Anda di halaman 1dari 53

1

Laporan Seminar Kasus Keganasan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. H

DENGAN ILEUS OBSTRUKTIF EC CARSINOMA REKTUM

OLEH:
KELOMPOK 1

Preseptor : Prof Dr. Elly L. Sjattar, S.Kep., M.Kes

Maria Dian Nurfita R014211010


Neny Veronika Leisubun R014211015
Riska Alawiyah Nur R014211034
Sitti Fauziah Mawaddah Warahmah R014211035
A.Zulfiana Tenri Lengka R014211038

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Seminar Kasus asuhan
keperawatan ini, sebagai salah satu Tugas Program Pendidikan Profesi Ners Stase
Keperawatan Medikal Bedah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada pasien Tn.
H dengan Ileus Obstruktif Ec Carsinoma Rektum”.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, diantaranya kepada Prof. Dr

Elly L. Sjatar S.Kep M.Kes selaku Pembimbing klinik dan Abdul Majid S.Kep.

Ns., M.Kep., Sp.KMB Koordinator Profesi Keperawatan Medikal Bedah.

Semoga laporan asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi dunia

keperawatan dan bagi dunia kesehatan serta bagi pembaca pada umumnya. Kami

menyadari bahwa penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran sangat kami harapkan. Terima kasih

Makassar, September

2021

Kelompok 1
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................2


DAFTAR ISI ............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................4
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................ 4
B. TUJUAN ............................................................................................................... 35
BAB II KONSEP KEPERAWATAN ......................................................................7
A. Konsep Penyakit ..................................................................................................... 7
1. Definisi................................................................................................................ 7
2. Anatomi dan Fisiologi......................................................................................... 8
3. Perdarahan vena .................................................................................................. 9
4. Persyarafan.......................................................................................................... 9
5. Absorsi dalam usus besar : pembentukan feses ................................................ 10
6. Etiologi.............................................................................................................. 10
7. Patofisiologi ...................................................................................................... 11
8. Manifestasi Klinis ............................................................................................. 12
9. Stadium dan Komplikasi ................................................................................... 13
10. Penatalaksanaan ............................................................................................ 15
11. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................ 17
12. Pengkajian ..................................................................................................... 19
13. Diagnosa Keperawatan dan rencana asuhan keperawatan ............................ 22
B. Web Of Cautions Illeus Obstruksi ec Ca Recti ..................................................... 28
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................................... 30
A. PENGKAJIAN ...................................................................................................... 30
B. ANALISA DATA ................................................................................................. 35
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN .......................................................................... 37
BAB VI EVIDANCE BASE PRACTICE ................................................................46
A. Implementasi Edukasi secara visual terkait perawatan luka di rumah mengurangi
ansietas ......................................................................................................................... 46
B. Implementasi pemilihan stoma bag dan stoma powder dalam mencegah
komplikasi pada stoma................................................................................................ 47
BAB V PENUTUP .................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................50
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman menyebabkan perubahan pada pola

hidup masyarakat seperti kebiasaan konsumsi fast food, paparan zat kimia dan

kurangnya aktivitas fisik yang menyebabkan penyakit, salah satunya kanker.

Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang ditandai

dengan pertumbuhan sel abnormal di luar batas normal yang kemudian dapat

menyerang bagian tubuh yang berdampingan atau menyebar ke organ lain

(WHO, 2017 dalam Gentry, 2017). Berdasarkan data The Global Cancer

Observatory, (2019) karsinoma rekti merupakan tumor ganas terbanyak di

antara tumor ganas saluran cerna, lebih 60% tumor kolorektal berasal dari

rektum didunia dengan presentasi 11,2% atau 1.849.518 kasus dari jumlah

seluruh penderita kanker diseluruh dunia, dan kanker kedua dengan jumlah

kematian 9.2% atau 880.792 di tahun 2018. Tercatat lebih dari 30% kasus

kanker rektum di Indonesia ditemukan pada pasien yang berusia 40 tahun atau

lebih muda (American Cancer Society, 2015 dalam Dirseciu, 2017). Prevalensi

kasus ini terus meningkat akibat pola hidup masyarakat yang tidak sehat.

Salah satu pemicu kanker rektal adalah masalah nutrisi dan kurang berolah

raga (Kemenkes RI, 2016).

Salah satu kegiatan sehari-hari yang disinyalir menurunkan pemicu

kanker rektal adalah meningkatkan aktivitas fisik reguler dan diet sehat serta

menghindari kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, (Khosama, 2015) dalam

(Harahap, 2019). Salah satu tanda gejala pada perkembangan kanker saluran
5

cerna pada fase tingkat lanjut ditandai dengan obstruksi usus atau sumbatan

(Fazeli & Keramati, 2015). Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah

karsinoma terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal yang harus

segera ditangani salah satunya dengan teknik pembedahan (Fazeli & Keramati,

2015). Namun kadang kala penemuan kasus keganasan kaker recti ini

terlambat diketahui dan sudah dalam fase lanjut sehingga klien cenderung telah

mengalami beberapa komplikasi dan membutuhkan penganganan khusus salah

satunya pembedahan hingga 1-2 kali serta kemoterapi atau adanya stoma pasca

bedah untuk mengatasi obstruksi akibat keganasan(Puspitasari & Waluyo,

2021). Disinilah peran peran perawat menjadi sangat penting karena perawat

merupakan salah satu tenaga kesehatan yang bekerja 24 jam bersama klien

(Emaliyawati, 2019).

Perawat memberikan asuhan keperawatan terapeutik pada pasien

pada semua fase mulai dari yaitu sebelum tindakan, terdiagnosa,

penatalaksanaan pengobatan maupun prosedur pembedahan dan alternatif

pengobatan seperti kemoterapi(Alkaf, 2016; Emaliyawati, 2019; Fitria &

Shaluhiyah, 2017). Perawat mengkaji secara lebih mendalam terkait kesiapan

terhadap tindakan pengobatan seperti pembedahan dan kemoterapi serta

bagaimana meningkatkan peran care giver dirumah melalui edukasi bertahap

dan berkesinambungan. Sehingga disini kelompok tertarik untuk lebih

mendalami terkait asuhan keperawtan klien dengan ileus obstruksi ec CA recti.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan kanker rektum
2. Tujuan Khusus
6

a. memahami konsep tentang penyakit kanker rektum


b. mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kanker rektum
c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan kanker
rektum
d. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
kanker rektum
e. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan kanker
rektum
7

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. Konsep Penyakit

1. Definisi

Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda

adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau

tindakan. Ileus ada 2 macam, yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.(Sari,

Novita, 2015). Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah

keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau

anus karena adanya sumbatan/hambatan mekanik yang disebabkan

kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan

atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan

nekrose segmen usus tersebut(De Castro et al., 2017)(Setyawati et al.,

2020).

Kanker rektum adalah salah satu penyakit yang terdapat pada usus

besar yang sering mengenai daerah retrosigmoid. Kanker Rektum

merupakan salah satu keganasan pada rektum yang terjadi akibat gangguan

profeliferasi sel epitel yang tidak terkendali (Benson et al., 2018) Dari

pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa kanker rektum adalah

suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan jaringan abnormal pada daerah

rektum.
8

2. Anatomi dan Fisiologi

Saluran pencernaan berfungsi sebagai penerima makanan dan

mempersiapkan untuk diasimilasi oleh tubuh. Saluran pencernaan terdiri

atas: mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus halus yang terdiri dari

duedonum, jejunum dan ileum, usus besar: sekum, appendiks, kolon

desenden, kolon tranversum, kolon sigmoid, rektum, anus. Fungsi utama

sistem ini adalah menyediakan makanan, air, dan elektrolit bagi tubuh dari

nutrien yang dicerna sehingga siap diabsorsi (Sloane, 2014)

a) Anatomi Rektum

Gambar 2.1 Anatomi rektum

Rektum adalah bagian usus besar yang terletak di antara kolon

sigmoideum dan rektum kurang lebih di pertengahan tulang sacrum

dan biasanya berupa konstriksi meskipun bukan merupakan batas

yang tegas. Batas bawah rektum adalah pada permukaan atas

diaphragma pelvis dan peralihan dari rektum. Rektum dilapisi oleh


9

mukosa blanduler khusus yang merupakan lanjutan epitel berlapis

gepeng kulit luar. Secara anatomi rektum terbentang dari sakrum ke-3

sampai garis anorektal. Rektum dibagi menjadi bagian ampula dan

sfingter. Panjang rektum berkisa 10-15 cm.

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus

besar dan berakhir di anus. organ ini berfungsi sebagai tempat

penyimpanan feses sementara. Struktur rektum serupa dengan yang

ada pada kolon, tetapi dinding yang berotot lebih tebal dan membran

mukosanya memuat lipatan lipatan membujur yang disebut kolumna

morgagni. Semua ini menyambung ke dalam saluran anus (Sloane,

2014).

b) Fisiologi Perdarahan arteri

Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan lansung arteri

mesenterika inferior. Arteri hemoroidalis merupakan percabangan

anterior arteri bila iliaka interna sedangkan arteri hemoroedalis

inferior adalah cabang dari arteri pudenda interna.

3. Perdarahan vena

Hemoroedalis superior berasal dari pleksus hemoroedali internus dan

berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior dan seterusnya

melalui vena lienalis ke vena porta. Vena ini tidak berkatup sehingga

tekanan rongga perut menentukan tekanan di dalamnya. Kanker rektum

dapat menyebabkan embolus vena ke dalam hati.

4. Persyarafan

Persyarafan rektum terdiri dari atas sistem simpatik dan sistem


10

parasimpatik, serabut simpatik berasal dari inferior yang terbentuk dari

ganglion simpatis lumba ke 2 dan ke 4. Persarafan parasimpatik berasal

dari saraf sakral ke 2, ke 3, dan ke 4 menuju jaringan erektil penis dan

klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara mengatur aliran darah ke

jaringannya.

5. Absorsi dalam usus besar : pembentukan feses

Kira-kira 1500 ml kimus secara normal melalui katup ileosekal ke

dalam usus besar setiap harinya, sebagian besar cairan elektrolit di dalam

amus di absorbsi kedalam kolon dan dikurang 100ml cairan dieksresikan

dalam feses. Sebagian besar absorbsi dalam usus besar terjadi pada

pertengahan proksimal kolon sedangkan kolon bagian gistal berfungsi

sebagai tempat penyimpanan. Usus besar dapat mengabsorsi cairan yang

masuk ke usus besar melalui valvula ileosekal atau melalui ekresi usus

besar melebihi jumlah ini maka cairan akan muncul dalam feses sebagai

diare (Wijaya & Putri, 2013).

6. Etiologi

Penyebab pasti terjadinya kanker rektum belum dapat diketahui.

Menurut Smelter & Bare (2013) penyebab kanker rektum ada beberapa

faktor, diantarnya :

a. Polip di usus. Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam

kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun

ke atas. Berbagai polip kolon yang berdegenerasi maligna, polip

terdiri dari kelenjar yang beproliferasi, umumnya polip kolon

dianggap tidak berbahaya akan tetapi bila polip bersifat majemuk


11

atau bila garis tengah kepala lebih dari 1,0 cm kemungkinan

ganas lebih besar.

b. Radang kronik kolon. Orang dengan kondisi yang menyebabkan

peradangan pada kolon selama bertahun-tahun memiliki resiko

yang lebih besar.

c. Faktor diet rendah serat atau diet tinggi protein dan lemak

hewani. Diet rendah serat akan menurunkan waktu transit pada

kolon dan potensial meningkatkan kontak karsinogen endogen

maupun eksogen dengan mukosa kolon.

d. Faktor genetik, secara genetik beberapa keluarga telah

diidentifikasi bahwa kanker yang menyerang beberapa bagian

tubuh termasuk kolon dan rektum adalah diturunkan dalam sifat

yang dominan.

7. Patofisiologi

Polip adalah pertumbuhan jaringan yang benigna (adenoma)

pada mukosa kolon yang diperkirakan menjadi premaligna.

Perkembangan tumor yang terjadi terus menerus lama kelamaan akan

mengubah tumor ke dalam bentuk metastasis. Untuk dapat

bermetastasis, pertama sel tumor mampu bertahan hidup dan terus

tumbuh pada lapisan pertama. Agar dapat menyebar, sel tumor juga

mampu menginvasi secara lokal dan masuk ke pembuluh darah untuk

menginvasi sirkulasi. Setelah bertahan dalam sirkulasi darah, sel

tumor harus bisa keluar dan menginvasi ke lapisan atau jaringan baru.

Pada akhirnya sel tumor dapat bermetastasi lebih jauh lagi hingga
12

menjadi kaker.

Kanker rektum dapat terjadi dalam salah satu dari 2 cara.

Didalam sekum dan kolon asenden, lesi-lesi cenderung berkembang

sebagai masa yang menyerupai bunga kol menonjol ke dalam lumen

kolon. Lesi tersebut dalam mengalami ulserasi, menembus dinding

kolon dan menyebar ke jaringan sekitarnya. Dalam kolon desenden,

terutama bagian rektus sigmoid sering terjadi suatu lesi yang terhapus.

Lesi mula-mula berupa masa Polipoid yang kecil yang menjadi plak.

Plak ini tumbuh secara melingkar menyebabkan penyempitkan lumen.

Obstruksi dapat terjadi akibat terbentuknya feses pada samping

kiri yang tidak dapat melewati lumen yang menyempit. Kanker

rektum dapat menyebar melalui penyebaran langsung atau melalui

sistem limpatik dan sirkulasi. Liver merupakan organ yang terutama

sering terkena metastasis karena pembuluh darah kolon mengalir ke

dalam vena porta meuju liver (Wijaya & Putri, 2013).

8. Manifestasi Klinis

Menurut Sjamsuhidajat (2013) gambaran klinis terjadinya kanker

ini tergantung pada lokasi atau letak terjadinya kanker, yaitu :

1. Gejala-gejala tersering dari kolorektal adalah perubahan defekasi,

perdarahan, nyeri, anemia, anoreksia, dan penurunan berat badan.

2. Kanker pada kolon kiri sering bersifat skirotrik, sehingga lebih

banyak menimbulkan stenosis dan obstruksi karena feses sudah

mulai menjadi padat.

3. Kanker rektum menimbulkan perubahan pada defekasi seperti


13

konstipasi atau dengan tenesmi. Makin kristal letak tumor feses

makin menipis seperti kotoran kambing dan lebih cair yang disertai

darah dan lendir, adanya nyeri di panggul merupakan tanda penyakit

lanjut. Bila ada obstruksi platus dapat membantu memberikan

kenyamanan pada abdomen.

Sedangkan menurut Sari, Novita, (2015) Tanda dan gejala yang

mungkin muncul pada kanker rektal antara lain ialah : Perubahan

pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah

segar maupun yang berwarna hitam.

1. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar benar

kosong saat BAB

2. Feses yang lebih kecil dari biasanya

3. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung,

rasa penuh pada perut atau nyeri

4. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya

5. Mual dan muntah,

6. Rasa letih dan lesu

7. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan

nyeri pada daerah gluteus.

9. Stadium dan Komplikasi

a. Stadium kamker

The American Joint Committee on Cancer (AJCC) memperkenalkan

TNM staging system, yang menempatkan kanker menjadi satu dalam 4

stadium (Stadium I-IV).


14

Stadium 0

Pada stadium 0, Kanker ditemukan hanya pada bagian paling dalam

rektum.yaitu pada mukosa saja. Disebut juga Carcinoma in situ

Stadium I

Pada stadium I, kanker telah menyebar menembus mukosa sampai

lapisan muskularis dan melibatkan bagian dalam dinding rektum tapi

tidak menyebar kebagian terluar dinding rektum ataupun keluar dari

rektum. Disebut juga Dukes A rectal cancer.

Stadium II

Pada stadium II, kanker telah menyebar keluar rektum kejaringan

terdekat namun tidak menyebar ke limfonodi. Disebut juga Dukes B

rectal cancer.

Stadium III

Pada stadium III, kanker telah menyebar ke limfonodi terdekat, tapi

tidak menyebar kebagian tubuh lainnya. Disebut juga Dukes C rectal

cancer.

Stadium IV

Pada stadium IV, kanker telah menyebar kebagian lain tubuh seperti

hati, paru, atau ovarium. Disebut juga Dukes D rectal cancer

b. Komplikasi yang terjadi akibat adanya kanker rektum adalah :

1. Terjadinya osbtruksi pada daerah pelepasan.

2. Terjadinya perforasi pada usus.

3. Pembentukan fistula pada kandung kemih atau vagina. vagina


15

(invasi) ke seluruh dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional.

Adapun komplikasi selain terjadinya obstruksi, perforasi yaitu

pendarahan dan penyebaran ke organ yang berdekatan ( Wijaya &

Putri, 2013).

10. Penatalaksanaan

a. Terapi medis

Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ

vital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering dilakukan

adalah pembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan bila :

- Strangulasi

- Obstruksi lengkap

- Hernia inkarserata

- Tidak ada perbaikan dengan pengobatan konservatif (dengan

pemasangan NGT, infus, oksigen dan kateter) (Puspitasari &

Waluyo, 2021; Sembiring, 2017)

Pembedahan dengan cara bagian kolon yang sedikit dipotong, dan

ujung-ujung yang tersisa disambungkan suatu anastomosis. Pada pasien

lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun sebagian besar

jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien masih

membutuhkan kemoterapi atau radiasi setelah pembedahan untuk

membunuh sel kanker yang tertinggal.

Tipe pembedahan yang dipakai antara lain :

 Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini,

tumor dapat dihilangkan tanpa tanpa melakukan pembedahan lewat


16

abdomen. Jika kanker ditemukan dalam bentuk polip, operasinya

dinamakan polypectomy.

 Reseksi: jika kanker lebih besar, dilakukan reseksi rektum lalu

dilakukan anastomosis. Jiga dilakukan pengambilan limfonodi disekitan

rektum lalu diidentifikasi apakah limfonodi tersebut juga mengandung

sel kanker.

Pengangkatan kanker rektum biasanya dilakukan dengan reseksi

abdominoperianal, termasuk pengangkatan seluruh rectum, mesorektum

dan bagian dari otot levator ani dan dubur. Prosedur ini merupakan

pengobatan yang efektif namun mengharuskan pembuatan kolostomi

permanen.

Rektum terbagi atas 3 bagian yaitu 1/3 atas, tengah dan bawah.

Kanker yang berada di lokasi 1/3 atas dan tengah ( 5 s/d 15 cm dari

garis dentate ) dapat dilakukan ” restorative anterior resection” kanker

1/3 distal rectum merupakan masalah pelik. Jarak antara pinggir bawah

tumor dan garis dentate merupakan faktor yang sangat penting untuk

menentukan jenis operasi.

b. Terapi radiasi

Secara umum terapi radiasi ini kurang efektif dalam mengatasi

kanker kolorektal, terapi ini mungkin digunakan preoperasi pada kanker-

kanker yang luas untuk menekan pertumbuhannya, cairan ini mencegah sel-

sel yang terlepas tanpa sengaja selama pembedahan untuk menanamkan diri

di lokasi lain.

c. Kemoterapi
17

Kemoterapi digunakan untuk penyakit metastatik dan untuk orang

dengan resiko tinggi mengalami kekambuhan. Zat kemoterapeutik yang

dipilih adalah 5, diberikan tersendiri maupun kombinasi dengan zat lain

(Wijaya & Putri, 2013). Adjuvant chemotherapy, (menengani pasien yang

tidak terbukti memiliki penyakit residual tapi beresiko tinggi mengalami

kekambuhan), dipertimbangkan pada pasien dimana tumornya menembus

sangat dalam atau tumor lokal yang bergerombol ( Stadium II lanjut dan

Stadium III). Terapi standarnya ialah dengan fluorouracil, (5-FU)

dikombinasikan dengan leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua

belas bulan. 5-FU merupakan anti metabolit dan leucovorin memperbaiki

respon. Agen lainnya, levamisole, (meningkatkan sistem imun, dapat

menjadi substitusi bagi leucovorin. Protopkol ini menurunkan angka

kekambuhan kira – kira 15% dan menurunkan angka kematian kira – kira

sebesar 10%.

11. Pemeriksaan Penunjang

a. Pada keadaan tumor yang lanjut pemeriksaan palpasi akan teraba

massa.

b. Colok dubur: merasakan adanya pertumbuhan sel, obstruksi. Kurang

lebih 75 % karsinoma rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan

rektal, pemeriksaan digital akan mengenali tumor yang terletak

sekitar 10 cm dari rektum, tumor akan teraba keras dan menggaung.

Pada pemeriksaan colok dubur ini yang harus dinilai adalah:

1. Keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak

bagian terendah terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian


18

atas kelenjar prostat atau ujung os coccygis. Pada penderita

perempuan sebaiknya juga dilakukan palpasi melalui vagina

untuk mengetahui apakah mukosa vagina di atas tumor tersebut

licin dan dapat digerakkan atau apakah ada perlekatan dan

ulserasi, juga untuk menilai batas atas dari lesi anular. Penilaian

batas atas ini tidak dapat dilakukan dengan pemeriksaan colok

dubur.

2. Mobilitas tumor: hal ini sangat penting untuk mengetahui

prospek terapi pembedahan. Lesi yang sangat dini biasanya

masih dapat digerakkan pada lapisan otot dinding rektum. Pada

lesi yang sudah mengalami ulserasi lebih dalam umumnya

terjadi perlekatan dan fiksasi karena penetrasi atau perlekatan ke

struktur ekstrarektal seperti kelenjar prostat, buli-buli, dinding

posterior vagina atau dinding anterior uterus.

3. Ekstensi penjalaran yang diukur dari besar ukuran tumor dan

karakteristik pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari

mobilitas atau fiksasi lesi.

c. Fotokolon dengan enema bariunm : usus hamper selalu terkena, tetapi

area rektal dipengaruhi hanya 10% fistula sering dan biasanya

ditemukan pada ujung ileum tetapi hanya pada segmen sepanjang

saluran pencernaan.

d. Kolonoskopi, mengidentifikasi adesi, perubahan lumen dinding

menyempit dan menunjukkan obstruksi usus.

e. Biopsi, pemeriksaan setelah dilakukan pembedahan atau dapat


19

dilakukan melalui endoskopi (Wijaya & Putri, 2013).

12. Pengkajian

a. Identitas Klien

Jenis kelamin wanita lebih berisiko terkena ca recti dari perkembangan ca

endometrium namun pria memiliki kesempatan risiko yang tinggi bila

memiliki kebiasaan merokok atau alkoholik. Usia rentan adalah lansia

b. Riwayat Kesehatan

Riwayat kanker sebelumnya atau perokok, gangguan saluran cerna,

riwayat obstruksi

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

 Riwayat diet yang hanya serat, protein hewani dan lemak

 Riwayat menderita kelainan pada colon kolitis ulseratif (polip kolon)

d. Riwayat Kesehatan Sekarang

 Klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir

 Klien mengeluh tidak BAB tidak ada flahis

 Klien mengeluh perutnya terasa sakit (nyeri)

 Klien mengeluh mual, muntah

 Klien mengeluh tidak puas setelah BAB

 Klien mengeluh BAB kecil

 Klien mengeluh Bbnya turun

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

 Riwayat keluarga dengan Ca. recti

f. Pemeriksaan Fisik

1. Respirasi
20

Sarak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas akibat distensi

abdomen

2. GIT

Anoreksia, mual, muntah, penurunan bising usus, kembung, nyeri

abdomen, perut tegang, nyeri tekan pada kuaran kiri bawah

3. Aktivitas/istirahat

Gejala:

- Kelemahan, kelelahan/keletihan, aktivitas fisik menurun


- Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam
hari.
- Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan,
tingkat stres tinggi.
4. Sirkulasi

Gejala:

- Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas


Tanda:
- Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.
5. Integritas ego

Gejala:
- Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi
stres (merokok, minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan
religius/spiritual)
- Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat,
pembedahan, stoma)
- Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
- Menyangkal, menarik diri, marah.
21

6. Eliminasi

Gejala:

- Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi, lokasi
pembuangan feses (kepemilikan dan perubahan cara eliminasi)
Tanda:
- Perubahan bising usus, distensi abdomen
- Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah
- BAB berlendir dan berdarah,
- BAB tidak ada flatur tidak ada,
- BAB melalui stoma
- perubahan pola BAB/konstiasi/hemoroid,
- perdarahan peranal, BAB ;
- oliguria
7. Makanan/cairan

Gejala:

- Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian


zat aditif dan bahan pengawet)
- Anoreksia, mual, muntah
- Intoleransi makanan
Tanda:
- Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot
8. Nyeri/ketidaknyamanan:

Gejala:

- Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung
proses penyakit dengan lukasi dia area abdomen mulai dari lokasi
pembedahan hingga stoma
Tanda
Meringis, menangis, mengeluh tidak nyaman, gatal, perih,
kembung/distensi abdomen
22

9. Keamanan:

Gejala:

- Komplikasi pembedahan (infeksi daerah operasi atau infeksi pada


stoma) dan atau efek sitostika.
Tanda:
- Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia, peradangan area sekitar
luka, purulent, nekrosis, kemerahan, bengkak, stoma prolaps
10. Interaksi sosial

Gejala:
- Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)
- Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan
status kesehatan.
Tanda
- Menarik diri dari lingkungan sosial, malu, minder, mengurangi
aktivutas diluar/iteraksi dengan orang lain
11. Penyuluhan/pembelajaran

- Riwayat kanker dalam keluarga


- Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya
- Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.
- Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari
13. Diagnosa Keperawatan dan rencana asuhan keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


o
1 Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Redukasi Ansietas.
ancaman keperawatan diharapkan
Terapi relaksasi
mengalami tingkat ansietas pasien
kematian menurun dengan kriteri hasil Observasi :
:
- Identifikasi
- Pasien saat tingkat
mengungkapkan ansietas
kebingungannya berubah
menurun - Monitor tanda-
- Pasien mengatakan tanda ansietas
23

kekhawatirannya - Identifikasi
menurun teknik releksasi
- Keluhan pusing yang pernah
menurun digunakan
- Tanda-tanda vital - Identifikasi
dalam batas normal kesediaan
- Kontak mata pasien kemampuan
membaik dan
- Orientasi pasien penggunaan
membaik teknik
sebelumnya
Teraupetik :
- Motivasi
pasien untuk
mengidentifika
si situasi yang
memicu
kecemasan
- Ciptakan
lingkungan
yang tenang,
anjurkan
menggunakan
pakaian yang
longgar
- Gunakan
relaksasi
sebagai
penunjang
dengan
analgesik atau
tindakan medis
lain
Edukasi :
- Anjurkan
mengambil
posisi nyaman
- Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien, jika
perlu
2 Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahn infeksi
efek prosedur keperawatan diharapkan
Observasi :
invasive tidak terjadi tanda-tanda
infeksi dengan kriteria hasil: - Monitor tanda
24

- Kebersihan badan dan gejala


pasien meningkat infeksi locak
- Kebersihan tangan dan sistemik
meningkat Teraupetik :
- Nafsu makan pasien
meningkat - Batasi
- Hematoma menurun pengunjung
- Skala nyeri menurun bila perlu
- Kadar sel darah putih - Berikan
dalam batas normal perawatan kulit
pada area
edema
- Cuci tangan
sebelum dan
setelah
tindakan
keperawatan
- Pertahankan
teknik aseptic
pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi :
- Ajarkan
mencuc tangan
dengan benar
3 Risiko ganggunan Setelah dilakukan tindakan Edukasi pencegahan
integritas kulit b.d keperawatan diharapkan infeksi
bahan kimia iritatif kemampuan untuk
Observasi :
mencegah meningkat
dengan kriteri hasil : -
Periksa
kesiapan dan
- Kemampuan mencari deteksi dini
informasi tentang infeksi pada
resiko meningkat pasien berisiko
- Kemampuan untuk Teraupetik :
mengidentifikasi
faktor resiko - Siapakan
meningkat materi, media
- Kemampuan tentang faktor-
menghindari faktor faktor
resiko meningkat penyebab, cara
identifikasi dan
pencegahan
resiko infeksi
di rumah sakit
- Jadwalkan
waktu yang
tepat untuk
25

memberikan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan
dengan pasien
dan keluarga
- Erikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :
- Jelaskan tanda
dan gejala
infeksi lokal
dan sistemik
- Anjurkan
mengikuti
tindakan
pencegahan
sesuai kondisi
4 Nausea b.d efek Setelah dilakukan tindakan Manajemen mual
agen farmakologi keperawatan diharapkan
Observasi :
tingkat nausea pasien
menurun terhadap - Identifikasi
perubahan citra tubuh yang pengalaman
dialami dengan kriteria mual
hasil: - Identifikasi
pengalaman
- Nafsu makan mual terhadap
meningkat kualitas hidup
- Keluhan mual (nafsu makan)
menurun - Monitor mual
- Frekuensi menelan Teraupetik :
meningkat
- Erasaan asam - Kendalikan
dimulut menurun faktor
- Takikardia membaik lingkungan
penyebab mual
Edukasi :
- Anjurkan
istirahat dan
tidur yang
cukup
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
26

antiemetic, jika
perlu
5 Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh
tubuh b.d keperawatan diharapkan
Observasi :
tindakan/pengobata presepsi tentang penampilan
n pasien meningkat dengan -Identifikasi
kriteria hasil : harapan citra
tubuh
- Melihat bagian tubuh berdasarkan
meningkat tahapan
- Pasien perkembangan
mengungkapkan - Monitor
perasaan negative frekuensi
tentang perubahan pasien
tubuhnya menurun mengkritik
- Fokus pada terhadap
penampilan dirinya sendiri
meningkat Teraupetik :
- Hubungan sosial
meningkat - Diskusikan
- Menyembunyikan tentang
bagian tubuh perubahan
menurun tubuh dan
fungsinya
Edukasi :
- Jelaskan
kepada pasien
dan keluarga
perawatan
perubahan citra
tubuh
- Anjurkan
mengungkapka
n gambaran
diri terhadap
citra tubuh
- Latih
peningkatan
penampilan
6 Resiko defisit Setelah dilakukan tindakan Manajemen Gangguan
nutrisi b.d keperawatan diharapkan makanan
kengganan untuk mual muntah pasien
Observasi :
makan menurun dengan kriteria
hasil : - Monitor asupan
dan keluarnya
- Porsi makan yang makanan dan
dihabiskan cairan serta
27

meningkat kebutuhan
- Pasien kalori
mengungkapkan Teraupetik :
keinginan untuk
meningkatkan nutrisi - Timbang berat
- Perasaan cepat badan secara
kenyang sedang rutin
- Rambut rontok - Berikan
menurun penguatan
- Frekuensi makan positif terhadap
meningkat keberhasilan
- Nafsu makan target dan
membaik perubahan
perilaku
Edukasi :
- Ajarkan
pengaturan diet
yang tepat
Kolaborasi :
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi tentang
target berat
badan,
kebutuhan
kalori dan
pilihan
makanan
28

B. Web Of Cautions Illeus Obstruksi ec Ca Recti


Ulcerasi colitis Perokok/ alkoholik Pola makan yang buruk Riwayat kanker
Usia > 50 tahun
Peradangan colon
Bahan kimia dan zat karsinogenik
dalam waktu lama Diit rendah Diit Tinggi kalori
Risiko tinggi pertumbuhan (acetaldehyde dan Aromatic Amine)
dalam asap rokok masuk ke paru-paru serat dan tinggi protein
polip/adenoma kolerektal usus
menyempit Peningkatan sekresi
lumen terus Pemekatan zat Bakteri pemecah
Penyempitan lumen akibat menerus Paparan karsinogen pada sel karsinogen lemak dan protein
dorongan sel pada usus merusak ikatan DNA sel tubuh dalam feses mengalami perubahan

Obstruksi/ulserasi pada usus ulserasi


Massa transisi Menyebar ke organ
Flora
feses lain misalnya pada
bakteri
Polymerase karsinogen membuat DNA baru meningkat ca endometrium
usus
(masih tersisa akar
dari sel kanker)
DNA inang bergabung dengan DNA baru Co-carsinogen Steroid diubah
sintesis RNA (mutasi sel) /karsinogenesis menjadi
karsinogen
Mitosis sel dipercepat Menembus
Pertumbuhan liar sel-sel keganasan saluran cerna

Transformasi sel kanker


Carsinoma Recti

Invasi jaringan dan efek kompresi oleh tumor


29

Kemoterapi
Tindakan pembedahan Pasca pembedahan

Reseksi dan Kolostomi


Pre Intra Post
kemoterapi kemoterapi kemoterapi
Adanya luka insisi dan stoma
pada abdomen

Kolostomi sementara/ Post de entree


permanen di abdomen
Infeksi daerah operasi Gangguan Integritas Kulit
Paparan informasi Tidak dilakukan Peradangan , purulent, SDKI : Integritas Kulit dan Penyembuhan
perawatan luka di perawatan luka nekrotik kelembapan pada Luka
Informasi tentang penyakit
rumah kurang secara baik luka SIKI: Perawatan luka, perawatan stoma
yang kurang
Kondisi penyakit belum jelas

Penumpukan udara serta


mual muntah, penurunan
Mobilitas menurun feses,  konstipasi Distensi
BAB tidak bisa dikendalikan Koping individu nafsu makan berjalan
Peristaltic usus menurun hingga skibala abdomen
Bau BAB, cara BAB berubah, tidak efektif dalam waktu lama
muncul sikatrik atau jaringan anemia, penurunan BB >
parut bekas insisi Nyeri Kronis 10 %,
Nyeri NOC : kontrol nyeri
Khawatir bergerak, NIC: Manajemen nyeri
gelisah, tegang merasa
Perubahan anggota tubuh tidak berdaya terkait Penurunan massa otot dan Defisit Nutrisi
kondisi, susah tidur SLKI: status
kekuatan otot kelemahan umum
Nutrisi
SIKI: Manajemen
Risiko Luka tekan Nutrisi
Gangguan citra tubuh Ansietas Intoleransi Aktivitas
SLKI : Tingkat ansietas SLKI : Toleransi Aktivitas
SIKI: Edukasi Pasca SIKI : Manajemen energi
bedah, Perawatan Stoma
30

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN TN H

DENGAN ILEUS OBSTRUKSTI EC CA RECTUM

A. PENGKAJIAN
31
32
33
34
35

B. ANALISA DATA

Nama/RM : Tn. H/885936


Jenis Kelamin : Lak-Laki
Umur : 40 tahun
Diagnosa Medis : Ileus obstruktif ec Ca rektum
Ruangan : Kamar 11 bed 5 (L2AD)
No. Data Fokus Masalah
1. DS : Nyeri Kronis
 Pasien mengeluh nyeri pada sekitar luka
post operasi di perut
DO :
Pengkajian nyeri
 P: Luka post operasi di abdomen Q:
Tertusuk-tusuk
 R: Sekitar luka operasi S: 3 NRS
 T: terus menerus
 Tanda-tanda vital TD : 93/53 mmHg
S : 37.7oC P : 20 x/menit N : 96 x/menit

2. DS : Defisit Nutrisi
 Pasien mengatakan berat badan
menurun selama sakit dari 55kg
menjadi 40kg
 Pasien mengatakan kadang merasa
 Mual
 Pasien mengatakan kurang nafsu makan
DO :
 Diet bubur saring
 Albumin: 2,4 g/dL
 Hb: 7,2 g/dL
 Pasien tampak tidak menghabiskan
makanannya
36

3. DS : Gangguan Integritas
Jaringan
 Pasien mengeluh keluar cairan pada bekas
luka post-operasi di abdomen
DO :
 Pasien terpasang kolostomi bag pada bagian
colon descendens.
 Stoma berwarna merah segar dengan sedikit
jaringan berwarna kuning kehitaman.
 Terdapat bekas luka sebanyak12 jahitan dan
tampak maasih ada belum kering
 Kulit sekitar stoma tampak kehitaman
 Terdapat feses dengan konsentrasi cair
berwarna kuning kecoklatan
 Pasien memiliki luka decubitus stage 4 di
bagian koksigealis
 Luka decubitus berwarna kehitaman disekitar
luka dan luka mengeras diarea tengah
4. DS : Ansietas
 Pasien mengatakan tidak nyaman dan selalu
berkeluh kesah dengan keadaannya yang
sekarang
DO :
 Pasien tampak tidak nyaman dengan
kondisi sekarang
 Terpasang kolostomi bag
5. DS : Intoleransi Aktivitas
 Pasien mengeluh sulit untuk melakukan
aktivitas, semua dilakukan di tempat tidur
 Keluarga pasien mengatakan pasien takut
bergerak karena merasa nyeri di luka
operasi kolostominya dan takut luka
operasinya berdarah
DO :
 Pasien tampak kesulitan membolak-
balikkan badannya
 Terpasang kolostomi bag pada bagian colon
descenden
 Pasien menggunakan popok karena tidak
mampu ke kamar mandi
 Skor bartel index : 11 (ketergantungan sedang)
37

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Tanggal

1. Gangguan Integritas Jaringan Berhubungan dengan infeksi


Daerah Operasi (IDO) ditandai dengan kluar cairan dari luka
post op, luka sekitas stoma kehitaman, jahitan masih basah

2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan distensi abdomen ditandai


dengan mual, penurunan BB >10 % dalam sebulan

3. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik (Infeksi Daerah


Operasi (IDO))

4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional ditandai dengan


keluhan ketidaknyamanan , hospitalisasi, diagnosa penyakit
belum jelas

5. Intolerasni aktivitas berhubungan dengan nyeri, anemia,


anseietas
38

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


(NANDA)
1. Gangguan Integritas Jaringan Setelah dilakukan perawatan selama 5 x 24 Pengecekan kulit
Berhubungan dengan infeksi jam, kerusakan integritas kulit dapat diatasi 1. Periksa kulit disekitar abdomen dan
Daerah Operasi (IDO) ditandai
dengan kriteria hasil: terkait dengan adanya kemerahan,
dengan
DS : Integritas jaringan dan kulit kehangatan ekstrim, edema, dan
a. Perfusi jaringan baik, stoma berwarna drainase
 Pasien mengeluh keluar 2. Amati warna, kehangatan, bengkak,
pink
cairan pada bekas luka
post-operasi di abdomen Penyembuhan luka tekstur, edema, dan ulserasi(Marpaung,
DO : a. Penyatuan tepi luka post op 2019)
b. Nyeri hilang 3. Monitor infeksi pada area luka
 Pasien terpasang kolostomi c. Nekrosis menurun
d. Tidak terjadi infeksi (Awaludin & Mudayana, 2017)
bag pada bagian colon
descendens. Kontrol Nyeri: Proses Infeksi 4. Ajarkan anggota keluarga mengenai
 Stoma berwarna merah segar a. Klien dapat mencari informasi tanda-tanda kerusakan kulit yang tepat
dengan sedikit jaringan terkait kontrol infeksi 5. Ajarkan kepada pasien/keluarga
berwarna kuning kehitaman. b. Klien mampu mengidentifikasi mengenai tanda-tanfa terjadinya infeksi
 Terdapat bekas luka faktor risiko infeksi pada luka.(Purnama et al.,2017)
sebanyak12 jahitan dan c. Mengetahui perilaku yang
berhubungan dengan risiko infeksi Perawatan Luka
tampak maasih ada belum Observasi
kering d. Klien dapat mengindentifikasi tanda
dan gejala infeksi 1. Monitor karakteristik luka mulai
 Kulit sekitar stoma tampak
kehitaman e. Klien mampu warna, ukuran, drainasi dan bau
mempertahankan lingkungan 2. Monitor tanda infeksi (Awaludin &
 Terdapat feses dengan
yang bersih Mudayana, 2017)
konsentrasi cair berwarna
kuning kecoklatan Terapeutik
 Pasien memiliki luka 1. Lepaskan balutan secara perlahan
decubitus stage 4 di bagian 2. Lakukan pencucian luka dengan
39

koksigealis NaCl atau air bersih (Abe et al.,


 Luka decubitus berwarna 2021)
kehitaman disekitar luka dan 3. Pasang balutan mengandung
luka mengeras diarea tengah hidrokoloid pada stoma atau luka
dengan drainase aktif
4. Pastikan ukuran dan pilih stoma
bag sesuai dengan ukuran stoma
(tidak longgar atau
sempit)(Setyorini, 2007)
5. Irigasi luka bila perlu
6. Ganti balutan sesuai dengan
eksudat dan drainase (Panjaitan,
2021)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antibiotik
topikal, oral atau parenteral serta
pemilihan kantong stoma (Setyorini,
2007)
2. Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan perawatan selama 7 x 24 Manajemen Nutrisi
dengan distensi abdomen ditandai jam Nutrisi klien berangsur membaik Observasi
dengan mual, penurunan BB >10 ditandai dengan 1. monitor status nutrisi
% dalam sebulan Status Nutrisi 2. identifikasi alergi dan makanan
DS : 1. asupan intake nutrisi oral klien teroenuhi yang disukai
 Pasien mengatakan berat 2. bilirubin normal 3. monitor asupan makanan masuk dan
badan menurun selama 3. porsi makan dihabiskan keluar
sakit dari 55kg menjadi 4. IMT berangsur normal 4. monitor BB dan IMT
40kg
40

 Pasien mengatakan Terapeutik


kadang merasa 1. lakukan oral hygiene dengan cairan
 Mual (Lukisari et al., 2010)
 Pasien mengatakan Edukasi
kurang nafsu makan 1. anjurkan posisi duduk
DO : 2. anjurkan diit yang diperogramkan
 Diet bubur saring dan fasilitasi dengan leaflet
 Albumin: 2,4 g/dL (Salmawati et al., 2019; Suanda
 Hb: 7,2 g/dL Saputra, Agung Waluyo, 2020)
Pasien tampak tidak Kolaborasi
menghabiskan makanannya 1. kolaborasi dengen nutrisionist untuk
hitungan kaori kebutuhan harian
klien, berikan makanan TKTP cair
sebagai pengganti energy yang
hilang (Chindo, 2015)(Pitri et al.,
2019)
2. kolaborasi pemberian multivitamin
B complex dan nutrisi parenteral
bila perlu (Lukisari et al., 2010)
3. Nyeri berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
agen cidera fisik (Infeksi keperawatan selama 3x24jam, Observasi :
Daerah Operasi (IDO)) diharapkan nyeri dapat teratasi dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
Ditandai dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
DS : nyeri.
Kontrol Nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
 Pasien mengeluh nyeri
a. Klien dapat mengenali kapan nyeri terjadi 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
pada sekitar luka post
b. Klien mengetahui penyebab 4. Identifikasi faktor yang
operasi di perut terjadinya nyeri memperberat dan memperingan
DO : c. Klien mampu mengurangi rasa nyeri nyeri
41

tanpa analgesic 5. Identifikasi pengetahuan


Pengkajian nyeri
d. Klien melaporkan nyeri yang terkontrol 6. Keyakinan tentang nyeri
 P: Luka post operasi di Terapeutik :
abdomen Q: Tertusuk- Tingkat nyeri a. Kontrol lingkungan yang
tusuk a. Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang memperberat nyeri dengan
 R: Sekitar luka operasi b. Tanda-tanda vital dalam rentang menurunkan suhu ruangan,
S: 3 NRS normal Tidak mengalami gangguan pencahayaan, kebisingan
 T: terus menerus tidur sekitar(Staats & Li, 2017)
 Tanda-tanda vital TD : b. Fasilitasi posisi aman nyaman klien
93/53 mmHg dengan menaikkan railing dan
 S : 37.7oC P : 20 x/menit mengatur posisi tidur semi fowler
N : 96 x/menit atau posisi tidur yang disukai, jika
tidak kontraindikasi (Fitria &
Shaluhiyah, 2017)
Edukasi:
i. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
ii. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian analgetik paraset
(O’Keefe-McCarthy et al., 2015)
Pemberian Obat
Observasi:
1. Monitor efek terapeutik obat
2. Monitor efek samping, toksisitas,
dan interaksi obat
Terapeutik:
1. Perhatikan prosedur pemberian obat
yang aman dan akurat
42

2. Lakukan prinsip enam benar


(pasien, obat, dosis, rute, waktu,,
dokumentasi)
3. Perhatikan jadwal pemberian obat
4. Dokumentasi pemberian obat dan
respons terhadap obat
Edukasi
1. Jelaskan jenis obat, alasan
pemberian, tindakan yang
diharapkan, dan efek samping
sebelum pemberian
2. Jelaskan faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan
efektifitas obat
43

4. Ansietas berhubungan Tingkat Ansietas L.09093 Reduksi Ansietas


dengan ketidaknyamanan , Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi tanda tanda ansietas
hospitalisasi, diagnosa diharapkan tingkat ansietas menurun dengan 2. Identifikasi kemampuan pengambilan
penyakit belum jelas kriteria : keputusan
DS : a. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang
3. Identifikasi pengalaman ansietas
dimasa lalu
 Pasien mengatakan tidak dialami menurun 4. Pahami situasi yang membuat ansietas
nyaman dan selalu berkeluh b. Perilaku gelisah menurun klien muncul (Rangki et al., 2014)
kesah dengan keadaannya c. Tidak ada gangguan kenyamanan, klien 5. Jelaskan terkait kondisi, diagnosis
yang sekarang tampak rileks pengobatan dan prognosis dengan
DO : bahasa yang mudah dipahami
 Pasien tampak tidak Pengetahuan: Perawatan Ostomi 6. Anjurkan keluarga untuk menemani
nyaman dengan a. Klien dapat mengetahui tujuan ostomi klien
kondisi sekarang b. Klien dapat mengetahui fungsi ostomi 7. Diskusikan perencanaan realitas
c. Klien mampu mengenali barang- 8. Latih kegiatan pergerakan yang
 Terpasang kolostomi barang uang dibutuhkan untuk mengalihkan ansietas
bag Pengajaran: Prosedur/Perawatan
perawatan ostomi
1. Informasikan pada pasien atau
d. Klien mampu melakukan prosedur
orang terdekat mengenai kapan
untuk mengganti kantung ostomi
dan dimana tindakan akan
e. Klien dapat jadwal untuk
dilakukan
mengganti kantung ostomi
2. Informasikan pada pasien dan
f. Klien mampu mengetahui cara
orang terdekat mengenai lama
mengukur stoma
tindakan akan berlangsung
g. Klien mampu melakukan
3. Informasikan pada pasien dan
prosedur mengosongkan kantung
orang terdekat mengenai siapa
kolostomi
yang akan melakukan
h. Klien dapat memodifikasi
tindakan
aktivitas harian
4. Kaji pengalaman pasien sebelumnya
i. Klien mampu melakukan perawatan
dan tingkat pengetahuan pasien
44

kulit yang diperlukan sekitar area terkait tindakan yang akan dilakukan
ostomi 5. Jelaskan tujuan tindakan yang
j. Klien dapat melakukan teknik irigasi dilakukan
6. Jelaskan prosedur/penanganan
7. Sediakan media edukasi audio visual
untuk memudahkan pembelajaran klien
(Rasyid et al., 2018; Salmawati et al.,
2019)
8. Ajarkan pasien jika pasien
harus berpsrtisipasi dalam
kegiatan tersebut
9. Beritahu psien pentingnya
pengukuran TTV tertentu selama
tindakan
10. Jelaskan pengkajian atau aktivitas
paska tindakan berserta
rasionalnya
11. Berikan kesempatan bagi pasien
untuk bertanya ataupun
mendiskusikan perasaannya
12. Libatkan keluarga atau orang
terdekat jika memungkinkan
45

5. Intolerasni aktivitas Setelah dilakukan perawatan selama 4 x 24 Terapi latihan ambulasi


berhubungan dengan nyeri, jam, intolerasni aktivitas dapat diatasi 1. Ajarkan dan instruksikan kepada
anemia, anseietas klien mengenai pemindahan dan
dengan kriteria hasil:
DS :
Ambulasi teknik ambulasi yang aman
 Pasien mengeluh sulit 1. Pasien mampu 2. Ajarkan klien mengenai cara jatuh
untuk melakukan aktivitas, menggerakkan sendi tanpa nyeri yang tepat (Dewi & Noprianty, 2018)
semua dilakukan di tempat
2. Pasien mampu naik turun tangga 3. Jelaskan kepada
tidur
3. Pasien mampu berpindah tempat pasien/keluarga mengenai
 Keluarga pasien
mengatakan pasien takut 4. Pasien mampu melaporkan kapan nyeri manfaat dan tujuan melakukan terapi
bergerak karena merasa terjadi pergerakan
nyeri di luka operasi 4. Bantu pasien untuk
kolostominya dan takut mendapatkan posisi tubuh yang
luka operasinya berdarah optimal untuk pergerakan sendi
DO : 5. Lakukan latihan ROM kepada
 Pasien tampak pasien(Pratiwi, 2015; Prawesti &
kesulitan membolak- Palupi, 2015)
balikkan badannya 6. Bantu pasien melakukan pergerakan
 Terpasang kolostomi bag sendi yang teratur sesuai kadar nyeri
pada bagian colon descenden
dan pergerakan
 Pasien menggunakan
popok karena tidak
mampu ke kamar mandi
Skor bartel index : 11
(ketergantungan sedang)
46

BAB VI

EVIDANCE BASE PRACTICE

A. Implementasi Edukasi secara visual terkait perawatan luka di rumah

mengurangi ansietas

Jumlah pasien dengan Colostomy akibat kanker kolon maupun rectal

menglami peningkatan yang cukup signifikan dimana klien dengan kolostomi

memeiliki beberapa permasalahan baik fisik, psikososial dan ekonomi (Rangki et al.,

2014). Salah satu masalah psikososial yang muncul adalah ansietas. Penelitian yang

dilakukan oleh Sinaga, (2019) menunjukkan dari 43 orang pasien 67,4 % klien yang

terpasang stoma mengalami ansietas dan 42.6% mengalami depresi.. Beberapa faktor

yang diindikasikan sebagai penyebab ansietas adalah tipe ostomy (pernamen atau

sementara), lokasi ostomy, penyakit yang mendasari, tindakan stoma serta perubahan

gaya hidup (Anaraki, et al. 2012 dalam Rangki, 2018).

Penelitian yang dilakukan Salmawati et al., (2019) menunjukkan bahwa

pemberian edukasi secara visual sedini mungkin mampu meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan klien tentang cara merawat stoma sebelum operasi dan dilanjutkan

pada pasca operasi selama pasien masih dirawat dirumah sakit sehingga saat pulang

kerumah mereka sudah dapat merawat stoma mereka sendiri ataupun mengenali tanda

gejala infeksi pada stoma serta tidakan apa yang harus dilakukan bila muncul infeksi,

memasang kantung stoma dengan benar, mengetahui tentang efek makanan yang

dikomsumsi dan produk luaran dari stoma dan mereka harus mampu mengidentifikasi
47

dan mampu merawat komplikasi stoma dan peristomal. Edukasi melalui video

merupakan salah satu metode edukasi yang efektif, dapat dilakukan kapan saja dan

dimana saja, menyenangkan dan memotivasi, menstimulasi serta memiliki dampak

langsung yang positif terhadap pengetahuan dan ketempilan (Kay, 2012 dalam

Salmawati et al., 2019). Efektivitas Video digital Storytelling dirujuk pada penelitian

Zainuddin (2019) mengatakan bahwa responden lebih termotivasi melakukan

penyesuaian terhadap stoma dan mulai membangun self efficacy ostomate setelah

menonton video digital storytelling video berisi pengalaman ostomate survive dengan

stoma permanen. Kemampuan klien bertahan hidup dengan stoma membutuhkan

kerjasama semua pihak yang terkait dengan perawatan dimana salah satu aspeknya

adalah kemampuan klien menerima kondisinya (Kingley, 2004 dalam la Rangki,

20118). Oleh karena itu diharapkan pengetahuan maupun ketrampilan perawat dalam

memberikan edukasi dan demonstrasi sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan

kualitas hidup klien.

B. Implementasi pemilihan stoma bag dan stoma powder dalam mencegah

komplikasi pada stoma

Iritasi kulit adalah masalah yang paling banyak ditemukan pada klien dengan

stoma. Komplikasi yang paling umum ditemukan adalah kerusakan kulit sekitar

stoma yang berhubungan dengan kelembaban yakni iritasidima kondisi kulit

menunjukkan peradangan, sakit/nyeri, gatal, dan merah dimana salah satu

penyebabnya adalah penggantian kantung stoma yang tidak tepat dapat membuat

kerusakan kulit disekitar stoma dan nyeri (Salmawati et al., 2019). Pada pasien yang
48

dilakukan operasi laparatomi (ada jahitan di sisi stomanya), maka pada saat

melakukan perawatan stoma dan kulit sekitarnya, yang pertama kali harus

dibersihkan adalah luka jahitannya, agar tidak terkontaminasi dengan feses. Prinsip

pada perawatan stoma, hari ke 0 sampai dengan hari ke 7 tetap dijaga sterilitas

peralatannya; dan setelah me- lewati hari ke 7 prinsipnya adalah bersih. Jahitan di

sekitar stoma, dan luka diangkat mulai hari ke 7 (tujuh) (Setyorini, 2007). Ada

kalanya pada pasien dengan status gizi yang buruk, atau pada pasien geriatrik sering

terjadi kondisi stomanya mengalami prolaps atau terjadinya lesi akibat penggunaan

jenis stoma bag yang belum tepat (Setyorini, 2007). Hal ini makin menekankan

pentingnya pemilihan stoma bag yang tepat dan efisien pada klien dnegan stoma.

Pada penelitian Recala et al, (2013) yang mengevaluasi terkait perawatan dan

manajemen ostomy menunjukkan pentingnya flesibilitas stoma bag, daya rekat,

presisi, waktu dan jenis stoma bag yang mana pada jenis stoma bag yang digunakan

dalam jangka waktu lama menunjukkan bahwa klien mengalami peningkatan

kenyamanan dan mampu melakukan mobilisasi.

Pemilihan stoma bag berbahan hidrokoloid membantu penyerapan cairan/

rembesan dari feses sehingga mengurangi terjadinya iritasi, Strip paste / pasta yang

berupa lempengan seperti penggaris kecil, dan small paste tube / pasta seperti pasta

gigi: bahan ini dapat dipergunakan untuk melapisi lubang yang terjadi akibat adanya

infeksi pada jahitan sekitar stoma, atau pasta ini dapat dimanfaatkan juga untuk

membantu lebih rekatnya base plate dengan kulit sekitar stoma serta powder: bahan

yang dapat dimanfaatkan untuk melapisi kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi /
49

ekskoriasi, dan penggunaannya cukup pada daerah yang teriritasi tersebut, serta

penggunaannya cukup tipis saja seperti menggunakan bedak (jika terlalu tebal, base

plate kurang menempel ) selain itu penggunaan barier ini juga bermanfaat

mengurangi pengeluaran akibat penggunaan kantong stoma yang mengiritasi ataupun

mengurangi dampak negative seperti lesi lecet akibat pelepasan rekatan stoma bag

(Berger et al., 2018; Congmei, 2021; van Rijswijk, 2006) .Walaupun begitu prinsip

terapeutik wajib dilakukan sebelum tindakan dilakukan , melakukan diskusi terkait

kebiasaan dan kenyamanan klien selama perawatan luka serta penggantian alternative

stoma bag perlu dilakukan sehingga selain pasien nyaman juga bermanfaat secara

ekonomi.
50

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada perawatan stoma ini ada kalanya menemukan berbagai masalah

yang timbul akibat dari produksi stomanya sendiri atau bahan dari base plate

yang membuat alergi terhadap kulit sekitar stoma; selain itu dapat juga terjadi

infeksi disekitar jahitan stoma, sehingga jahitan stoma terlepas diikuti

perdangan sekitar stoma . Pasien sangat mengharapkan ketrampilan setiap

tenaga kesehatan yang merawatnya, baik itu dokter, ataupun perawat ada

kalanya pada pasien dengan status gizi yang buruk dengan kondisi ekonomi

yang jauh dari ideal sehinnga kemampuan modifikasi, mengkaji, dan

mendalami kondisi setiap pasien karena kanker ini membutuhkan perawatan

yang cukup lama dimanan setiap pasien selalu berharap mempunyai luka post

opnya membaik ataupun stoma yang baik, dan letaknyapun tepat sesuai

dengan bentuk abdomen / perutnya. Oleh karena itu perlunya perawat lebih

mendalami perawatan luka baik skill maupun secara teori sehingga dapat

perawatan yang holistik

B. Saran
Implementasi keperawatan adalah merupakan salah satu komponen dari

proses keperawatan yang ditampilkan dengan perilaku keperawatan di mana

tindakan yang dilakukan diperlukan untuk mencapai tujuan, dan hasil yang

diperkirakan dari asuhan keperawatan yang akan dilakukan tersebut. Sehingga

dalam situasi yang tidak genting, implementasi dimulai setelah rencana


51

asuhan keperawatan disusun; sedangkan dalam suasana genting, biasanya

implementasi dilakukan sesaat setelah perawat melakukan pengkajian, serta

rencana asuhan keperawatannya dituliskan kemudian. Penerapan

implementasi keperawatan secara keseluruhan harus didasarkan pada protokol

atau standar operasional prosedur. Sehingga Implementasi yang diterapkan

selama proses keperawatan berlangsung selain tugas mandiri dari perawat

sendiri, juga termasuk pelaksanaan intervensi medis.

Ketika perawat sedang mengimplementasikan rencana keperawatann

yang telah dibuat, maka perawat secara terus - menerus diharapkan melakukan

penilaian kembali segala sesuatu yang berkaitan dengan klien; jika perlu

memodifikasi rencana asuhan yang telah dibuat disesuaikan dengan kondisi,

dan situasi setempat, serta menuliskan hasil implementasi yang telah dicapai.
52

DAFTAR PUSTAKA

Abe, T., Nishimura, J., Yasui, M., Matsuda, C., Haraguchi, N., Nakai, N., Wada, H.,
Takahashi, H., Omori, T., Miyata, H., & Ohue, M. (2021). Risk Factors for
Outlet Obstruction in Patients with Diverting Ileostomy Following Rectal
Surgery. Journal of the Anus, Rectum and Colon, 5(3), 254–260.
https://doi.org/10.23922/jarc.2021-007
Awaludin, & Mudayana, A. A. (2017). Penerapan Manajemen CSSD ( Central Sterile
Supply Department )/ Unit Sterilisasi Sentral Di RSU PKU Muhammadiyah
Bantul Yogyakarta. Berita Kedokteran Masyarakat, 02(02), 2016.
Chindo, N. A. (2015). Benefits of Aloe Vera Subtanceas Anti-Inflamatory of
Stomatitis. Indian Journal of Dermatology, 4(3), 84.
Fitria, N., & Shaluhiyah, Z. (2017). Analisis Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik
Perawat di Ruang Rawat Inap RS Pemerintah dan RS Swasta. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia, 12(2), 191. https://doi.org/10.14710/jpki.12.2.191-208
Lukisari, C., Setyaningtyas, D., & Djamhari, M. (2010). Penatalaksanaan kandidiasis
oral disebabkan Candida tropicalis pada anak dengan gangguan sistemik.
Journal of Dentomaxillofacial Science, 9(2), 78.
https://doi.org/10.15562/jdmfs.v9i2.236
O’Keefe-McCarthy, S., McGillion, M., Clarke, S. P., & McFetridge-Durdle, J.
(2015). Pain and anxiety in rural acute coronary syndrome patients awaiting
diagnostic cardiac catheterization. Journal of Cardiovascular Nursing, 30(6),
546–557. https://doi.org/10.1097/JCN.0000000000000203
Panjaitan, E. H. E. (2021). Pengaruh Tindakan Perawatan Luka Terhadap Proses
Penyembuhan Luka Ulkus Diabetikum Pada Pasien Dm Di Puskesmas Kota
Rantauprapat. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan, 11(1), 105–114.
https://doi.org/10.52643/jbik.v11i1.1210
Pitri, A. D., Ismail, S., & Erawati, M. (2019). Eksplorasi Peran Perawat Dan Ahli
Gizi Dalam Pemberian Nutrisi Pada Pasien Kritis. Jurnal Perawat Indonesia,
3(2), 109. https://doi.org/10.32584/jpi.v3i2.316
Rangki, L., Ibrahim, K., & Nuraeni, A. (2014). Pengalaman Hidup Pasien Stoma
Pascakolostomi The Life Experiences of Patients with Post Colostomy. Jurnal
Keperawatan Padjadjaran, 2(2), 74–85.
Rasyid, N., Yusuf, S., & Tahir, T. (2018). Study Literatur : Pengkajian Luka Kaki
Diabetes. Jurnal Luka Indonesia, 4(2), 123–137.
Salmawati, S., Yusuf, S., & Tahir, T. (2019). Studi Literatur Manfaat Edukasi
Berbasis Video Dalam Peningkatan Pengetahuan Perawatan Stoma. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 165–170. http://journal.um-
53

surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2292
Setyorini, D. (2007). Pemilihan kantong stoma yang tepat bagi ostomate.
Staats, P. S., & Li, S. (2017). Evaluation and management of chronic pain.
Rehabilitative Surgery: A Comprehensive Text for an Emerging Field, 37(3),
35–48. https://doi.org/10.1007/978-3-319-41406-5_5
Suanda Saputra, Agung Waluyo, G. W. (2020). Edukasi Seksual Dengan Media
Visual Terhadap Peningkatkan Pemahaman Cara Pemenuhan Kebutuhan
Seksual Pada Ostomate. Indonesian Journal of Nursing Science and Practice
Universitas, 3(1), 1–6.
Price, A. Sylvia and Wilson 2012, Patofisiologi-Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit- Volume 2. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Smeltzer & Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Edisi 8
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sloane, Ethel. 2014. Anatomi dan Fisiologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sjamsuhidayat. R, Karnadiharja Warko, Prasetyono Theddeus, & Rudiman
Reno.
2013. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Wijaya, Safetri Andra & Putri Mariza Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai