DISUSUN OLEH:
ADE LINDA D.C
P1337420920006
Disahkan Oleh
Pembimbing Klinik
Latar belakang : komplikasi dari Diabetes Mellitus (DM) adalah adanya ulserasi
yang mengenai tungka bawah dengan atau tanpa infeksi yang disebut sebagai kaki
diabetes dengan manifestasi berupa dermopati, selulitis ulkus, gangrene dan
osteomyelitis
Tujuan : mengindentifikasi respon asuhan keperawatan diabetes mellitus post
debridement
Hasil : setelah dilakukan operasi post debridement, luka Ny. S dirawat dengan
prinsip steril dengan diberikan cairan Nacl dan Madu untuk menutupi lukanya
Simpulan : pengaplikasian asuhan keperawatan secara maksimal dapat mengatasi
keluhan yang dirasakan oleh pasien
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes. Faktor
yang memepengaruhi terjadinya ukus pada kaki diabetes antara lain faktor
neuropati, biomekanika kaki yang abnormal, penyakit arteri perifer, dan
penyembuhan luka yang buruk. Neuropati sensori perifer berperan dalam
timbulnya cedera pada kaki. Komplikasi ini menyebabkan gangguan pada
mekanisme proteksi kaki yang normal, sehingga pasien dapat mengalami
cedera pada kaki tanpa disadari (Chris tanto, 2014). Rusaknya kulit akibat
perlukaan menyebabkan hilangnya pelindung fisik jaringan terhadap invasi
kuman, sehingga kaki rentan infeksi. Pada penderita diabetes, infeksi pada
kaki diabetik relatif sulit diatasi karena rusaknya pembuluh darah menuju
lokasi luka. Akibatnya antibiotik, oksigen, zat makanan, perangkat kekebalan
tubuh(sel darah putih, dll) sulit mencapai lokasi tersebut. Keadaan ini akan
menghambat proses penyembuhan, jika luka sudah kronis dan sulit
disembuhkan atau membahayakan jiwa penderitanya, amputasi menjadi jalan
keluar. Untuk mencegah timbulnya kaki diabetik, penderita diabetes
hendaknya memperhatikan dua hal, yaitu mengontrol gula darah agar tetap
stabil pada rentang nilai normal (GDS < 200 mg/dl) dan melakukan perawatan
kaki secara teratur (S. Eko Ch. Purnomo, 2014).
Salah satu diagnosis keperawatan yang muncul pada ulkus diabetik adalah
kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi, faktor
ketidakseimbangan nutrisi, Neuropati perifer (T.Heather Herdman, 2016). Jika
masalah keperawatan yang muncul adalah kerusakan integritas jaringan maka
perlu dilakukannya intervensi yang sesuai dengan masalah keperawatan
kerusakan integritas jaringan. Perawatan daerah (area) sayatan yaitu
membersihkan, memantau, dan meningkatkan proses penyembuhan luka yang
ditutup dengan jahitan. Perlindungan Infeksi yaitu monitor kerentana terhadap
infeksi, batasi jumlah pengunjung, periksa kondisi setiap sayatan bedah atau
luka, anjurkan istirahat, instruksikan pasien minum antibiotik yang
diresepkan, lapor dugaan infeksi kepada personil pengendali infeksi.
Perawatan Luka yaitu ukur luas luka, yang sesuai, berikan rawatan insisi pada
luka yang diperlukan, berikan perawatan luka yang sesuai, berikan balutan
yang sesuai dengan jenis luka, pertahankan tehnik balutan steril ketika
melakukan peawatan luka dengan tepat, ganti balutan sesuai dengan jumlah
eksudat, Periksa luka setiap kali perubahan balutan. Pemberian Obat yaitu
hindari intrupsi ketika menyiapkan, memverifikasi dan berikan obat, ikuti
prosedur lima benar dalam pemberian obat, catat alergi yang dialami, pasien
sebelum pemberian obat dan tahan obat-obatan jika diperlukan, siapkan obat-
obatan dengan menggunakan peralatan dan teknik yang sesuai selama
pemberian terapi obat-obatan, dokumentasikan pemberian obat dan respon
pasien. Monitor tanda-tanda vital yaitu monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
status pernafasan dengan tepat, monitor warna kulit, suhu, dan kelembapan,
identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital, periksa
secara berkala keakuratan instrumen yang digunakan untuk perolehan data
pasien (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2013).
Salah satu cara untuk penanganan luka adalah dengan perawatan luka
dengan metode modern dressing menggunakan madu. Dengan kandungan
madu yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan di dukung
menggunakan metode modern dressing diharapkan dengan kolaborasi kedua
bahan tersebut proses penyembuhan luka diabetik bisa lebih cepat dan optimal
(Siswantoro, 2015).
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Biodata Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 58 Tahun
Alamat : Wedi, Klaten
Pendidikan : SMA
Pekerjaan: : Ibu rumah tangga
Tanggal masuk : 22 Maret 2021
Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
Nomor registrasi : 106xxxx
b. Biodata Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 62 thn
Alamat : Wedi, Klaten
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Hubungan dengan klien : Suami
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri di telapak kaki kanan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan telapak kaki kanan terdapat luka kecil karena
terkena padi seminggu yang lalu. Klien tidak melakukan perawatan
karena sebelumnya pernah kemasukan kayu namun lukanya sembuh.
Tiga hari kemudian telapak kaki membengkak dan merasakan nyeri
dan kesemutan. Kemudian klien memeriksakan diri ke IGD RSUP
dr. Seoradji Tirtonegoro dan dirawat di ruang Melati 3. Klien
mendapatkan operasi debridement pada 25 Maret 2021. Saat
dilakukan pengkajian klien terpasang Nacl 10 tpm di tangan kanan,
TD: 130/60 mmHg ; Nadi : 86x/menit RR : 18x/menit ; Suhu : 36 0 C
, Nilai E4 V5 M6. Klien mengatakan nyeri, P: luka post operasi, Q:
seperti ditusuk-tusuk, R: kaki kanan bawah, S: skala 4, T : hilang
timbul, respon obyektifnya adalah ekpresi pasien tampak meringis.
Klien mengatakan pusing dan mual namun tidak muntah.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan kurang lebih sudah 3 tahun menderita diabetes
mellitus, tidak mengetahui penyakitnya dan memiliki riwayat tidak
rajin mengkonsumsi obat namun mengkonsumsi obat herbal
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan tidak memiliki anggota keluarga yang
menderita DM.
e. Genogram
Keterangan :
: laki-laki meninggal : menikah
: tinggal serumah
: perempuan meninggal : pasien
: Laki-laki :keturunan
: perempuan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : lemas
Tingkat kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6
Skor : 15
SP02 : 99%
TTV:
b. Kepala:
1) Rambut: bersih dan tidak berminyak
2) Mata :
Mata kanan: Reflek pupil simetris, konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikteric, mampu mengikuti pergerakan benda.
Mata kiri : Reflek pupil simetris, konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikterik, mampu mengikuti pergerakan benda.
c. Hidung: tidak ada polip, tidak ada secret di hidung, tidak ada napas
cuping hidung
d. Telinga: kedua telinga simetris, tidak ada lesi, tidak ada serumen,
dan tampak bersih
e. Mulut: bibir tidak pucat, lidah tidak kotor, tidak terdapat stomatitis,
meringis menahan nyeri
f. Leher: tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tiroid, tidak
peningkatan JVP, tidak ada jejas dan perlukaan
g. Sistem Integumen: adanya luka di telapak kaki kanan, tidak
terdapat rambut di sekitar jari kaki kanan dan kaki, kuku
kekuningan
h. Dada :
1) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 sisi kiri agak
medial dari linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Tidak terdapat bunyi jantung tambahan, Suara
jantung I,II normal
2) Paru-paru
I : expansi dada simetris
P : pergerakan dinding dada sama, tactil fremitus teraba
P : sonor, vesikuler, ronchi basah kasar
3) Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka/ bekas luka.
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar, dan tidak ada nyeri
tekan
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
i. Genetalia : klien tidak terpasang kateter, tidak ada lesi
j. Ekstermitas :
- Telapak kaki kanan post debridemen, pembatasan gerak, luka
ulkus grade 2 luka terlihat kemerahan, jaringan dermis dibuang
saat pembedahan, ulkus grade 2, lebar luka ±4cm
- Kekuatan otot :normal
5 5
5 5
4. Pengkajian Pola Fungsional
a. Pola Manajemen dan Persepsi Kesehatan
Keluarga mengatakan klien jika sakit cenderung memeriksannya ke
pelayanan kesehatan terdekat
b. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pengkajian Nutrisi:
Antropometri
BB : 60 kg TB : 155 cm
BB ( kg )
IMT =
T B2(m)
60
=
2,40
= 25 (Status Gizi : Berat badan normal)
Biochemical
Hb : 11,50 gr/dL (L) Ht : 32,2 %
Albumin
Protein total
Clinical Sign
Rambut berwarna hitam dan sedikit berwarna putih, tidak rontok,
turgor kulit kembali kurang dari 2 detik, warna konjungtiva
kemerahan
Diit
Pada saat sakit klien menghabiskan porsi makanan yang sudah
disediakan rumah sakit nasi sayur dan lauk pauk. Sehari makan 3
kali. Klien minum 4-5 gelas/hari. Klien minum air putih dan susu.
Tidak memiliki alergi makanan. Klien mengatakan mual namun
tidak muntah.
Sebelum sakit klien makan 3 kali sehari dengan nasi sayur dan
lauk. Minum air putih. Tidak menyukai daging, ikan, makanan
laut. Tidak memiliki alergi makanan
c. Pola Eliminasi
BAB
BAK
6. Program Terapi
- Infus : Nacl 10/ tpm
- Ceftazidin 1 gr/8 jam
- Metronidazol 500 mg/8 jam
- Ranitidine 1 amp/12
- Novorapid 10 iu/8 jam
7. Analisa Data
No Tanggal Data Fokus Etiologi Masalah
1 25 Maret DS : Kurang terpapar informasi Gangguan
2021 -Klien upaya integritas
mengatakan mempertahankan/melindun kulit/jaringan
telapak kaki gi integritas jaringan
kanan terdapat
luka kecil karena
terkena padi
seminggu yang
lalu. Klien tidak
melakukan
perawatan
karena
sebelumnya
pernah
kemasukan kayu
namun lukanya
sembuh. Tiga
hari kemudian
telapak kaki
membengkak
dan merasakan
nyeri dan
kesemutan.
Luka sekarang
post op
debridement
DO :
- luka terlihat
kemerahan,
jaringan dermis
dibuang saat
pembedahan,
ulkus grade 2,
lebar luka ±4cm
2 25 DS : Agen pencedera fisik Nyeri
Mare Klien akut
t mengatakan
2021 nyeri di telapak
kaki kanan
setelah operasi
P: luka post
operasi, Q:
seperti ditusuk-
tusuk, R: kaki
kanan bawah, S:
skala 4, T :
hilang timbul
DO :
-Pasien tampak
meringis
- Telapak kaki
kanan post
debridement.
3. 25 Maret DS: Gangguan neuromuskuler Defisit
2021 -klien perawatan
mengatakan diri
Kesulitan untuk
mandi
DO:
- Klien post
debridement
telapak kaki
kanan
- Skor barthel
index 80
(ketergantun
gan ringan)
4 25 Maret DS Kurang terpapar Resiko
Ketidakstabila
2021 . -Klien informasi tentang n Kadar
mengeluh manajemen diabetes Glukosa Darah
pusing
-klien
mengatakan
mual
DO
- GDS 215
mg/dl
- APTT 52.3
detik
- adanya
penggunaan
insulin
-klien tampak
lemas
A. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan kurang
terpapar informasi upaya mempertahankan/melindungi integritas
jaringan (D.0129)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077).
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
(D.0108)
4. Resiko ketidastabilan kadar glukosa darah dengan faktor resiko
kurang terpapar informasi tentang manajemen diabetes (D.0038)
B. Rencana Keperawatan
Data subjektif
Data objektif
Klien mengatakan telapak kaki kanan terdapat luka kecil karena terkena
padi seminggu yang lalu. Tiga hari kemudian telapak kaki membengkak dan
merasakan nyeri dan kesemutan. Kemudian klien memeriksakan diri ke IGD
RSUP dr. Seoradji Tirtonegoro dan dirawat di ruang Melati 3. Klien
mendapatkan operasi debridement pada 25 Maret 2021. Saat dilakukan
pengkajian klien terpasang Nacl 10 tpm di tangan kanan, TD: 130/60 mmHg ;
Nadi : 86x/menit RR : 18x/menit ; Suhu : 36 0 C , Nilai E4 V5 M6. Klien
mengatakan nyeri, P: luka post operasi, Q: seperti ditusuk-tusuk, R: kaki
kanan bawah, S: skala 4, T : hilang timbul, respon obyektifnya adalah ekpresi
pasien tampak meringis. Klien mengatakan pusing dan mual namun tidak
muntah.
B. Analisa Intervensi Keperawatan
Aritmia adalah keadaan yang memerlukan penanganan segera karena
dapat menyebabkan gangguan perfusi jantung yang pada akhirnya akan
mengganggu perfusi sistemik. Prinsip umum tatalaksana aritmia adalah
penanganan terhadap keadaan umum pasien, penanganan terhadap segala hal
yang dapat memperburuk aritmia, penanganan terhadap penyebab aritmia,
evaluasi hemodinamik secara ketat pada pemberian obat antiaritmia, karena
sebagian besar obat antiaritmia akan menyebabkan penurunan kontraksi
miokardium.
Mobilisasi yang dilakukan setiap 2-3 jam sekali dapat menurunkan
risiko luka tekan (Setyawati, 2015) sehingga dilakukan massase dan alih
baring. Perawatan luka dilakukan untuk merawat luka serta dengan
pemberian antiseptik dapat menjaga kontaminasi luka terhadap infeksi
(Mubarak, Chayatin, Susanto, 2015). Faktor yang mendukung tindakan
perawatan luka adalah adanya peralatan steril seperti kassa, gunting, pinset,
serta spuit, kapas alkohol. Perawatan luka yang dilakukan menggunakan
antibiotik metronidazol dan NaCl. Metronidazol adalah senyawa
nitroimidazol yang mempunyai kandungan anti protozoa dan anti bakterial.
Metronidazol juga akan mengurangi perkembangan bakteri pengganggu
proses penyembuhan luka. Sedangkan NaCl berfungsi untuk regulasi tekan
osmosis dan pembentukan potensial listrik yang diperlukan dalam kontraksi
otot serta penyampaian impuls saraf (Supriyatin, Saryono, & Latifah,
2007). Setelah dilakukan perawatan luka selama tiga hari, terbukti bahwa
penggunaan NaCl dan metronidazole secara baik dan benar akan
mempercepat penyembuhan ulkus diebetikum dengan hasil pus berkurang,
bau berkurang, jaringan memerah dan proses penyembuhan mulai membaik
(Kustianingsih, 2016). Pemberian madu pada kasa saat menutup luka
diharapkan dapat mempercepat penyembuhan. Kandungan madu yang dapat
mempercepat proses penyembuhan luka dan di dukung menggunakan metode
modern dressing, dengan kolaborasi kedua bahan tersebut proses
penyembuhan luka diabetik bisa lebih cepat dan optimal (Siswantoro, 2015).
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Diabetes Mellitus dapat menyebabkan komplikasi ulkus diabetikum.
Perawatan luka penting dalam mengurangi resiko amputasi pasien. Beberapa
perawatan luka yang ada, salah satunya yaitu menggunakan madu. Madu
bersifat sebagai antimikrobial, anti inflamasi, autolitik dan penyembuhan
luka. Sehingga diharapkan penggunaan madu dapat mempercepat dalam
proses penyembuhan ulkus diabetikum.
B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan pembelajaran klinik keperawatan medikal bedah
berdasarkan evidence based nursing pada kasus diabetes mellitus post
debridement.
2. Bagi perawat klinis
Perlu adanya kajian lebih lanjut terkait pemberian madu pada perawatan
luka diabetes mellitus
DAFTAR PUSTAKA