c. INTERVENSI
Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan
(Boedihartono, 1994:20)
Diagnosa keperawata 1
1) Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien. R : memudahkan
intervensi.
2) Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di
masa lalu. R : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan
kemampuan mengontrol ansietas.
3) Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan. R : pendekatan dan motivasi membantu
pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
4) Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini,
harapaharapan yang positif terhadap terapy yang di jalani. R : alat untuk
mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
kecemasan.
5) Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari
meskipun dalam keadaan cemas. R : menciptakan rasa percaya dalam diri
pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi keyakinan
pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas
kemampuannya.
6) Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi. R : menciptakan
perasaan yang tenang dan nyaman.
7) Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga
menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis. R : meningkatkan
pengetahuan, mengurangi kecemasan.
8) Kolaborasi pemberian obat anti ansietas. R : mengurangi ansietas sesuai
kebutuhan.
Diagnosa keperawatan 2
1) Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang
tubuhnya. R : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan persepsi pada
citra tubuh.
2) Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh. R : mungkin realita saat ini
berbeda dengan yang diharapkan pasien sehingga pasien tidak menyukai
keadaan fisiknya.
3) Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui realitas adanya
perhatian terhadap perawatan, kemajuan dan prognosis. R : meningkatkan
perasaan berarti, memudahkan saran koping, mengurangi kecemasan.
4) Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan
martabat pasien. R : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan harga
diri dan perasaan berarti dalam diri pasien.
Diagnosa keperawatan 3
1) Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan
pandangan pemberi pelayanan kesehatan. R : mengidentifikasi persepsi pasien
terhadap kondisinya.
2) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan. R : menghindari ketakutan
dan menciptakan hubungan saling percaya, memudahkan intervensi
3) Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang
realitas. R : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang kondisi nyata
yang ada saat ini.
4) Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain. R :
meningkatkan perasaan berarti, memberikan penguatan yang positif.
5) Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan
dukungan emosional untuk pasien dan keluarga. R : menciptakan suasana
saling percaya, perasaan berarti, dan mengurangi kecemasan.
Diagnosa keperawatan 4
1) Kaji interaksi antara pasien dan keluarga. R : mengidentifikasi masalah,
memudahkan intervensi.
2) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin menghambat
pengobatan. R : mempengaruhi pilihan intervensi.
3) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan ketrampilan koping
yang digunakan. R : membantu keluarga dalam memilih mekanisme koping
adaptif yang tepat .
4) Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman masa anak-anak yang
normal pada anak yang berpenyakit kronis atau tidak mampu. R :
memudahkan keluarga dalam menciptakan/memelihara fungsi anggota
keluarga.
Diagnosa keperawatan 5
1) Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan. R :
mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2) Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas. R :
mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena
ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
3) Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu. R : menilai
batasan kemampuan aktivitas optimal.
4) Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif. R :
mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
5) Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi. R : sebagai suaatu sumber
untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan
mobilitas pasien.
B. KEPERAWATAN INTRA OPERATIF
Dimulai ketika klien ditransfer ke tabel Operasi dan berakhir ketika klien diterima di
Postanesthetic Care Unit (PACU)
Jenis Anestesi
1. Anestesi Umum
- Keadaan analgesia, amnesia, dan ketidaksadaran yang ditandai dengan hilangnya
refleks dan tonus otot.
- Refleks pelindung seperti refleks batuk dan muntah hilang
- Bertindak dengan memblokir pusat kesadaran di otak sehingga amnesia,
analgesia, hipnosis, dan relaksasi terjadi
- Biasanya diberikan oleh IV atau menghirup gas melalui masker atau ET
dimasukkan ke trakea
2. Anestesi Regional
Gangguan sementara transmisi impuls saraf ke dan dari area atau wilayah tubuh
tertentu. Klien kehilangan sensasi di area tubuh tetapi tetap sadar
Teknik
a. Anestesi Topikal- diterapkan langsung ke kulit dan selaput lendir, permukaan
kulit terbuka, luka dan luka bakar
Contoh : Lidocaine
b. Anestesi lokal-disuntikkan ke area tertentu dan digunakan untuk prosedur bedah
ringan seperti menjahit luka atau biopsy
Contoh : Lidocaine atau Tetracycline 01%
c. Blok saraf- adalah teknik di mana agen anestesi disuntikkan ke dalam dan di
sekitar saraf atau kelompok saraf kecil yang memasok sensasi ke area kecil tubuh
d. Blok Intravena (Blok Bier) yang paling sering digunakan untuk prosedur yang
melibatkan lengan, pergelangan tangan, dan tangan. Occlusion tourniquet
diterapkan pada ekstremitas untuk mencegah infiltrasi dan penyerapan agen
intravena yang disuntikkan di luar ekstremitas yang terlibat.
e. Anestesi Tulang Belakang/Blok Subarachnoid (SAB)
- membutuhkan pungsi lumbal melalui salah satu interspaced antara lumbar
disc 2 (L2) dan sakrum (S1)
- Tulang belakang bagian bawah (saddle atau Blok Kaudal) terutama digunakan
untuk operasi yang melibatkan perineal atau anal
- Mid-Spinal- (di bawah tingkat umbilicus T10) dapat digunakan untuk
perbaikan hernia atau appendectomies
- High-Spinal-(Nipple Line T4) dapat digunakan untuk operasi seperti Bagian
Ceasarean section
f. Anestesi Epidural- adalah suntikan agen anestesi ke ruang epidural area di dalam
tulang belakang tetapi di luar duramater
6. Pengkajian
Di ruang penerimaan perawat sirkulasi:
- Memvalidasi identitas klien
- Memvalidasi inform concent Chart Review
- Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebutuhan actual
dan potensial selama pembedahan.
- Mengkaji dan merencanakan kebutuhan klien selama dan sesudah operasi.
- Perawat menanyakan: Riwayat allergi, reaksi sebelumnya terhadap anesthesia
atau tranfusi darah.
- Check riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
- Check pengobatan sebelumnya : therapy, anticoagulasi.
- Check adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan dilepas.
7. Diagnosa Keperawatan dan intervensi
a. Resiko infesi, dengan faktor resiko: Prosedur invasif: pembedahan, infus, DC
NOC: Kontrol infeksi Selama dilakukan tindakan operasi tidak terjadi transmisi
agent infeksi.
NIC: kontrol infeksi intra operasi operasi
Aktifitas:
1) gunakan pakaian khusus ruang operasi
2) Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptic. Dapat mencegah kontaminasi
kuman terhadap daerah operasi
b. Resiko hipotermi dengan faktor resiko: Berada diruangan yang dingin
NOC: control temperature
NIC: pengaturan temperature: intraoperatif
Aktifitas:
1) Atur suhu ruangan yang nyaman
2) Lindungi area diluar wilayah operasi
Pemecatan Klien dari Ruang Pemulihan: Skor Aldrete yang Dimodifikasi untuk Kriteria
Pemulihan Anestesi
Lima Parameter Fisiologis:
a. Aktivitas - mampu menggerakkan empat ekstremitas secara sukarela atas perintah
b. Respirasi – mampu bernapas dengan mudah dan dalam, dan batuk bebas
c. Sirkulasi – BP adalah (+20%) atau (-20%) dari tingkat pra-anestesi
d. Kesadaran - sepenuhnya terjaga, berorientasi pada waktu, tempat dan orang
e. Warna – merah muda (bibir), untuk hitam (lidah)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d luka insisi
b. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d luka insisi
c. Resiko infeksi b.d hygiene luka yang buruk
d. Pola nafas inefektif b.d efek anastesi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1
a. Melaporkan rasa nyeri hilang atau terkontrol.
b. Mendemonstra sikan penggunaan teknik relaksasi dan aktivitas hiburan sebagi
penghilang
c. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skala (0-10). Selidiki dan laporkan
perubahan nyeri dengan tepat.
d. Pertahankan posisi istirahat semi fowler.
e. Dorong ambulasi dini.
f. Berikan kantong es pada abdomen.
g. Kolaborasi dalam pemberikan analesik sesuai indikasi.
Diagnosa 2
a. Kaji d an catat ukuran, warna, keadaan luka, dan kondisi sekitar luka.
b. lakukan kompres basah dan sejuk atau terapi rendaman.
c. lakukan perawatan luka dan hygiene sesudah mandi, lalu keringkan kulit dengan
hati hati.
diagnosa 3
a. kaji tanda-tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat dan perubahan
mental dan peningkatan nyeri abdomen.
b. kaji luka insisi dan balutan. catat karakteristik, drainase luka.
c. Lakukan cuci tangan yang baik dan lakukan perawatan luka aseptik.
d. Kolaborasi pemberikan antibiotik sesuai indikasi. atau produk darah sesuai
indikasi
diagnosa 4
a. Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.
b. Auskultasi bunyi nafas.
c. Berikan tambahan oksigen sesuai kebutuhan.
Referensi
123dok. 2020. Askep post craniotomy. Diakses tanggal 27 Februari 2022. <
https://123dok.com/document/zk6lxo4y-askep-post-craniotomy.html?
utm_source=search_v3>
123dok. 2020. Asuhan keperawatan pre, intra, post op. Diakses tanggal 27 Februari 2022. <
https://123dok.com/document/y69kxeny-asuhan-keperawatan-pre-intra-post-op.html?
utm_source=search_v3>
123dok. 2020. Laporan pendahuluan pre, intra, post. Diakses tanggal 27 Februari 2022. <
https://123dok.com/document/ynngpgjy-laporan-pendahuluan-pre-intra-post.html?
utm_source=search_v3>