Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS

Dosen Pembimbing:
Tri Setyaningsih, M.Kep.,Sp.Kep.J
Dian Fitria, M.Kep.,Sp.Kep.J

Disusun Oleh:

Kaisar Yordan Fanggidae


2110100

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA

JAKARTA

2023
A. Pengertian
Ansietas adalah kekhawatiran yaang tidak jelas daan menyebar, yaang
berkaitan dengan perasaan tidaak pasti daan tidak berdaya (G. W. Stuart, 2013).
Stuart menyebutkan keadaan emosi ini tidak memiliki objek spesifik, dialami
secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Menurut (G. W, Stuart,
2013) ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual
terhaadap bahaya, dan merupakan respon emosional terhadap penilaian tersebut.
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI, 2016).
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhada
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang 32 memungki
nkan individumelakukan tindakan untuk menhadapi ancaman (PPNI,
2017).Ansietas adalah perasaan takut atau ketakutan yang tidak dapat dijelaskan
dan merupakan respons terhadap stimulus internal dan eksternal yang memiliki
tanda dan gejala perilaku, afektif, kognitif dan fisik (Audrey Berman, Shirlee
Synder, 2016 dalam Mad Zaini, 2019).
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungki nkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI, 2016).

B. Penggolongan Ansietas
1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketengan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini laangan persepsi melebar dan individ u
terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan kreatifitas.
(Bulechek, 2016).
a. Respon fisiologis
1) Sesak nafas
2) Nadi dan tekanan darah
3) Gejala ringan pada lambung
4) Muka berkerut dan bibir bergetar
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi melebar
2) Mampu menerima rangsangan yang kompleks
3) Konsentrasi pada masalah
4) Menjelaskan masalah secara efektif
c. Respon prilaku dan emosi
1) Tidak dapat duduk tenang 2)
Tremor halus pada tangan
3) Suara kadang-kadang meninggi
2. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkugan menurun.
Individu lebih memfokuskan hal-hal penting dan mengenyampingkan hal- hal
lain (Bulechek, 2016).
a. Respon fisiologis
1) Nadi dan tekanan darah naik
2) Mulut kering
3) Anorexia
4) Diare / konstipasi
5) Gelisah
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi menyempit
2) Rangsangan luar tidak mampu diterima
3) Berfokus apa yang menjadi perhatian
c. Respon prilaku dan emosi
1) Gerakan tersentak-sentak ( merasa tegang )
2) Bicara banyak dan lebih cepat
3) Susah tidur
4) Perasaan tidak aman
3. Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individ u
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain,indi vidu
tidak mampu lagi berpikir realistis dan membutuhkan pengarahan untuk
memusatkan perhatian pada area lain (Bulechek, 2016).
a. Respon fisiologis
1) Sering nafas pendek , nadi dan tekanan darah naik
2) Tidak mampu menyelesaikan masalah
3) Respon persepsi dan emosi
4) Perasaan ancam meningkat

Menurut Herdman T. Heather, dkk (2018) menjelaskan bahwa ansietas


dibagi menjadi 4 diantaranya:
1) Ansietas Ringan
Biasanya terjadi pada kehidupan sehari-hari yang dapat meningka tkan
kewaspadaan dan memotivasi untuk belajar dan pertumbuhan.
2) Ansietas Sedang
Terjadinya penyempitan persepsi akibatnya hanya berfokus ada
perhatian segera dan tidak memerhatikan komunikasi yang detail lainnya.
3) Ansietas Berat
Terjadi penyempitan fokus pada detail yang spesifik dan perilakunya
ditunjukkan untuk memperleh keadaan.
4) Panik
Dimana individu mengalami ketakutan dan hilangnya kontrol dan
dapat menyebabkan peningkatan aktivitas fisik serta kehilangan cara berfikir
yang rasional.

C. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia 2013 dalam Yusuf, A.H &, R & Nihayati (2015)
mengatakan bahwa terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang
ansietas, diantaranya sebagai berikut : a. Faktor predisposisi
1) Faktor biologis

Ansietas biasanya disertai dengan gangguan fisik yang dapat


menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor. Otak
manusia mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine yang
membantu unuk mengatur kecemasan atau ansietas. Penghambat
GABA juga beerperan dalam mekanisme biologis yang berhubungan
dengan ansietas sebagaimana halnya dengan endorfin.

Menurut Durand (2007) dalam Aris (2019) daerah otak yang


berhubungan dengan kecemasan adalah sistem limbik yang bertindak
sebagai mediator antara batang otak dan korteks. Batang otak
merasakan perubahan dalam fungsi jasmani yang menyalurkan sinyal
bahasa potensial ke proses kortikal yang lebih tinggi melalui sistem
limbik.
2) Faktor psikologis

a) Pandangan psikoanalitik

Ansitas adalah konflik emosional yang terjadi antara


kepribadian dan ego. Ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dapat dikenali dengan norma budaya seseorang sedangkan
kepribadian mewakili dorongan insting dan implus primitif. Dua
diantaranya adalah dua elemen yang bertentangan danfungsi
ansietas adalah untuk meningkatkan ego jika ada bahaya yang
datang.

b) Pandangan interpersonal

Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya


penolakan dan penerimaan interpersonal. Ansietas dapat
menimbulkan kelemahan fisik yang berhubungan dengan
perkembangan trauma, perpisahan dan kehilangan seseorag yang
dicintai.

c) Pandangan prilaku

Segala sesuatu yang menganggu kemampuan seseorang


untuk mencapai tujuan yang diinginkan merupakan suatu
sebabfrustasi dari ansietas. Individu biasa dihadapkan dengan
ketakutan berlebihan dan sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan sehari-hari.

3) Sosial budaya

Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari juga dapat menimbulka n


stress yang memicu terhadap suatu kecemasan. Faktor ekonomi dan
latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
Adanya tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.

b. Faktor presipitasi
Menurut Stuart 2016 dalam Mahfud & Gumantan (2020) terdapat faktor
presipitasi yang dapat dibedakan menjadi berikut :
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmamp
uan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas
untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang yang dapat
membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial yang
terintegrasi seseorang.

D. Manfestasi Klinis
Menurut PPNI (2016) manifestasi klinis dari ansietas adalah :
a. Tanda dan gejala mayor
1) Subjektif
a) Bingung
b) Merasa khawatir dengan keadaan saat ini
c) Sulit
2) Objektif
a) Tampak gelisah
b) Tampak cemas
c) Sulit tidur
b. Tanda dan gejala minor
1) Subjektif
a) Sering mengeluh pusing
b) Anoreksia
c) Palpitasi
d) Merasa tidak berdaya
2) Objektif
a) Frekuensi nafas meningkat
b) Frekuensi nadi meningkat
c) Tekanan darah meningkat
d) Diaforesis
e) Tremor
f) Muka tampak pucat
g) Suara bergetar
h) Kontak mata buruk
i) Sering berkemih
j) Beriorentasi pada masa lalu

Respon fisiologis ansietas dapat terjadi pada: a)


Kardiovaskuler

• Palpitasi Pada kasus spesifik dapat terjadi :


• Jantung berdebar-debar • Penurunan tekanan darah
• Tekanan darah meningkat • Pingsan

• Denyut nandi meningkat • Denyut nadi menurun

b) Respirasi
• Nafas cepat
• Sesak nafas
• Nafas dangkal dan cepat
• Terasa dada tertekan
• Terasa leher tercekik
• Terasa engah
c) Gastrointestinal
• Sakit perut
• Mual
• Nafasu makan menurun
• Diare
d) Neuromuskuler
• Peningkatan reflek
• Kelopak mata berkedut-kedut
• Tremor
• Otot tegang
• Wajah tegang
• Mondar mandir
e) Perkemihan
• Sering kencing
f) Kulit
• Wajah memerah atau pucat
• Telapak tangan basah / berkeringat
• Gatal
• Terasa panas dingin
• Tubuh berkeringat

g) Prilaku
• Gelisah
• Tremor
• Bicara cepat
• Banyak bicara
• Menarik diri
• Mudah marah
• Mudah tersinggung
h) Kognitif
• Konsentrasi menurun
• Sering lupa
• Persepsi menurun
• Sering salah menilai
• Produktivitas menurun
• Malas
• Bingung
• Malu
• Mimpi buruk
i) Afektif
• Tidak sabar
• Gelisah
• Gugup
• Takut
• Frustasi
• Tidak berdaya
• Perasaan bersalah
E. Pohon Masalah

Ketidak berdayaan

Ansietas

Gangguan peran sehat sakit


F. Mekanisme koping
Ketika pasien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam macam
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan ansietas
bentuk ringan ansietas dapat di atasi dengan menangis, tertawa, tidur, olahraga
atau merokok. Bila terjadi ansietas berat sampai panik akan terjadi
ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama perilaku yang patologis, individu akan menggunakan energy yang lebih
besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut.
Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas adalah :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction) Merupakan
pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk menanggula ngi
ancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:
1) Prilaku menyerang (agresif) biasanya digunakan individu untuk
mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri Digunakan untuk menghilangkan sumber
ancaman baik secara fisik maupun psikologis.
3) Perilaku kompromi Digunakan untuk merubah tujuan yang akan
dilakukan atau mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai
tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented reaction) Mekanisme ini
membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang digunakan untuk
melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk mempertaha nkan
keseimbangan. Mekanisme pertahanan ego:
1) Disosiasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari
kesadaran atau identitasnya
2) Identifikasi (identification) adalah proses dimana seseorang untuk
menjadi yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/me niru
pikiranpikiran, perilaku dan selera orang tersebut
3) Intelektualisasi (intellectualization) adalah penggunaan logika dan
alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang
mengganggu perasaannya
4) Introjeksin (introjection) adalah suatu jenis identifikasi yang dimana
seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang
atau suatu kelompok kedalam struktur egonya sendiri, berupa hati
nurani, contohnya rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang
yang dicintai, dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri
5) Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan
citra diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/keleb ihan
yang dimilikinya
6) Penyangkalan (Denial) adalah menyatakan ketidaksetujuan terhadap
realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan
ini adalah penting, sederhana, primitive
7) Pemindahan (displacement) adalah pengalihan emosi yang semula
ditujukan pada seseorang/benda kepada orang lain/benda lain yang
biasanya netral atau kurang mengancam dirinya
8) Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang
menggangu dapat bersifat sementara atau berjangka lama
9) Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivas
i yang tidak dapat ditoleransi
10) . Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis
dan dapat diterima masyarakat untuk membenarkan perasaan perilaku
dan motif yang tidak dapat diterima
11) Reaksi formasi adalah pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia
sadari yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau
ingin dilakukan
12) Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan
merupakan ciri khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini
13) Represi adalah pengenyampingkan secara tidak sadar tentang- tentang
pikiran, ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari kesadaran
seseorang merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung
diperkuat oleh mekanisme lain
G. Rentang Resoin
Rentang respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon adaptif
dan maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisipasi dimana
individ u siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul.
Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana individu sudah
tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami
ganguan fisik, perilaku maupun kognitif. Seseorang berespon adaptif terhadap
kecemasannya maka tingkat kecemasan yang dialaminya ringan, semakin
maladaptif respon seseorang terhadap kecemasan maka semakin berat pula tingkat
kecemasan yang dialaminya, seperti gambar dibawah ini :

H. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (Yogiantoro, 2017) penatalaksanaan ansietas pada tahap
pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial
dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang
2) Tidur yang cukup
3) Olahraga yang teratur
4) Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
b. Terapi Psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolyt ic),
yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada
organ tubuh yang bersangkutan.
d. Prikotrapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
1) Psikoterapi Suportif
2) Psikoterapi Re-Edukatif
3) Psikoterapi Re-Konstruktif
4) Psikoterapi Kognitif
5) Psikoterapi Psikodinamik
6) Psikoterapi Keluarga
e. Terapi Psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan
yang merupakan stressor psikososial.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Dalam bagian ini perawat harus dapat memahami dan menangani pasien yang
mengalami diagnosis keperawatan ansitas, baik menggunakan cara individual maupun
kelompok. Bagian ini juga memberikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga pasien dengan kecemasan. Ansietas adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak
pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.

Adapun tanda dan gejala dari ansietas:

a. Perilaku gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Kurang koordinasi
e. Cenderung mengalami cedera
f. Menarik diri dari hubungan interpersonal
g. Kreativitas menurun
a) Data Dasar
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang, status
sosial ekonomi, adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual, sehingga mudah dalam
komunikasi dan menentukan tindakan keperawatan yang sesuai.
1) Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, nomor
register, diagnosa medis, sumber biaya, dan sumber informasi). Terjadi pada
semua umur baik laki-laki maupun perempuan.
2) Identitas Penanggungjawab (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).
b) Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id, ego dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani dan dikendalikan oleh norma budaya, sedangkan ego budaya,
sedangkan digambarkan sebagai mediator antara tuntunan dari id dan super
ego.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
c) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stresor presipitasi kecemasan dikelompokka n
menjadi dua bagian, yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas
fisik yang meliputi :
• Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
• Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
• Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
• Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya
d) Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping
sebagai berikut:
1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi
stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan
pemenuhan kebutuhan, menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress,
kompromi untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan penipuan diri dan
distorsi realitas dan bersifat maladaptif.
e) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat
sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
• Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah meningk at,
rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.
• Sistem respirasi : napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada, napas dangkal,
sensasi tercekik.
• Neuromuskuler reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip,
insomnia, kelemahan umum.
• GI: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
• Perkemihan: sering berkemih
• Kulit berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah
pucat.
Respon perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.
f) Data yang perlu dikaji:
1) Data subyektif:
Klien mengatakan perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering berkemih,
mengalami ketegangan fisik, panik, tidak dapat konsentrasi, tidak percaya diri.
2) Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering mondar-mand
ir sambil berbicara sendiri atau berbicara kepada orang lain tetapi tidak
direspon, menarik diri dari lingkungan interpersonal.
g) Status kesehatan mental 1) Kebenaran data:
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan apa yang
disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
2) Status sensorik:
• Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, penciuman, dan
pengecapan dan perabaan.
3) Status persepsi
• Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya.
• Klien sering melamun, menyendiri, sesuatu, atau kadang-kadang mata
menatap tajam seperti mengawasi sesuatu. 4) Status motorik
• Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara apakah
masih terkontrol atau tidak.
• Motorik halus: misalnya klien mampu menulis,menggenggam sesuatu
memasukan kancing ke dalam lubang kancing tanpa tremor 5) Afek
• Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang diungkapkan. Misalnya
jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut tertawa. 6) Orientasi
• Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya,
• Klien mengetahui tentang waktu.
7) Ingatan

Apakah Klien masih mengingat apa yang dialaminya selama ini, Apakah klien
kehilangan sebagaian memori yang diingatnya

h) Pengkajian psikologis
1) Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak putus asa. Ekspresi muka tampak
datar. Saat berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan perawat dengan
jawaban sejelas- jelasnya. Apakah Perasaan klien saat ini cukup baik.
2) Konsep diri
Tanyakan apa yang diinginkan oleh klien, pandangan hidup yang bertentangan,
menarik diri dari realitas dan lain-lain.
3) Gaya komunikasi
Apakah klien berbicara secara santai, sulit diajak berkomunikasi dan lain-la in.
Perhatikan juga ekspresi nonverbal saat berinteraksi tampak serius dan
antusias, ada kontak mata.
4) Pola interaksi
Bagaimana cara klien berinteraksi dengan perawat, dengan anggota keluarga
yang lain di rumah.
5) Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih suka
berdiam diri di kamar, melamun.
i) Pengkajian sosial
• Pendidikan dan pekerjaan
• Hubungan sosial
• Faktor sosial budaya
• Gaya hidup

B. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan factor psikologis

C. Intervensi Keperawatan Standart


Pelaksanaan Ansietas
➢ SP 1 Relaksasi Napas Dalam
1. Fase Orientasi
Salam Terapeutik :
"Assalamu'alaikum, Selamat pagi Pak! Saya perawat yang bertugas pada pagi
ini, nama saya (...).Saya adalah mahasiswa dari STIKes RS Husada. Nama
Bapak siapa?" "Bapak senangnya dipanggil apa?" Evaluasi/Validasi :
"Bagaimana perasaan bapak hari ini? semalam tidurnya nyenyak?
Kontrak (topik, waktu, tempat) :
• Topik: "Bagaimana jika sekarang kita mencoba tentang caranya
nengurangi kecemasan dengan caralatihan relaksasi"
• Waktu: "Berapa lama bapak punya waktu untuk melakukan teknik
relaksasi nafas dalam dengan saya?Bagaimana kalau 15 menit saja"
• Tempat: "Dimana bapak mau melakukan teknik relaksasi nafas dalam
dengan saya? Ya sudah, Bagaimana jikadiruangan ini saja kita melakukannya
ya" Tujuan:
"Agar bapak dapat mengetahui kecemasan yang bapak rasakan serta cara
mengatasinya”
2. Fase Kerja

"Sekarang coba bapak ceritakan apa yang bapak rasakan saat ini. Coba bapak
ceritakan pada saya"
"Saya mengerti bagaimana perasaan bapak. Setiap orang akan memiliki
perasaan yang sama jika diposisi bapak. Tapi saya sangat kagum sama bapak
Karena bapak mampu menahan semua cobaan ini. Bapak adalah orang yang
luar biasa"

“Bagaimana kalau kita latihan sekarang. Saya akan lakukan, bapak perhatikan
saya, lalu bapak bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya
Pak. Bapak silakan duduk dengan posisi sepertisaya. Pertama-tama, bapak
bisa merilekskan badan bapak, bapak bisa juga sambil memejamkan mata,
selanjut nya tarik nafas dalam perlahan-lahan sambil berucap didalam hati
“saya akan Menarik energi positif yang ada disekitar saya”, setelah itu tahan
nafas dalam hitungan tiga setelah itu hembuskan udara melalui mulut dengan
meniup udara perlahanlahan sambil mengucap dalam hati “saya akan
membuang energi negatif yang ada pada diri saya”.

“Sekarang kita coba bersama dulu ya setelah itu bapak melakukannya sendiri,
tarik nafas melalui hidung sambil berbisik dalam hati saya akan menarik
energi posotif yang ada disekitar saya, setelah itu tahal dalam hitungan 3,
setelah itu buang secara perlahan dari mulut sambil berbisik dalam hati saya
akan membuang energi negatif yang ada didalam tubuh saya, nah sekarang
coba bapak praktikkan"

"Bagus sekali, bapak sudah mampu melakukannya. Bapak bisa melakukan


latihan ini selama 5 sampai 10kali sampai merasa relaks atau santai. Nanti jika
bapak merasa cemas kembali bapak bisa melakukanapa yang tadi saya ajarkan
ya.”

3. Fase Terminasi
Evaluasi respon pasien:

• Subyektif : Bagaimana perasaan bapak setelah kita mencoba melakukan


teknik relaksasi nafas dalam ?

• Obyektif : Coba bapak ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari.
Rencana Tindak Lanjut:
“baik pak , jadi nanti saya akan kesini lagi ya untuk memberikan trapi kedua
yaitu distraksi”

Kontrak yang akan datang :

“Untuk waktunya bapak kira-kira bisanya jam berapa ya ? , okay kalo begitu ,
berarti nanti kita akan lakukan disini lagi ya pak? “apa masih ada yang ingin
ditanyakan bapak?” Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu. Selamat siang."

➢ SP 2 Distraksi
1. Fase Orientasi
Salam Terapeutik :
"Assalamu'alaikum, Selamat pagi pak, gimana kabar ibu hari ini ? masih
ingat sama saya ?
Evaluasi/Validasi:
“Gimana pak masih merasa cemas ? terus kalo cemas bapak melakukan
apa ? wahh hebat bapak udah bisa melakukan yang tadi diajarkan ya.
‘’Coba bapak ulangi yang kita lakukan kemarin’’ ‘’Bagus sekali pak,
ternyata bapak sudah bisa melakukanrelaksasi nafas dalam secara mandiri
ya pak, nah nanti bapak bisa lakukan itu ketika merasa cemas ya’’
Kontrak (topik, waktu, tempat) :
• Topik: "Karena bapak sudah bisa melakukan relaksasi nafas dalam
bagaimana kalo saya ajarkan tindakan selanjutnya yaitu distraksi’’.
"Baikla h pak sesuai janji kita kemarin, hari ini saya datang kembali
untuk mendiskusikan tentang latihan distraksi dengan tehnik
pengalihan."
• Waktu: "Berapa lama kita akan berlatih pak? "Bagaimana jika 10
menit?"
• Tempat: “Dimana kita akan berdiskusi" "Bagaimana jika di raungan saja
ya?" Tujuan:
"Tujuan dari latihan hari ini adalah agar bapak dapat meningkatkan kontrol
kecemasan, jadi bapak bisa melakukan kegiataan yang di sukai untuk
meredakan kecemasan bapak.”
2. Fase Kerja
"Bapak, biasanya melakukan kegiatan apa saja yang bapak senangi, dari
kegiatan itu sekarang hal apa yang ingin di lakukan ? ohh biasanya bapak
sukanya mendengar musik apa?” “Iyaudah kalo gitu kita sekarang
mendengar musik ya pak. Ini judul lagunya apa pak? selain lagu ini apa
lagi yang ibu suka ? ohh saya juga suka lagu ini, nah bapak jika nanti
bapak merasa cemas bapak bisa melakukan hal-hal yang bapak senangi,
contohnya seperti mendengar musik yang kita lakukan sekarang.”
3. Fase Terminasi
Evaluasi respon pasien:
• Subjektif : "Bagaimana bapak setelah kita melakukan hal-hal yang
bapak sukai tadi?”
• Objektif : "Coba bapak ulangi lagi gimana kalo nanti ibu merasa cemas
kembali , bapak akan melakukan apa? wih hebat bapak bisa mengulangi
nya semua jadi nanti bapak bisa melakukannya secara mandiriya jika
bapak merasa cemas kembali.”
Rencana Tindak Lanjut:
“Baik pak, nanti selanjutnya saya akan kesini lagi ya , nanti kita akan
mencoba untuk melakukan teknik hipnotis 5 jari ya”
Kontrak yang akan datang:
"Bagaimana kalau kita latihan cara yang ketiga ini besok dengan jam yang
sama seperti hari’’ Mau latihan dimana kita pak? Bagaimana jika disini
lagi? Apa masih ada yang ditanyakan pak? Baiklah kalau tidak ada saya
pamit dulu. Selamat siang."
➢ SP 3 Teknik Hipnotis Lima Jari
1. Fase Orientasi
Salam Terapeutik:
"Assalamu'alaikum, Selamat pagi Bu, gimana kabar ibu hari ini ? masih
ingat ga sama saya ?“
Evaluasi/Validasi:
“Gimana bapak masih merasa cemas ? terus kalo cemas ibu melakukan apa
? wahh hebat bapak udah bisa melakukan yang tadi diajarkan ya. Coba pak
ulangi yang kita lakukan kemarin. Bagus sekali pak, ternyata bapak sudah
bisa melakukan teknik resaksasi nafas dalam dan distraksi secara mandiri
ya pak, nah nanti bapak bisa lakukan itu ketika merasa cemas ya’’
Kontrak (topik, waktu, tempat):
• Topik: "Baiklah pak bagaimana kalau sekarang kita mencoba
melakukan tentang teknik relaksasi hipnotis 5 jari untuk menghilangkan
rasa gelisah atau cemas”
• • Waktu: "Berapa lama kita akan berlatih pak? Bagaimana jika 15
menit?"
• Tempat: “Dimana kita mau untuk mencobanya pak. Bagaimana jika di
ruangan seperti kemarin saja ?"
• Tujuan :
"Tujuan melakukan ini agar bapak mengetahui cara untuk menghilangkan
rasa gelisah dengan teknik relaksasi hipnotis 5 jari dan bapak dapat
mempraktekkan ketika rasa gelisah atau cemas ibudatang kembali"
2. Fase Kerja
"Tadi bapak katakan, bapak merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba bapak
ceritakan lebih lanjut tentang perasaan bapak, kenapa tidak bisa tidur, apa
yang bapak pikirkan? Jadikan sebelumnya kita sudah mencoba untuk
melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi ya pak, Nah,
sekarang saya akan mengajarkan teknik relaksasi degan cara hipnotis 5
jari. Sebelum kita mulai bapak bisa merilekskan tubuh , bapak juga bisa
sambil mendengarkan lagu-lagu yang membuat tenang ya bu, baik kita
mulai ya pak.” “Pertama bapak lihat saya dahulu ya, setelah itu kita
lakukan bersama habis itu bapak bisa mencoba melakukannya sendiri,
pertama itu bapak bisa memejamkan mata , lalu bapak sentuh jari telunjuk
bapak dengan jempol bapak, sambil membayangkan hal- hal yang
membuat bapak bahagia, setelah itu sentuh jari tengah bapak
menggunakan jempol, sambil membayangkan bapak sedang bersama
orang yang di sayang atau bapak cintai, selanjutnya bapak sentuh jari
manis menggunakan jempol, sambil membayangkan ketika bapak dipuji
atau mendapat pujian dari seseorang, dan untuk yang terakhir sentuh jari
kelingking bapak dengan jempol , sambil membayangkan tempat-tempat
indah yang pernah bapak kunjungi. Nah sekarang kita mencoba
melakukannya bersama - sama ya, caranya seperti tadi ya pak, tutup mata
dan rilekskan tubuh bapak, setelah itu bapak bisa menyentuh jadi telunjuk
menggunakan jempol , sambil membayangkan hal-hal yang membuat
bapak bahagia, selanjutnya sentuh jari tengah dengan jempol bapak,
sambil membayangkan bapak sedang bersama orang-orang yang bapak
sayangi atau bapak cintai
selanjutnya sentuh jari manis bapak dengan jempol sambil membayangkan
bapak mendapatkan pujian dari orang lain yang terakhir sentuh jari kelingk
ing dengan jempol sambil membayangkan tempat-tempat indah yang
pernah bapak kunjungi, wahh hebat pak, selanjut bapak coba melakukan
sendiri ya. Wah bagus sekali, mari kita masukkan dalam jadwal harian
bapak. Jadi, setiap merasa cemas, bapak bisa langsung praktikkan cara ini,
dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang telah kita buat’’
3. Fase Terminasi
Evaluasi respon pasien :
• Subjektif: "Bagaimana perasaan bapak setelah kita mencoba melakukan
latihan mempraktekkanteknik relaksasi hipnotis 5 jari?"
• Objektif: "Nah, coba bapak praktikkan kembali apa yang telah saya
ajarkan tadi. Bagus, ternyata bapak masih ingat apa yang telah saya
ajarkan."
Rencana Tindak Lanjut :
"Saya harap apa yang tadi saya ajarkan kepada bapak, bapak dapat
mempraktekkan kembali dan jangan lupa untuk memasukannya dalam
jadwal kegiatan harian yaitu sekitar 2 kali dalam sehari ya pak."
Kontrak yang akan datang:
“bapak sudah tidak terasa sudah 30 menit kita berbincang-bincang Latihan
hipnotis 5 jari ini adalah cara ke-3 yang bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan atau ketegangan bapak. Bagaimana kalau kita latihan ini lagi
besok pagi jam berapa pak? Seperti biasa jam 10 pagi ya. Mau latihan
dimana kita pak? Bagaimana jika disini lagi? Apa masih ada yang
ditanyakan pak? Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu. Selamat siang."

D. Implementasi Keperawatan
Setelah dilakukan intevensi keperawatan, tahap selanjutnya yang dilakukan
adalah implementasi yaitu tindakan atau aplikasi yang dilakukan sesuai rencana
keperawatan yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan yang dilakukan mungkin sama,
mungkin juga berbeda di sesuaikan dengan kondisi saat itu dan kebutuhan yang
dirasakan oleh pasien, implementasi keperawatan memerlukan fleksibilitas dan
kreativitas perawat. Sebelum melakukan tindakan, perawat harus mengetahui alasan
mengapa tindakan tersebut harus dilakukan (Debora, 2017).
Tindakan keperawatan dalam pelaksanaannya dibedakan berdasarkan
kewenangan dan tanggung jawab secara profesional sebagaimana terdapat dalam
standar praktek keperawatan, terdiri dari: (Doenges & Yulianti, 2018).
1) Independen

Tindakan keperawatan yang dilakukan mandiri oleh perawat tanpa


berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, dilakukan dengan keputusan
sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia.
2) Dependen

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat spesialis kepada


perawat umum atau perawat kepala kepada pelaksana berdasarkan
pelimpahan tugas atau instruksi.
3) Interdependen

Tindakan keperawatan yang dilakukan dengan kolaborasi dengan


tim kesehatan lain,bukan hanya perawat dan dokter saja, tetapi dengan
seluruh tenaga kesehatan yang ada.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Pada tahap
ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil
yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah teratasi
seluruhnya, hanya sebagaian atau bahkan belum teratasi. Evaluasi merupakan proses
yang berkelanjutan, yaitu proses yang digunakanuntuk mengatur dan memanta u
keadaan pasien untuk mengetahui kesesuaian tindakan keperawatan, perbaikan
tindakan keperawatan, kebutuhan pasien saat ini, perlu atau tindakan dirujuk ke
tempat kesehatan lain, apakah perlu menyusun ulang. prioritas diagnosis agar
kebutuhan pasien dapat terpenuhi. Selain digunakan untuk mengevaluasi tindakan
keperawatan yang telah dilakukan, evaluasi juga digunakan untuk memeriksa semua
proses keperawatan (Doenges & Yulianti, 2018).
Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan
yaitu: (Debora, 2017).
4) Evaluasi formatif atau proses

Evaluasi ini menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat


meberikan intervensidengan respon segera.
5) Evaluasi sumatif atau berhasil

Evaluasi ini merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis


status pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yangi direncanakan
pada tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Aris, M. (2019). Perbandingan Efektivitas Relaksasi Beson Dan Terapi Zikir Terhadap
Perubahan Kecemasan Pada Lansia Di Pstw Gau Mabaji Gowa.
Awwalina, S. N. (2022). Asuhan Keperawatan pada KlieN An. A dengan Ansietas di Desa
Bandungrojo Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora.
http://repository.unissula.ac.id/26276/1/Keperawatan
%28D3%29_40901900054_fullpdf.pdf
KEPERAWATAN JIWA (Konsep Asuhan Keperawatan pada Diagnosa Keperawatan Jiwa)
Penerbit LovRinz. (2022). LovRinz Publishing. https://books.google.co.id/books?id=-
JtxEAAAQBAJ
Ppni. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator Diagnostik
(1st Ed.). Dpp Ppni.
Ppni. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan
Keperawatan. Dpp Ppni.
Stuart, Gail W. (2016). Prinsip Dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart (B. A.
Keliat & J. Pasaribu (Eds.)). Elsevier.
Stuart, Gail Wiscarz. (2013). Principles And Practice Of Psychiatric Nursing. In Ajn,
American Journal Of Nursing (Vol. 81, Issue 12).
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Yusuf, A.H, F., & , R & Nihayati, H. . (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. In
Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa (Pp. 1–366).
Zaini, M. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Masalah Psikososial Di Pelayanan Klinis Dan
Komunitas. Deepublish. https://books.google.co.id/books?id=ZhK fDwAAQBAJ

Anda mungkin juga menyukai