MAHASISWA UNHAS
(MAri HAdapi cemaS dIri Sehatkan jiWAmu gUNakan tekHnik Afirmasi poSitif)
KELOMPOK II
5. Musfirah R014211028
7. Rabia M R014211019
9. Rahmania R014211020
10. Andi Humaerah Akhramatul R014211045
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
Pokok Bahasan : Penyuluhan tentang MAri HAdapi cemaS dIri Sehatkan jiWAmu
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan tentang MAri HAdapi cemaS dIri Sehatkan
jiWAmu gUNakan tekHnik Afirmasi poSitif peserta dapat memahami ansietas dan
salah satu tekhnis terapi dalam menghadapi ansietas yaitu afirmasi positif
2. Tujuan Khusus
C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik
2. Sasaran/target
b) kooperatif
3. Metode
b) PPT
c) Poster
b) Pembacaan doa
c) Sambutan-sambutan
- Sambutan preceptor
E. PENGORGANISASIAN
b) Ketua : Rabia M
e) Narasumber :
i) Fasilitator :
2) Sri Deviyanti
3) Rahmania
4) Rahma Maulida
5) Isa Ramdayani
7) Mutmainnah
F. EVALUASI PROSES
1) Evaluasi struktur
2) Evaluasi proses
3) Evaluasi hasil
ANSIETAS
A. Definisi Ansietas
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi i ni tidak memiliki
obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
intrapersonal (Stuart, 2013). Ansietas adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai
respon awal terhadap stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi
individu. Ansietas sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak pasti, ragu- ragu,
tidak berdaya, kegelisahan, kekhawatiran, tidak tentram yang disertai dengan keluhan
Ansietas adalah suatu gejala yang tidak menyenangkan, sensasi cemas, takut
dan terkadang panik akan suatu bencana yang mengancam dan terkadang panik akan
suatu bencana yang mengancam dan tidak terelakkan yang dapat atau tidak
pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap
sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut
B. Etiologi Ansietas
1. Faktor predisposisi
Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan
b. Teori Interpersonal
c. Teori Perilaku
2. Faktor presipitasi
3. Perilaku
perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalan uapaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas dari perilaku akan
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri serta mudah
tersinggung
3. Pasien mengatakan takut bila sendiri, atau pada keramaian dan banyak orang
6. Adanya keluhan somatik, mis rasa sakit pada otot dan tulang belakang,
(Nurhalimah, 2016)
1. Ansietas ringan
b. Gelisah
c. Insomnia ringan
e. Pengulangan pertanyaan
g. Peningkatan kewaspadaan
h. Peningkatan kewaspadaan
j. Mudah marah
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
masalah
h. Takipnea
i. Takikardi
j. Gemetaran
k. Suara bergetar
3. Ansietas berat
cenderumng memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain.
Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan.
a. Perasaan terancam
c. Diaphoresis
dan pusing
g. Rasa terisolasi
j. Bermusuhan
4. Ansietas panik
Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
lengkap
h. Menyerang.
E. Rentan Respon
I I I
Respon Adaptif adalah suatu keadaan dimana terjadi stresor dan bila individu
mampu untuk menghambat dan mengatur hal tersebut, maka akan menghasilkan hal
1. Sumber Koping
2. Mekanisme Koping
ringkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius. Tingkat ansietas
stres.
F. Penanganan
Yang pertama yang harus dilakukan pada pasien adalah edukasi pasien untuk
mengatasi panik dan ansietas. Pasien dicoba untuk dapat menghilangkan gejala
ansietas dengan berbagai cara. Cara yang mudah adalah relaksasi, latihan nafas,
hipnosis, desensitisasi, latihan fisik yang sedang (jangan latihan berat), seperti jalan 3
– 4 km sehari. Selain itu pasien harus ditingkatkan rasa percaya diri. Pengobatan ini
merupakan terapi tambahan dan bukan substitusi dari terapi farmakologik. Satu hal
yang penting adalah bahwa pengobatan non farmakologik sendiri, tanpa pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
I. Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa: Teori dan
Jakarta. Kemenkes RI
K. Stuart, & Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC. Stuart, G. W.