Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

MAHASISWA UNHAS

(MAri HAdapi cemaS dIri Sehatkan jiWAmu gUNakan tekHnik Afirmasi poSitif)

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN JIWA

(Preseptor : Andriani, S.Kep., Ns., M. Kes)

KELOMPOK II

1. Arisma Eka Saputri Jannah R014211052

2. Fransiska Lio R014211004

3. Ernik Jumain Drajaya R014211048

4. Sri Deviyanti R014211057

5. Musfirah R014211028

6. Nur Islami R014211041

7. Rabia M R014211019

8. Nurul Fadillah Asran R014211040

9. Rahmania R014211020
10. Andi Humaerah Akhramatul R014211045

11. Rahma Maulida R014211031

12. Isa Ramdayani R014211008

13. Maria Dian Nurfita R014211010

14. Mutmainnah R014211013

15. Nadia Sri Damayanti R014211014

16. Chintya Rezky Amaliya Putri R014211027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021

SATUAN ACARA KEGIATAN

Pokok Bahasan : Penyuluhan tentang MAri HAdapi cemaS dIri Sehatkan jiWAmu

gUNakan tekHnik Afirmasi poSitif

Hari/tanggal : Minggu 10 Oktober 2021

Pukul : 10.00 s/d Selesai WITA

Sasaran : klien gangguan psikologi

Melalui : Zoom Meeting

A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan tentang MAri HAdapi cemaS dIri Sehatkan

jiWAmu gUNakan tekHnik Afirmasi poSitif peserta dapat memahami ansietas dan

salah satu tekhnis terapi dalam menghadapi ansietas yaitu afirmasi positif

2. Tujuan Khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan tentang MAri HAdapi cemaS dIri Sehatkan

jiWAmu gUNakan tekHnik Afirmasi poSitif peserta diharapkan :

a) Mengetahui pengertian, penyebab dan tanda kecemasan

b) Mengenali afirmasi positif

c) Mengetahui tekhnik afirmasi positif

C. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Topik

Penyuluhan tentang MAHASISWA (MAri HAdapi cemaS dIri Sehatkan

jiWAmu gUNakan tekHnik Afirmasi poSitif)

2. Sasaran/target

a) Bersedia menjadi peserta penyuluhan

b) kooperatif

3. Metode

Penyuluhan melalui Zoom Meeting

4. Media dan alat

a) Laptop/android memiliki aplikasi zoom

b) PPT

c) Poster

5. Waktu dan tempat

a) Hari/tanggal : minggu, 10 Oktober 2021

b) Waktu : 10.00 s/d selesai


c) Media : zoom meeting

D. SUSUNAN ACARA PENYULUHAN

a) Pembukaan oleh pembawa acara

b) Pembacaan doa

c) Sambutan-sambutan

- Sambutan ketua kelompok

- Sambutan preceptor

d) Persentase oleh moderator

- Narasumber 1 Andriani, S.Kep., Ns., M. Kes

- Narasumber 2 Nurul fadillah asran, S. Kep

e) Sesi Tanya jawab dipandu oleh moderator

f) Feed back peserta dipandu oleh pembawa acara

(berupa 2 pertanyaan berhadiah voucher pulsa masing-masing 50 rb)

g) Penutupan oleh pembawa acara

E. PENGORGANISASIAN

a) Preceptor : Andriani, S.Kep., Ns., M. Kes

b) Ketua : Rabia M

c) Pembawa acara : Fransiska Lio

d) Moderator : Andi Humaerah Akhramatul

e) Narasumber :

1) Narasumber 1 Andriani, S.Kep., Ns., M. Kes

2) Narasumber 2 Nurul fadillah asran, S. Kep

f) Pembaca doa : Musfirah

g) Notulensi : Nur Islami


h) Time keeper : Ernik Jumain Drajaya

i) Fasilitator :

1) Arisma Eka Saputri Jannah

2) Sri Deviyanti

3) Rahmania

4) Rahma Maulida

5) Isa Ramdayani

6) Maria Dian Nurfita

7) Mutmainnah

8) Nadia Sri Damayanti

9) Chintya Rezky Amaliya Putri

F. EVALUASI PROSES

1) Evaluasi struktur

a) Penggunaan media yang lengkap

b) Panitia menguasai peran masing-masing

c) Pemateri menguasai materi penyuluhan

d) Peserta berperan aktif selama proses penyuluhan

2) Evaluasi proses

a) Proses penyuluhan dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan

b) Peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan

3) Evaluasi hasil

a) Peserta dapat menjawab pertanyaan seputar materi ansietas

b) Peserta dapat melakukan afirmasi positif

SAYA BISA, SAYA TANGGUH YES YES


G. LAMPIRAN MATERI

ANSIETAS

A. Definisi Ansietas

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan

dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi i ni tidak memiliki

obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara

intrapersonal (Stuart, 2013). Ansietas adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai

respon awal terhadap stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi

individu. Ansietas sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak pasti, ragu- ragu,

tidak berdaya, kegelisahan, kekhawatiran, tidak tentram yang disertai dengan keluhan

fisik (Azizah, Zainuri, & Akbar, 2016).

Ansietas adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut

dan terkadang panik akan suatu bencana yang mengancam dan terkadang panik akan

suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakkan yang dapat atau tidak

berhubungan dengan rangsangan eksternal ansietas berkaitan dengan perasaan tidak

pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Kondisi dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.

Ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap

sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut

(Stuart & Sundeen, 2006).

B. Etiologi Ansietas

1. Faktor predisposisi

Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas menurut Stuart

& Sundeen (2006), sebagai berikut :


a. Teori Psikoanalitik

Psikoanalitik adalah konflik emosional yang terjadi antara dua

elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan

impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani

seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego atau

Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan

ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

b. Teori Interpersonal

Menurut pandangan interpersonal ansietas timbul dari perasaan

takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas

juga berhubungan dengan perkembangan trauma, sperti perpisahan dan

kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri

rendah terutama mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.

c. Teori Perilaku

Perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu

yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan

untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan,

Pakar tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam

kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering

menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya.

2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi 2 menurut Stuart (2013), antara lain :

a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis

yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas


hidup sehari-hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,

harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

3. Perilaku

Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan

perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping

dalan uapaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas dari perilaku akan

meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas.

C. Tanda dan Gejala Ansietas

1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah

tersinggung

2. Pasien merasa tegang, tidak tenang, gelisah dan mudah terkejut

3. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak orang

4. Mengalami gangguan pola tidur dan disertai mimpi yang menegangkan

5. Gangguan konsensstrasi dan daya ingat

6. Adanya keluhan somatik, mis rasa sakit pada otot dan tulang belakang,

pendengaran yang berdenging atau berdebar-debar, sesak napas, mengalami

gangguan pencernaan berkemih atau sakit kepala

(Nurhalimah, 2016)

D. Tingkatan ansietas dan karakteristiknya

Menurut Videbeck (2010) mengelompokan ansietas kedalam empat

tingkat sesuai dengan rentang respon ansietas yaitu :

1. Ansietas ringan

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan

kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapang persepsi meningkat


dan individu akan berhati-hati dan waspada. Pada tingkat ini

individu terdorong untuk belajar dan akan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas.

a. Agak tidak nyaman

b. Gelisah

c. Insomnia ringan

d. Perubahan nafsu makan ringan

e. Pengulangan pertanyaan

f. Perilaku mencari perhatian

g. Peningkatan kewaspadaan

h. Peningkatan kewaspadaan

i. Peningkatan persepsi dan pemecahan masalah

j. Mudah marah

k. Gerakan tidak tenang

2. Ansietas sedang

Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih

memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

a. Perkembangan dari ansietas ringan

b. Perhatian terpilih pada lingkungan

c. Ketidaknyamanan subjektif sedang

d. Peningkatan ketegangan otot

e. Perubahan dalam nada suara

f. Konsentrasi hanya pada tugas-tugas individu

g. Peningkatan jumlah waktu yang digunakan pada situasi

masalah
h. Takipnea

i. Takikardi

j. Gemetaran

k. Suara bergetar

3. Ansietas berat

Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu

cenderumng memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain.

Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan.

a. Perasaan terancam

b. Ketegangan otot berlebihan

c. Diaphoresis

d. Perubahan pernafasan ; nafas panjang, hyperfentilasi, dispnea

dan pusing

e. Perubahan gastro intestinal ; mual, muntah, rasa terbakar pada

ulu hati, sendawa, anoreksia, diare atau konstipasi

f. Perubahan kardiovaskuler ; tachycardia, palpitasi, rasa tidak

nyaman pada precordial, ketidakmampuan untuk belajar,

ketidakmampuan untuk konsentrasi

g. Rasa terisolasi

h. Kesulitan atau ketidaktepatn pengungkapan

i. Aktivitas yang tidak berguna

j. Bermusuhan

4. Ansietas panik

Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat

melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.


a. Hyperaktifitas atau mobilitas berat

b. Rasa terisolasi yang ekstrim

c. Kehilangan identitas, desintegrasi kepribadian

d. Sangat goncang dan otot tegang

e. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan kalimat yang

lengkap

f. Distorsi,persepsi penilaian yang tidak realitas terhadap

lingkungan dan ancaman

g. Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri

h. Menyerang.

E. Rentan Respon

Rentang respon ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan

maladaptif seperti terlihat pada gambar berikut ini :


Respon Adaptif Respon Maladaptif

I I I

Respon Adaptif adalah suatu keadaan dimana terjadi stresor dan bila individu

mampu untuk menghambat dan mengatur hal tersebut, maka akan menghasilkan hal

yang positif. Hal positif tersebut antara lain :

1. Dapat memecahkan masalah dan konflik

2. Adanya dorongan untuk bermotivasi

3. Terjadinya peningkatan prestasi

Respon Maladaptif adalah suatu keadaan dimana tidak terjadi

pertahanan perilaku individu secara otomatis terhadap ancaman

kecemasan. Apabila terjadi ancaman terhadap individu, kemudian

individu tersebut menggunakan respon adaptif, maka ia dapat

beradaptasi terhadap ancaman tersebut dengan demikian maka

kecemasan tidak terjadi. Tetapi apabila menggunakan respon

maladaptif, maka yang akan terjadi adalah individu akan menggalami

kecemasan secara bertahap, mulai dari sedang, ke tingkat berat dan


akhirnya menjadi panik.

1. Sumber Koping

Individu dapat mengatasi stres dan ansietas dengan menggerakan sumber

koping di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik,

kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat

membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan

mengadopsi strategi koping yang berhasil.

2. Mekanisme Koping

Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai kemampuan

mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya

perilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi

ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menghebat. Ansietas

ringkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Tingkat ansietas

sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping :

a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari

dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik

tuntutan situasi stres.

1) Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau

mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan.

2) Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun

psikologik untuk memindahkan seseorang dari sumber stres.

3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara

seseorang mengoperasikan, mengganti tujuan, atau

mengorbankan aspek kebutuhan personal seseorang.

b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas


ringan dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak

sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka

mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap

stres.

F. Penanganan

Yang pertama yang harus dilakukan pada pasien adalah edukasi pasien untuk

mengatasi panik dan ansietas. Pasien dicoba untuk dapat menghilangkan gejala

ansietas dengan berbagai cara. Cara yang mudah adalah relaksasi, latihan nafas,

hipnosis, desensitisasi, latihan fisik yang sedang (jangan latihan berat), seperti jalan 3

– 4 km sehari. Selain itu pasien harus ditingkatkan rasa percaya diri. Pengobatan ini

merupakan terapi tambahan dan bukan substitusi dari terapi farmakologik. Satu hal

yang penting adalah bahwa pengobatan non farmakologik sendiri, tanpa pengobatan

farmakologik kurang khasiatny


H. LAMPIRAN POSTER

DAFTAR PUSTAKA

I. Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa: Teori dan

Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

J. Nurhalimah,. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan, Keperawatan Jiwa.

Jakarta. Kemenkes RI

K. Stuart, & Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC. Stuart, G. W.

(2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

L. Videbeck, S. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (psychiatric mental health

nursing). Jakarta: EGC.

M. Townsend, M. C. (1998). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri:

Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai