh PTM (Penyakit tidak menular).
Sebesar 70% dari populasi global akan meninggal akibat jantung, stroke, dan
kanker (Yarmaliza & Zakiyuddin, 2019).
Sedangkan di Negara Indonesia pada tahun 2018 tercatat 12,1 per 1000
penduduk yang menjadi penyebab kematian dan hampir di semua rumah sakit
di Indonesia (Yuda & Yuwono, 2020).
Menurut (Riskesdas, 2018) prevalensi penyakit stroke yang tinggal di
daerah perkotaan lebih besar yaitu (63,9%) dibandingkan dengan yang tinggal
di pedesaan yaitu sebesar (36,1%).
Di Jawa Tengah sendiri proporsi kasus stroke tahun 2018 mencapai
3,09% dari jumlah keseluruhan kasus PTM yang dilaporkan atau sekitar
74.540 kasus (JATENG, 2017).
Sedangkan jumlah kasus stroke di Kota Semarang menurut Dinkes Jateng
(2018) yaitu 8.493 kasus.
Berdasarkan data dari RSUD Ungaran didapatkan sebanyak 409 pasien
penderita stroke yang diantaranya 285 pasien stroke non hemoragik dan
stroke hemoragik 124 pasien di tahun 2017. Pada tahun 2018 mengalami
peningkatan 421 jumlah pasien stroke, 312 pasien stroke non hemoragik dan
109 pasien stroke hemoragik. Tahun 2019 jumlah pasien stroke sebanyak 122
terdiri dari 98 stroke non hemoragik dan 24 pasien stroke hemoragik.
Sehingga prevalensi stroke non hemoragik lebih tinggi dari angka kejadian
stroke hemoragik. (Rekam Medis RSUD Ungaran 2019).
Masalah yang sering muncul pada pasien stroke salah satunya gangguan
gerak dan kesulitan saat berjalan karena mengalami gangguan pada kekuatan
otot dan keseimbangan tubuh atau bisa dikatakan dengan imobilisasi. Salah
satu latihan yang dinilai cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan
pada pasien stroke adalah latihan range of motion (ROM). ROM dapat
mencegah terjadinya penurunan fleksibelitas sendi dan kekakuan sendi
(Agusrianto & Rantesigi, 2020).
Latihan range of motion (ROM) khususnya genggam bola karet mini
dapat berguna untuk memperbaiki atau mempertahankan tingkat
kesempurnaan kemampuan dalam menggerakan persendian secara normal
untuk meningkatkan massa dan tonus otot sehingga kecacatan lebih lanjut
dapat dihindari. Latihan genggam bola karet ini mudah dipelajari dan diingat
oleh pasien maupun keluarga, karena dapat diterapkan untuk meningkatkan
kesehatan serta memberi dampak positif baik secara fisik maupun psikologis
(Astriani & Ariana, 2016).
Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa betapa pentingnya penerapan
penatalaksanaan tindakan keperawatan dalam mengurangi kecacatan dan
kelemahan otot pada pasien dengan masalah gangguan mobilitas fisik pasien
stroke, maka penulis tertarik melakukan studi kasus dengan Judul “Asuhan K
eperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik dengan Range Of Motion
(ROM) Genggam Bola Karet Mini di RSUD Ungaran”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian data latar belakang diatas, di dapatkan rumusan
masalah sebagai berikut “Bagaimana memberikan terapi ROM (Range Of
Motion) menggenggam bola karet mini pada asuhan keperawatan pasien
stroke non hemoragik di RSUD Ungaran?”.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan studi kasus asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
mobilitas fisik akibat stroke non hemoragik, sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Menggambarkan hasil asuhan keperawatan pada klien dengan range of
motion (ROM) genggam bola karet mini terhadap pasien stroke non
hemoragik.
2. Tujuan khusus
a. Memaparkan hasil pengkajian klien dengan range of motion (ROM)
genggam bola karet mini terhadap stroke non hemoragik.
b. Memaparkan diagnosis keperawatan pada klien dengan range of
motion (ROM) genggam bola karet mini terhadap stroke non
hemoragik.
c. Memaparkan perencanaan untuk mengatasi diagnosis keperawatan
pada klien dengan range of motion (ROM) genggam bola karet mini
terhadap stroke non hemoragik.
d. Memaparkan tindakan keperawatan yang dilakukan pada terapi range
of motion (ROM) genggam bola karet mini terhadap stroke non
hemoragik.
e. Memaparkan hasil evaluasi masalah keperawatan klien X dengan
range of motion (ROM) genggam bola karet mini terhadap stroke
non hemoragik.
f. Membahas hasil asuhan keperawatan sejak pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, tindakan, dan evaluasi, melalui proses
komparasi 2 kasus berdasarkan sumber-sumber primer yang relevan.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat teoritis
Hasil penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan memberikan
manfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan asuhan
keperawatan terutama dalam pengelolaan klien dengan range of motion
(ROM) genggam bola karet mini terhadap stroke non hemoragik.
2. Manfaat praktis
a. Bagi perawat
Memberikan referensi dalam peningkatan kualitas pelayanan asuhan
keperawatan khususnya dengan range of motion (ROM) genggam
bola karet mini terhadap stroke non hemoragik.
b. Bagi institusi
Memberikan manfaat dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa yang
menempuh pendidikan jurusan kesehatan dan sebagai konstribusi
dalam peningkatan status kesehatan melalui upaya promotif dan
rehabilitatif khususnya dengan range of motion (ROM) genggam bola
karet mini terhadap stroke non hemoragik.
c. Bagi klien dan keluarga
Menambah informasi dan pemahaman tentang penerapan terapi range
of motion (ROM) genggam bola karet mini dan gangguan mobilitas
fisik pada klien dan keluarga terhadap stroke non hemoragik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Etiologi
Menurut (Muttaqin, 2014) penyebab stroke non hemoragik yaitu:
a. Thrombosis serebral
Terhentinya aliran darah ke otak karena atherosklerosis
(penumpukan lemak di dinding arteri) yang menyebabkan aliran
darah terhalang, jika gumpalan plak pecah akan menyebabkan
okulasi sehingga terjadi iskemi jaringan otak dan menimbulkan
edema.
b. Emboli serebral
Penyumbatan yang terjadi disepanjang aliran pembuluh darah
arteri menuju ke otak yaitu dua arteri karotis interna dan dua arteri
vertebralis. Suatu ateroma terbentuk didalam pembuluh darah arteri
karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah.
c. Hemoragi
Hemoragi terjadi diruang subarachnoid (Hemoragi subarachnoid
atau dalam subtansial orak Hemoragi intra serebral) di luar
durameter (Hemoragi ekstra dural atau epidural) di bawah
durameter (Hemoragi subdural).
4. Faktor Risiko
Menurut (Kabi et al., 2015) faktor yang dapat memicu tingginya
angka kejadian stroke non hemoragik adalah faktor yang tidak dapat
dimodifikasi (non-modifable risk factors) antara lain:
a. Usia
b. Ras
c. Gender
d. Genetik
e. Riwayat transient ischemic attack (stroke sebelumnya).
Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk
factors) berupa:
a. Hipertensi
b. Merokok
c. Penyakit jantung
d. Diabetes
e. Obesitas
f. Penggunaan oral kontrasepsi
g. Alkohol
h. Hiperkolesterolemia.
5. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Muttaqin, 2014) pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada pasien stroke non hemoragik sebagai berikut:
a. Pemeriksaan diagnostik
1) Angiografi serebri
Membantu menentukan adnaya stroke secara spesifik dari
dalam pembuluh darah untuk melihat adanya penyempitan,
sumbatan atau kerusakan pada pembuluh darah.
2) CT scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
posisi adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dengan
pasti dan akan terlihat gambaran lesi hipodens.
3) MRI
Menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi
dan ukuran terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan
area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
4) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat dampak masalah
yang timbul dari jaringan infark sehingga dapat menurunnya
impuls listrik dalam jaringan otak.
b. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan tes darah lengkap seperti Hb, leukosit,
eritrosit, trombosit. Leukosit untuk melihat sistem imun pasien.
Apabila kadar leukosit diatas normal maka terdapat penyakit
infeksi yang sedang menyerang pasien. Sedangkan Trombosit
untuk mengerahui adanya anemia
2) Test kimia darah
Test kimia darah dilakukan untuk melihat kadar asam urat,
kandungan gula darah, kolestrol, dll. Bila kadar gula darah dan
kolestrol berlebih maka menjadi pertanda bahwa pasien
menderita diabetes dan jantung. Kedua penyakit tersebut
termasuk dalam salah satu pemicu stroke.
Stroke
9. Pencegahan
Dalam upaya pencegahan stroke berulang maka hal-hal yang perlu
dilakukan yaitu (Purwani, 2017):
a. Hindari faktor yang berisiko dengan melakukan aktivitas fisik,
konsumsi sayur dan buah, serta memeriksa kesehatan berkala.
b. Pemeriksaan rutin bagi pasien yang memiliki keluarga dengan
riwayat stroke.
c. Tatalaksana faktor risiko stroke dengan menurunkan tekanan darah
±10 mmHg dan risiko stroke turun 1/3.
d. Pemberian obat-obat seperti aspirin, statin, darah tinggi, atau
warfarin.
e. Perawatan paripurna pasien stroke.
f. Berhenti merokok.
g. Lakukan olahraga secara rutin.
h. Kurangi konsumsi garam terlalu banyak.
i. Hentikan terapi hormon.
j. Kurangi stres dan istirahat yang cukup.
2. Etiologi
Menurut (Nanda, 2020), etiologi gangguan mobilitas fisik yaitu
intoleransi aktivitas, kepercayaan budaya tentang aktivitas, penurunan
ketahanan tubuh, depresi, disuse, kurang dukungan lingkungan, fisik
tidak bugar, dan gaya hidup yang kurang gerak.
Sedangkan menurut (Sugiartini, 2018) penyebab dari gangguan
mobilitas fisik, yaitu:
a. Kerusakan integritas struktur tulang
b. Perubahan metabolisme
c. Ketidakbugaran fisik
d. Penurunan kendali otot
e. Penurunan massa otot
f. Penurunan kekuatan otot
g. Keterlambatan perkembangan
h. Gangguan musculoskeletal
i. Gangguan neuromuskulal
j. Efek agen farmakologis
k. Program pembatasan gerak, nyeri, kecemasan, gangguan kognitif,
keengganan melakukan pergerakan, gangguan sensori persepsi.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan mobilitas fisik yaitu:
1) Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
Pengaturan posisi untuk mempertahankan kenyamanan pasien
dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas dapat disesuaikan
dengan tingkat gangguan, seperti trendelenburg, posisi fowler, sim,
lithotomi, drosal recumbent, dan genu pectoral.
2) Latihan ROM pasif dan aktif
Pasien gangguan mobilitas fisik karen stroke non hemoragik
memerlukan latihan ROM yang dapat dilakukan 2x/hari pada saat
pagi dan sore hari selama 10-15 menit sehingga dapat membantu
peningkatan otot dalam penyembuhan dengan baik.
Tujuan dari latihan ROM untuk mempertahankan,
memperbaiki, dan meningkatkan kekuatan otot dalam kemampuan
menggerakan persendian antara lain dengan gerakan sendi :
a) Fleksi yaitu gerakan menekuk sendi (memperkecil sendi)
b) Ekstensi yaitu gerakan kebalikan fleksi atau meluruskan
persendian.
c) Abduksi yaitu menggerakan anggota gerak menjauhi sumbu
tubuh (lateral)
d) Adduksi yaitu meggerakan anggota gerak mendekati sumbu
tubuh (medial)
e) Rotasi yatu gerakan sendi memutar atau menggerakan satu
bagian yang melingkari aksis tubuh
f) Pronasi yaitu gerakan memutar lengan ke atas atau gerakan
sendi ke arah luar.
3) Latihan ambulasi
Ambulasi adalah kemampuan dalam berjalan dari satu tempat ke
tempat lainnya secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
(Wilkinson, 2016). Latihan ini dapat dilakukan sebagai berikut
(Kasiati & Rosmalawati, 2016):
a) Membantu pasien duduk diatas tempat tidur
b) Membantu turun dari tempat tidur, berdiri, kemudian
menengadahkan tangah, menghadap ke atas (superior)
c) Inversi yaitu gerakan sendi ke arah dalam
d) Eversi yaitu duduk dikursi roda
e) Membantu pasien berjalan dan ikuti sesuai dengan langkah.
4) Latihan gerak aktif menggenggam bola karet terhadap kekuatan
otot jari tangan pada pasien stroke
Latihan menggenggam bola merupakan suatu modalitas
rangsang sensorik raba halus dan tekanan pada reseptor ujung
organ berkapsul pada ekstermitas atas. Pengolahan rangsang yang
ada menimbulkan respon cepat pada saraf untuk melakukan aksi
atas rangsangan tersebut. Latihan mengenggem bola salah satu
upaya latihan ROM (Range Of Motion) aktif. Salah satu media
latihan yang dapat digunakan pasien yaitu bola karet. Latihan ini
untuk menstimulasi gerak pada tangan dengan menggenggam atau
mengepalkan tangan rapat-rapat dapat menggerakkan otot-otot
untuk membantu membangkitkan kembali kendali otak terhadap
otot-otot tersebut (Faridah et al., 2018).
Bola yang digunakan berbentuk bulat, bergerigi, berbahan
karet dengan sifat elastis. Penggunaan bola dengan tonjolan-
tonolan kecil yang ada pada bola diharapkan dapat menstimulasi
titik akupresur pada tangan yang akan memberikan stimulus ke
syaraf sensorik pada permukaan tangan kemudian diteruskan ke
otak. Selain itu latihan dengan bola karet pasien dapat termotivasi
untuk melakukan latihan karena adanya stimulus. Bagi keluarga
pasien dapat membantu latihan ekstermitas atas dengan
menggunakan bola karet mini karena tidak diperlukan ketrampilan
khusus dalam menggunakannya (Reny Chaidir, 2014).
Langkah-langkah latihan ekstermitas atas dengan bola karet
mini sebagai berikut :
a) Meremas bola karet mini dengan jari-jari tangan
Telapak tanga pasien yang lemah dibuka dan dihadapkan ke
atas, bola diletakkan ditelapa tangan pasien yang membentuk
seperti mangkuk. Instruksikan pasien untuk menggenggamnya
terlebih dahulu lalau melepaskan dilanjutkan dengan meremas-
remas bola dengan jari tangannya dan semampunya. Gerakan
meremas dihitung sampai 60 kali. Jika sebelum hitungan ke-60
sudah merasakan lelah maka istirahat 1 menit bila sudah
dilanjutkan sampai hitungan ke 60.
b) Istirahat 1 menit
c) Ulangi gerakan meremas
d) Istirahat 1 menit
e) Ulangi gerakan meremas
f) Lakukan 2x/hari sehari pagi dan sore hari.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilain klinis mengenai
respons pasien teradap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung potensial maupun actual yang
dimana bertujuan untuk mengidentifikasi respon pasien individu,
keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (Bruno, 2019).
Diagnosa keperawatan memiliki dua komponen utama yaitu
masalah (problem) dan indikator diagnostik. Masalah (problem)
merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dari
respon pasien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya.
Label diagnosis terdiri atas deskriptor atau penjelas dan fokus
diagnostik.
Proses pencegahan diagnosis atau mendiagnosis merupakan suatu
proses sistematis yang terdiri dari tiga tahap yaitu, analisis data,
identifikasi masalah, dan perumusan diagnosis. Analisis data dilakukan
dengan membandingkan data dengan nilai normal dan juga dengan
mengelompokkan data yang artinya tanda dan gejala yang sianggap
bermakna dikelompokkan berdasarkan pola kebutuhan dasar.
Selanjutnya adalah identifikasi masalah setelah data dianalisis, perawat
dan pasien bersama-sama mengidentifikasi masalah aktual. Pernyataan
masaah kesehatan merujuk ke label diagnosis keperawtan. Terakhir
yaitu perumusan diagnosis keperawatan yang disesuaikan dengan jenis
diagnosis keperawatan.
Masalah dalam diagnosis pasien stroke hemoragik dengan
gangguan mobilitas fisik menurut standar diagnosa indonesia (SDKI)
gangguan mobilitas fisik masuk kedalam kategori fisiologi dengan
subkategori aktifitas dan istirahat.
Gangguan mobilitas fisik merupakan keterbatasan dan gerak fisik
dari satu atau lebih secara mandiri. Adapun penyebab (etiologi) yang
menimbulkan terjadinya masalah dari gangguan mobilitas fisik yaitu
adanya kerusakan integritas struktur tulang, perubahan metabolisme,
ketidakbugaran fisik, penurunan kendali otot, penurunan massa otot,
keterlambatan perkembangan, kekuatan sendir, kontraktur, malnutrisi,
gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskuler, indeks massa
tubuh diatas presentik ke-75 sesuai usia, efek agen farmakologis,
program pembatasan gerak, nyeri, kurang terpapar informasi aktivitas
fisik, kecemasan, gangguan kognitif, keengganan melakukan
pergerakan, dan gangguan sensori persepsi.
Ditandai dengan 10 batasan karakteristik yang dibagi pada tanda
dan gejala mayor dan minor. Dimana pada tanda dan gejala mayor
terdapat mengeluh sulit menggerakan ekstermitas, nyeri saat bergerak,
enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak, sedangkan
tanda dan gejala minor terdapat kekuatan otot menurun, rentangg gerak
(ROM) menurun, sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan
terbatas, dan fisik lemah (Sugiartini, 2018).
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan atau intervensi adalah segala treatment yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilain klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan.
Dalam tahap perencanaan keperawatan terdiri dari dua rumusan utama
yaitu rumusan luaran keperawatan dan rumusan intervensi
keperawatan (PPNI, 2018).
Luaran (outcome) keperawatan merupakan aspek-aspek yang
dapat diobservasi dan diukur meliputi kondisi, perilaku atau persepsi
pasien, keluarga atau komunitas sebagai respons terhadap intervensi
keperawatan.
Luaran keperawatan menunjukkan status diagnosis keperawatan
setelah dilakukan intervensi keperawatan. Adapun komponen luaran
keperawatan diantaranya label (nama luaran keperawatan berupa kata-
kata kunci informasi luaran), ekspetasi (terdiri dari ekspetasi
meningkat yang artinya bertambah baik dalam ukuran, jumlah,
maupun derajat atau tingkatan, menurun artinya menimbulkan efek
yang lebih baik, adekuat, atau efektif), kriteria hasil (karakteristik
pasien yang dapat diamati atau diukur dan dijadikan sebagai dasar
untuk menilai pencapaian hasil intervensi) (PPNI, 2019).
Perencanaan keperawatan pada pasien storke non hemoragik
dengan gangguan mboilitas fisik:
a. Tujuan (PPNI, 2019) sebagai berikut:
Setelah dilakukan tindakan keperawata diharapkan mobilitas fisik
meningkat.
b. Kriteria hasil (PPNI, 2019) yaitu:
1) Pergerakan ekstermitas meningkat
2) Kekuatan otot meningkat
3) Rentang gerak (ROM) meningkat
4) Nyeri menurun
5) Kaku sendi menurun
6) Gerakan tidak ter-koordinasi menurun
7) Gerakan terbatas menurun
8) Kelemahan fisik menurun
9) Kecemasan menurun
Pada perencanaan keperawatan terdapat langkah-langkah yang
dilakukan secara mandiri maupun secara kolaborasi (PPNI, 2018)
meliputi:
a. Dukungan mobilisasi
Observasi
1) Identifikasi adanya nyeri
2) Identifikasi toleransi fisik melakuka pergerakan
3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai
mobilitas
4) Monitor kondisi umum selama melakukan mobilitas
Terapeutik
1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (misalnya
pagar tempat tidur)
2) Fasilitasi melakukan pergerakan (jika perlu)
3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam melakukan
pergerakan
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2) Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (misalnya
duduk ditempat tidur, duduk disisi tempat tidur, berpindah dari
tempat tidur ke kursi, dan menggenggam bola karet mini).
b. Pengaturan posisi
Observasi
1) Monitor status oksigen sebelum dan sesudah mengubah posisi
Terapeutik
1) Motivasi melakukan ROM aktif dengan menggenggam bola
karet mini
2) Hindari menempelkan pada posisi yang dapat meningkatkan
nyeri.
4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien gangguan mobilitas fisik untuk
mencapai tujuan agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal
dengan mengidentifikasi adanya nyeri, mengidentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan, memonitor kondisi umum selama melakukan
mobilitas, melakukan mobilisasi dini, dengan mengajarkan mobilisasi
yang sederhana, memonitor status oksigenasi sebelum dan sesudah
mengubah posisi, memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat batu,
melibatkan keluarga unutk membantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan, memotivasi melakukan range of motion (ROM)
menggenggam bola karet mini (PPNI, 2018).
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut (Muklasin, 2018) evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan untuk dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan
keperawatan.
Menurut (Nursalam, 2015) evaluasi keperawatan terdiri dari dua
jenis, yaitu :
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi ini
dilakukan sampai dengn tujuan tercapai. Pada evaluasi formatif ini
penulis menilai klienn tentang ketepatan gerak pada saat
melakukan latihan ROM (Range Of Motion) yang penulis ajarkan
terlebih dahulu kepada pasien.
b. Evaluasi Somatif
Evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi menggunakan SOAP
(Subjektif, Objektif, Analisa, Planning). Pada evaluasi somatif
penulis menilai tujuan akhir dari latihan ROM (Range Of Motion)
yang penulis ajarkan yaitu baik atau tidaknya rentang gerak
ataupun mobilitas fisik pada pasien setelah melakukan latihan
ROM (Range Of Motion) tersebut.
Pada tahap ini penulis melakukan penilaian secara subjektif
melalui ungkapan klien dan secara objektif. Evaluasi yang dilakukan
sesuai dengan kriteria hasil, sebagai berikut :
1) Pasien meningkat dala aktivitas fisik
2) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
3) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan atau menganalisis keadaan secara subjek atau objek yang
akan diteliti (Nursalam, 2015).
Studi kasus ini didapat dari berbagai sumber buku, jurnal,
dokumentasi, dan pustaka. Dengan metode pengumpulan data, membaca,
mencatat, dan mengelolah bahan penulisan (Nursalam, 2016, 2013).
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah yaitu penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk
menggambarkan terapi range of motion (ROM) genggam bola karet mini
pada pasien stroke non hemoragik di RSUD Ungaran. Pengelolaan kasus
diawali dengan melakukan pengkajian kepada pasien, menentukan
diagnosis keperawatan yang tepat, membuat intervensi keperawatan sesuai
dengan diagnosa yang ada, melaksanakan implementasi keperawatan
sesuai dengan perencanaan keperawatan, dan melakukan evaluasi pada
masalah gangguan mobilitas fisik pada pasein stroke non hemoragik.
Untuk jenis penulisan ini berfokus pada hasil penelitian yang
berkaitan dengan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik
dengan range of motion (ROM) genggam bola karet mini di RSUD
Ungaran.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dapat diartikan sebagai responden yaitu orang yang
memberi respon perlakuan yang diberikan. Subjek dalam penelitian ini
diambil dari dua orang pasien dengan stroke non hemoragik dengan range
of motion (ROM) genggam bola karet mini di RSUD Ungaran.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Convenience
Sampling Method (Non-probability) yaitu teknik pengambilan sampel
yang tidak memberikan kesempatan sama bagi setiap unsur atau populasi
yang dipilih sebagai sampel (Sugiyono, 2016). Subjek penelitian yang
digunakan dalam studi kasus ini adalah pasien stroke non hemoragik.
Adapun kriteria dalam pengambilan sampling, sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi
a. Pasien stroke non hemoragik dengan masalah gangguan mobilitas
yang dirawat di RSUD Ungaran.
b. Pasien dan keluarga bersedia dan menyetujui sebagai subjek
penelitian.
c. Pasien pilihan bisa berjenis kemalin laki-laki atau perempuan.
2. Kriteris eksklusi
a. Pasien dengan komplikasi penyakit
b. Pasien dalam kondisi gawat darurat.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi variabel-variabel yang akan
diteliti secara operasional di lapangan. Definisi ini dibuat untuk
memudahkan dalam pelaksanaan pengumpulan data dan pengelolaan serta
analisis data karena data yang dihasilkan sudah terukur dan siap untuk
diolah dan dianalisis. Pada saat melakukan pengumpulan data, definisi
operasional yang dibuat mengarahkan dalam pembuatan dan
pengembangan instrumen penelitian. Dengan definisi operasional yang
tepat maka batasan ruang lingkup penelitian atau pengertian variabel-
variabel yang akan diteliti lebih fokus (Masturoh, imas, 2018).
Asuhan keperawatan dengan range of motion (ROM) genggam bola
karet mini adalah tindakan yang diberikan pada pasien stroke non
hemoragik agar dapat membantu melatih kekuatan otot untuk pasien rawat
inap di RSUD Ungaran dengan tindakan mengajarkan terapi genggam bola
karet mini yang diberikan 2x/hari selama 1-5 menit. Metode ini dilakukan
dalam proses keperawatan secara menyeluruh dan bersinambung untuk
mengurangi kecacatan dan latihan kekuatan otot dengan tindakan range of
motion (ROM) genggam bola karet mini dari pengkajian, penilaian, dan
menilai rentang kekuatan otot, perencanaan, pengumpulan data, analisa
kemudian merumuskan masalah sampai dengan perencanaan keperawatan
(intervensi) berdasarkan SLKI dan SIKI, melakukan tindakan
(implementasi,) dan evaluasi terhadap asuhan keperawatan pada
perkembangan latihan genggam bola karet mini serta pendokumentasian
hasil dari tindakan asuhan keperawatan dengan menggunakan lembar
SOP.
E. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari hasil-hasil
penelitian yang sudah dilakukan dan diterbitkan dalam jurnal online
nasional. Dalam melakukan penelitian ini peneliti melakukan pencarian
jurnal penelitian yang dipublikasikan di internet menggunakan Google
scholar, pubmed, mendeley, dan science direct, artikel yang diterbitkan
dari tahun 2012-2021 dengan kata kunci : stroke, gangguan mobilitas
fisik, dan range of motion aktif genggam bola karet.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan penyaringan berdasarkan
kriteria yang ditemukan oleh penulis dari setiap jurnal yang daimbil.
Adapun kriteria pengumpulan jurnal sebagai berikut :
1. Tahun sumber literatur yang daimbil mulai tahun 2012 sampai 2021.,
kesesuain keyword penulisan, keterkaitan hasil penulisan dan
pembahsan.
2. Strategi dalam pengumpulan jurnal berbagai literatur dengan
menggunakan situs jurnal yang sudah terakreditasi seperti google
scholar, pubmed, mendeley, dan science direct.
3. Melakukan pencarian berdasarkan full text.
4. Melakukan penilaian terhadap jurnal dari abstrak apakah berdasarkan
tujun penelitian dan melakukan critical appraisal dengan tool yang ada.
Pengumpulan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penulis terlebih dahulu mengajukan surat permohonan studi
pendahuluan dan pengambilan kasus kepada sekretaris Jurusan
Keperawatan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang.
2. Surat permohonan studi pendahuluan dan proposal Karya Tulis Ilmiah
diajukan kepada Direktur RSUD Ungaran melalui bidang Akademik
atau Diklat RSUD Ungaran.
3. Bila mendapat perizinan studi kasus dengan pengambilan data
prevalensi, maka dapat melakukan observasi terhadap pasien yang
telah diberikan saran oleh ketua ruang dan mengontrak waktu untuk
menjelaskan serta memberikan informed consent jika berkenan
menjadi subjek penelitian.
4. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik
dengan intervensi range of motion (ROM) genggam bola karet mini.
5. Menulis dan membahas hasil pengaruh penerapan range of motion
(ROM ) genggam bola karet mini pada asuhan keperawatan gangguan
mobilitas fisik terhadap pasien stroke non hemoragik.
Literatur review dimulai dengan materi hasil penelitian yang secara
logis diperhatikan dari yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan.
Kemudian membaca abstrak, setiap jurnal terlebih dahulu untuk
memberikan penilaian apakah permasalahan yang dibahas sesuai yang
ingin dipecahkan dalam suatu jurnal. Mencatat poin-poin penting dan
relevansinya dengan permasalahan penelitian. Untuk menjaga tidak
terjebak dalam unsur plagiat, maka penulis mencatat sumber informasi dan
mencantumkan daftar pustaka. Jika memang berasal dari ide atau hasil
penulisan orang lain. Membuat catatan, kutipan, atau informasi yang
disusun secara sistematis sehingga penulisan dengan mudah dapat mencari
kembali jika sewaktu-waktu diperlukan (Nursalam, 2016, 2013).
Teknik pengumpulan dalam penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah
ini dengan teknik sebagai berikut:
1. Wawancara
Percakapan yang terdiri dari tanyajawab secara langsung dengan
pasien, keluarga pasien, perawat ruagnan, dan petugas kesehatan lain
mengenai masalah kesehatan pasien untuk mengetahui respon verbal
maupun non verbal. Data yang diperoleh meliputi identitas pasien,
keluhan, riyawat keperawatan (sekarang, dahulu, dan keluarga),
kesehatan saat ini, dan pengetahuan keluarha terhadap pemenuhan
latihan genggam bola karet mini yang dilakukan di RSUD Ungaran.
2. Observasi
Observasi dengan mengumpulkan data terhadap pemberian asuhan
keperawatan dengan pengamatan secara langsung terhadap pasien agar
mengetahui keadaan pasien dan megurangi atau mengatasi keluhan.
3. Pemeriksaaan fisik
Pemeriksaan fisik pada studi kasus ini menggunakan pendekatan head
to toe (alat indera) dan dengan pendekatan IPPA (Inspeksi, Palpasi,
Perkusi, Auskultasi). Dengan menyajikan gambaran realistis perilaku
atau kejadian perilaku pasien untuk melakukan pengukuran terhadap
aspek tertentu dan observasi ROM dengan format yang sudah
disediakan.
4. Dokumentasi
Kegiatan mengumpulkan dan mencari data sekunder melalui dokumen
berupa catatan, hasil laboratorium, rontgen, CT Scan, dan lain-lain dari
pemeriksaan diagnostik dan catatan hasil data rekam medis pasien.
G. Etika Penelitian
Secara umum prinsip etik penelitian atau pengumpulan data dapat
dibedakan menurut (Nursalam, 2016, 2013) sebagai berikut:
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Persediaan harus dilakukan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek pada penelitian, harus dihindarkan dari keadaan
yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan.
c. Risiko (benefit ratio)
Peneliti harus berhati-hati untuk mempertimbangkan risiko dan
keuntungan yang akan berakibat pada subjek setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut atau tidak mejadi responde (right to self
determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai
hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek atau
tidak, tanpa adanya sangsi apapun atau akan berakibat pada
kesembuhannya.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan
Jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full disclosure)
yaitu seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara
terperinci dan bertanggungjawab jika ada sesuatu yang terjadi
kepada subjek.
c. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed
consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya
akan dipergunakan untuk mengembang ilmu.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair
treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan
sesudah keikutsertaanya, tanpa adanya diskriminatif apabila dia
tidak bersedia atau dikeluarkan dalam penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiaanya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan maka perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan
rahasia (confidentiality).
DAFTAR PUSTAKA