Daftar Pustaka
1. David G. Burn Resuscitation. Journal of Burn Care & Research. 2007: 4.
2. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn
DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz’s Principal Surgery. 8th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies; 2007.
3. James M, Mahambrey T, Andrews F, Jeanrenaud P, Yao S, Wilkinson D. Adult Acute
Burn Fluid Resuscitation Guidelines. NHS: 2011. 1-4.
4. Mehmet H, Ebru SA, Hamdi K. Fluid Management in Major Burn Injuries. Indian J
Plast Surg. 2010: 29-36.
5. Moenadjat Y. Luka Bakar Dalam Pengetahuan Klinis Praktis. Edisi ke-2. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005.
Hasil Pembelajaran
- Defenisi Luka Bakar
- Diagnosa Luka Bakar
- Tatalaksana Luka Bakar
RANGKUMAN
1. Subjektif
Pasien datang diantar keluarganya dengan keluhan luka bakar yang dialami pasien sejak
30 menit SMRS. Keluhan ini timbul setelah pasien secara tidak sengaja terkena api dari gas
yang meledak saat pasien sedang memasak untuk keluarganya. Luka bakar yang dialami
pasien dibeberapa bagian tubuhnya, yakni tangan dan kaki kanan pasien kemudian sedikit
bagian kaki kiri dan wajah pasien juga sedikit terkena panasnya api. Pasien mengeluhkan
nyeri, perih dan panas pada bagian luka bakar tersebut. Sesak tidak dikeluhkan pasien.
BAK masih dalam batas normal.
2. Objektif
Status Present
- Kondisi Umum: Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran: Compos Mentis
- Tekanan Darah; 130/80 mmHg
- Heart Rate: 98 x/menit, regular
- Pernapasan: 20 x/menit
- Suhu: 36,7 0C, suhu axial
- SpO2: 97-98% tanpa O2 nasal canul
Status General
- Kepala: Deformitas (-)
- Mata: Conj palpebral inferior pucat (-/-), kelopak udem (-/-)
- Telinga: Sekret (-), perdarahan (-), tanda peradangan (-)
- Hidung: Napas cuping hidung (-), sekret (-), perdarahan (-)
- Mulut: Bibir sianosis (-)
- Leher: KGB tidak teraba
- Pulmo Anterior
Inspeksi: Simetris, retraksi intercostal (-)
Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris, stem fremitus (N/N)
Perkusi: Sonor/Sonor
Auskultasi: Ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
- Pulmo Posterior
Inspeksi: Simetris, retraksi intercostal (-)
Palpasi: Pergerakan dada simetris, stem fremitus (N/N)
Perkusi: Sonor/sonor
Auskultasi: Ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
- Jantung
Inspeksi: Ictus cordis terlihat di ICS V Midclavicula
Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS V LMCS 1 jari ke lateral
Perkusi batas batas jantung
Atas : ICS II
Kanan : 2 jari lateral Linea parasternal dextra
Kiri : Linea midclavicula sinistra 1 jari lateral
Auskultasi: BJ1 > BJ2, regular, murmur pansistolik (-)
- Abdomen
Inspeksi: Soepel, distensi (-)
Auskultasi: Peristaltik (+) kesan normal
Palpasi: NT (-), organomegali (-), ballotment (-)
Perkusi: Timpani (+)
- Ektremitas
Udem: Tidak ditemukan
Deformitas: Tidak ditemukan
Deskripsi Luka Bakar Pasien:
Luka Bakar
a. Definisi
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi. Luka bakar merupakan jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai dengan fase lanjut.
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misalnya akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga
dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar
dibagi:1,2,3
1. Paparan api
- Flame: akibat dari kontak langsung jaringan dengan api terbuka, sehingga
menyebabkan cedera langsung pada jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian
terlebih dahulu baru mengenai bagaian tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan
untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan
menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
- Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar
yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara
lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan
masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu
kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja ataupun
akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus
kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan
oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan
dari ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan
cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap
panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi
oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera
hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan juga oklusi
jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus pada jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.
b. Klasifikasi
Kedalaman luka bakar ditentukan tingginya suhu, lamanya pajanan suhu tinggi,
adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung menjilat tubuh,
baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman
adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain
mudah terbakar juga mudah meleleh oleh suhu yang tinggi, lalu menjadi lengket sehingga
memperberat kedalaman luka bakar. Kedalaman dari luka bakar dideskripsikan dalam
derajat luka bakar, yaitu luka bakar derajat I, II, atau III:
1. Derajat I; Pajanan hanya merusak jaringan pada epidermis sehingga masih menyisakan
banyak jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya
sembuh dalam 5-7 hari dan juga dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak
sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal.
Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.
3. Derajat III; Mengenai seluruh lapisan kulit mulai subkutis hingga mungkin organ
ataupun jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang
dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali
jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri
maupun bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan
sudah tidak intak.
Pada anak dan juga bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan
luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus
10-15-20 untuk anak.
Gambar 10. Berat dan Luas Luka Bakar Pada Anak dan Bayi
- Metode Lund dan Browder; metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya
porsi massa tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya
luas permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas
permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan
usia:
o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso
dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai
dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.
Gambar 11. Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the
percentage of body surface area affected by burns in children.
e. Tatalaksana
Sebagai bagian perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian cairan
intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama
pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan
resusitasi karena adanya akumulasi dari cairan edema tidak hanya pada jaringan yang
terbakar, tetapi juga pada seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas
cairan ini adalah oleh karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan
disfungsi sel, kebocoran kapiler. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga
dan juga mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan
terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka bakar dan akumulasi maksimum edema
adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip pemberian cairan pertama kali ialah
pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel
tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah
terkena luka bakar. Target output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.1,5
Formula terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland:
24 am pertama Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/% luka bakar
1. Contohnya; pada pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar yakni 25 %
2. Membutuhkan cairan: (25) x (80 kg) x (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam pertama
½ jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam
½ jumlah cairan sisanya 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya
Cara lain adalah cara Evans:
1. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam
2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam (no 1 dan 2
pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti plasma yang
keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi
perembesan keluar dan juga menarik kembali cairan yang telah keluar)
3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat penguapan)
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari
pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Cara lain yang banyak dipakai dan sederhana adalah Baxter yaitu : % x BB x 4
cc, Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam
16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena
terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh: pada
seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan kulit akan
diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari
kedua.1,3
Kebutuhan kalori dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah 25
kcal/kgBB/hari ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari.
Petunjuk dari perubahan cairan:1
1. Pemantauan urin output tiap jam
2. Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral
3. Kecukupan sirkulasi perifer
4. Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi
5. Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glu
4. Planning
Diagnosis :
- Luka Bakar Grade IIB, 14% Luas Luka Bakar
Pengobatan :
Airway : O2 2-4 tpm via Nasal Kanul
Breathing : Spontan
Circulation : Ringer Laktat 1960 ml pada 8 jam pertama (4.6 tts/menit)
Dilanjutkan dengan 1960 ml di 16 jam berikutnya (2.04 tetes per
menit). Pasang kateter.
Drug : Inj. Fosmicin 1 gr/12 Jam, Inj. Omeprazole 1 Vial/12 Jam Drip
Parasetamol 1fl/ 8 Jam, Rencana Debridement
Monitoring ; Urin (0,5-1 cc/kgBB/jam) = 35-70 cc/ jam.
Pendidikan :
Dilakukan pada pasien dan keluarga untuk membantu mengobati dan mencegah
dari penyakit pasien semaksimal mungkin dan juga menghindari keluhan yang sama
kambuh kembali. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit
pasien dan kemungkinan perkembangan penyakit serta pentingnya kerjasama dari
keluarga dalam pelaksanaan tindakan medis dan pengobatan. Disarankan untuk kontrol
rutin tiap bulan.
Mengetahui,
Pendamping