Anda di halaman 1dari 3

Intervensi Keperawatan Sesuai Evidance Based Practice (EBP)

Gangguan pola tidur dengan teknik terapi relaksasi autogenik

Terapi relaksasi autogenik merupakan relaksasi yang berupa kalimat pendek atau
kata-kata singkat yang dapat membuat pikiran menjadi tenang, yang bersumber dari
individu itu sendiri seperti “aku tenang dan nyaman” dan “aku dapat melakukan ini”.
Terapi relaksasi autogenik dapat dilakukan dengan membayangkan diri dalam keadaan
yang rileks, fokus pada denyut jantung dan pengaturan nafas, sehingga tanda-tanda vital
dapat dikendalikan menjadi normal. Suasana rileks tersebut memacu saraf simpatik dan
parasimpatik yang memproduksi hormon beta-endorfin sebagai respon dari relaksasi yang
menciptakan rasa tentram dan menurunkan kecemasan ataupun stres pada pasien
(Supriadi, Hutabarat & Putri 2015).
Manfaat yang dapat dirasakan setelah pemberian relaksasi autogenik dinyatakan
oleh Kristiarini (2013) melalui perubahan fisiologis tubuh bahwa relaksasi autogenik
dapat memberikan sensasi tenang, ringan dan hangat yang menyebar ke seluruh tubuh
merupakan efek yang bisa dirasakan dari relaksasi autogenik. Tubuh merasakan
kehangatan, merupakan akibat dari arteri perifer yang mengalami vasodilatasi, sedangkan
ketegangan otot tubuh yang menurun mengakibatkan munculnya sensasi ringan.
Perubahan-perubahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi mempengaruhi kerja
saraf otonom. Respon emosi dan efek yang menenangkan yang ditimbulkan oleh
relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis menjadi dominan sistem parasimpatis
(Kristiarini, 2013).
Teknik relaksasi autogenik membawa perintah tubuh melalui autosugesti untuk
rileks sehingga pernafasan, tekanan darah, denyut jantung serta suhu tubuh dapat
dikendalikan. Standar latihan relaksasi autogenik bersumber dari imajinasi visual dan
mantra-mantra verbal yang membuat tubuh merasa hangat, berat dan santai. Sensasi
hangat dan berat ini disebabkan oleh peralihan aliran darah (dari pusat tubuh ke daerah
tubuh yang diinginkan), yang menyejukkan dan merelaksasikan otot-otot disekitarnya
(Kristiarini, 2013).
Prinsip yang mendasari terjadinya ketenangan oleh tehnik terapi relaksasi autogenik
ini adalah merlancarkan aliran darah dan dapat merangsang hormon endorfin. Ketika
seseorang melakukan relaksasi autogenik, maka beta-endorfin akan keluar dan ditangkap
oleh reseptor didalam hypothalamus dan system limbik yang berfungsi untuk mengatur
kecemasan dan sebagai obat penenang alami. Adapun enam fase terapi relaksasi
autogenik yaitu fokus pada sensasi berat, sensasi hangat, sensasi hangat di area jantung,
fokus pada pernafasan, fokus sensasi hangat di bagian abdomen, dan sensasi dingin di
kepala (Setyawati, 2014)
Dari hasil penerapan terapi inovasi dengan memberikan teknik relaksasi autogenik
dan aromaterapi mawar tersebut dapat dilihat bahwa semua mengalami penurunan
tekanan darah terutama pada tekanan darah sistoliknya. Dari ketiga pasien didapatkan
semua pasien mengalami penurunan tekanan sistolik dan diastoliknya (Maawiyah, 2017).
Hal ini dapat dijelaskan menurut Dusek dan Benson (2009) dalam Azizah (2015) bahwa
tekanan darah sistolik dipengaruhi oleh psikologis sehingga dengan relaksasi akan
mendapatkan ketenangan yang akan menurunkan tekanan darah sistolik, ketenangan
tersebut yang akan membantu pasien untuk beristirahat dengan baik (Azizah et al, 2015).

DAFTAR PUSTAKA

Supriadi, D., Hutabarat, E., & Putri, V. P. (2015). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik
Terhadap Depresi pada Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha
Ciparay Bandung, 10(2)

Maawiyah. M (2017). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Hipertensi Dengan
Intervensi Inovasi Terapi Relaksasi Autogenik Dan Relaksasi Aromaterapi Mawar
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Di Instlasasi Gawat Darurat Rsud Aji
Muhammad Parikesit Tenggarong Tahun 2017. Karya Ilmiah Akhir Ners. Stikes
Muhammadiyah, Samarinda.

Azizah, et al. (2015). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Prenderita Hipertensi Primer di Dusun Gondang. Skripsi thesis,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kristiarini. (2013). Pengaruh Relaksasi Autogenik terhadap Skala Nyeri pada Ibu Post
Operasi Sectio Caesaria (SC) di RSUD Banyumas.

Setyawati. (2014). Pengaruh Relaksasi Otogenik terhadap Kadar Gula Darah dan Tekanan
Darah pada Klien Diabetes Mellitus Type 2 dengan Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
Rumah Sakit di DIY dan Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai