OLEH:
KELOMPOK 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Seminar Kasus asuhan
keperawatan ini, sebagai salah satu Tugas Program Pendidikan Profesi Ners Stase
Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada pasien Tn.
H dengan Ileus Obstruktif Ec Carsinoma Rektum”.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya kepada Prof. Dr
Elly L. Sjatar S.Kep M.Kes selaku Pembimbing klinik dan Abdul Majid S.Kep.
keperawatan dan bagi dunia kesehatan serta bagi pembaca pada umumnya. Kami
menyadari bahwa penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
Makassar, September
2021
Kelompok 1
3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman menyebabkan perubahan pada pola
hidup masyarakat seperti kebiasaan konsumsi fast food, paparan zat kimia dan
Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang ditandai
dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal yang kemudian dapat
(WHO, 2017 dalam Gentry, 2017). Berdasarkan data The Global Cancer
antara tumor ganas saluran cerna, lebih 60% tumor kolorektal berasal dari
rektum didunia dengan presentasi 11,2% atau 1.849.518 kasus dari jumlah
seluruh penderita kanker diseluruh dunia, dan kanker kedua dengan jumlah
kematian 9.2% atau 880.792 di tahun 2018. Tercatat lebih dari 30% kasus
kanker rektum di Indonesia ditemukan pada pasien yang berusia 40 tahun atau
lebih muda (American Cancer Society, 2015 dalam Dirseciu, 2017). Prevalensi
kasus ini terus meningkat akibat pola hidup masyarakat yang tidak sehat.
Salah satu pemicu kanker rektal adalah masalah nutrisi dan kurang berolah
kanker rektal adalah meningkatkan aktivitas fisik reguler dan diet sehat serta
(Harahap, 2019). Salah satu tanda gejala pada perkembangan kanker saluran
5
cerna pada fase tingkat lanjut ditandai dengan obstruksi usus atau sumbatan
(Fazeli & Keramati, 2015). Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah
karsinoma terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal yang harus
segera ditangani salah satunya dengan teknik pembedahan (Fazeli & Keramati,
2015). Namun kadang kala penemuan kasus keganasan kaker recti ini
terlambat diketahui dan sudah dalam fase lanjut sehingga klien cenderung telah
satunya pembedahan hingga 1-2 kali serta kemoterapi atau adanya stoma pasca
2021). Disinilah peran peran perawat menjadi sangat penting karena perawat
merupakan salah satu tenaga kesehatan yang bekerja 24 jam bersama klien
(Emaliyawati, 2019).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kanker rektum
2. Tujuan Khusus
6
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
tindakan. Ileus ada 2 macam, yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.(Sari,
Novita, 2015). Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah
keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau
kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan
2020).
Kanker rektum adalah salah satu penyakit yang terdapat pada usus
merupakan salah satu keganasan pada rektum yang terjadi akibat gangguan
profeliferasi sel epitel yang tidak terkendali (Benson et al., 2018) Dari
rektum.
8
atas: mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus halus yang terdiri dari
sistem ini adalah menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari
a) Anatomi Rektum
gepeng kulit luar. Secara anatomi rektum terbentang dari sakrum ke-3
ada pada kolon, tetapi dinding yang berotot lebih tebal dan membran
2014).
3. Perdarahan vena
melalui vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga
4. Persyarafan
jaringannya.
dalam usus besar setiap harinya, sebagian besar cairan elektrolit di dalam
dalam feses. Sebagian besar absorbsi dalam usus besar terjadi pada
masuk ke usus besar melalui valvula ileosekal atau melalui ekresi usus
besar melebihi jumlah ini maka cairan akan muncul dalam feses sebagai
6. Etiologi
Menurut Smelter & Bare (2013) penyebab kanker rektum ada beberapa
faktor, diantarnya :
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun
c. Faktor diet rendah serat atau diet tinggi protein dan lemak
yang dominan.
7. Patofisiologi
tumbuh pada lapisan pertama. Agar dapat menyebar, sel tumor juga
tumor harus bisa keluar dan menginvasi ke lapisan atau jaringan baru.
Pada akhirnya sel tumor dapat bermetastasi lebih jauh lagi hingga
12
menjadi kaker.
terutama bagian rektus sigmoid sering terjadi suatu lesi yang terhapus.
Lesi mula-mula berupa masa Polipoid yang kecil yang menjadi plak.
8. Manifestasi Klinis
makin menipis seperti kotoran kambing dan lebih cair yang disertai
pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah
1. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar
7. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan
a. Stadium kamker
Stadium 0
Stadium I
Stadium II
rectal cancer.
Stadium III
cancer.
Stadium IV
Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti
Putri, 2013).
10. Penatalaksanaan
a. Terapi medis
- Strangulasi
- Obstruksi lengkap
- Hernia inkarserata
dinamakan polypectomy.
sel kanker.
dan bagian dari otot levator ani dan dubur. Prosedur ini merupakan
permanen.
Rektum terbagi atas 3 bagian yaitu 1/3 atas, tengah dan bawah.
Kanker yang berada di lokasi 1/3 atas dan tengah ( 5 s/d 15 cm dari
1/3 distal rectum merupakan masalah pelik. Jarak antara pinggir bawah
tumor dan garis dentate merupakan faktor yang sangat penting untuk
b. Terapi radiasi
kanker yang luas untuk menekan pertumbuhannya, cairan ini mencegah sel-
sel yang terlepas tanpa sengaja selama pembedahan untuk menanamkan diri
di lokasi lain.
c. Kemoterapi
17
sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol ( Stadium II lanjut dan
kekambuhan kira – kira 15% dan menurunkan angka kematian kira – kira
sebesar 10%.
massa.
ulserasi, juga untuk menilai batas atas dari lesi anular. Penilaian
dubur.
saluran pencernaan.
12. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Kesehatan
riwayat obstruksi
f. Pemeriksaan Fisik
1. Respirasi
20
Sarak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas akibat distensi
abdomen
2. GIT
3. Aktivitas/istirahat
Gejala:
Gejala:
Gejala:
- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan
religius/spiritual)
- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat,
pembedahan, stoma)
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
- Menyangkal, menarik diri, marah.
21
6. Eliminasi
Gejala:
- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi, lokasi
pembuangan feses (kepemilikan dan perubahan cara eliminasi)
Tanda:
- Perubahan bising usus, distensi abdomen
- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
- BAB berlendir dan berdarah,
- BAB tidak ada flatur tidak ada,
- BAB melalui stoma
- perubahan pola BAB/konstiasi/hemoroid,
- perdarahan peranal, BAB ;
- oliguria
7. Makanan/cairan
Gejala:
Gejala:
- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung
proses penyakit dengan lukasi dia area abdomen mulai dari lokasi
pembedahan hingga stoma
Tanda
Meringis, menangis, mengeluh tidak nyaman, gatal, perih,
kembung/distensi abdomen
22
9. Keamanan:
Gejala:
Gejala:
- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan
status kesehatan.
Tanda
- Menarik diri dari lingkungan sosial, malu, minder, mengurangi
aktivutas diluar/iteraksi dengan orang lain
11. Penyuluhan/pembelajaran
kekhawatirannya - Identifikasi
menurun teknik releksasi
- Keluhan pusing yang pernah
menurun digunakan
- Tanda-tanda vital - Identifikasi
dalam batas normal kesediaan
- Kontak mata pasien kemampuan
membaik dan
- Orientasi pasien penggunaan
membaik teknik
sebelumnya
Teraupetik :
- Motivasi
pasien untuk
mengidentifika
si situasi yang
memicu
kecemasan
- Ciptakan
lingkungan
yang tenang,
anjurkan
menggunakan
pakaian yang
longgar
- Gunakan
relaksasi
sebagai
penunjang
dengan
analgesik atau
tindakan medis
lain
Edukasi :
- Anjurkan
mengambil
posisi nyaman
- Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien, jika
perlu
2 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahn infeksi
efek prosedur keperawatan diharapkan
Observasi :
invasive tidak terjadi tanda-tanda
infeksi dengan kriteria hasil: - Monitor tanda
24
memberikan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan
dengan pasien
dan keluarga
- Erikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :
- Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi lokal
dan sistemik
- Anjurkan
mengikuti
tindakan
pencegahan
sesuai kondisi
4 Nausea b.d efek Setelah dilakukan tindakan Manajemen mual
agen farmakologi keperawatan diharapkan
Observasi :
tingkat nausea pasien
menurun terhadap - Identifikasi
perubahan citra tubuh yang pengalaman
dialami dengan kriteria mual
hasil: - Identifikasi
pengalaman
- Nafsu makan mual terhadap
meningkat kualitas hidup
- Keluhan mual (nafsu makan)
menurun - Monitor mual
- Frekuensi menelan Teraupetik :
meningkat
- Erasaan asam - Kendalikan
dimulut menurun faktor
- Takikardia membaik lingkungan
penyebab mual
Edukasi :
- Anjurkan
istirahat dan
tidur yang
cukup
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
26
antiemetic, jika
perlu
5 Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh
tubuh b.d keperawatan diharapkan
Observasi :
tindakan/pengobata presepsi tentang penampilan
n pasien meningkat dengan -Identifikasi
kriteria hasil : harapan citra
tubuh
- Melihat bagian tubuh berdasarkan
meningkat tahapan
- Pasien perkembangan
mengungkapkan - Monitor
perasaan negative frekuensi
tentang perubahan pasien
tubuhnya menurun mengkritik
- Fokus pada terhadap
penampilan dirinya sendiri
meningkat Teraupetik :
- Hubungan sosial
meningkat - Diskusikan
- Menyembunyikan tentang
bagian tubuh perubahan
menurun tubuh dan
fungsinya
Edukasi :
- Jelaskan
kepada pasien
dan keluarga
perawatan
perubahan citra
tubuh
- Anjurkan
mengungkapka
n gambaran
diri terhadap
citra tubuh
- Latih
peningkatan
penampilan
6 Resiko defisit Setelah dilakukan tindakan Manajemen Gangguan
nutrisi b.d keperawatan diharapkan makanan
kengganan untuk mual muntah pasien
Observasi :
makan menurun dengan kriteria
hasil : - Monitor asupan
dan keluarnya
- Porsi makan yang makanan dan
dihabiskan cairan serta
27
meningkat kebutuhan
- Pasien kalori
mengungkapkan Teraupetik :
keinginan untuk
meningkatkan nutrisi - Timbang berat
- Perasaan cepat badan secara
kenyang sedang rutin
- Rambut rontok - Berikan
menurun penguatan
- Frekuensi makan positif terhadap
meningkat keberhasilan
- Nafsu makan target dan
membaik perubahan
perilaku
Edukasi :
- Ajarkan
pengaturan diet
yang tepat
Kolaborasi :
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi tentang
target berat
badan,
kebutuhan
kalori dan
pilihan
makanan
28
Kemoterapi
Tindakan pembedahan Pasca pembedahan
BAB III
A. PENGKAJIAN
31
32
33
34
35
B. ANALISA DATA
2. DS : Defisit Nutrisi
Pasien mengatakan berat badan
menurun selama sakit dari 55kg
menjadi 40kg
Pasien mengatakan kadang merasa
Mual
Pasien mengatakan kurang nafsu makan
DO :
Diet bubur saring
Albumin: 2,4 g/dL
Hb: 7,2 g/dL
Pasien tampak tidak menghabiskan
makanannya
36
3. DS : Gangguan Integritas
Jaringan
Pasien mengeluh keluar cairan pada bekas
luka post-operasi di abdomen
DO :
Pasien terpasang kolostomi bag pada bagian
colon descendens.
Stoma berwarna merah segar dengan sedikit
jaringan berwarna kuning kehitaman.
Terdapat bekas luka sebanyak12 jahitan dan
tampak maasih ada belum kering
Kulit sekitar stoma tampak kehitaman
Terdapat feses dengan konsentrasi cair
berwarna kuning kecoklatan
Pasien memiliki luka decubitus stage 4 di
bagian koksigealis
Luka decubitus berwarna kehitaman disekitar
luka dan luka mengeras diarea tengah
4. DS : Ansietas
Pasien mengatakan tidak nyaman dan selalu
berkeluh kesah dengan keadaannya yang
sekarang
DO :
Pasien tampak tidak nyaman dengan
kondisi sekarang
Terpasang kolostomi bag
5. DS : Intoleransi Aktivitas
Pasien mengeluh sulit untuk melakukan
aktivitas, semua dilakukan di tempat tidur
Keluarga pasien mengatakan pasien takut
bergerak karena merasa nyeri di luka
operasi kolostominya dan takut luka
operasinya berdarah
DO :
Pasien tampak kesulitan membolak-
balikkan badannya
Terpasang kolostomi bag pada bagian colon
descenden
Pasien menggunakan popok karena tidak
mampu ke kamar mandi
Skor bartel index : 11 (ketergantungan sedang)
37
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tanggal
kulit yang diperlukan sekitar area terkait tindakan yang akan dilakukan
ostomi 5. Jelaskan tujuan tindakan yang
j. Klien dapat melakukan teknik irigasi dilakukan
6. Jelaskan prosedur/penanganan
7. Sediakan media edukasi audio visual
untuk memudahkan pembelajaran klien
(Rasyid et al., 2018; Salmawati et al.,
2019)
8. Ajarkan pasien jika pasien
harus berpsrtisipasi dalam
kegiatan tersebut
9. Beritahu psien pentingnya
pengukuran TTV tertentu selama
tindakan
10. Jelaskan pengkajian atau aktivitas
paska tindakan berserta
rasionalnya
11. Berikan kesempatan bagi pasien
untuk bertanya ataupun
mendiskusikan perasaannya
12. Libatkan keluarga atau orang
terdekat jika memungkinkan
45
BAB VI
mengurangi ansietas
memeiliki beberapa permasalahan baik fisik, psikososial dan ekonomi (Rangki et al.,
2014). Salah satu masalah psikososial yang muncul adalah ansietas. Penelitian yang
dilakukan oleh Sinaga, (2019) menunjukkan dari 43 orang pasien 67,4 % klien yang
terpasang stoma mengalami ansietas dan 42.6% mengalami depresi.. Beberapa faktor
yang diindikasikan sebagai penyebab ansietas adalah tipe ostomy (pernamen atau
sementara), lokasi ostomy, penyakit yang mendasari, tindakan stoma serta perubahan
dan keterampilan klien tentang cara merawat stoma sebelum operasi dan dilanjutkan
pada pasca operasi selama pasien masih dirawat dirumah sakit sehingga saat pulang
kerumah mereka sudah dapat merawat stoma mereka sendiri ataupun mengenali tanda
gejala infeksi pada stoma serta tidakan apa yang harus dilakukan bila muncul infeksi,
memasang kantung stoma dengan benar, mengetahui tentang efek makanan yang
dikomsumsi dan produk luaran dari stoma dan mereka harus mampu mengidentifikasi
47
dan mampu merawat komplikasi stoma dan peristomal. Edukasi melalui video
merupakan salah satu metode edukasi yang efektif, dapat dilakukan kapan saja dan
langsung yang positif terhadap pengetahuan dan ketempilan (Kay, 2012 dalam
Salmawati et al., 2019). Efektivitas Video digital Storytelling dirujuk pada penelitian
penyesuaian terhadap stoma dan mulai membangun self efficacy ostomate setelah
menonton video digital storytelling video berisi pengalaman ostomate survive dengan
kerjasama semua pihak yang terkait dengan perawatan dimana salah satu aspeknya
20118). Oleh karena itu diharapkan pengetahuan maupun ketrampilan perawat dalam
Iritasi kulit adalah masalah yang paling banyak ditemukan pada klien dengan
stoma. Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah kerusakan kulit sekitar
penyebabnya adalah penggantian kantung stoma yang tidak tepat dapat membuat
kerusakan kulit disekitar stoma dan nyeri (Salmawati et al., 2019). Pada pasien yang
48
dilakukan operasi laparatomi (ada jahitan di sisi stomanya), maka pada saat
melakukan perawatan stoma dan kulit sekitarnya, yang pertama kali harus
dibersihkan adalah luka jahitannya, agar tidak terkontaminasi dengan feses. Prinsip
pada perawatan stoma, hari ke 0 sampai dengan hari ke 7 tetap dijaga sterilitas
peralatannya; dan setelah me- lewati hari ke 7 prinsipnya adalah bersih. Jahitan di
sekitar stoma, dan luka diangkat mulai hari ke 7 (tujuh) (Setyorini, 2007). Ada
kalanya pada pasien dengan status gizi yang buruk, atau pada pasien geriatrik sering
terjadi kondisi stomanya mengalami prolaps atau terjadinya lesi akibat penggunaan
jenis stoma bag yang belum tepat (Setyorini, 2007). Hal ini makin menekankan
pentingnya pemilihan stoma bag yang tepat dan efisien pada klien dnegan stoma.
Pada penelitian Recala et al, (2013) yang mengevaluasi terkait perawatan dan
presisi, waktu dan jenis stoma bag yang mana pada jenis stoma bag yang digunakan
rembesan dari feses sehingga mengurangi terjadinya iritasi, Strip paste / pasta yang
berupa lempengan seperti penggaris kecil, dan small paste tube / pasta seperti pasta
gigi: bahan ini dapat dipergunakan untuk melapisi lubang yang terjadi akibat adanya
infeksi pada jahitan sekitar stoma, atau pasta ini dapat dimanfaatkan juga untuk
membantu lebih rekatnya base plate dengan kulit sekitar stoma serta powder: bahan
yang dapat dimanfaatkan untuk melapisi kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi /
49
ekskoriasi, dan penggunaannya cukup pada daerah yang teriritasi tersebut, serta
penggunaannya cukup tipis saja seperti menggunakan bedak (jika terlalu tebal, base
plate kurang menempel ) selain itu penggunaan barier ini juga bermanfaat
mengurangi dampak negative seperti lesi lecet akibat pelepasan rekatan stoma bag
(Berger et al., 2018; Congmei, 2021; van Rijswijk, 2006) .Walaupun begitu prinsip
kebiasaan dan kenyamanan klien selama perawatan luka serta penggantian alternative
stoma bag perlu dilakukan sehingga selain pasien nyaman juga bermanfaat secara
ekonomi.
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada perawatan stoma ini ada kalanya menemukan berbagai masalah
yang timbul akibat dari produksi stomanya sendiri atau bahan dari base plate
yang membuat alergi terhadap kulit sekitar stoma; selain itu dapat juga terjadi
tenaga kesehatan yang merawatnya, baik itu dokter, ataupun perawat ada
kalanya pada pasien dengan status gizi yang buruk dengan kondisi ekonomi
yang cukup lama dimanan setiap pasien selalu berharap mempunyai luka post
opnya membaik ataupun stoma yang baik, dan letaknyapun tepat sesuai
dengan bentuk abdomen / perutnya. Oleh karena itu perlunya perawat lebih
mendalami perawatan luka baik skill maupun secara teori sehingga dapat
B. Saran
Implementasi keperawatan adalah merupakan salah satu komponen dari
tindakan yang dilakukan diperlukan untuk mencapai tujuan, dan hasil yang
yang telah dibuat, maka perawat secara terus - menerus diharapkan melakukan
penilaian kembali segala sesuatu yang berkaitan dengan klien; jika perlu
dan situasi setempat, serta menuliskan hasil implementasi yang telah dicapai.
52
DAFTAR PUSTAKA
Abe, T., Nishimura, J., Yasui, M., Matsuda, C., Haraguchi, N., Nakai, N., Wada, H.,
Takahashi, H., Omori, T., Miyata, H., & Ohue, M. (2021). Risk Factors for
Outlet Obstruction in Patients with Diverting Ileostomy Following Rectal
Surgery. Journal of the Anus, Rectum and Colon, 5(3), 254–260.
https://doi.org/10.23922/jarc.2021-007
Awaludin, & Mudayana, A. A. (2017). Penerapan Manajemen CSSD ( Central Sterile
Supply Department )/ Unit Sterilisasi Sentral Di RSU PKU Muhammadiyah
Bantul Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat, 02(02), 2016.
Chindo, N. A. (2015). Benefits of Aloe Vera Subtanceas Anti-Inflamatory of
Stomatitis. Indian Journal of Dermatology, 4(3), 84.
Fitria, N., & Shaluhiyah, Z. (2017). Analisis Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Perawat di Ruang Rawat Inap RS Pemerintah dan RS Swasta. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia, 12(2), 191. https://doi.org/10.14710/jpki.12.2.191-208
Lukisari, C., Setyaningtyas, D., & Djamhari, M. (2010). Penatalaksanaan kandidiasis
oral disebabkan Candida tropicalis pada anak dengan gangguan sistemik.
Journal of Dentomaxillofacial Science, 9(2), 78.
https://doi.org/10.15562/jdmfs.v9i2.236
O’Keefe-McCarthy, S., McGillion, M., Clarke, S. P., & McFetridge-Durdle, J.
(2015). Pain and anxiety in rural acute coronary syndrome patients awaiting
diagnostic cardiac catheterization. Journal of Cardiovascular Nursing, 30(6),
546–557. https://doi.org/10.1097/JCN.0000000000000203
Panjaitan, E. H. E. (2021). Pengaruh Tindakan Perawatan Luka Terhadap Proses
Penyembuhan Luka Ulkus Diabetikum Pada Pasien Dm Di Puskesmas Kota
Rantauprapat. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, 11(1), 105–114.
https://doi.org/10.52643/jbik.v11i1.1210
Pitri, A. D., Ismail, S., & Erawati, M. (2019). Eksplorasi Peran Perawat Dan Ahli
Gizi Dalam Pemberian Nutrisi Pada Pasien Kritis. Jurnal Perawat Indonesia,
3(2), 109. https://doi.org/10.32584/jpi.v3i2.316
Rangki, L., Ibrahim, K., & Nuraeni, A. (2014). Pengalaman Hidup Pasien Stoma
Pascakolostomi The Life Experiences of Patients with Post Colostomy. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, 2(2), 74–85.
Rasyid, N., Yusuf, S., & Tahir, T. (2018). Study Literatur : Pengkajian Luka Kaki
Diabetes. Jurnal Luka Indonesia, 4(2), 123–137.
Salmawati, S., Yusuf, S., & Tahir, T. (2019). Studi Literatur Manfaat Edukasi
Berbasis Video Dalam Peningkatan Pengetahuan Perawatan Stoma. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 165–170. http://journal.um-
53
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2292
Setyorini, D. (2007). Pemilihan kantong stoma yang tepat bagi ostomate.
Staats, P. S., & Li, S. (2017). Evaluation and management of chronic pain.
Rehabilitative Surgery: A Comprehensive Text for an Emerging Field, 37(3),
35–48. https://doi.org/10.1007/978-3-319-41406-5_5
Suanda Saputra, Agung Waluyo, G. W. (2020). Edukasi Seksual Dengan Media
Visual Terhadap Peningkatkan Pemahaman Cara Pemenuhan Kebutuhan
Seksual Pada Ostomate. Indonesian Journal of Nursing Science and Practice
Universitas, 3(1), 1–6.
Price, A. Sylvia and Wilson 2012, Patofisiologi-Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit- Volume 2. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Edisi 8
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sloane, Ethel. 2014. Anatomi dan Fisiologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sjamsuhidayat. R, Karnadiharja Warko, Prasetyono Theddeus, & Rudiman
Reno.
2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Wijaya, Safetri Andra & Putri Mariza Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika.