Anda di halaman 1dari 16

Topik: Bedah-Luka Bakar

Tanggal (kasus): 10 Juni 2021 Presenter: dr. Agnia Rahmi


Tanggal (Presentasi): 10 Juni 2021 Pendamping: dr. Leni Afriani M.KT
Tempat presentasi: Ruang Auditorium RSUD Kota Langsa
Obyektif Presentasi
 Keilmuan Keterampilan Penyelenggaraan Tujuan pustaka
 Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Perempuan 37 tahun dibawa ke IGD RSUD Langsa dengan keluhan luka bakar.
Tujuan: Menegakkan diagnosis dan pengobatan awal yang tepat bagi pasien dengan keluhan
luka bakar serta memberikan edukasi lanjutan pada pasien.
Bahan Bahasan Tinjauan pustaka Riset  Kasus Audit
Cara Diskusi  Presentasi dan Email pos
Membahas diskusi
Data Pasien: Nama: Perempuan, Inisial Ny. No. RM : 0-69-32-35
RS usia 33 tahun, IRT, Gp
Blang
Nama Klinik: Telp: - Terdaftar sejak 10-06-2021
RSUD Langsa
Data utama untuk bahan diskusi
Diagnosis/Gambaran Klinis:
- Pasien datang dengan keluhan luka bakar yang dialami pasien sejak 30 menit
SMRS.
- Pasien mengeluhkan nyeri, perih dan panas pada bagian luka bakar tersebut.
- Sesak tidak dikeluhkan pasien. BAK masih dalam batas normal.
Riwayat Pengobatan:
- Setelah terkena luka bakar, pasien hanya dialiri air dengan menggunakan air yang
mengalir ke seluruh badan pasien yang terkena luka bakar.
Riwayat Penyakit Dahulu:
- Pasien belum pernah merasakan keluhan seperti ini sebelumnya dan penyakit
lainnya tidak dikeluhkan pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga:
- Tidak terdapat anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama dengan
pasien.
- Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit menular atau keturunan lainnya
Riwayat Kebiasaan Sosial:
- Pasien adalah seorang Ibu Rumah Tangga (IRT) yang sering masak dirumah.

Daftar Pustaka
1. David G. Burn Resuscitation. Journal of Burn Care & Research. 2007: 4.
2. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn
DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz’s Principal Surgery. 8th ed. USA: The
McGraw-Hill Companies; 2007.
3. James M, Mahambrey T, Andrews F, Jeanrenaud P, Yao S, Wilkinson D. Adult Acute
Burn Fluid Resuscitation Guidelines. NHS: 2011. 1-4.
4. Mehmet H, Ebru SA, Hamdi K. Fluid Management in Major Burn Injuries. Indian J
Plast Surg. 2010: 29-36.
5. Moenadjat Y. Luka Bakar Dalam Pengetahuan Klinis Praktis. Edisi ke-2. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005.
Hasil Pembelajaran
- Defenisi Luka Bakar
- Diagnosa Luka Bakar
- Tatalaksana Luka Bakar

RANGKUMAN

1. Subjektif
Pasien datang diantar keluarganya dengan keluhan luka bakar yang dialami pasien sejak
30 menit SMRS. Keluhan ini timbul setelah pasien secara tidak sengaja terkena api dari gas
yang meledak saat pasien sedang memasak untuk keluarganya. Luka bakar yang dialami
pasien dibeberapa bagian tubuhnya, yakni tangan dan kaki kanan pasien kemudian sedikit
bagian kaki kiri dan wajah pasien juga sedikit terkena panasnya api. Pasien mengeluhkan
nyeri, perih dan panas pada bagian luka bakar tersebut. Sesak tidak dikeluhkan pasien.
BAK masih dalam batas normal.

2. Objektif
Status Present
- Kondisi Umum: Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran: Compos Mentis
- Tekanan Darah; 130/80 mmHg
- Heart Rate: 98 x/menit, regular
- Pernapasan: 20 x/menit
- Suhu: 36,7 0C, suhu axial
- SpO2: 97-98% tanpa O2 nasal canul

Status General
- Kepala: Deformitas (-)
- Mata: Conj palpebral inferior pucat (-/-), kelopak udem (-/-)
- Telinga: Sekret (-), perdarahan (-), tanda peradangan (-)
- Hidung: Napas cuping hidung (-), sekret (-), perdarahan (-)
- Mulut: Bibir sianosis (-)
- Leher: KGB tidak teraba
- Pulmo Anterior
 Inspeksi: Simetris, retraksi intercostal (-)
 Palpasi: Pergerakan dinding dada simetris, stem fremitus (N/N)
 Perkusi: Sonor/Sonor
 Auskultasi: Ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
- Pulmo Posterior
 Inspeksi: Simetris, retraksi intercostal (-)
 Palpasi: Pergerakan dada simetris, stem fremitus (N/N)
 Perkusi: Sonor/sonor
 Auskultasi: Ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
- Jantung
 Inspeksi: Ictus cordis terlihat di ICS V Midclavicula
 Palpasi: Ictus cordis teraba di ICS V LMCS 1 jari ke lateral
 Perkusi batas batas jantung
Atas : ICS II
Kanan : 2 jari lateral Linea parasternal dextra
Kiri : Linea midclavicula sinistra 1 jari lateral
 Auskultasi: BJ1 > BJ2, regular, murmur pansistolik (-)
- Abdomen
 Inspeksi: Soepel, distensi (-)
 Auskultasi: Peristaltik (+) kesan normal
 Palpasi: NT (-), organomegali (-), ballotment (-)
 Perkusi: Timpani (+)
- Ektremitas
 Udem: Tidak ditemukan
 Deformitas: Tidak ditemukan
Deskripsi Luka Bakar Pasien:

Gambar 1. Luka Bakar Derajat I sebanyak 1% Luas Luka Bakar


Gambar 2. Luka Bakar Derajat IIb, 5% Luas Luka Bakar

Gambar 3. Luka Bakar Derajat IIb, 6% Luas Luka Bakar


Gambar 4. Luka Bakar Derajat IIB, Luas Luka Bakar 2%

Laboratorium darah rutin


Hemoglobin : 14.0 g/dL
Hematokrit : 36.6 %
Eritrosit : 4.92 x 106/mm3
Leukosit : 10.4 x 103/mm3
Trombosit : 261 x 103/mm3
GDS : 220 mg/dl
Ureum : 15 mg/dl
Creatinin : 0.8 mg/dl
SGOT : 29 u/l
SGPT : 22 u/l
Natrium : 140/36 mmol/L
Kalium : 3.21 mmol/L
Chlorida : 99.43 mmol/L
Kalsium : 2.06 mmol/L

3. Assasment (Penalaran klinis)


Berdasarkan hasil anamnesis pada pasien, pasien dikonsulkan pada bagian bedah
dengan keluhan terdapat luka bakar di bagian tubuh pasien. Luka bakar disebabkan oleh
perpindahan energi dari sumber panas menuju tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan
melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan
dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan laman kulit kontak
dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada bagian
epidermis, dermis, atau jaringan subkutan tergantung penyebabnya. Pada pasien ditemukan
luka bakar terutama dibagian tubuh sebalah kanan pasien. Pada wajah ditemukan 1% luas
luka bakar derajat I, di tangan kanan 5% luas luka bakar derajat IIB, kaki kanan 6% luas
luka bakar derajat IIB dan kaki kiri 2% luas luka bakar derajat IIB. Total keseluruhan dari
luas luka bakar pada pasien adalah 13% luas luka bakar derajat IIB dan 1% luas luka bakar
derajat I (superficial). Pasien dirawat ini di RS guna memperoleh perawatan. Rawat
inap pada pasien sudah sesuai dengan teori yang ada, dimana salah satu kriteria dari
perawatan pada pasien luka bakar adalah terdapat Partial-thickness burns (luka bakar
derajat II) dan full-thickness burns (luka bakar derajat III) yang melibatkan wajah,
tangan, kaki, alat kelamin, perineum atau sendi utama. Kriteria ini dianut oleh American
Burn Association yang digunakan untuk pasien yang harus diadministrasi dan dirawat
khusus di unit luka bakar,
Luka bakar derajat II melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis akan tetapi
masih terdapat epitel vital yang dapat menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan
tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut.
Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3
minggu. Gambaran dari luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat
dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri.
Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul edema
dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera berkembang menjadi full-
thickness burn atau luka bakar derajat III.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada didalam
ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Menigkatnya permeabilitas menyebabkan udem
dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan berlebihan, masuknya cairan ke bula
yang terbentuk di luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke keropeng luka bakar
derajat tiga. Apabila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi
tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik
dengan gejala khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah yang menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-
pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. Pada pasien luas luka bakar belum mencapai
20% artinya terdapat kompensasi dari tubuh untuk memenuhi kondisi yang terjadi tersebut.
Akan tetapi, pasien tetaplah harus diberikan perawatan khususnya resusitasi cairan pada
pasien.

Luka Bakar
a. Definisi
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi. Luka bakar merupakan jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai dengan fase lanjut.
Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak
langsung, misalnya akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga
dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar
dibagi:1,2,3
1. Paparan api
- Flame: akibat dari kontak langsung jaringan dengan api terbuka, sehingga
menyebabkan cedera langsung pada jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian
terlebih dahulu baru mengenai bagaian tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan
untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan
menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
- Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar
yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara
lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan
masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu
kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja ataupun
akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus
kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan
oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan
dari ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan
cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap
panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi
oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera
hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan juga oklusi
jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus pada jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik menyebabkan percikan api dan
membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7. Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

b. Klasifikasi
Kedalaman luka bakar ditentukan tingginya suhu, lamanya pajanan suhu tinggi,
adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung menjilat tubuh,
baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman
adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain
mudah terbakar juga mudah meleleh oleh suhu yang tinggi, lalu menjadi lengket sehingga
memperberat kedalaman luka bakar. Kedalaman dari luka bakar dideskripsikan dalam
derajat luka bakar, yaitu luka bakar derajat I, II, atau III:
1. Derajat I; Pajanan hanya merusak jaringan pada epidermis sehingga masih menyisakan
banyak jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya
sembuh dalam 5-7 hari dan juga dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak
sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal.
Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.

Gambar 5. Derajat I Luka Bakar


2. Derajat II; Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis akan tetapi
masih terdapat epitel vital yang dapat menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan
tersebut misalnya pada sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal
rambut. Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut, maka luka dapat sembuh
dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan
eksudat dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa
nyeri. Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat
timbul edema dan penurunan aliran darah pada jaringan, sehingga cedera berkembang
menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.
Gambar 6. Derajat II Luka Bakar

3. Derajat III; Mengenai seluruh lapisan kulit mulai subkutis hingga mungkin organ
ataupun jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang
dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali
jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri
maupun bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan
sudah tidak intak.

Gambar 7. Derajat III Luka Bakar

Gambar 8. Derajat Luka Bakar Berdasarkan Kedalaman

BERAT DAN LUAS LUKA BAKAR


Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan juga letak luka. Usia dan kesehatan
pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis luka. Adanya trauma inhalasi
juga akan mempengaruhi berat luka bakar. Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar
suhu di atas 46oC. Luasnya kerusakan akan ditentukan suhu permukaan dan lamanya
kontak. Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan
suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan
juga viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya
cairan tubuh dapat menyebabkan hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan yang
hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju
metabolik dan energi metabolisme.1,4,5
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya meningkat,
dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas dari luka bakar dinyatakan dalam
persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas
luka bakar, yaitu:1,4,5
- Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak
tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung
pada pasien dengan derajat luka II atau III.
- Rumus 9 ataupun rule of nine untuk orang dewasa Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’,
yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas
kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta
tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% daerah genitalia. Rumus ini
membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

Gambar 9. Berat dan Luas Luka Bakar Dewasa

Pada anak dan juga bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan
luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus
10-15-20 untuk anak.

Gambar 10. Berat dan Luas Luka Bakar Pada Anak dan Bayi

- Metode Lund dan Browder; metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya
porsi massa tubuh di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya
luas permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas
permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan
usia:
o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso
dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.
o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai
dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai nilai dewasa.
Gambar 11. Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the
percentage of body surface area affected by burns in children.

PEMBAGIAN LUKA BAKAR1,4,5


1. Luka bakar berat (major burn)
a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50
tahun
b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan di butir pertama
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
d. Adanya cedera jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka bakar
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi
2. Luka bakar sedang (moderate burn)
a. Luka bakar dengan luas 15-25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang
dari 10 %
b. Luka bakar dengan luas 10-20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
3. Luka bakar ringan
a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (dan tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum)
c. Kriteria Perawatan Luka Bakar
Kriteria perawatan dari luka bakar menurut American Burn Association yang digunakan
untuk pasien yang harus diadministrasi dan dirawat khusus di unit luka bakar ialah sebagai
berikut:4,5
1. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka bakar
derajat III) dengan >10 % dari TBSA pada pasien berumur kurang dari 10 tahun atau
lebih dari 50 tahun.
2. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka bakar
derajat III) dengan >20 % dari TBSA pada kelompok usia lainnya.
3. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka bakar
derajat III) yang melibatkan bagian wajah, tangan, kaki, alat kelamin, perineum, atau
sendi utama.
4. Full-thickness burns (luka bakar derajat III) lebih dari >5 persen TBSA pada semua
kelompok usia.
5. Luka bakar listrik, termasuk cedera petir.
6. Luka bakar pada pasien dengan riwayat gangguan medis sebelumnya yang dapat
mempersulit manajemen, memperpanjang periode pemulihan, ataupun mempengaruhi
kematian.
7. Luka bakar kimia.
8. Trauma inhalasi
9. Setiap luka bakar dengan trauma lain (misalnya, patah tulang) di mana luka bakar
tersebut menimbulkan risiko terbesar dari morbiditas dan mortalitas.
10.Luka bakar pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit tanpa unit perawatan anak yang
berkualitas maupun peralatannya.
11.Luka bakar pada pasien yang membutuhkan rehabilitasi khusus seperti sosial,
emosional, termasuk kasus yang melibatkan keganasan pada anak.

d. Pertolongan Pertama Luka Bakar


1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen
pada api yang menyala
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda lainnya yang membuat efek Torniket, karena
jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses
koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api
dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan
mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam
pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
4. Akan tetapi metode ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena
bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar
apapun.
5. Evaluasi awal
6. Prinsip dari penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat
trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti
dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder
Saat menilai kondisi ‘airway” perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi. Biasanya
ditemukan sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong. Luka bakar pada
wajah, oedem oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status mental. Bila benar
terdapat luka bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal, kemudian beri Oksigen melalui
mask face ataupun endotracheal tube. Luka bakar biasanya berhubungan dengan luka lain,
biasanya luka tumpul akibat kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada luka bakar harus
dikoordinasi dengan evaluasi pada luka-luka yang lain. Meskipun perdarahan dan trauma
intrakavitas merupakan prioritas utama dibandingkan dengan luka bakar maka perlu
dipikirkan untuk meningkatkan jumlah cairan pengganti. Anamnesis secara singkat dan
cepat harus dilakukan pertama kali untuk menentukan mekanisme dan waktu trauma.4,5
Untuk membantu mengevaluasi derajat luka bakar karena trauma akibat air mendidih
biasanya hanya mengenai sebagian dari lapisan kulit (partial thickness), sementara luka
bakar karena api biasa mengenai seluruh lapisan kulit.1,5

e. Tatalaksana
Sebagai bagian perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian cairan
intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama
pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan
resusitasi karena adanya akumulasi dari cairan edema tidak hanya pada jaringan yang
terbakar, tetapi juga pada seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas
cairan ini adalah oleh karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan
disfungsi sel, kebocoran kapiler. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga
dan juga mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan
terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka bakar dan akumulasi maksimum edema
adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip pemberian cairan pertama kali ialah
pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel
tubuh. Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah
terkena luka bakar. Target output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.1,5
Formula terkenal untuk resusitasi cairan adalah formula Parkland:
24 am pertama Cairan Ringer laktat : 4ml/kgBB/% luka bakar
1. Contohnya; pada pria dengan berat 80 kg dengan luas luka bakar yakni 25 %
2. Membutuhkan cairan: (25) x (80 kg) x (4 ml) = 8000 ml dalam 24 jam pertama
 ½ jumlah cairan 4000 ml diberikan dalam 8 jam
 ½ jumlah cairan sisanya 4000 ml diberikan dalam 16 jam berikutnya
Cara lain adalah cara Evans:
1. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg = jumlah NaCl / 24 jam
2. Luas luka bakar dalam % x berat badan dalam kg =jumah plasma / 24 jam (no 1 dan 2
pengganti cairan yang hilang akibat oedem. Plasma untuk mengganti plasma yang
keluar dari pembuluh dan meninggikan tekanan osmosis hingga mengurangi
perembesan keluar dan juga menarik kembali cairan yang telah keluar)
3. 2000 cc Dextrose 5% / 24 jam (untuk mengganti cairan yang hilang akibat penguapan)
Separuh dari jumlah cairan 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan pada hari
pertama. Dan hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Cara lain yang banyak dipakai dan sederhana adalah Baxter yaitu : % x BB x 4
cc, Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam
16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan RL karena
terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan setengah cairan hari pertama. Contoh: pada
seorang dewasa dengan BB 50 kg dan luka bakar seluas 20 % permukaan kulit akan
diberikan 50 x 20 % x 4 cc = 4000 cc yang diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari
kedua.1,3
Kebutuhan kalori dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah 25
kcal/kgBB/hari ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari.
Petunjuk dari perubahan cairan:1
1. Pemantauan urin output tiap jam
2. Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral
3. Kecukupan sirkulasi perifer
4. Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi
5. Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glu

4. Planning
Diagnosis :
- Luka Bakar Grade IIB, 14% Luas Luka Bakar
Pengobatan :
Airway : O2 2-4 tpm via Nasal Kanul
Breathing : Spontan
Circulation : Ringer Laktat 1960 ml pada 8 jam pertama (4.6 tts/menit)
Dilanjutkan dengan 1960 ml di 16 jam berikutnya (2.04 tetes per
menit). Pasang kateter.
Drug : Inj. Fosmicin 1 gr/12 Jam, Inj. Omeprazole 1 Vial/12 Jam Drip
Parasetamol 1fl/ 8 Jam, Rencana Debridement
Monitoring ; Urin (0,5-1 cc/kgBB/jam) = 35-70 cc/ jam.
Pendidikan :
Dilakukan pada pasien dan keluarga untuk membantu mengobati dan mencegah
dari penyakit pasien semaksimal mungkin dan juga menghindari keluhan yang sama
kambuh kembali. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai penyakit
pasien dan kemungkinan perkembangan penyakit serta pentingnya kerjasama dari
keluarga dalam pelaksanaan tindakan medis dan pengobatan. Disarankan untuk kontrol
rutin tiap bulan.
Mengetahui,
Pendamping

dr. Leni Afriani M.KT


NIP. 197808292006042010

Anda mungkin juga menyukai