Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. B DENGAN


LUKA BAKAR KIMIA

Oleh :
MARIA ERNI WATI GELU OLA

R014202008

PRESEPTOR

(Dr. Takdir Tahir, S.Kep.,Ns.,M.Kes)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2021

Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 21


Kasus Luka Bakar Kimia:
Ny.B, seorang wanita 32 tahun datang ke unit gawat darurat dengan keluhan nyeri pada mata kiri dan
penglihatan kabur setelah secara tidak sengaja meneteskan cairan rokok elektrik pada mata kirinya sekitar 1 jam yang
lalu karena kemasan cairan rokok elektrik tersebut mirip dengan botol lubrikan (pelumas) mata yang sedang ia
gunakan sebagai pengobatan karena ulserasi kornea ringan yang ia alami sejak 2 minggu yang lalu. Ia lalu
membersihkan matanya dengan cairan pencuci mata. Pasien masih mengeluh nyeri skala 3-4 yang dirasakan pada
mata kiri bagian bawah serta penglihatan yang masih kabur. Pasien tidak mengkonsumsi analgetik.
Hasil pengkajian menunjukan TTV dalam batas normal (S: 37°, N: 69x/menit, RR: 19x/menit, TD:125/65
mmHg), SPO2: 100%. Pada pemeriksaan bagian mata diperoleh hasil: Pemeriksaan visus: OD: 20/20 dan OS : 20/30,
pada mata kiri menunjukan tidak ada luka, udem, atau eritema pada kelopak mata atau alis mata, injeksi (kemerahan)
pada konjungtiva ringan terlihat pada seluruh mata, tidak ada kekeruhan kornea atau hilangnya kejernihan lensa.
Pemeriksaan pH mata kiri sebelum irigasi menggunakan strip pH okulardiperoleh hasil pH 8 (pH cairan rokok
elektrik adalah 8,5). Pemeriksaan dengan pewarnaan Fluorescein menunjukan serapan pewarna berbentuk lonjong
berukuran besar di seluruh kornea yang menutupi bagian bawah iris berukuran 1 cm x 0,2 cm yang menunjukan luka
bakar kornea. Pasien juga mengatakan agak merasa cemas dengan keadaannya namun tidak merasa tertekan.
Tindakan awal yang dilakukan yaitu irigasi mata yang dilakukan dengan menggunakan Morgan Lens dan
normal saline. Untuk mengoptimalkan kenyamanan pasien dan memastikan irigasi efektif, pasien diberikan anestesi
topikal Tetracaine sebelum penyisipan Morgan Lens. Setelah dilakukan irigasi selama 20 menit, dilakukan kembali
pengukuran pH mata dan menunjukkan pH antara 7 dan 7,5.
Terapi yang diberikan yaitu analgesia oral dalam bentuk kombinasi antiinflamasi nonsteroid dan parasetamol.
Antibiotik topikal berupa tetes mata kloramfenikol digunakan sebagai profilaksis terhadap infeksi dan booster tetanus
diberikan karena adanya luka bakar pada kornea.

Sumber:
https://journals.lww.com/aenjournal/Abstract/2018/04000/Ocular_Chemical_Burns_Secondary_to_Accidental.5.aspx

Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 22


Level Triage:
Kuning

FORMAT LAPORAN ANALISA KASUS DAN PENGKAJIAN


KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

NAMA PASIEN : Ny. B UMUR : 32 tahun JENIS KELAMIN : PR


No. RM :- Ruang Rawat : IGD
Diagnosa medik : Ocular Chemical Burns
Datang ke RS tanggal : Pukul :
Tgl Pengkajian : Pukul :
Sumber informasi : Pasien  Keluarga (…………………………..)  Lainnya (… ............................. )
Cara datang :
 √ Sendiri  Rujukan  Lainnya

Transportasi ke IGD :
 Ambulance √  Kendaraan sendiri  Kendaraan umum  Lainnya …………………

Tindakan prahospital (bila ada) :


 CPR  Bidai
 Suction  Bebat tekan
 OPT / NPT / ETT …..………………..  NGT …………………………………………..
 Oksigen …………………………………  Penjahitan …………………………………
 Infus ……………………………………..  Obat-obatan ………………………………
 Lainnya: mencuci mata dengan larutan pencuci mata
Keluhan utama (KU) :
Nyeri pada mata kiri bagian bawah dan penglihatan kabur
Riwayat KU :
Pasien secara tidak sengaja meneteskan cairan rokok elektrik pada mata kirinya sekitar 1 jam yang lalu karena kemasan
cairan rokok elektrik tersebut mirip dengan botol lubrikan (pelumas) mata yang sedang ia gunakan sebagai pengobatan
karena ulserasi kornea ringan yang ia alami sejak 2 minggu yang lalu. Setelah sadar menggunakan tetes mata yang salah ia
sempat mencuci matanya dengan menggunakan larutan pencuci mata. Pasien mengeluh pada mata kiri bagian bawah dan
penglihatan kabur namun masih bisa membedakan objek.
PENGKAJIAN PRIMER
Pengkajian Keperawatan Masalah/dx keprwt. Intervensi Keperawatan

A. Airway  Memasang semi-rigid cervical


 Ketidakefektifan collar, head strap/support.
 Bebas / Paten Bersihan Jalan Nafas  Membersihkan jalan nafas
 Tidak Bebas:  Memberikan posisi nyaman
 Palatum mole jatuh  Risiko Aspirasi fowler/semifowler
 Sputum  Mengajarkan teknik batuk efektif
 Darah NOC :  Melakukan pengisapan lendir
 Spasme  Memasang oro/naso faringeal
 Benda asing airway
Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 23
Suara nafas:  Melakukan auskultasi paru secara
 Normal  Menurun Kriteria Objektif: periodik
 Snoring  Stridor  Memberikan posisi miring mantap
 Wheezing  Gargling 1. jika pasien tidak sadar
 Tidak ada suara nafas  Melakukan jaw thrust, chin lift
2.  Kolaborasi: pemberian
Data Lainnya ………………………. bronchodilator/nebulizer
3.  Kolaborasi: pemasangan ETT, LMA
atau trakeastomi
Faktor Risiko: 4.  Lain-lain…..
 ………………..……………….
 …………………………………
 …………………………………

B. Breathing  Mengobservasi frekuensi, irama


 Gangguan Ventilasi dan kedalaman suara nafas
Pola nafas Spontan  Mengobservasi penggunaan otot
 Eupneu  Bradipneu bantu pernafasan
 Apneu  Takhipneu  Ketidakefektifan Pola  Memberikan posisi semi fowler
 Dyspneu  Orthopneu Nafas jika tidak ada kontra indikasi
 ……………………  Memperhatikan pengembangan
 Gangguan Pertukaran dinding dada
Frekuensi nafas: 19 X/mnt
Gas  Melakukan fisioterapi dada jika
SaO: 100%
tidak ada kontra indikasi
Bunyi nafas :
NOC :  Memberikan bantuan pernafasan
 Vesikuler/Bronchovesikuler
dengan bag-valve mask
 Ronchi
 Kolaborasi : Intubasi
 Rales/Crackles
 Lainnya : …………………………………  Kolaborasi : pemberian O2 dan
Kriteria Objektif: pemeriksaan AGD
Irama nafas:  Teratur  Tidak teratur  Lain-lain……
1.
Pengembangan dada/paru
 Simetris  Tidak Simetris 2.

Jenis pernafasan:  dada  perut 3.


Penggunaan otot bantu nafas
4.
 Retraksi dada  Cuping hidung

Hasil AGD : 5.

Data Lainnya …………………………………

Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 24


C. Circulation  Mengawasi adanya perubahan
 Penurunan Curah warna kulit
Akral :  Hangat  Dingin Jantung  Mengawasi adanya perubahan
Pucat :  Tidak  Ya (Aktual / Risiko) kesadaran
Cianosis :  Tidak  Ya  Mengukur tanda-tanda vital
Pengisian Kapiler  Ketidakefektifan  Memonitor perubahan turgor,
 < 3 detik  ≥ 3 detik Perfusi Jaringan Perifer membran mukosa dan capillary
(Aktual / Risiko) refill time
Nadi :  Teraba  Tidak teraba
 Mengobservasi adanya tanda-
Frekuensi: 69X/mnt
 Kekurangan Volume tanda edema paru: dispnea &
Irama :  Regular  Irregular Cairan (Aktual / Risiko) ronkhi.
Kekuataan :  Kuat  Lemah  Mengkaji kekuatan nadi perifer
Tekanan darah: 125/65mmHg  Diare  Mengkaji tanda-tanda dehidrasi
 Memonitor intake-output cairan
Adanya riwayat kehilangan cairan dalam  Risiko Gangguan setiap jam: pasang kateter dll.
jumlah besar: Fungsi Kardiovaskular  Mengobservasi balans cairan
 Diare .......................... x/hari  Mengawasi adanya edema perifer
 Muntah...................... x/hari  Risiko Penurunan  Mengobservasi adanya urine
 Luka bakar ……… % Grade: …… Perfusi Jaringan output < 30 ml/jam dan
Jantung peningkatan BJ urine
Perdarahan :  Tidak  Meninggikan daerah yang cedera
 Ya, Grade : …….  Risiko Perdarahan jika tidak ada kontradiindikasi
Jika Ya .............. cc  Memberikan cairan peroral jika
Lokasi pendarahan ……….  Risiko Syok masih memungkinkan hingga
2000-2500 cc/hr
Kelembaban kulit :
NOC :  Mengontrol perdarahan dengan
 Lembab  Kering Turgor
balut tekan.
:  Normal  Kurang  Mengobservasi tanda-tanda
adanya sindrom kompartemen
Edema :  Tidak  Ya, Grade ….. Kriteria Objektif: (nyeri local daerah cedera, pucat,
penurunan mobilitas, penurunan
Output urine ................. ml/jam
1. tekanan nadi, nyeri bertambah
EKG : saat digerakkan, perubahan
2. sensori/baal dan kesemutan)
 Menyiapkan alat-alat untuk
3. pemasangan CVP jika diperlukan
 Memonitor CVP jika diperlukan
4.  Memonitor CVP dan perubahan
Data lainnya ………………………….. nilai elektrolit tubuh
5.
Kolaborasi:
Faktor Risiko:  Melakukan perekaman EKG 12
 ………………..………………. lead
 …………………………………  Melakukan pemasangan infus 2
 ………………………………… line

Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 25


 Menyiapkan pemberian transfusi
darah jika penyebabnya
pendarahan,koloid jika darah
transfusi susah didapat
 Pemberian atau maintenance
cairan IV
 Tindakan RJP
 Kolaborasi untuk pemberian
terapi:
( ) Analgetik
( ) Oksigen
( ) Nitroglycerine
( ) Aspirin
( ) ………………………
 Lain-lain ……

D. Disability/Disintegrity  Mengukur tanda-tanda vital


 Penurunan Kapasitas  Mengobservasi perubahan tingkat
Tingkat kesadaran : A V P U Adaptif Intrakranial kesadaran
 Compos mentis  Disorientasi  Mengobservasi adanya tanda-
 Apatis  Delirium  Risiko Ketidakefektifan tanda peningkatan TIK (Penurunan
 Samnolent / Lethargy Perfusi Jaringan Otak kesadaran, HPT, Bradikardia, sakit
 Stupor  Coma kepala, muntah, papiledema &
 Risiko Jatuh palsi N.cranial VI)
Nilai CGS (dewasa) :
 Meninggikan kepala 15-300 jika
E:4 M:6 V :5
 Risiko Cedera tidak ada kontraindikasi
Pupil :  Normal  Tidak  Mengobservasi kecukupan cairan
Respon cahaya + / + NOC :
Ukuran pupil :  Isokor  Anisokor Kolaborasi:
Diameter : O 1 mm O 2 mm  Pemberian oksigen
O 3 mm O 4 mm  Pemasangan infuse
Penilaian Ekstremitas Kriteria Objektif:  Intubasi (GCS ≤ 8)
Sensorik :  Ya  Tidak  Monitor hasil AGD dan laporkan
Motorik :  Ya  Tidak 1. hasilnya
Kekuatan otot :  Memberikan terapi sesuai indikasi
2.  Lain-lain ……

Data Lainnya : 3.
Faktor Risiko:
 ………………..………………. 4.
 …………………………………
 ………………………………… 5.

Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 26


E. Exposure  Mengkaji karakteristik nyeri,
Adanya trauma pada daerah : Mata kiri  Nyeri (Akut / Kronis) gunakan pendekatan PQRST.
 Mengajarkan teknik relaksasi
Adanya jejas/luka pada daerah :  Kerusakan Integritas  Membatasi aktifitas yang
- Ukuran luka : Kulit / Jaringan meningkatkan intesitas nyeri
- Kedalaman luka : (Aktual / Risiko)
 Perekaman EKG 12 leads
Keluhan nyeri :  Ya  Tidak  Risiko Disfungsi  Kolaborasi untuk pemberian
Neurovaskular Perifer terapi:
Pengkajian nyeri: ( ) Analgetik :
NOC : Tingkat nyeri antiinflamasi
P …………………………………………
nonsteroid
Kriteria Objektif: dan
Q ………………………………………… Paracetamol
1. Nyeri dapat
berkurang dari ( ) oksigen
R : okulo sinistra ( ) Fasciotomy
skala 3-4
menjadi skala 1 ( ) Tetes mata antibiotik (
S : 3-4 kloramfenikol)
atau tidak ada
lagi nyeri  Lain-lain :
T …………………………………………  Melakukan pemeriksaan pH
2.Ekspresi wajah
Adanya tanda-tanda Sindrom rileks mata
Kompartemen (5 P’s):  Kolaborasi pemberian anatesi
 Pain  Pallor topical Tetracaine
 Pulseless  Paralysis  Melakukan irigasi mata
 Paresthesia dengan menggunakan Morgan
Lens dan cairan normal saline
Data Lainnya ……………………………….

Faktor Risiko:
 ………………..……………….
 …………………………………
 …………………………………

F. Farenheit (Suhu Tubuh)  Mengobservasi TTV, kesadaran,


 Hipertermia saturasi oksigen
Suhu: 370C  Membuka pakaian (menjaga
 Hipotermia privasi)
Lamanya terpapar suhu panas / dingin : (Aktual / Risiko)  Melakukan penurunan suhu
…………………………. jam tubuh: kompres dingin/ evaporasi
 Ketidakefektifan /selimut pendingin (cooling
Riwayat pemakaian obat : Termoregulasi blanket)
 Mencukupi kebutuhan cairan/oral

Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 27


 Memberikan antipiretik
Riwayat penyakit :  Risiko  Melindungi pasien lingkungan
 Metabolic Ketidakseimbangan yang dingin
 Kehilangan cairan Suhu Tubuh  Membuka semua pakaian pasien
 Penyakit SSP yang basah
 …………..………………………………. NOC :  Melakukan penghangatan tubuh
pasien secara bertahap (1oC/jam)
Riwayat
dengan selimut tebal/warm
 Cedera kepala Kriteria Objektif: blanket
 Dampak tindakan Medis
 Mengkaji tanda-tanda cedera fisik
(Iatrogenic) 1. akibat cedera dingin: kulit
 Pemberian cairan infuse yang
melepuh, edema, timbulnya bula/
terlalu dingin 2. vesikel, menggigil.
 Pemberian transfusi darah yang
 Menganjurkan pasien agar tidak
terlalu cepat & masih dingin 3. menggorok/menggaruk kulit yang
 Hipoglikemia
melepuh
 ………………………………………… 4.  Melakukan gastric lavage dengan
Data Lainnya ………………………………. air hangat
5.  Menyiapkan cairan IV dengan
cairan yang hangat
Faktor Risiko:  Menyiapkan alat-alat intubasi jika
 ………………..………………. diperlukan
 …………………………………  Lain-lain……………….
 …………………………………

PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat alergi
 Tidak  Ya ………………………….
2. Obat yang di konsumsi sebelum masuk RS?
Tidak ada

3. Riwayat Penyakit
 Tidak ada  DM  PJK
 HPT  Asma  Lainnya: ulserasi kornea ringan
4. Riwayat hospitalisasi?
 Tidak  Ya, Kapan : …………………………………..

5. Intake makanan peroral terakhir?


Jam …………………… Jenis ……………………………………………..

Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 28


6. Hal-hal atau kejadian yang memicu terjadinya kecederaan/penyakit?
Pasien secara tidak sengaja meneteskan cairan rokok elektrik pada mata kirinya sekitar 1 jam yang lalu
karena kemasan cairan rokok elektrik tersebut mirip dengan botol lubrikan (pelumas) mata yang sedang ia
gunakan sebagai pengobatan
7. Pengkajian fisik:
a. Kepala dan wajah
Mata :
 Pemeriksaan visus:
Oculus Dextra: 20/20
Oculus Sinistra : 20/30
Pandangan mata kabur namun mampu mengenali subjek
 Pada mata kiri menunjukan tidak ada luka, udem, atau eritema pada kelopak mata atau alis mata.
Injeksi (kemerahan) pada konjungtiva ringan terlihat pada seluruh mata
 Tidak ada kekeruhan kornea atau hilangnya kejernihan lensa
 Tidak ada benda asing atau lesi yang terdeteksi ketika kelopak mata atas ditekuk dengan melipat
kelopak mata atas ke atas.
 Tekanan intraokular awal tidak diukur karena kurangnya peralatan dan personel yang memeuhi
syarat dalam melakukan pemeriksaan

b. Leher dan cervical spine


Tidak dijelaskan pada kasus

c. Dada
Tidak dijelaskan pada kasus

d. Perut dan pinggang (flanks)


Tidak dijelaskan pada kasus

e. Pelvis dan perineum


Tidak dijelaskan pada kasus

f. Extremitas
Tidak dijelaskan pada kasus

g. Punggung & tulang belakang


Tidak dijelaskan pada kasus

Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 29


8. Psikososial
Kecemasan dan ketakutan
 Ringan : pasien mengatakan agak merasa cemas tetapi tidak tertekan  Berat
 Sedang  Panik

Mekanisme koping
 Merusak diri  Perilaku kekerasan
 Menarik diri/Isolasi sosial

Konsep diri
 Gangguan citra diri  Harga diri rendah

Lainnya: ……………………………………..

9. Seksualitas :  Pelecehan seksual  Trauma seksual

Kalsifikasi trauma akibat bahan kimia pada mata: klasifikasi Roper-Hall dan klasifikasi Dua. Klasifikasi Roper-
Hall didasarkan pada tingkat keterlibatan kornea dan iskemia limbal. Sedangkan klasifikasi Dua didasarkan pada
perkiraan keterlibatan limbal dan persentase keterlibatan konjungtiva.

Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 30


10. Pemeriksaan penunjang
a. Lab

b. X-ray

c. Lainnya
 Pemeriksaan pH mata kiri sebelum irigasi menggunakan strip pH okular: pH 8 (pH cairan rokok
elektrik adalah 8,5)
 Pemeriksaan dengan pewarnaan Fluorescein: serapan pewarna berbentuk lonjong berukuran
besar di seluruh kornea yang menutupi bagian bawah iris berukuran 1 cm x 0,2 cm yang
menunjukan luka bakar kornea.
 Pemeriksaan pH mata kiri setelah irigasi : antara 7 dan 7,5

Sumber kasus: (Jordan & Mccague, 2018)

11. Kritisi Jurnal & Evidence Based Practice


Luka bakar kimia pada mata yang parah merupakan keadaan darurat yang membutuhkan perawatan
segera karena dapat berdampak buruk pada penglihatan pasien dan kualitas hidup pasien itu sendiri.
Manajemen yang tepat waktu dan memadai dapat mencegah terjadinya komplikasi.
Seperti pasien dalam kasus, trauma yang disebabkan oleh bahan basa lebih cepat merusak dan
menembus kornea dibandingkan bahan asam. Dampak yang ditimbulkan dari trauma kimia pada
mata sangat tergantung pada tingkat pH, kecepatan, dan jumlah bahan kimia yang mengenai mata.
Salah satu tindakan keperawatan gawat darurat yang bisa dilakukan dalam penanganan awal luka
bakar kimia pada mata ialah dengan irigasi mata (Bizrah, Yusuf, & Ahmad, 2019). Irigasi dini sangat
penting dalam membatasi durasi paparan bahan kimia. Tujuan irigasi adalah untuk menghilangkan zat yang
mengkontaminasi dan mengembalikan pH fisiologis (antara 7 dan 7,2). Irigasi idealnya menggunakan
larutan normal saline atau ringer laktat. Namun jika ini tidak mudah tersedia, air bersih dapat digunakan
sebagai pilihan alternatif. Irigasi yang dianjurkan dilakukan selama 30 menit dan setelah 5 menit harus
kembali dilakukan pemeriksaan pH mata. Untuk mengoptimalkan kenyamanan pasien dan memastikan
irigasi efektif, anestesi topikal umumnya diberikan sebelum tindakan irigasi.

12. Refleksi Kasus dan Evaluasi Diri

Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 31


PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN

Nama Pasien/No. RM : Ny. B


Ruang Rawat : IGD
Tanggal :

Prioritas Diagnosa keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi


1 Nyeri akut berhubungan dengan adanya agen cedera
kimiawi.
2 Risiko cedera

3 Ansietas berhubungan dengan kurang informasi

Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 32


RENCANA KEPERAWATAN
(dari pengkajian sekunder)
Nama Pasien/No. RM : Ny.B
Ruang Rawat :
Tanggal :

No.
Diagnosa keperawatan Kriteria Objektif Intervensi keperawatan
Dx
1 Risiko cedera Tidak terjadi kejadian 1. Identifikasi lingkungan yang
Faktor risiko: cedera pada pasien selama berpotensi menyebabkan cedera
- Pemeriksaan visus: masa perawatan dengan 2. Sediakan pencahayaan yang
Oculus Dextra: 20/20 kriteria hasil: memadai
Oculus Sinistra : 20/30
- Tidak ada laporan 3. Anjurkan menggunakan lampu tidur
- Pemeriksaan: Fluorescein menunjukan
kejadian cedera selama jam tidur
luka bakar kornea
- Ketajaman penglihatan 4. Anjurkan menggunakan sendal
meningkat antislip
- Pemeriksaan visus 5. Diskusikan bersama anggota
OS: 20/20
keluarga yang dapat mendampingi
pasien

2 Ansietas berhubungan dengan kurang informasi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda ansietas
yang ditandai dengan: keperawatan ansietas dapat 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk
DS: berkurang sampai hilang menumbuhkan kepercayaan
- Pasien mengatakan agak merasa cemas dengan kriteria hasil: 3. Temani pasien untuk mengurangi
tetapi tidak tertekan - Tidak ada lagi kecemasan
DO: - ungkapan khawatir 4. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi
akan kondisi yang yang mungkin dialami (saat dilakukan
dihadapi irigasi dengan menggunakan Morgan
- Pasien tampak tenang Lens)
5. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pengobatan dan prognosis

Sumber : (Herdman, 2018), (PPNI, 2018), (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 33


DAFTAR PUSTAKA

Bizrah, M., Yusuf, A., & Ahmad, S. (2019). An update on chemical eye burns. Eye, 1362–1377.
https://doi.org/10.1038/s41433-019-0456-5

Herdman, T. H. & K. S. (2018). NANDA-I Diagnosis keperawatan :Defenisi dan Klasifikasi 2018-2020. (Ester
Monica, Ed.) (11th ed.). jakarta: EGC.

Jordan, K. S., & Mccague, Y. (2018). Cases of note: Ocular Chemical Burns Secondary to Accidental Administration
of e-Cigarette Liquid, 40(2), 104–109. https://doi.org/10.1097/TME.0000000000000183

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (1st ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan
(II). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indinesia.

Emergency Nursing@Ners UH/2019 Page 34

Anda mungkin juga menyukai