Oleh:
Pendamping:
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
BAB II LAPORAN KASUS..............................................................................................4
2.1 Identitas Pasien.......................................................................................................4
2.2 Anamnesis..............................................................................................................4
2.3 Pemeriksaan Fisik...................................................................................................6
2.4 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................8
2.5 Diagnosis Holistik..................................................................................................9
2.6 Penatalaksanaan......................................................................................................9
2.7 Prognosis................................................................................................................10
BAB III TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................11
3.1 Definisi...................................................................................................................11
3.2 Epidemiologi..........................................................................................................11
3.3 Etiologi...................................................................................................................13
3.4 Patogenesis.............................................................................................................14
3.5 Manifestasi Klinis...................................................................................................16
3.6 Diagnosis................................................................................................................17
3.7 Penatalaksanaan......................................................................................................21
BAB IV ANALISA KASUS..............................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................24
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
LAPORAN KASUS
4
juga mengalami demam sekitar 2 minggu yang lalu. Riwayat penyakit
jantung, asma dan hipertensi pada keluarga disangkal.
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum dibawa berobat ke tempat lain dan baru berobat
ke IGD. Pasien tidak memiliki alergi obat.
Genogram Keluarga Pasien
Keterangan :
= Laki-Laki = Perempuan
5
2.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Frek. Nadi : 92 x/menit
Frek. Nafas : 24 x/menit
Suhu aksila : 38,1 º C
Berat Badan : 22 kg
Tinggi Badan : 115 cm
Status Gizi : Normal
Status General
Kepala-Leher
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Hitam, lebat, distribusi merata
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung (-)
Telinga : Deformitas pinna (-), serumen (-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Tenggorok : Uvula di tengah, arkus faring simetris, tonsil T1-T1, detritus (-)
Gigi & mulut : Karies dentis (-), sianosis (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB
Paru
Inspeksi:
1. Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-),
pergerakan dinding dada simetris.
2. Permukaan dada: papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-), spider
nevi (-), vena kolateral (-), massa (-).
3. Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif, tidak tampak hipertrofi SCM,
otot bantu abdomen tidak aktif dan hipertrofi (-).
4. Iga dan sela iga: pelebaran ICS (-).
Palpasi:
1. Trakea: tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea
midclavicula sinistra.
6
2. Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
3. Gerakan dinding dada: simetris kiri dan kanan.
4. Fremitus vocal: simetris kiri dan kanan.
Perkusi:
1. Sonor seluruh lapang paru.
2. Batas paru-hepar à Inspirasi: ICS VI, Ekspirasi: ICS IV; Ekskursi: 2 ICS.
3. Batas paru-jantung:
a. Kanan: ICS II linea parasternalis dekstra
b. Kiri: ICS IV linea midclavicula sinistra
Auskultasi:
1. Cor: S1 S2 tunggal regular, Murmur (-), Gallop (-).
2. Pulmo:
a. Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru.
b. Rhonki (-/-).
c. Wheezing (-/-).
Abdomen
Inspeksi:
1. Bentuk: simetris
2. Umbilicus: masuk merata
3. Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), sianosis (-), venektasi (-),
ikterik (-), massa (-), vena kolateral (-), caput medusae (-), papula (-),
petekie (-), purpura (-), ekimosis (-), spider nevi (-)
4. Distensi (-)
5. Ascites (-)
Auskultasi:
1. Bising usus (+) normal 8 kali per menit
2. Metallic sound (-)
3. Bising aorta (-)
Perkusi:
1. Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
2. Nyeri ketok (-)
7
Palpasi:
1. Nyeri tekan epigastrium (-)
2. Massa (-)
3. Hepar/lien/ren: tidak teraba
4. Tes Undulasi (-), Shifting dullness (-)
Ekstremitas: CRT < 2 detik
8
Darah Lengkap (10-04-2022)
Parameter Value Reference
HGB 11,7 11 – 17 g/dL
RBC 3,93 4 – 6,2 x 106/uL
HCT 30,1 35 – 55 %
MCV 76,7 80 - 100 fL
MCH 29,8 25 – 34 pg
MCHC 38,9 30 – 35,5 g/dL
WBC 4,7 4 – 12 x 103/uL
PLT 73 150 – 400 x 103/uL
Darah Lengkap (11-04-2022)
Parameter Value Reference
HGB 11,5 11 – 17 g/dL
RBC 3,88 4 – 6,2 x 106/uL
HCT 29,2 35 – 55 %
MCV 75,3 80 - 100 fL
MCH 29,6 25 – 34 pg
MCHC 39,4 30 – 35,5 g/dL
WBC 3,8 4 – 12 x 103/uL
PLT 129 150 – 400 x 103/uL
2.5 Diagnosa
Demam Berdarah Dengue
2.6 Penatalaksanaan
Terapi berdasarkan diagnosis pasien:
- IUFD RL Maintanance 24 tpm
- Paracetamol Infus 500mg
- Antasida sirup 3x1 cth
- Ranitidine 2x½ tab
- Caviplex sirup 1x1 cth
9
Edukasi
- Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa penyakit yang diderita
oleh pasien adalah demam berdarah dengue, yang merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk
- Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai gejala-gejala yang
dapat timbul pada pasien dan tanda bahaya dari demam berdarah
dengue pada anak.
- Menjelaskan kepada keluarga pasien bahwa penting untuk menjaga
agar tetap terehidrasi dengan memberikan pasien banyak minum.
- Menjelaskan mengenai faktor risiko dan cara-cara pencegahan yang
berkaitan dengan perbaikan higiene personal, perbaikan sanitasi
lingkungan, terutama metode 4M plus seminggu sekali
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue, terutama menyerang anak-anak yang bertendensi
menimbulkan syok dan kematian. Menurut World Health Organization (WHO),
demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada
demam berdarah dengue terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga
tubuh.8
3.2 Epidemiologi
Angka kejadian demam berdarah telah meningkat di seluruh dunia dalam
beberapa dekade terakhir. Telah terjadi sekitar 50 sampai 100 juta infeksi dengue
per tahun, dengan angka kematian mencapai 22.000 orang pertahunnya,
kebanyakan dari mereka merupakan anak-anak. Saat ini diperkirakan 2,5 milyar
orang atau sekitar 40% dari pupulasi dunia tinggal di area berisiko terinfeksi
dengue.3
11
Berdasarkan data Profil Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Indonesia
pada tahun 2017 kasus DBD berjumlah 68.407 kasus, dengan jumlah kematian
sebanyak 493 orang. Jumlah tersebut menurun cukup drastis dari tahun
sebelumnya, yaitu 204.171 kasus dan jumlah kematian sebanyak 1.598 orang.
Angka kesakitan DBD tahun 2017 menurun dibandingkan tahun 2016, yaitu dari
78,85 menjadi 26,10 per 100.000 penduduk.4
Gambar 3. Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue per 100.000 Penduduk Menurut
Provinsi tahun 2017.4
Berdasarkan data Profil Kesehatan Dasar tahun 2017 untuk Provinsi Nusa
Tenggara Barat, ditemukan kasus DBD sejumlah 1.605 kasus, dengan incidence
rate 32,4%. Kasus terbanyak DBD tahun 2017 dilaporkan terjadi di Kabupaten
Sumbawa, Lombok Timur dan Kota Mataram. Kasus meninggal DBD tahun 2017
sebesar 4 orang dengan case fatality rate 0,2%.5
12
Gambar 4. Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten
Provinsi NTB tahun 2017.5
Berdasarkan data pada Profil Puskesmas Kediri, pada tahun 2017 ditemukan
9 kasus DBD. Pada tahun 2018 ditemukan 11 kasus DBD. Pada awal tahun
2019, sampai 15 Januari 2019 telah ditemukan 9 kasus DBD, 2 kasus di Gersik
Selatan, 3 kasus di Gelogor Selatan, 1 kasus di Pelowok Selatan, 1 kasus di
Pelowok Timur, 1 kasus di Jagaraga dan 1 kasus di Kebun Baru. Berdasarkan
data jumlah kasus di Puskesmas Kediri, kasus DBD mengalami peningkatan
pada bulan Januari 2019 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.6
3.3 Etiologi
13
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak
ditemukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara,
Amerika tengah, Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia,
agentnya adalah virus dengue yang termasuk ke dalam famili Flaviridae dan
genus Flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den3 dan Den -4.
Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan banyak menunjukkan
manifestasi klinik yang berat.8 Penyakit ini ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus
yang terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia. Nyamuk Aedes aegypti yang
aktif menggigit pada siang hari dengan dua puncak aktivitas yaitu pada pukul
08.00 – 12.00 dan 15.00 – 17.00.1
14
sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat
pada hari kedua.10
Nyamuk Aedes spp yang sudah terinfeksi virus dengue, akan tetap infektif
sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan pada saat
menggigit dan menghisap darah. Setelah masuk ke dalam tubuh manusia, virus
dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar, endotel pembuluh
darah, nodus limpaticus, sumsum tulang serta paru-paru.10
15
Terdapat dua teori atau hipotesis immunopatogenesis DBD dan DSS yang
masih kontroversial yaitu infeksi sekunder (secondary heterologus infection) dan
antibody dependent enhancement (ADE). Dalam teori atau hipotesis infeksi
sekunder disebutkan, bila seseorang mendapatkan infeksi sekunder oleh satu
serotipe virus dengue, akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi serotipe
virus dengue tersebut untuk jangka waktu yang lama. Tetapi jika orang tersebut
mendapatkan infeksi sekunder oleh serotipe virus dengue lainnya, maka akan
terjadi infeksi yang berat. Pada teori ADE disebutkan, jika terdapat antibodi
spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka dapat mencegah penyakit yang
diakibatkan oleh virus tersebut, tetapi sebaliknya apabila antibodinya tidak dapat
menetralisasi virus, justru akan menimbulkan penyakit yang berat.10
2.5 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik untuk demam berdarah dengue (DBD) yaitu 1:
- Demam tinggi, timbul mendadak, kontinu, kadang bifasik.
- Berlangsung antara 2-7 hari.
- Muka kemerahan (facial flushing) , anoreksi, mialgia dan artralgia.
- Nyeri epigastrik, muntah, nyeri abdomen difus.
- Kadang disertai sakit tenggorok.
- Faring dan konjungtiva yang kemerahan.
- Dapat disertai kejang demam
16
Menurut WHO (2012) demam dengue memiliki tiga fase diantaranya fase
demam, fase kritis dan fase penyembuhan. Pada fase demam, penderita akan
mengalami demam tinggi secara mendadak selama 2-7 hari yang sering dijumpai
dengan wajah kemerahan, eritema kulit, myalgia, arthralgia, nyeri retroorbital,
rasa sakit di seluruh tubuh, fotofobia dan sakit kepala serta gejala umum seperti
anoreksia, mual dan muntah. Tanda bahaya (warning sign) penyakit dengue
meliputi nyeri perut, muntah berkepanjangan, letargi, pembesaran hepar >2 cm,
perdarahan mukosa, trombositopeni dan penumpukan cairan di rongga tubuh
karena terjadi peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler.8
Pada waktu transisi yaitu dari fase demam menjadi tidak demam, pasien
yang tidak diikuti dengan peningkatan pemeabilitas kapiler tidak akan berlanjut
menjadi fase kritis. Ketika terjadi penurunan demam tinggi, pasien dengan
peningkatan permeabilitas mungkin menunjukan tanda bahaya yaitu yang
terbanyak adalah kebocoran plasma. Pada fase kritis terjadi penurunan suhu
menjadi 37.5-38°C atau kurang pada hari ke 3-8 dari penyakit. Progresivitas
leukopenia yang diikuti oleh penurunan jumlah platelet mendahului kebocoran
plasma. Peningkatan hematokrit merupakan tanda awal terjadinya perubahan pada
tekanan darah dan denyut nadi. Terapi cairan digunakan untuk mengatasi plasma
leakage.8
Fase terakhir adalah fase penyembuhan. Setelah pasien bertahan selama 24-
48 jam fase kritis, reabsorbsi kompartemen ekstravaskuler bertahap terjadi selama
48-72 jam. Fase ini ditandai dengan keadaan umum membaik, nafsu makan
kembali normal, gejala gastrointestinal membaik dan status hemodinamik stabil.8
3.6 Diagnosis
Diagnosis Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat ditegakan melalui
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang 11:
1. Anamnesis 11
Keluhan
Demam tinggi, mendadak, terus menerus selama 2 – 7 hari.
17
Manifestasi perdarahan, seperti: bintik-bintik merah di kulit, mimisan,
gusi berdarah, muntah berdarah, atau buang air besar berdarah.
Gejala nyeri kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital.
Gejala gastrointestinal, seperti: mual, muntah, nyeri perut (biasanya di
ulu hati atau di bawah tulang iga)
Kadang disertai juga dengan gejala lokal, seperti: nyeri menelan,
batuk, pilek.
Pada kondisi syok, anak merasa lemah, gelisah, atau mengalami
penurunan kesadaran.
Pada bayi, demam yang tinggi dapat menimbulkan kejang.
Faktor Risiko
Sanitasi lingkungan yang kurang baik, misalnya: timbunan sampah,
timbunan barang bekas, genangan air yang seringkali disertai di
tempat tinggal pasien sehari-hari.
Adanya jentik nyamuk Aedes aegypti pada genangan air di tempat
tinggal pasien sehari-hari.
Adanya penderita demam berdarah dengue (DBD) di sekitar pasien
2. Pemeriksaan Fisik 11
Tanda patognomonik untuk demam dengue :
1. Suhu > 37,5 derajat celcius
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)
Tanda Patognomonis untuk demam berdarah dengue :
1. Suhu > 37,5 derajat celcius
2. Ptekie, ekimosis, purpura
3. Perdarahan mukosa
4. Rumple Leed (+)
5. Hepatomegali
6. Splenomegali
18
7. Untuk mengetahui terjadi kebocoran plasma, diperiksa tanda-tanda
efusi pleura dan asites.
8. Hematemesis atau melena
3. Pemeriksaan Penunjang 11
1. Darah perifer lengkap, yang menunjukkan:
a. Trombositopenia (≤ 100.000/μL).
b. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
peningkatan hematokrit (Ht) ≥ 20% dari nilai standar data populasi
menurut umur
Ditemukan adanya efusi pleura, asites
Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
c. Leukopenia < 4000/μL.
2. Serologi Dengue, yaitu IgM dan IgG anti-Dengue, yang titernya dapat
terdeteksi setelah hari ke-5 demam.
19
Diagnosis Klinis Demam Berdarah Dengue 11
1. Demam 2–7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus (kontinua)
2. Adanya manifestasi perdarahan baik yang spontan seperti petekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena;
maupun berupa uji Tourniquette yang positif
3. Sakit kepala, mialgia, artralgia, nyeri retroorbital
4. Adanya kasus demam berdarah dengue baik di lingkungan
a. Hepatomegali
b. Adanya kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu:
Peningkatan nilai hematokrit, >20% dari pemeriksaan awal atau dari data
populasi menurut umur
Ditemukan adanya efusi pleura, asites
Hipoalbuminemia, hipoproteinemia
c. Trombositopenia <100.000/mm3
Adanya demam seperti di atas disertai dengan 2 atau lebih manifestasi klinis,
ditambah bukti perembesan plasma dan trombositopenia cukup untuk
menegakkan diagnosis Demam Berdarah Dengue.
Tanda bahaya (warning signs) untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
syok pada penderita Demam Berdarah Dengue.
Klinis Demam turun tetapi keadaan anak memburuk
Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
Muntah persisten
Letargi, gelisah
Perdarahaan mukosa
Pembesaran hati
Akumulasi cairan
Oliguria
Laboratorium Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan
penurunan cepat jumlah trombosit
Hematokrit awal tinggi
20
3.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada Pasien Dewasa 11
1. Terapi simptomatik dengan analgetik antipiretik (Parasetamol 3x500-1000 mg).
2. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi
3. Pemeriksaan Kadar Trombosit dan Hematokrit secara serial
Penatalaksanaan pada Pasien Anak 11
Demam berdarah dengue (DBD) tanpa syok
1. Bila anak dapat minum
a. Berikan anak banyak minum
Dosis larutan per oral: 1 – 2 liter/hari atau 1 sendok makan tiap 5 menit.
Jenis larutan per oral: air putih, teh manis, oralit, jus buah, air sirup, atau
susu.
b. Berikan cairan intravena (infus) sesuai dengan kebutuhan untuk dehidrasi
sedang. Berikan hanya larutan kristaloid isotonik, seperti Ringer Laktat (RL) atau
Ringer Asetat (RA), dengan dosis sesuai berat badan sebagai berikut:
Berat badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/jam
Berat badan 15 – 40 kg : 5 ml/kgBB/jam
Berat badan > 40 kg : 3 ml/kgBB/jam
2. Bila anak tidak dapat minum, berikan cairan infus kristaloid isotonik sesuai
kebutuhan untuk dehidrasi sedang sesuai dengan dosis yang telah dijelaskan di
atas.
3. Lakukan pemantauan: tanda vital dan diuresis setiap jam, laboratorium (DPL)
per 4-6 jam.
Bila terjadi penurunan hematokrit dan perbaikan klinis, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan klinis stabil.
Bila terjadi perburukan klinis, lakukan penatalaksanaan DBD dengan
syok.
4. Bila anak demam, berikan antipiretik (Parasetamol 10 – 15 mg/kgBB/kali) per
oral. Hindari ibuprofen dan asetosal.
5. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi.
21
Demam berdarah dengue (DBD) dengan syok :
1. Kondisi ini merupakan gawat darurat dan mengharuskan rujukan segera ke RS.
2. Penatalaksanaan awal:
a. Berikan oksigen 2 – 4 liter/menit melalui kanul hidung atau sungkup
muka.
b. Pasang akses intravena sambil melakukan pungsi vena untuk pemeriksaan
DPL.
c. Berikan infus larutan kristaloid (RL atau RA) 20 ml/kg secepatnya.
d. Lakukan pemantauan klinis (tanda vital, perfusi perifer, dan diuresis)
setiap 30 menit.
e. Jika setelah pemberian cairan inisial tidak terjadi perbaikan klinis, ulangi
pemberian infus larutan kristaloid 20 ml/kgBB secepatnya (maksimal 30
menit) atau pertimbangkan pemberian larutan koloid 10 – 20 ml/kgBB/jam
(maksimal 30 ml/kgBB/24 jam).
f. Jika nilai Ht dan Hb menurun namun tidak terjadi perbaikan klinis,
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi. Berikan transfusi darah
bila fasilitas tersedia dan larutan koloid. Segera rujuk.
g. Jika terdapat perbaikan klinis, kurangi jumlah cairan hingga 10
ml/kgBB/jam dalam 2 – 4 jam. Secara bertahap diturunkan tiap 4 – 6 jam
sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
h. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36 – 48
jam. Hindari pemberian cairan secara berlebihan.
3. Pengobatan suportif lain sesuai indikasi.
22
BAB IV
ANALISA KASUS
23
DAFTAR PUSTAKA
24
10. Aryu Candra, 2010. Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi, Patogenesis,
dan Faktor Risiko Penularan. Diakses melalui :
https://media.neliti.com/media/publications/53636-ID-demam-berdarah-
dengue-epidemiologi-patog.pdf pada 12 Januari 2019.
11. Ikatan Dokter Indonesia, 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta.
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Modul Pengendalian
Demam Berdarah Dengue. Jakarta.
13. Endra F. Paradigma Sehat. Jurnal Saintika Medika, 6 (12). 2010. Diakses
melalui: http://dx.doi.org/10.22219/sm.v6i1.1012/ pada 12 Januari 2019.
25